You are on page 1of 20

Cemas Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu yang

baru dan belum dicoba, dan dari penumuan identitasnya sendiri dan arti hidup. Sebaliknya, kecemasan patologis adalah respons yang tidak sesuai terhadap stimulus yang diberikan berdasarkan pada intensitas atau durasinya. Kecemasan Normal. Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, dan samar-samar, sering kali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan. Seseorang yang cemas mungkin juga merasa gelisah, seperti yang dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri lama. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung bervariasi dari orang ke orang. Ketakutan dan Kecemasan. Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan; ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Ketakutan, suatu sinyal serupa yang menyadarkan, harus dibedakan dari kecemasan. Rasa takut adalah respons dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas, atau bukan bersifat konflik; kecemasan adalah respons terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar, atau konfliktual. Fungsi adaptif dari kecemasan. Jika dianggap semata-mata sebagai suatu sinyal peringatan, kecemasan dapat dianggap pada dasarnya merupakan emosi yang sama seperti ketakutan. Kecemasan memperingatkan adanya ancaman eksternal dan internal; dan memiliki kualitas menyelamatkan hidup. Pada tingkat yang lebih rendah, kecemasan memperingatkan ancaman cedera pada tubuh, rasa takut, keputusasaan, kemungkinan hukuman, atau frustasi dari kebutuhan social atau tubuh; perpisahan dari orang yang dicintai; gangguan pada keberhasilan atau status seseorang; dan akhirnya ancaman pada kesatuan atau keutuhan seseorang. Kecemasan segera mengarahkan seseorang untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk mencegah ancaman atau meringankan akibatnya. Kecemasan patologis. Teori psikologis Tiga bidang utama teori psikologi --psikoanalitik, perilaku, dan eksistansialtelah menyumbang teori tentang penyebab kecemasan. Teori psikoanalitik. Menurut Freud, kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan yang tidak dapat diterima menekan untuk mendapatkan dan pelepasan sadar. Sebagai suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensive terhadap tekanan dari dalam. Di dalam teori psikoanalitik, kecemasan dipandang sebagai masuk ke dalam empat kategori utama, tergantung pada sifat akibat yang ditakutinya: kecemasan id atau impuls, kecemasan perpisahan, kecemasan kastrasi, dan kecemasan super ego. Teori perilaku. Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli lingkungan spesifik.

Teori eksistensial. Teori eksistensial tentan kecemasan memberikan model untuk gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder), dimana tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasikan secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan yang kronis. Teori biologis Satu kutub pikiran menyatakan bahwa perubahan biologis yang dapat diukur pada pasien dengan gangguan kecemasan mencerminkan akibat konflik psikologis; kutub yang berlawanan menyatakan bahwa peristiwa biologis mendahului konflik psikologis; kutub yang berlawanan menyatakan bahwa peristiwa biologis mendahului konflik psikologis. Sistem saraf otonom. Stimulasi system saraf otonom menyebabkan gejal tertentu kardiovaskular, muscular, gastrointestinal, dan pernapasan. Manifestasi kecemasan perifer tersebut tidak khusus terdapat kecemasan maupun tidak selalu berhubungan dengan pengalaman kecemasan subjektif. Neurotransmiter. Tiga neurotransmitter utama yang berhubungan dengan kecemasan berdasarkan penelitian pada binatang dan respon terhadap terapi obat adalah norepinefrin, serotonin, gammaaminobutyric acid (GABA). Sebagian besar informasi neurologi dasar tentang kecemasan berasal dari percobaan binatang yang melibatkan paradigm perilaku dan obat psikoaktif.

Gangguan kecemasan DSM-IV DSM-IV menuliskan gangguan kecemasan berikut ini: gangguan panic dengan dan tanpa agoraphobia, agoraphobia tanpa riwayat gangguan panic, fobia spesifik dan social, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stress pascatraumatik, gangguan stress akut, gangguan kecemasan umum, gangguan kecemasan karena kondisi medis umum, gangguan kecemasan akibat zat, dan gangguan kecemasan yang tidak ditentukan, termasuk gangguan kecemasan-depresif campuran. Gangguan Kecemasan Karena Kondisi Medis Umum Gangguan kecemasan karena kondisi medis umum dituliskan di dalam DSM-III-R sebagai sindroma kecemasan organic, suatu gangguan mental organic yang berhubungan dengan gangguan atau kondisi fisik aksis III. Epidemiologi. Terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis umum adlah sering ditemukan, walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi medis umum spesifik. Etiologi. Berbagai macam kondisi medis dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan yang ditemukan pada gangguan kecemasan. Berbagai daftar kondisi medis yang dapat menyebabkan gejala gangguan kecemasan mungkin bekerja melalui mekanisme yang umum, system noradrenergic, walaupun efek pada system serotonergic sedang dipelajari.

