You are on page 1of 11

Analisis sumber dan penggunaan kas

May 17th, 2011 Related Filed Under Analisis sumber dan penggunaan kas

Sifat laporan sumber dan penggunaan kas

Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut, modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar atau aktiva lancar dikurangi utang lancar. Dengan demikian, yang di laporkan adalah perubahan aktiva lancar dan utang lancar serta sebab-sebab perubahan tersebut atau sumber dan penggunaannya. Tekanan yang di berikan dalam laporan ini adalah perubahan modal kerja atau aktiva lancar dan utang lancar secara keseluruhan dan tidak akan menunjukan jumlah uang yang telah diterima atau dikeluarkan selama periode tersebut. Laporan perubahan kas (cash flow statement) atau laporan sumber dan penggunaan kas disusun untuk menunjkan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Laporan sumber dan penggunaan kas menggambarkan atau menunjukan aliran atau gerakan kas, yaitu sumber-sumber penerimaan dan penggunaan kas dalam periode yang bersangkutan. Laporan ini berbeda dengan laporan laba rugi, khususnya yang dalam penyusunannya menggunakan dasar waktu atau accruals basis, karena laporan perubahan kas merupakan ringkasan transaksi keuangan yang berhubungan dengan kas tanpa memperhatikan hubungannya dengan penghasilan yang diperoleh maupun biaya-biaya yang terjadi. Laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat di gunakan sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat di gunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow di masa yang akan datang. Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.

Sumber penerimaan dan pengeluaran kas

Kas merupakan ktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Akan tetapi, suatu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerninkan adanya over investment dalam kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungannya yang di peroleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan berada dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.

Oleh karena itu, kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaannya (sumbersumbernya) maupun penggunaannya (pengeluarannya). Penerima dan pengeluaran suatu perusahaan ada yang bersifat rutin dan terus-menerus dan ada pula yang bersifat insidentil atau tidak terus-menerus. Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari: 1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas. 2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas. 3. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas. 4. Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi denagn penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena ada penjualan dan sebagainya. 5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya. 6. Keuntunga dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan neto dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan Sumber penerimaan kas yang berasal dari penjualan barang dagangan maupun jasa bila dipertemukan dengan biaya operasi maka secara neto akan diperoleh sumber kas yang berasal dari operasi (laporan laba rugi dasar tunai). Akan tetapi, pada umumnya perusahaan menyusun laporan laba rugi dengan menggunakan dasar waktu, oleh karena itu laba bersih yang dilaporkan dalam laporan laba rugi harus disesuaikan sehingga menjadi hasil operasi berdasarkan tunai (cash basis).

Penyusunan Laporan sumber dan penggunaan kas dan analisisnya.

Penyusunan laporan perubahan kas atau laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan meringkas jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas. Cara ini memakan waktu yang lama karena harus menggolongkan setiap transaksi kas menurut sumber masing-masing serta tujuannya, dan cara ini hanya dapat dilakukan oleh internal analisis yang memungkinkan memperoleh datanya dengan lengkap dan masih murni. Bagi eksternal analisis, menyusun laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan menganalisis perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diperbandingkan antara dua waktu atau akhir periode serta

informasi-informasi lain yang mendukung terjadinya perubahan tersebut. Dalam menganalisis perubahan yang terjadi harus diperhatikan kemungkinan adanya perubahan atau transaksi yang tidak mempengaruhi kas (noncash transaction). Transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas antara lain sebagai berikut: o Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible asset, dan wasting assets. Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas. o Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan kerugian piutang maupun tidak, dan penghapusan piutang karena piutang yang bersangkutan sudah tidak dapat di tagih lagi. o Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki dan penghentian dari penggunaan aktiva tetap karena aktiva yang bersangkutan telah habis disusut dan atau sudah tidak dapat dipakai lagi. o Adanya pembayaran stock devidend (dividen dalam bentuk saham), adanya penyisihan atau pembatasan penggunaan laba, dan adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Terhadap transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi kas tersebut harus dilakukan penyesuainan (dilakukan jurnal adjustment dan reversal journal). Di samping itu juga perlu diadakan penyesuaian untuk menghilangkan pengaruh akibat dari penggunaan dasar waktu atau accruals basis accounting (yaitu adanya accrued and deferred revenue and expenses) sehingga pos atau rekening-rekening yang bersangkutan menunjukan penghasilan (revenue) dan biaya (expenses) tunai (cash basis accounting). Penyesuaian-penyesuaian terhadap transaksi yang tidak mempengaruhi kas tidak dimasukan dalam buku catatan perusahaan tetapi hanya dalam work sheet saja, karna seperti halnya penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja maka dalam penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas dapat pula di lakukan secara langsung dari laporan keuangan atau dengan menggunakan bantuan work sheet mapun rekening (T account). Dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan kas, dimana dana dalam artian kas memiliki langkah-langkah sebagai berikut : a) Mendaftar pos-pos neraca yang diperbandingkan antara dua titik waktu tertentu dalam kolom pertama dan kedua. b) Mendaftar pos-pos laporan laba rugi dari tahun yang diperbandingkan (current year).

