You are on page 1of 29

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penulisan Bila kita ditanya Apakah agama saudara? Kita pasti akan menjawab Saya beragama Hindu? Bila kita ditanya lagi, Apa buktinya saudara beragama Hindu? Kita bisa menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) kita yang dalam kolom agama tertulis "Hindu". Atau kita mengatakan kita lahir dari orang tua Hindu. Atau kita kawin dengan seorang laki-laki atau wanita Hindu. Atau kita melakukan ibadah Hindu. Sembahyang sesuai dengan agama Hindu. Jawaban-jawaban di atas memang benar. Tapi belum seluruhnya. Tapi apakah mungkin mengetahui seorang Hindu dari tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari? Tidak mungkin mengetahui agama seseorang hanya dengan melihat tingkah laku atau sikap hidupnya. Tapi seorang Hindu wajib mencerminkan ajaran-ajaran keyakinan dan kepercayaan Hindu dalam kehidupannya. Untuk dapat melakukan ini seorang Hindu harus memahami agama Hindu secara baik. Bila kita melihat secara garis besar di Indonesia terdapat bermacam-macam kebudayaan daerah, maka nampak jelas perbedaan antara budaya atau kebudayaan Bali dengan budaya dan kebudayaan daerah lainnya. Populernya Bali di seluruh penjuru dunia adalah karena kebudayaannya yang luhur dan indah itu. Bagi pengamat sepintas, sulit pula membedakan antara agama Hindu dan budaya Bali, oleh karena itu sering terjadi identifikasi bahwa agama Hindu sama dengan kebudayaan Bali. Kerancuan ini perlu dijelaskan, bahwa kedudukan agama Hindu dalam hubungannya dengan budaya Bali adalah merupakan jiwa dan nafas hidup dari budaya dan kebudayaan.

1 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

Agama Hindu dapat disebut sebagai isi, nafas dan jiwa dari budaya Bali sebagai ekspresi atau gerak aktivitasnya. Agama Hindu sesuai dengan sifat ajarannya senantiasa mendukung dan mengembangkan budaya setempat. Agama Hindu ibarat aliran sungai, kemana sungai mengalir, di sanalah lembah disuburkan. Budaya dapat pula dibandingkan sebagai wadah dan agama sebagai air. Warna dan bentuk wadah menentukan warna dan bentuk air di dalam wadah itu. Demikianlah hubungannya agama Hindu dengan budaya atau kebudayaan Bali. Perbedaan budaya tidak akan menimbulkan perbedaan dalam pengamalan ajaran agama oleh umatnya, karena agama Hindu di manapun dianut oleh pemeluknya, ajarannya selalu sama, univesal dan bersifat abadi. Maka dari itu kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk memungkinkan terjadinya gesekan antar umat beragama. Gesekan menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif. Seberapa jauh dampak yang ditimbulkan sangat tergantung pada tingkat kesadaran umat beragama.Secara historis, kondisi kehidupan pada masa lampau telah terbina kearah terwujudnya kehidupan yang penuh toleransi, rukun dan damai antar penganut agama yang satu dengan yang lainnya. Seperti kita ketahui dalam ajaran agama hindu kita mengenal lima keyakinan dan kepercayaan kepada tuhan yang disebut dengan Panca Sradha. Yang menjadi konsep dan keyakinan mendasar bagi setiap umat hindu dalam meyakini keberadaannya. Oleh karena itu penulis mengambil tema dengan judul Panca Sradha Dalam Konsep Ketuhanan menurut Agama Hindu.

2 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

1.2.

Rumusan Masalah Berdasarkan dari Latar belakang yang telah di sebutkan seperti di atas. Maka, penulis menyajikan rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana penulis menyampaikan bahwa Panca Sradha dalam konsep ketuhanan menjadi keyakinan yang mendasar bagi setiap umat hindu. b. Bagaimana umat hindu mengamalkan ajaran-ajaran panca sradha dengan baik dan benar. c. Kurangnya konsep pemahaman umat hindu tentang pengertian dan tujuan dari panca sradha itu sendiri. d. Upaya untuk mewujudkan kesejahtraan hidup dalam beragama dengan mengamalkan ajaran-ajaran panca sradha.

1.3.

Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan laporan ini tiada lain adalah, untuk menjadi seorang umat hindu hendaknya harus bisa mencerminkan ajaran-ajaran agama hindu dalam kehidupannya. mempunyai pengertian yakin terhadap Tuhan itu sendiri. Yakin ini merupakan pengakuan atas dasar keyakinan bahwa sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha segala-galanya. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang disebut juga Hyang Widhi. Adapun tujuan tersebut sebagai berikut : a. Tujuan Umum 1) Memenuhi salah satu syarat tugas yang diberikan dalam perkuliahan sebagai seorang mahasiswa di jurusan Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Bali.

3 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

2) Mengamalkan nilai-nilai positif yang terkandung dalam ajaran-ajaran panca sradha yang harus dipegang teguh dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat demi mencapai tujuan hidupnya di dunia dan sesudahnya.

b. Tujuan Khusus 1) Menjelaskan pengertian dari konsep panca sradha itu sendiri yang harus di resapi dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat untuk mencapai kesejahtraan dan tujuan hidupnya. 2) Upaya untuk lebih memahami makna yang tersirat dari panca sradha itu sendiri untuk mencapai kesejahtraan dan ketentraman lahir dan bathin. 3) Meyakini kebesaran tuhan itu sendiri, bahwa tuhan itu maha kuasa, maha pencipta dan maha segala-galanya. 4) Percaya dengan adanya hukum karma bahwa dengan mempelajari Karmaphala akan memberikan keyakinan kepada kita untuk mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika dan cara yang baik guna mencapai cita- cita yang luhur dan selalu menghindari jalan dan tujuan yang buruk. 5) keyakinan tentang kebenaran adanya Atman yang dapat diartikan sebagai percikan kecil dari Ida Sang Hyang Widhi yang ada di dalam setiap tubuh mahluk hidup. 1.4. Ruang Lingkup Penulisan Ruang Lingkup Penulisan yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

4 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

a.

Menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran hindu yang berlandaskan pada prinsip dari ajaran panca sradha.

b.

Menjelaskan pengaruh dari ajaran panca sradha bagi kehidupan yang bersumber pada suatu kebenaran yang mutlak (bersumber pada wahyu Tuhan), yang ajarannya

sepenuhnya didasarkan atas keyakinan/kepercayaan tersendiri. c. Membina terwujudnya kerukunan hidup beragama yang berlandaskan pada prinsip kebenaran ajaran tattwam asi untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita bersama, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur,sejahtera, gemah ripah lohjinawi salunglung sabayantaka, sehingga betul-betul menjadi kenyataan dalam hidup mengarah terwujudnya masyarakat yang madani.

5 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

BAB II SISTEMATIKA PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Panca Sradha

Keyakinan pokok dari agama Hindu terdiri dari 5 (lima) hal yang disebut Panca Crada. Panca artinya 5 (lima) Crada berarti keyakinan (creed dalam bahasa inggris; credo dalam bahasa latin). Bila dijabarkan menurut katanya panca dapat diartikan lima dan sradha dapat diartikan keimanan atau kepercayaan. Jadi Panca Sradha adalah lima dasar kepercayaan atau keyakinan Agama Hindu yang harus dipegang teguh dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat demi mencapai tujuan hidupnya di dunia dan sesudahnya. Usaha untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama Hindu dari kelima macam kepercayaan itu mutlak perlu kita yakini. Akan menjadi sempurna apabila penghayatan dan pengamalannya dilandasi dengan cubhakarma (ethika) dan yadnya (ketulusan berkorban).

Bagian-bagian Panca Sradha :


Percaya dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi (Widhi Sradha) Percaya dengan adanya Atma (Atma Sradha) Percaya dengan adanya Karma Phala (Karmaphala Sradha) Percaya dengan adanya Punarbhawa atau Samsara (Punarbhawa Sradha) Percaya dengan adanya Moksa (Moksa Sradha)

6 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

Pemujaan Kawitan didasari oleh Atma Tattwa dan Purnabhawa. Bahwa roh leluhur akan menjelma kembali menjadi manusia, bisa jadi anak-cucu kita dalam kaitan ini pemujaan Kawitan adalah bagian dari Bhakti Marga, mewujudkan kasih sayang kepada leluhur dan keturunan kita. Kawitan adalah jenjang leluhur yang tertinggi. Pemujaan Kawitan juga dapat didasari oleh Moksa, karena dalam upaya mensucikan roh leluhur, salah satu caranya dengan menyembah roh leluhur, mendoakan tercapainya Amoring Acintya. Kawitan adalah manusia, leluhur kita yang pernah lahir di dunia. Jika Kawitan diartikan sebagai "Wit" atau asal, maka Sanghyang Manu, manusia pertama ciptaan Hyang Widhi adalah kawitan manusia diseluruh dunia. Oleh karena alam pikiran manusia serba terbatas, ingin ada sesuatu batasan yang jelas dalam mewujudkan bhaktinya, berlawanan dengan keadaan Hyang Widhi yang tidak terbatas maka umat Hindu di Bali memutuskan bahwa Bhatara Kawitan mereka adalah yang pertama kali datang di Bali tidak lagi memikirkan leluhur yang dahulunya di Majapahit atau lain-lain.