Diagnosis. Diagnosis DSM-IV tentang gangguan kecemasan karena kondisi medis umum mengharuskan adanya gejala gangguan kecemasan. DSM-IV memungkinkan klinisi untuk menentukan apakah gangguan ditandai oleh gejala kecemasan umum, serangan panic, atau gejala obsesif kompulsif. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Kecemasan Karena Kondisi Medis Umum Berdasarkan DSM-IV A. Kecemasan yag menonjol, serangan panic, obsesi atau kompulsi yang menguasai gambaran klinis. B. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium bahwa gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari kondisi medis umum. C. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, di mana stressor adalah suatu kondisi medis umum yang serius). D. Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu delirium. E. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi social, pekerjaan atau fungsi penting lain. Sebutkan jika: Dengan kecemasan umum: jika kecemasan atau rasa khawatir yang berlebihan tentang sejumlah kejadian atau aktivasi menguasai gambaran klinis. Dengan serangan panic: jika serangan panic menguasai gambaran klinis Dengan gejala obsesif-kompulsif: jika obsesi atau kompulsi menguasai gambaran klinis Gambaran klinis. Gejala gangguan kecemasan karena kondisi medis umum dapat identic dengan gejala gangguan kecemasan primer. Suatu sindrom yang mirip dengan gangguan panic adalah gambaran klinis yang paling sering ditemukan, dan sindrom yang mirip dengan fobia adalah yang paling jarang ditemukan. Gangguan Kecemasan Akibat Zat Di dalam DSM-III-R, pasien dengan gangguan kecemasan akibat zat diklasifikasikan menderita sesuatu gangguan mental organic akibat zat psikoaktif. Epidemiologi. Gangguan kecemasan akibat zat adalah sering ditemukan, baik sebagai akibat ingesti yang disebut obat rekreasional dan sebagai akibat pemakaian obat yang diresepkan. Etiologi. Berbagai macam zat dapat menyebabkan gejala kecemasan yang mirip dengan tiap gangguan kecemasan DSM-IV. Berbagai medikasi yang diresepkan juga dihubungkan dengan timbulnya gejala gangguan kecemasan pada orang yang rentan. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Kecemasan Akibat Zat Berdasarkan DSM-IV

A. Kecemasan yang menonk]jol, serangan panic, obsesi atau kompulsi yang menguasai gambaran klinis. B. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium salah satu dari (1) atau (2): (1) Gejala dalam kriteria A berkembang selama, atau dalam 1 bulan dari intoksikasi zat atau putus zat. (2) Pemakaian medikasi berhubungan secara etiologis dengan gangguan. C. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan kecemasan yang bukan akibat zat. Buktibukti bahwa gejala lebih baik diterangkan oleh suatu gangguan kecemasan yang bukan akibat zat seperti berikut: gejala mendahului onset pemakaian zat (atau pemakaian medikasi; gejala menetap untuk jangka waktu yang cukup lama (misalnya kira-kira sebulan) setelah hilangnya putus akut atau intoksikasi parah atau melebihi apa yang diperkirakan menurut jenis atau jumlah yang digunakan atau lama pemakaian; atau terdapat bukti lain yang menyatakan adanya suatu gangguan kecemasan bukan akibat zat yang tersendiri (misalnya, riwayat episode tidak berhubungan zat yang rekuren). D. Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu delirium. E. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis ata gangguan dalam fungsi social, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Catatan: diagnosis ini harus dibuat bukannya diagnosis intoksikasi zat atau putus zat hanya jika gejala kecemasan adalah melebihi dari yang biasanya berhubungan dengan sindrom intosikasi atau putus dan jika gejala kecemasan adalah cukup arah sehingga memerlukan perhatian klinis tersendiri. Penulisan: gangguan kecemasan akibat [zat spesifik] (alcohol, amfetamin [atau zat mirip amfetamin]; kafein; kanabis; kokain; halusinogen; inhalan; phencyclidine[atau zat mirip phencyclidine]; sedative; hipnotik; atau ansiolitik; zat lain [atau tidak diketahui]) Sebutkan jika: Dengan kecemasan umum: jika kecemasan atau rasa khawatir yang berlebihan tentang sejumlah kejadian atau aktivasi menguasai gambaran klinis. Dengan serangan panic: jika serangan panic menguasai gambaran klinis Dengan gejala obsesif-kompulsif: jika obsesi atau kompulsi menguasai gambaran klinis Dengan gejala fobik: jika gejala fobik menguasai gambaran klinis Sebutkan Jika: Dengan onset selama intoksikasi: jika memenuhi kriteria untuk intoksikasi zat dan gejala berkembang selama sindrom intoksikasi Dengan onset selama putus: jika memenuhi kriteria untuk putus dari zat dan gejala berkembang selama, atau segera setelah, sindrom putus.

Gambaran Klinis. Gambaran klinis penyerta adalah bervariasi tergantung pada zat tertentu yang terlibat. Menyertai dengan gejala gangguan kecemasan juga sering terdapat gangguan kognitif dalam pemahaman, kalkulasi, dan daya ingat.defisit kognitif tersebut biasanya reversible jika penggunaan zat dihentikan.

Gangguan Kecemasan yang Tidak Ditentukan Beberapa memiliki gejala gangguan kecemasan yang tidak memenuhi kriteria untuk satupun gangguan kecemasan DSM-IV spesifik atau gangguan penyesuaian dengan kecemasan atau campuran kecemasan dan mood yang terdepresi. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Kecemasan yang Tidak Ditentukan Berdasarkan DSM-IV Kategori ini termasuk gangguan-gangguan dengan kecemasan yang menonnjol atau fobik menghindar yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan kecemasan spesifik, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, atau gangguan penyesuaian dengan campuran kecemasan dan mood terdepresi. Contohnya adalah: 1. Gangguan campuran kecemasan-depresi: gejala kecemasan dan depresi yang bermakna secara klinis tetapi tidak memenuhi kriteria untuk gangguan mood spesifik atau gangguan kecemasan spesifik. 2. Gejala fobik social yang bermakna secara klinis yang berhubungan dengan pengaruh social karena menderita kondisi medis umum atau gangguan mental (misalnya, penyakit Parkinson, kondisi dermatologis, gagap, anoreksia nervosa, gangguan dismorfik tubuh). 3. Situasi dimana klinis telah menyimpulkan bahwa ditemukan suatu gangguan kecemasan tetapi tidak mampu menentukan apakah primer, karena kondisi medis umum, atau akibat zat.

