You are on page 1of 7

KELOMPOK 5 Anggota : Christiana Ayu P.

Riskasari Pratiwi Erawati Ririn Halimatus Nurul Arifa Suyanti 082310101034 092310101009 092310101045 092310101048 092310101049 092310101080 Sistem Pemantauan Hemodinamik

Hemodinamik adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam paruparu). Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem kardiovaskuler yang. Brunner dan Suddarth menyatakan bahwa pemantauan hemodinamik meliputi penggunaan kateter invasif yang diletakkan dalam system vascular pasien untuk memantau fungsi jantung, volume darah, dan sirkulasi secara dekat (2001). Pemantauan hemodinamik ini sendiri akan memberikan informasi mengenai: a. b. Keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh, dan

c. kemampuan jantung untuk memompakan darah. Pemantauan hemodinamik dibagi menjadi : 1. Pemantauan invasive, dapat dilakukan dengan cara Pemantauan

hemodinamik secara invasif, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam ke dalam pembuluh darah atau rongga tubuh. 2. Pemantauan noninvasive, pengkajian secara noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah satunya adalah pemeriksaan vena jugularis (jugular venous pressure). Pentingnya pemantauan terus menerus terhadap status hemodinamik, respirasi, dan tanda-tanda vital lain akan menjamin early detection bisa dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mecegah pasien jatuh kepada kondisi lebih parah.

Parameter Pemantauan Hemodinamik 1. Tekanan vena sentral (CVP) Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah vena kava yang memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Pengukuran CVP secara nonivasif dapat dilakukan dengan cara mengukur tekanan vena jugularis. Secara invasif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a) Memasang kateter CVP yang ditempatkan pada vena kava superior atau atrium kanan, teknik pengukuran dptemnggunakan manometer air atau transduser, b) Melalui bagian proksimal kateter Arteri pulmonalis . Pengukuran ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sistem transduser.

Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium kanan. Secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan pada akhir diastole. Menurut Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena sentral adalah 3-8 cmH2O atau 2-6 mmHg. Sementara menurut Sutanto (2004) nilai normal CVP adalah 4 10 mmHg.Pemasangan kateter CVP dapat dilakukan secara perkutan atau dengan cutdown melalui vena sentral atau vena perifer, seperti vena basilika, vena sephalika, vena jugularis interna/eksterna dan vena subklavia. Daerah pemasangan CVP : a. Vena subclavia, b. Vena jugularis, c. Vena antecubital, d. Vena femoralis . Prosedur pemasangan Persiapan alat 1. Catheter vena central 2. Cairan NaCl 0,9 %

3. Heparin 4. Lidocain 2% 5. Spuit 3cc, 10cc 6. Cairan antiseptic 7. Duk lubang kecil 8. Kapas alcohol 9. Kassa steril 10. Gunting 11. Benang dan jarum 12. Manometer / tranduser monitor 13. Standar infuse 14. Threeway stop-cock 15. Masker, sarung tangan steril, skort Pelaksanaan a. Cuci tangan dan persiapan alat b. Jelaskan prosedur pada pasien

c. Siapkan pasien pada posisi telentang (supine) d. Pemberian desinfektan pada daerah pemasangan e. Lakukan anestesi local, masukkan kateter dengan teknik aseptic sampai mencapai muara vena cava superior(dilakukan oleh dokter yang kompeten) f. Hubungkan kateter dengan manometer

g. Fiksasi kateter , dan tutup dengan kasa steril pada daerah insersi h. Paska tindakan : lakukan foto thoraks untuk mengetahui posisi kateter, awasi KU pasien, dan adanya tanda-tanda komplikasi. i. Perhatikan adanya undulasi yang sesuai dengan respirasi pasien (posisi kateter benar), undulasi menyamai denyut nadi berarti posisi kateter terlalu dalam. Prosedur pengukuran dengan Manometer air a. Cuci tangan;

b. Jelaskan prosedur kepada pasien dan posisikan pasien pada phlebostatik axis dan tentukan pasisi Zero pointnya; c. Pindahkan jalur infuse dari pasien ke manometer dengan menutup jalur ke pasien pada threeway; d. Setelah air pada manometer sampai pada puncak, pindahkan jalur cairan infuse dari manometer ke pasien dengan menutup jalur dari flabot infuse; e. Tunggu hingga cairan pada manometer tidak lagi bergerak turun. Nilai CVP adalah tingginya air dalam manometer saat air berhenti.; f. Catat nilai CVP pada lembar observasi.