2.2

Penjelasan Bagian-Bagian Panca Sradha

a. Percaya dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi (Widhi Sradha).

Widhi Sradha adalah keyakinan atau kepercayaan tentang kebenaran adanya Ida Sang Hyang Widhi. Keyakinan tentang kebenaran adanya Ida Sang Hyang Widhi dapat dilakukan melalui ajaran Tri Pramana yang berarti tiga cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan, atau cara bagaimana umat Hindu menjadi tahu tentang adanya sesuatu. Yakin ini merupakan pengakuan atas dasar keyakinan bahwa sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha segala-galanya. Tuhan Yang Maha Kuasa yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman) adalah ia yang kuasa atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari kuasanya. Ia sebagai
7 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

pencipta, sebagai pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari segala yang ada. Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Tuhan yang Tunggal (Esa) itu dipanggilnya dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Ciwa sebagai pelebur/pemralina. Banyak lagi panggilannya yang lain. Ia maha tahu berada dimana-mana. Karena itu tak ada apapun yang dapat kita sembunyikan dihadapannya. Orang-orang menyembahnya dengan bermacammacam cara pada tempat yang berbeda-beda. Kepadanyalah orang menyerahkan diri mohon perlindungan dan petunjuknya agar ia menemukan jalan terang dalam mengarungi hidup ini.

1) Ada pun bagian dari Tri Pramana adalah : (a) Kepercayaan Umat Hindu terhadap adanya Brahman didasarkan pada kenyataan, Dimana para maharesi secara nyata dan jelas dapat menerima dan mendengar wahyu Tuhan, orang suci atau maharesi langsung menerima wahyu Tuhan yang di sebut sebagai Pratyaksa Pramana. (b) Kepercayaan Umat Hindu terhadap adanya Brahman didasarkan pada logika atau gejala alam atau rahasia alam yang tidak dapat terpecahkan oleh manusia. Maka berdasarkan logika pasti ada penyebab atau sumber dari gejala keanehan alam raya ini. Hal inilah yang di sebut sebagai Anumana Pramana. (c) Kepercayaan Umat Hindu terhadap adanya Brahman didasarkan pada pemberitahuan orang lain yang di percaya atau berdasarkan ajaran agama atau Kitab Suci Veda. Dengan dasar ajaran Agama umat Hindu percaya dengan adanya Tuhan. hal ini yang disebut Agama Pramana. 2) Sifat-sifat Brahman antara lain :
8 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

(a) Sat: sebagai Maha Ada satu-satunya tidak ada keberadaan yang lain di luar beliau. Dengan kekuatannya Brahman telah menciptakan bermacam-macam bentuk, warna, serta sifat banyak di alam semesta ini. Planet, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan serta benda yang disebut benda mati berasal dari Tuhan dan kembali pada Tuhan bila saatnya pralaya tiba. Tidak ada satupun benda-benda alam semesta ini yang tidak bisa bersatu kembali dengan Tuhan, karena tidak ada barang atau zat lain di alam semesta ini selain Tuhan. (b) Cit: sebagai Maha Tahu Beliaulah sumber ilmu pengetahuan, bukan pengetahuan agama tetapi sumber segala pengetahuan. Dengan pengetahuan maka dunia ini menjadi berkembang dan berevolusi dari bentuk yang sederhana bergerak menuju bentuk yang sempurna. Dari avidya (absence of knowledge- kekurang tahuan) menuju vidya atau maha tahu. (c) Ananda. Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan suka duka. Maya yang diciptakan Brahman menimbulkan illusi namun tidak berpengaruh sedikitpun terhadap kebahagiaan Brahman. Pada hakikatnya semua kegembiraan, kesukaran, dan kesenangan yang ada, yang ditimbulkan oleh materi bersumber pula pada Ananda ini, bedanya hanya dalam tingkatan. Kebahagiaan yang paling rendah ialah berwujud kenikmatan insting yang dimiliki oleh binatang pada waktu menyantap makanan dan kegiatan sex. Tingkatan yang lebih tinggi ialah kesenangan yang bersifat sementara yang kemudian disusul duka. Tingkatan yang tertinggi adalah suka tan pawali duka, kebahagian abadi, bebas dari daya tarik atau kemelekatan terhadap benda-benda duniawi.