Gangguan panic dan agorafobia Gangguan panic adalah ditandai dengan terjadinya serangan panic yang spontan dan tidak diperkirakan. Serangan panic adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relative singkat (biasanya kurang dari 1 tahun), yang disertai oleh gejala somatic tertentu seperti palpitasi dan takipnea. Gangguan panic sering kali disertai dengan agoraphobia, yaitu ketakutan berada sendirian di tempat-tempat public. Agoraphobia mungkin merupakan fobia yang paling mengganggu, karena terjadinya agoraphobia dapat mengganggu secara bermakna kemampuan seseorang untuk berfungsi di dalam situasi kerja atau social di luar rumah. DSM-IV juga mengandung kriteria diagnostic untuk agoraphobia tanpa riwayat gangguan panic. Serangan panic sendiri dapat terjadi pada berbagai gangguan mental(sebagai contoh, gangguan depresif) dan kondisi medis (sebagai contoh, putus zat atau intoksikasi zat); terjadinya serangan panic tidak sendirinya mengarahkan diagnosis gangguan panic.

Epidemiologi. Wanita adalah dua sampai tiga kali lebih sering terkena daripada laki-laki, walaupun kurangnya diagnosis (underdiagnosis) gangguan panic pada laki-laki mungkin berperan dalam distribusi yang tidak sama tersebut. Factor social satu-satunya yang dikenali berperan dalam perkembangan gangguan panic adalah riwayat perceraian atau perpisahan yang belum lama. Etiologi Faktor biologis. Satu interpretasi adalah gejala gangguan panic dapat disebabkan oleh berbagai kelainan biologis di dalam struktur otak dan fungsi otak. Terdapat juga hipotesis yang dihasilkan dari penelitian yaitu terlibatnya disregulasi system saraf perifer dan pusat di dalam patofisiologi gangguan panic. Factor genetic. Berbagai penelitian telah menemukan adanya peningkatan resiko gangguan panic sebesar empat sampai delapan kalilipat pada sanak saudara derajat pertama pasien dengan gangguan panic dibandingkan dengan sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. Faktor psikososial. Baik teori kognitif-perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan untuk menjelaskan pathogenesis gangguan panic dan agoraphobia. Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa kecemasana adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau melalui proses pembiasan klasik. Teori psikoanalitik memandang serangan panic sebagai akibat dari pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan kecemasan. Peneliti menyatakan bahwa penyebab serangan panic kemungkinan melibatkan arti bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa pathogenesis serangan panic mungkin berhubungan dengan factor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi psikologis. Kriteria diagnostic untuk Serangan Panik Catatan: Serangan panic bukan merupakan gangguan yang dapat dituliskan. Tuliskan diagnosis spesifik dimana serangan panic terjadi (misalnya, gangguan panic dengan agoraphobia). Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman, di mana empat (atau lebih) gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10 menit: (1) Palpitasi, jantung berdebar kuat, atau kecepatan jantung bertambah cepat. (2) Berkeringat. (3) Gemetar atau berguncang (4) Rasa nafas sesak atau tertahan (5) Perasaan tercekik (6) Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman (7) Mual atau gangguan perut

(8) Perasaan pusing, bergoyang, melayang, atau pingsang. (9) Derealisasi (perasaan tidak realitas) atau depersonalisasi (bukan merasa diri sendiri). (10) Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila (11) Rasa takut mati. (12) Parestesia (mati rasa atau sensasi geli) (13) Menggigil atau perasaan panas.

Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat dalam masa kirakira satu bulan : a) Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya. b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situation) c) Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara seranganserangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga anxietas antipsikotik yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi.

Kriteria diagnostik Agoraphobia Catatan: agoraphobia bukan merupakan gangguan yang dapat dituliskan. Tuliskan diagnosis spesifik dimana agoraphobia panic terjadi (misalnya, gangguan panic dengan agoraphobia atau agoraphobia tanpa riwayat gangguan panic). A. kecemasan berada di tempat atau situasi dimana sulit meloloskan diri (atau merasa malu) atau tiada pertolongan pada saat terjadi serangan atau mirip panik yg tak terduga atau situasional. Agoraphobia khas terjadi pd sekelompok situasi ketika sendirian diluar rumah, ditengah keramaian atau antrian, diatas jembatan, bepergian dgn bis, kereta api atau mobil. Catatan: pertimbangkan diagnosis fobia spesifik jika penghindaran hanya pada 1 atau beberapa situasi spesifik, atau Phobia Social bila terbatas pada situasi sosial. B. Situasi2 diatas dihindari ( membatasi bepergian) atau terpaksa dijalani dengan penderitaan yang jelas atau kecemasan akan mengalami serangan panik (atau mirip) atau membutuhkan teman pendamping.

C. Penghindaran kecemasan dan situasi fobik tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental lainnya seperti Phobia Sosial, phobia spesifik, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stress pasca traumatik, atau gangguan Kecemasan Perpisahan.

Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ-III), diagnosis pasti agorafobia harus memenuhi semua kriteria dengan adanya gejala ansietas yang terbatas pada kondisi yang spesifik yang harus dihindari oleh penderita. Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk kriteria pasti: a) Gejala psikologis perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif b) Ansietas yang timbul harus terbatas pada (terutama harus terjadi dalam hubungan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut banyak orang/keramaian, tempat umum, berpergian keluar rumah, dan berpergian sendiri, dan c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol. Gambaran Klinis Gangguan panic. Serangan panic pertama sering kali sama sekali spontan, walaupun serangan panic kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional sedang. DSM-IV menekankan bahwa sekurangnya serangan pertama harus tidak diperkirakan (tidak memiliki tanda) untk memenuhi kriteria diagnostic untuk gangguan panic. serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat dan suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu untuk menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas, dan berkeringat. Agorafobia. Pasien agorafobia secara kaku menghindari situasi dimana akan sulit untuk mendapatkan bantuan. Mereka lebih suka disertai oleh seorang teman atau anggota keluarga ditempat-tempat tertentu seperti jalanan yang sibuk, toko yang padat, ruangan yang tertutup (seperti terowongan, jembatan, dan elevator), dan kendaraan tertutup (seperti kereta bawah tanah, bus, dan pesawat udara). Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani tiap kali mereka keluar rumah. Perilaku tersebut dapat menyebabkan pertengkaran dalam perkawinan yang dapat keliru didiagnosis sebagai masalah primer. Pasien yang menderita secara parah mungkin semata-mata menolak keluar dari rumah. Khususnya sebelum didiagnosis yang benar dibuat, pasien mungkin ketakutan bahwa mereka akan gila. Gejala Penyerta. Gejala depresif seringkali ditemukan pada serangan panik dan agoraphobia, dan pada beberapa pasien suatu gangguan depresif ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian

telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.

Fobia social Fobia adalah perasaan takut yang irasional yang menyebabkan kesadaran untuk menghindar dari obyek ketakutan spesifik, aktivitas atau situasi. Fobia sosial, juga disebut sebagai gangguan cemas sosial, adalah gangguan cemas yang termasuk didalamnya distress yang hebat terhadap situasi umum. Epidemiologi. Dalam penelitian epidemiologis, wanita lebih sering terkena daripada laki-laki, tetapi pada sampel klinis seringkali terjadi hal yang sebaliknya. Onset usia puncak untuk fobia social adalah pada usia belasan tahun, walaupun onset seringklai paling muda pada usia 5 tahun dan paling lanjut pada usia 35 tahun. Etiologi. Beberapa penelitian telah melaporkan kemungkinan adanya sifat pada beberapa anak yang ditandai oleh pola inhibisi perilaku yang konsisten. Sekurangnya beberapa orang dengan fobia social mungkin mengalami inhibisi perilaku yang terlihat selama masa anak-anak. Selain itu factor neurokimiawi dan genetika juga berperan. kriteria diagnosis untuk fobia social a) Rasa takut yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi social atau kinerja dimana bertemu dengan orang yang tidak dikenal atau kemungkinan diperiksa oleh orang lain. Individu merasa takut bahwa ia akan bertindak dalam cara (atau menunjukan gejala kecemasan) yang akan memalukan atau merendahkan. b) Pemaparan dengan situasi social yang ditakuti hamper selalu mencetuskan kecemasan yang dapat berupa serangan panic yang berkaitan dengan situasi atau dipresiposisi oleh situasi. c) Orang menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan atau tidak beralasan

d) Situasi social atau kinerja yang ditakuti akan dihindari atau jika tidak dapat dihindari dihadapi dengan kecemasan atau dalam situasi penderitaan yang akut e) Penghindaran, antisipasi fobik, atau penderitaan dalam situasi social atau kinerja secara bermakna menganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (akademik) atau aktivitas social dan hubungan dengan orang lain, atau terdapat penderitaan yang jelas tentang menderita fobia. f) Pada individu dibawah 18 tahun, durasi sekurangnya 6 bulan

g) Rasa takut atau penghindaran bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum, dan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan cemas perpisahan, gangguan dismorfik tubuh, gangguan perkembangan parbasif, atau gannguan kepribadian skizoid).

h. jika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental lain, rasa takut dalam kriteria A adalah tidak berhubungan dengannya, misalnya, rasa takut adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit Parkinson, atau menunjukkan perilaku makan abnormal pada anoreksia nervosa atau bulimia nervosa. Sebutkan jika: Menyeluruh: jika rasa takut termasuk situasi yang paling social (juga pertimbangkan diagnosis tambahan gangguan kepribadian menghindar). Sedangkan berdasarkan PPDGJ III diagnosis fobia sosial ditegakkan bardasarkan yaitu Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti: a) gejala psikologis, perilaku atau otonomilk yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejalagejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif; b) anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the family circle); dan c) menghindari situasi fobik harus atau sudah merupaken gejala yang menonjol Bila terlalu sulit untuk membedakan antara fobia sosial dengan agorafobaa, hendaknya diutamakan diagnosa agorafobia. Gejala Klinis Fobia. Fobia adalah ditandai oleh kesadaran akan kecemasan berat jika pasien memperkirakan akan terpapar dengan situasi atau objek tersebut. Pasien dengan fobia, menurut definisinya, mencoba untuk menghindari stimulus fobik. Beberapa pasien mengalami masalah besar dalam menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan. Temuan utama pada pemeriksaan status mental adalah adanya ketakutan yang irasional dan egodistonik terhadap situasi, aktivitas atau objek tertentu. Depresi sering kali ditemukan pada pemeriksaan status mental dan mungkin ditemukan pada sebanyak sepertiga dari semua pasien fobik. Fobia Spesifik Etiologi. Perkembangan fobia spesifik dapat disebabkan dari pemasangan objek atau situasi tertentu dengan emosi ketakutan dan panic. Factor genetika juga berpengaruh dimana dari hasil penelitian dilaporkan duapertiga samapi tigaperempat penderita yang terkena memiliki sekurangnya satu sanak saudara derajat pertama dengan fobia spesifik dari tipe yang sama. kriteria diagnostic untuk fobia spesifik a) Rasa takut yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan, ditunjukan oleh adanya atau antisipasi suatu objek atau situasi tertentu (misalnya, naik pesawat terbang, ketinggian, binatang, mendapat suntikan, melihat darah).