2. Tekanan kapiler Arteri pulmonalis 3. Tekanan Arteri pulmonalis Pengukuran ini dilakukan pada sistem kardiovaskuler dengan cara invasive, dengan memasukan kateter ke dalam pembuluh arteri pulmonal melalui pembuluh darah vena besar. Indikasinya adalah: 1. Mengkaji fungsi kardiovaskuler dan respon terhadap pengobatan pada pasien dengan : a. Infark miokard yang bermasalah/komplikasi b. Syock kardiogenik c. Gagal jantung kongesti yang berat d. e. Disfungsi ventrikel kanan akut Tamponade jantung

f. Pemantauan perioperatif pada pembedahan jantung 2. Syock

3. Mengkaji keadaan pulmonal dan respon terhadap pengobatan pada pasien dengan: oedema paru, gagal nafas akut, hipertensi pulmonal. Pengukuran tekanan arteri pulmonalis dan tekanan kapiler pulmonalis berguna pada penanganan pasien-pasien dengan perubahan hemodinamik yang cepat atau dengan gejala klinis yang belum jelas. Pemeriksaan ini akan memperlihatkan gambaran karakteristik ventrikel kiri dan kanan dengan mengukur tekanan pengisian masing-masing ventrikel serta curah jantung.

4. Tekanan atrium kiri, memberikan gambaran tekanan akhir diastolik ventrikel kiri bila tidak ditemukan kelainan katup mitral . Operasi jantung terbuka meningkatkan resistensi vaskuler perifer. Pengukuran tekanan atrium kiri secara langsung dilakukan dan hasilnya lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan tekanan baji karena tidak dipengaruhi paru-paru (Rogers , 1996). 5. Tekanan ventrikel kanan, 6. Curah jantung, keakuratan dalam pengukuran curah jantung tergantung pada injeksi yang cepat , suhu dan volume suntikan dengan tepat diketahui, memperbaiki faktor kalibrasi pada tipe spesifik dari PAC pada computer curah jantung, dan menghindari pengukuran saat elektrokauter. Faktor- Faktor penentu hemodinamik: 1. Preload 2. Kontraksi 3. Afterload

Indikasi Pemantauan Hemodinamik 1. Shock 2. Hipertensi Pulmonal 3. Infark Miokard Akut (AMI), yang disertaidengan gagal jantung kanan/kiri, nyeri dada yang berulang, dan hipotensi/hipertensi 4. Edema Paru 5. Pasca operasi jantung, dan Penyakit Katup Jantung 6. Gagal napas akut 7. Tamponade Jantung 8. Sarana untuk memberikan cairan/resusitasi cairan, mengetahui reaksi pemberian obat

Kontra indikasi relatif pada pemantauan hemodinamik 1. Pasien dengan perifer vascular disease; 2. Pasien yang mendapat terapi antikoagulan atau terapi trombolitik; 3. Penusukan kanulasi Arteri kontraindikasi relatif pada area yang mudah terjadi 4. infeksi, seperti area kulit yang lembab, mudah berkeringat, atau pada area yang sebelumnya pernah dilakukan bedah vascular

Komplikasi Pemantauan Hemodinamik 1. Emboli Udara 2. Kelebihan cairan 3. Hematoma 4. Infeksi 5. Pneumotoraks 6. Aritmia 7. Trombo emboli

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC http://athan2.wordpress.com/materi/materi-kuliah/monitoringhemodinamik/(diunduh pada 16 September 2012) http://lukmanrohimin.blogspot.com/2008/10/hemodinamik-dan-centralvenouse.html (diunduh pada 16 September 2012) Heitmiller ES, Wetzel RC. Hemodynamic monitoring considerations in pediatric critical care. 1996. Dalam : Rogers MC, Nichols DG, penyunting. Textbook of pediatric intensive care. Edisi ke-3. London : Williams & Wilkins.

You might also like