c) Tentukan kenaikan dan penurunan yang terjadi pada pos-pos neraca, tunjukkan dalam kolom Perubahan debit dan kredit. Kolom perubahan debit untuk mencatat adanya kenaikan aktiva, penurunan utang dan modal serta bertambahnya biaya serta berkurangnya penhasilan.

Sedangkan kolom kredit untuk mencatat penurunan aktiva, kenaikan utang dan modal, bertambahnya penghasilan dan berkurangnya biaya. d) Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada pos-pos neraca dan pos-pos laba rugi untuk menentukan adanya perubahan yang tidak mempengaruhi kas. e) Membuat jurnal penyesuaian dalam lembar kerja tersebut untuk menghilangkan akibat atau pengaruhtransaksi nonkas yang sudah dicatat dalam periode tersebut. f) Memindahkan saldo atau perubahan setelah disesuaikan (kecuali perubahan kas) Ke dalam kolom Kenaikan dan Penurunan Kas atau Sumber dan Penggunaan Kas. Penurunan aktiva (selain kas), kenaikan utang, modal dan penghasilan merupakan sumber kas, sedangkan kenaikan aktiva (selain kas), penurunan utang, modal dan kenaikan biaya merupakan penggunaan kas. Perubahan kas tidak perlu dipindahkan ke kolom sumber dan penggunaan kas karena perubahan kas inilah yang dianalisis, selisih jumlah kolom sumber kas dengan penggunaan kas harus sama dengan perubahan yang terjadi dalam pos Kas. g) Untuk penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas datanya diambil dari dua kolom terakhir dari lembar kerja.

Penetrapan analisis sumber dan penggunaan kas

Yang dimaksud dengan laporan sumber dan penggunaan kas (aliran kas) adalah perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan darimana sumber dan penggunan-penggunaannya (Munawir, 2000). Perubahan yang efeknya memperbesar kas dan dikatakan sebagai sumber-sumber penerimaan kas adalah sebagai berikut (Bambang Riyanto, 2002): 1. Berkurangnya aktiva lancar selain kas 2. Berkurangnya aktiva tetap 3. Bertambahnya setiap jenis hutang 4. Bertambahnya modal 5. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan Sedangkan perubahan-perubahan yang efeknya memperkecil kas dan dikatakan sebagai penggunaan kas adalah sebagai berikut (Bambang Riyanto, 2002): 1. Bertambahnya aktiva lancar selain kas 2. Bertambahnya aktiva tetap 3. Berkurangnya setiap jenis hutang

Analisis sumber dan penggunaan kas (aliran kas) adalah merupakan alat yang sangat penting bagi manajemen keuangan untuk mengetahui aliran kas, darimana aliran kas tersebut dan kemana kas tersebut digunakan. Sedangkan bagi perusahaan digunakan untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan kas sekaligus untuk menilai tingat likuiditasnya agar tetap terjaga. Informasi aliran kas sangat berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Informasi arus kas tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan, karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Pihak manajemen dapat menggunakan laporan sumber dan penggunaan kas untuk menentukan kebijakan deviden, kas yang berasal dari investasi operasi, dan kebijakan investasi dan pendanaan. Sementara pihak luar, seperti investor dan kreditur dapat menggunakan laporan arus kas untuk menentukan kemampuan perusahaan dalam membayar deviden, kemampuan dalam membayar hutang dan kas yang berasal dari operasi dibandingkan dengan kas yang berasal dari sumber penggunaannya. Pengukuran dalam aliran kas bertujuan untuk:

Menentukan apakah perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup atau memadai dari operasi bisnis untuk memuaskan investor Mengukur hubungan antara aktivitas operasi, investasi dan pendanaan Menetukan apakah perusahaan menghasilkan jenis-jenis kas yang cukup untuk memadai untuk pertumbuhan bisnis Analisis BEP

1. Titik Break Event Point Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan. Manfaat Analisis Break Even (Titik Impas) Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh

pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalam mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut: a) Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian. b) c) Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.

d) Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh. Rumus: BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit Variabel Cost Perunit) Keterangan : - Fixed cost : biaya tetap yang nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi. - Variable cost : biaya variabel yang besar nilainya tergantung pada benyak sedikit jumlah barang yng diproduksi. Mathematical Approach BEP dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu: BEP = Fixed Cost / (harga perunit varibel cost perunit) (rumus 1) BEP = Fixed Cost = Rp(rumus 2) 1 Sales price/unit / variabel cost/unit Formulasi break even point yang dikembangkan: Break even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita formulasikan secara sederhana sebagai berikut: BEP -> TR = TC TR = Total Revenue TC = Total Cost Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales, Cost, Volume, Profit termasuk waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana di atas sehingga menjadi lebih flexible dan bisa beradaptasi dengan situasi yang berbeda-beda, yaitu dengan membentuk persamaan linear sederhana seperti dibawah ini:

TR = TC TR TC = 0 Karena TR adalah untuk Total Revenue maka TR dapat kita turunkan menjadi : TR = Unit Price x Qty Sedangkan TC stand for Total Cost, yang mana kita semua tahu bahwa dalam Cost Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: Variable Cost dan Fixed Cost, maka turunan dari TC adalah: TC = Variable Cost + Fixed Cost Dari formula di atas kita turunkan lagi menjadi: TC = [Qty x Unit Variable Cost] + Fixed Cost Semua elemen yang ada sudah habis diturunkan, selanjutnya membuat persamaan linear secara penuh untuk kondisi Break Even Point: TR TC = 0 [Qty x Unit Price] [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau [Qty x Unit Price] [Qty x Unit VC] Fixed Cost = 0 Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost Determinasi Elemen-Elemen Break Even Point Setelah mempunyai formula, yang elemen-elemenya terdiri: Revenue (R), Quantity (Qty), Unit Price, Variable Cost, Unit Variable Cost, dan Fixed Cost. Selanjutnya adalah mendeterminasi (menentukan) masing-masing elemen tersebut. Revenue (R): adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufactur biasanya didominasi oleh Sales, yang mana Sales adalah jumlah terjual (Qty=Quantity) dikalikan dengan unit price product yang akan terjual. Quantity (Qty): adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufactur tentunya diproduksi terlebih dahulu. Unit Price: adalah harga per unit dari barang yang akan dijual. Variable Cost: adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu product (barang), artinya segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Seperti sebutannya Variable

Cost, akan berubah-ubah mengikuti jumlah product yang akan diproduksi. Semakin banyak jumlah yang diproduksi semakin bedar juga variable cost-nya, begitu juga sebaliknya. Jika kita lihat pada Laporan Laba rugi nantinya, variable cost akan tergolong ke dalam kelompok Cost of Good Sales, yang pada perusahaan manufacur umumnya terdiri dari: Bahan Baku (Raw Material), Bahan Penolong, Cost Tenaga Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan Ovear Head Cost yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin (Machineries) yang menggunakan unit production output, Maintenance, Listrik (electricity), Pengiriman (Delivery & Services), dll. Unit Variable Cost: adalah besarnya variable cost yang ditimbulkan untuk membuat satu unit produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variable cost (Variable Cost) dengan jumlah product yang dibuat (qty). Fixed Cost: adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya tertentu yang penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi. Dengan kata lain: berapapun jumlah product yang dibuat, fixed cost yang akan dibuat, costnya relative sama, bahkan tidak berproduksi sekalipun cost ini akan tetap terjadi. Seperti sebutannya, fixed cost sifatnya relative stabil, tidak dipengaruhi oleh production output. Adapun jenis-jenis cost yang terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya Operasional (Operating Expenses: Payroll, Office Supplies), Lease Hold (Hak Sewa), termasuk penyusutan-penyusutan dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus. Graphical Approach, Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost. Contoh : Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos kaki adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki dan biaya tatap sebesar Rp. 10.000.000 BEP = 10.000.000 / (10.000 5.000) BEP = 20.000 Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan alias profit nol. 1. Syarat-syarat analisis BEP Keterbatasan Analisis Break Even Point Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:

a) Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu b) Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan c) Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu d) Sales mix adalah konstan Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah apabila: a) Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya. b) Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya. c) Perubahan dalam sales price per unit .Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya. d) Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah. 1. Jenis jenis biaya dalam menghitung BEP Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas). Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut: a) Variabel Cost (biaya Variabel), Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit. b) Fixed Cost (biaya tetap), Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.

c) Semi Varibel Cost, Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi 1. Kegunaan BEP Menurut Sofyan Syafri Harahap (1998 : 154 ) kegunaan BEP sebagai berikut : a) Hubungan antara penjualan biaya dan laba b) Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan variable c) Untuk mengetahui kemampuan perusahaan memberikan margin untuk menutupi biaya tetap d) Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi Sedangkan menurut Syafaruddin Alwi (1994 : 266) analisa break event secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan anatara volume penjualan, biaya dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu, sehingga break even dapat membantu pimpinan dalam mengambil keputusan antara lain mengenai : 1) Jumlah minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian 2) Jumlah penjualan yang harus dibayar untuk memperoleh keuntungan tertentu 3) Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi 4) Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh Tujuan dari pada analisis break event yang digunakan perusahaan adalah untuk :
o o o

Mengevaluasi tujuan laba dari perusahaan secara keseluruhan Menyajikan data-data biaya dan laba kepada top management Mengganti system laporan yang tebal-tebal dengan suatu grafik yang mudah dibaca dan dimengerti

Dari beberapa tujuan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan analisa break event adalah untuk mengetahui beberapa volume penjualan minimal yang harus dicapai pada tingkat harga tertentu agar supaya perusahaan tidak menderita rugi dan juga tidak memperoleh laba dengan demikian dapat diketahui pada tingkat penjualan tertentu diatas break event merupakan alat untuk perencanaan laba juga merupakan alat pelaporan yang baik bagi top manajemen. Metode Perhitungan Break Event Point

Dalam menghitung dan menentukan break event dapat dilakukan dengan menggunakan 2 cara atau pendekatan . a. Pendekatan Matematis b. Pendekatan Grafik. c. Pendekatan Kontribusi Data atau informasi yang perlukan dalam menghitung titik break event adalah : 1. Hasil keseluruhan penjualan atau harga jual per unit 2. Biaya variable keseluruhan atau biaya varibel per unit 3. Jumlah biaya tetap keseluruhan 1. Margin Of Safety Keterangan-keterangan yang diperoleh waktu perhitungan BEP akan memberikan keterangan tambahan yang berguna bagi pimpinan perusahaan. Diantara keterangan tambahan tersebut adalah keamanan atau Margin Of Safety. Menurut Syafaruddin Alwi (1994 :276), adalah untuk menentukan berapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (1995 : 366) Margin Of Safety merupakan angka yang menunjukkan jarak antara penjualan yang direncanakan atau di budgetkan (budget sales) dengan penjualan pada break event. Dengan demikian maka Margin Of Safety adalah juga menggambarkan batas jarak, dimana kalau berkurangnya penjualan akan melampaui batas jarak tersebut, perusahaan akan menderita kerugian. Dengan demikian rumus yang digunakan dalam Margin Of Safety adalah : Tingkat Penjualan yang dibudgetkan Tingkat penjualan BEP MS = X 100 % Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis break even yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Formulasinya adalah sebagai berikut: M/S = (Budget sales BEP)/ Budget sales Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan.

You might also like