b) Pemaparan dengan stimulus fobik hamper selalu mencetuskan respons kecemasan segera, yang dapat berupa serangan panic yang berhubungan dengan situasi atau dipredisposisi oleh situasi. c) Orang menyadari bahwa rasa takut tersebut berlebihan atau tidak beralasan.

d) Situasi fobik mungkin dihindari, atau jika tidak dapat dihindari dihadapi dengan kecemasan atau penderitaan yang kuat. e) Penghindaran, antisipasi kecemasan, atau penderitaan dalam situasi yang ditakuti secara bermakna menganggu rutinitas norma orang, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau aktivitas social atau hubungan dengan orang lain atau terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia. f) Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi sekurang-kurangnya adalah 6 bulan

g) Kecemasan, serangan panic atau penghindaran fobik berhubungan dengan objek atau situasi spesifik adalah tidak lebih diterangkan oleh gangguan mental lain, seperti, gangguan obsesi-kompulsif (misalnya, takut pada kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stress pascatraumatik (misalnya, menghindar dari stimuli yang berhubungan dengan stressor yang berat), gangguan cemas perpisahan (misalnya, meghindar sekolah), fobia social, gangguan panic dengan agoraphobia atau agoraphobia tanpa riwayat panic.

Gangguan Obsesif-Kompulsif Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide atau sensasi yang mengganggu (intrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kompulsi menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi, jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat. Seseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai ego-distonik. Gangguan obsesif-kompulsif dapat merupakan gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota sekeluarga. Epidemiologi. Untuk orang dewasa, laki-laki dan wanita sama mungkin terkena; tetapi untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki onset usia yang agak lebih awal (rata-rata sekitar usia 19 tahun) dibandingkan wanita (rata-rata sekitar 22 tahun). Secara keseluruhan, kira-kira duapertiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun. Gangguan obsesif-kompulsif dapat memiliki onset pada masa remaja atau masa anak-anak, pada beberapa kasus dapat pada usia 2 tahun. Etiologi

Faktor Biologis. Banyak penelitian yang mendukung adanya hipotesis bahwa disregulasi serotonin berpengaruh pada pembentukan gejala gangguan obsesif kompulsif, tetapi serotonin sebagai penyebab gangguan obsesif kompulsif masih belum jelas. Genetik juga diduga berpengaruh untuk terjadinya gangguan obsesif kompulsif dimana ditemukan perbedaan yang bermakna antara kembar monozigot dan dizigot. Faktor Tingkah Laku. Menurut teori, obsesi adalah stimulus yang terkondisi. Sebuah stimulus yang relatif netral diasosiasikan dengan rasa takut atau cemas melalui proses pengkondisian responden yaitu dengan dihubungkan dengan peristiwa peristiwa yang menimbulkan rasa cemas atau tidak nyaman. Kompulsi terjadi dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang menyadari bahwa perbuatan tertentu dapat mengurangi kecemasan akibat obsesif, orang tersebut mengembangkan suatu strategi penghindaran aktif dalam bentuk kompulsi atau ritual untuk mengendalikan kecemasan tersebut. Secara perlahan, karena efikasinya dalam mengurangi kecemasan, strategi penghindaran ini menjadi suatu pola tetap dalam kompulsi. Faktor Psikososial. Menurut Sigmund Frued, gangguan obsesif kompulsif bisa disebabkan karena regresi dari fase anal dalam fase perkembangannya.2 Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi gangguan obsesif kompulsi. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alas an timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Obsesif-Kompulsif A. Salah satu obsesi atau kompulsi: Obsesi seperti yang didefinisikan oleh (1), (2), (3), dan (4): (1) pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten yang dialami, pada suatu saat selama gangguan, sebagai intrusif dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas (2) pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak semata-mata kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata (3) orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain (4) orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan obsesional adalah keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran) Kompulsi seperti yang didefinisikan oleh (1) dan (2) : (1) perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan mental (misalnya, berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang berulang yang dirasakannya mendorong

untuk melakukannya sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipatuhi secara kaku. (2) Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan; tetapi perilaku atau tindakan mental tersebut dihubungkan dengan cara yang realistik dengan apa mereka anggap untuk menetralkan atau mencegah, atau jelas berlebihan B. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: ini tidak berlaku bagi anak-anak C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas; menghabiskan waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari); atau secara bermakna mengganggu rutinitas orang normal, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau aktivitas atau hubungan sosial yang biasanya D. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas padanya (misalnya, preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan makan; menarik rambut jika terdapat trikotilomania; permasalahan pada penampilan jika terdapat gangguan dismorfik tubuh; preokupasi dengan obat jika terdapat suatu gangguan penggunaan zat; preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius jika terdapat suatu hipokondriasis; preokupasi dengan dorongan atau fantasi seksual jika terdapat parafilia; atau perenungan bersalah jika terdapat gangguan depresif berat) E. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum. Sebutkan jika : dengan tilikan buruk: jika selama sebagian besar waktu selama episode terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Gambaran Klinis Gambaran obsesi dan kompulsi adalah heterogen pada orang dewasa dan pada anak-anak dan remaja. Gejala pasien individual mungkin bertumpang tindih dan berubah dengan berjalannya waktu, tetapi gangguan obsesif-kompulsif memiliki empat pola gejala yang utama. Pola yang paling sering ditemukan adalah suatu obsesi akan kontaminasi, diikuti oleh mencuci atau disertai oleh penghindaran obsesif terhadap objek yang kemungkinan terkontaminasi. Objek yang ditakuti seringkali sukar untuk dihindari (sebagai contohnya, feses, urin, debu atau kuman). Pasien mungkin secara terus-menerus menggosok kulit tangannya dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin tidak mampu pergi keluar rumah karena takut akan kuman. Walaupun kecemasan adalah respon emosional yang paling sering terhadap objek yang ditakuti, rasa malu dan kejijikan yang obsesif juga sering ditemukan. Pasien dengan obsesi kontaminasi biasanya percaya bahwa kontaminasi adalah ditularkan dari objek ke objek atau orang ke orang oleh kontak ringan.

Pola kedua yang tersering adalah obsesi keragu-raguan, diikuti oleh pengecekan yang kompulsi. Obsesi seringkali melibatkan suatu bahaya kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci pintu). Pengecekan tersebut mungkin menyebabkan pasien pulang beberapa kali ke rumah untuk memeriksa kompor, sebagai contohnya. Pasien memiliki keragu-raguan terhadap diri sendiri (self-doubt) yang obsesional, saat mereka selalu merasa bersalah karena melupakan atau melakukan sesuatu. Pola ketiga yang terseing adalah pola dengan semata-mata pikiran obsesional yang mengganggu tanpa suatu kompulsi. Obsesi tersebut biasanya berupa pikiran berulang akan suatu tindakan seksual atau agresi yang dicela oleh pasien. Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan akan simetrisitas atau ketepatan, yang dapat menyebabkan perlambatan kompulsi. Pasien secara harfiah menghabisakan waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur wajahnya. Penumpukan obsesi dan kompulsi religius adalah sering pada pasien obsesif-kompulsif.

Gangguan stress pasca traumatic dan gangguan stress akut Stress digambarkan sebagai suatu perasaan tegang secara emosional dan fisik. Stress adalah bagian dari kehidupan. Tidak ada kehidupan yang sama sekali terbebas dari stress, bahkan stress yang berlangsung lama dapat menyebabkan kematian. Gangguan Stress Pascatraumatik adalah sebuah sindrom yang berkembang setelah seseorang melihat, terlibat/mengalami atau mendengar suatu stressor traumatik yang sangat hebat. Orang tersebut akan bereaksi terhadap pengalaman ini, bisa berupa ketakutan dan perasaan tidak berdaya, yang secara persisten dihindarinya dan mencoba menghindar dari mengingat kejadian tersebut. Gangguan Stress Pascatraumatik, harus mengalami suatu stress emosional yang besar yang akan traumatik bagi hampir setiap orang. Trauma tersebut termasuk trauma bencana alam, peperangan, penyerangan, pemerkosaan dan kecelakaan serius (sebagai contoh, kecelakaan mobil dan kebakaran gedung). Gangguan tersebut timbul apabila mengalami stress emosional/trauma psikologik yang besar yang berada di luar batas-batas pengalaman manusia yang lazim. Epidemiologi. Stress pasca traumatic dapat tampak pada setiap usia, gangguan ini paling menonjol pada dewasa muda, karena sifat situasi yang mencetuskannya. Tetapi, anak-anak dapat mengalami gangguan stress pasca traumatic. Trauma untuk laki-laki biasanya pengalaman peperangan, dan trauma untuk wanita paling sering adalah penyerangan dan pemerkosaan. Etiologi. Stresor adalah penyebab utama dalam perkembangan gangguan stress pasca trauma. Tetapi tidak semua orang akan mengalami gangguan stress pascatrauma setelah suatu peristiwa traumatik. Walaupun stressor diperlukan, namun stressor tidak cukup untuk menyebabkan gangguan. Faktor-faktor yang harus ikut dipertimbangkan adalah faktor biologis individual, faktor psikososial sebelumnya dan peristiwa yang terjadi setelah trauma.

Kriteria diagnostik untuk gangguan stress pascatraumatik 1.Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari berikut ini terdapat : a.Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu kejadian atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang sesungguhnya atau cedera yang serius, atau ancaman kepada integritas fisik diri atau orang lain. b.Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya atau horor. 2.Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu (atau lebih) cara berikut : a.Rekoleksi yang menderitakan, rekuren, dan mengganggu tentang kejadian, termasuk angan pikiran atau persepsi. b.Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian. c.Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali. d.Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik. e.Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik. 3.Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma dan kaku karena responsivitas umum (tidak ditemukan sebelum trauma), seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) berikut ini : 1.Usaha untuk menghindari pikiran, perasaan atau percakapan yang berhubungan dengan trauma. 2.Tidak mampu untuk mengingat aspek penting dari trauma 3.Hilangnya minat atau peran serta yang jelas dalam aktivitas yang bermakna. 4.Perasaan terlepas atau asing dari orang lain 5.Rentang afek yang terbatas 6.Perasaan bahwa masa depan menjadi pendek. 4.Gejala menetap adanya peningkatan kesadaran yang ditunjukkan oleh dua (atau lebih) berikut : 1.Kesulitan untuk tidur atau tetap tidur 2.Iritabilitas atau ledakan kemarahan 3.Sulit berkonsentrasi

4.Kewaspadaan berlebihan 5.Respon kejut yang berlebihan 5.Lama gangguan (gejala dalam kriteria b, c, d) adalah lebih dari satu bulan 6.Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain. Sebutkan jika : Akut : jika lama gejala adalah kurang dari 3 bulan Kronis : jika lama gejala adalah 3 bulan atau lebih Sebutkan jika : Dengan onset lambat : onset gejala sekurangnya enam bulan setelah stressor

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Stress Akut 1.Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari berikut ini ditemukan : a.Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu kejadian atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang sesungguhnya atau cedera yang serius, atau ancaman kepada integritas diri atau orang lain. b.Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya atau horor. 2.Salah satu selama mengalami atau setelah mengalami kejadian yang menakutkan, individu tiga (atau lebih) gejala disosiatif berikut : 1.perasaan subyektif kaku, terlepas, atau tidak ada responsivitas emosi 2.penurunan kesadaran terhadap sekelilingnya (misalnya, berada dalam keadaan tidak sadar) 3.derelisasi 4.depersonalisasi 5.amnesia disosiatif (yaitu, ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma) 3.Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali sekurangnya satu cara berikut: bayangan, pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik yang rekuren, atau suatu perasaan hidupnya kembali pengalaman atau penderitaan saat terpapar dengna pengingat kejadian traumatic

4.Penghindaran jelas terhadap stimuli yang menyadarkan rekoleksi trauma (misalnya, pikiran, perasaan, percakapan, aktivitas, tempat, orang). 5.Gejala kecemasan yang nyata atau pengingat kesadaran (misalnya, sulit tidur, iritabilias, konsentrasi buruk, kewaspadaan berlebihan, respon kejut yang berlebihan, dan kegelisahan motorik). 6.Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain, menganggu kemampuan individu untuk mengerjakan tugas yang diperlukan, seperti meminta bantuan yang diperlukan atau menggerakan kemampuan pribadi dengan menceritakan kepada anggota keluarga tentang pengalaman traumatic. 7.Gangguan berlangsung selama minimal 2 hari dan maksimal 4 minggu dan terjadi dalam 4 minggu setelah traumatic 8.Tidak karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum, tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan psikotik singkat dan tidak sematamata suatu eksaserbasi gangguan Aksis I atau Aksis II dan telah ada sebelumnya.

.Manifestasi Klinis. Manifestasi klinis utama pada gangguan stress pascatrauma adalah kembalinya pengalaman menyakitkan yang terus menerus dalam pikiran korban, pola penghindaran terutama terhadap hal-hal yang mengingatkan korban pada pengalaman traumatisnya, dan tumpulnya emosi. Keadaan-keadaan di atas mungkin segera setelah trauma, namun gejala lengkapnya baru timbul setelah beberapa waktu. Perasaan bersalah, penghindaran, dan rasa dipermalukan kadang-kadang dapat ditemukan dalam anamnesis psikiatri. Adanya penghindaran dan tumpulnya emosi merupakan hal yang penting dalam diagnosis menurut DSM-IV. Gejala kecemasan patologis antara lain rasa was-was yang berlebihan, ketakutan, penarikan diri dari masyarakat dan lingkungan, kesukaran konsentrasi dan berfikir, gejala-gejala somatik seperti tremor, panas dingin, berkeringat, sesak napas, jantung berdebar, serta dapat pula ditemui gejala gangguan persepsi seperti depersonalisasi, derealisasi dan mungkin terdapat gejala yang lain.

Gangguan kecemasan umum Gangguan kecemasan umum didefinisikan dalam DSM-IV sebagai kekhawatiran yang berlebihan dan meresap, disertai oleh berbagai gejala somatic, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi social atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien. Epidemiologi. Gangguan kecemasan umum kemungkinan merupakan gangguan yang paling sering ditemukan dengan gangguan mental penyerta, biasanya gangguan kecemasan atau gangguan mood

lainnya. Kemungkinan 50% pasien dengan gangguan kecemasan umum memiliki gangguan mental lainnya. Rasio wanita dan laki-laki adalah kira-kira 2 berbanding 1, tetapi rasio wanita berbanding laki-laki yang mendapatkan perawatan rawat inap untuk gangguan tersebut kira-kira adalah 1 berbanding 1. Usia onset adalah sukar utuk ditentukan, karena sebagian besar pasien melaporkan bahwa mereka mengalami kecemasan selama yang dapat mereka ingat. Pasien biasanya datang untuk mendapatkan perawatan dokter pada usia 20 tahunan, walaupun kontak pertama dengan klinisi dapat terjadi pada hampir setiap usia. Etiologi Seperti pada sebagian besar gangguan mental, penyebab gangguan kecemasan umum adalah tidak diketahui. Kemungkinan karena derajat kecemasan tertentu adalah normal dan adaptif, membedakan kecemasan normal darikecemasan patologis dan membedakan factor penyebab biologis dari factor psikososial adalah sulit. Factor biologis dan psikologis kemungkinan bekerja sama. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Kecemasan Umum Berdasarkan DSM-IV A. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan (harapan yang mengkhawatirkan), yang lebih banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah kejadian atau aktivitas (seperti pekerjaan, prestasi sekolah). B. Orang merasa sulit mengendalikan ketakutan. C. Kecemasan dan kekhawatiran adalah disertai oleh tiga(atau lebih) dari enam gejala berikut ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi selama enam bulan terakhir). Catatan: Hanya satu nomor yang diperlukan pada anak-anak. 1. Kegelisahan atau perasaan bersemangat atau gelisah 2. Merasa mudah lelah 3. Sulit berkosentrasi atau pikiran menjadi kosong 4. Iritabilitas 5. Ketegangan otot 6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang gelisah dan tidak memuaskan) D. Fokus kecemasan dan kekhawatiran adalah tidak terbatas pada gangguan aksis 1, misalnya kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu serangan panic (seperti pada gangguan panic), merasa malu di depan public(seperti pada fobia social), terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif-kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti pada gangguan cemas perpisahan), penambahan berat badan (seperti pada anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau menderita penyakit kronis serius (seperti pada hipokondriasis), serta kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi semata-mata selama gangguan stress pascatraumatik. E. Kecemasan , kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan pada fungsi social, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

F. Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang salah digunakan, medikasi) atau kondisi medis umum (misalnya, hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasive. Gambaran Klinis. Gejala utama dari gangguan kecemasan umum adalah kecemasan, ketegangan motoric, hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan kognitif. Kecemasan adalah berlebihan dan mengganggu aspek lain kehidupan pasien. Ketegangan motoric paling sering dimanifestasikan sebagai kegemetaran, kegelisahan, dan nyeri kepala. Hiperaktivitas sering kali dimanifestasikan oleh sesak nafas, keringat berlebihan, palpitasi dan berbagai gejala gastrointestinal. Kewaspadaan kognitif ditandai oleh sifat lekas tersinggung dan mudahnya pasien dikejutkan. Fisiologi Definisi Etiologi Diagnosa PPDGJ-III F41 Gangguan Anxietas Lainnya Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted) pada situasi lingkungan tertentu saja. Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan juga beberapa unsur dari anxietas fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan. F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh Pedoman Diagnostik Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang). Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut: a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb.); b. Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb.). Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic yang menonjol.

Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif, gangguan anxietas fobik, gangguan panic, atau gangguan obsesifkompulsif.

Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Waldo E. Nelson. Richard E. Behrman, Robert Kliegman, Ann M. Arvin. Editor Prof. DR. dr. A. Samik Wahab, SpA(K). EGC. Jakarta. 1999 Kecemasan, ketakutan, dan kekuatiran dialami secara tetap sebagai bagian perkembangan normal. Apabila keadaan ini menjadi terlepas menjadi situasi-situasi atau peristiwa-peristiwa spesifik atau apabila hal-hal tersebut menjadikan tidak mampu mengarah pada tujuan sehingga hal-hal tersebut mempengaruhi secara negative interaksi social, maka gangguan ini adalah patologis dan memerlukan intervensi. Gangguan kecemasan karena perpisahan, gangguan penghindaran, gangguan kecemasan berlebihan, gangguan obsesif kompulsif, fobia, dan gangguan stress pasca trauma semua ditentukan oleh kecemasan difus atau spesifik yang terkait dengan situasi yang dapat diramalkan.

Anak prasekolah secara khas mengembangkan ketakutan spesifik akibat gelap, binatang, situasi khayalan. Anak usia sekolah berhenti mengkhayalkan ketakutan secara perlahan dan menggantinya dengan takut bahaya badaniah dan juga dengan kekuatiran lain yang secara potensial nyata. Kecemasan social sering berkembang selama umur belasan tahun. Gangguan penghindaran ditandai dengan takut yang berlebihan terhadap kontak dengan orang yang tidak akrab yang mengarah pada isolasi social. Anak dan remaja ini menahan keinginan untuk terlibat dengan keluarga dan teman sebaya yang akrab. Beberapa klinisi menduga bahwa diagnosis ini sebenarnya tidak ada tetapi merupakan bagian dari gambaran kecemasan menyeluruh. Perjalanan jangka panjang adalah bervariasi.

Harrison Etiologi ulkus duodeni Pentingnya factor psikologis dalam pathogenesis ulkus duodeni tetpa kontroversial. Berlawanan dengan pandangan dahulu, tidak terdapat satupun kepribadianulkus duodeni yang karakteristik. Akan tetapi, kecemasan kronik dan stress psikologik dapat merupakan factor dalam memperburuk aktivitas ulkus. Terdapat beberapa bukti bahwa pasien dengan ulkus duodeni dapat memandang stress lebih secara negative dibanding subjek bukan-ulkus. Tidak pernah diteliti dan diketahui frekuensi ulkus duodeni di antara kelas sosioekonomik atau kelompok pekerjaan yang berlainan.

You might also like