9 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

Dalam Kitab Suci Agama Hindu mengajarkan bahwa Tuhan itu hanya ada satu Beliau maha besar maha tahu dan ada dimana-mana yang menjadi sumber dari segala yang ada di alam raya ini.Tetapi dalam manisfestasinya atau perwujudannya sebagai Tri Murti, Tuhan hanya ada satu, yang di percaya mempunyai Tiga wujud kekuatan. Tri yang berarti Tiga dan Mukti yang berarti perwujudan. Tiga kekuatan atau kebesaran itu yang di maksud adalah : (a) Tuhan sebagai maha Pencipta dalam wujudnya sebagai pencipta Tuhan di beri nama Dewa Brahma dikatakan sebagai maha pencipta karena Tuhanlah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, Dewa Brahma di simbolkan dengan aksara suci A (Ang). (b) Tuhan sebagai maha pemelihara Tuhan sebagai pemelihara yang melindungi segala ciptaannya dalam manisestasinya sebagai pemelihara Umat Hindu menyebut Tuhan sebagai Dewa Wisnu, dan disimbolkan dengan aksara suci U (ung). (c) Tuhan sebagai maha pemralina, pemralina berasal dari kata pralina yang berarti kembali pada asalnya, pemrelina berarti mengembalikan kepada asalnya yang disebut juga sebagai pelebur, Tuhan sebagai pelebur umat Hindu menyebut Tuhan sebagai Dewa Siwa dan disimbolkan dengan aksara suci M (Mang). 3) Pengertian Dewa. Pengertian Dewa dalam Agama Hindu adalah Kata Dewa muncul dari kata Deva atau Daiwa dalam bahasa sansekerta yang berasal dari kata Div yang berarti Sinar, jadi Dewa adalah merupakan perwujudan sinar suci Tuhan Yang Maha Esa. Disamping Tri Murti dalam agama hindu juga ada dewa dan dewi yang di percaya sebagai manisfestasi dari Tuhan seperti di bawah ini : (a) Agni (Dewa api)
10 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

(b) Aswin (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya) (c) Candhra (Dewa bulan) (d) Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa Siva) (e) Ganesha (Dewa pengetahuan, Dewa kebijaksanaan, putera Dewa Siva) (f) Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga) (g) Kuwera (Dewa kekayaan) (h) Laksmi(Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, istri Dewa Visnu) (i) Saraswati (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahma) (j) Sri (Dewi pangan) (k) Surya (Dewa matahari) (l) Waruna (Dewa air, Dewa laut dan samudra) (m) Bayu (Dewa angin) (n) Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati).

4) Pengertian Cadhu Sakti Ajaran Widhi Sradha juga dapat diterapkan dalam ajaran Cadhu Sakti. Sang Hyang Widhi mempunyai empat sifat ke-Mahakuasaan yang disebut Cadhu Sakti yang terdiri dari : (a) Wibhu Sakti yaitu sifat Yang Maha Ada. (b) Prabhu Sakti yaitu sifat Yang Maha Kuasa. (c) Jnana Sakti yaitu sifat Yang Maha Tahu. (d) Krya Sakti yaitu sifat Yang Maha Karya. Selain ajaran tersebut keberadaan Sang Hyang Widhi juga dapat dijelaskan oleh keberadaan Dewa dan Awatara. Dewa dalam ajaran Hindu dapat diartikan sebagai sinar suci dari Sang Hyang Widhi sedangkan Awatara dapat diartikan penjelmaan
11 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

Tuhan/Dewa ke dunia dalam upaya untuk mencapai kemakmuran dan keselamatan dunia. Dalam kitab Reg Weda VIII. 57.2 dan kitab Brhadaranyaka Upanisad 111.9.1 dijelaskan bahwa seluruh Dewa itu berjumlah 33 menguasai Tri Bhuwana (Bhur,Bhuwah,Swah loka). Seluruh Dewa terdiri dari 8 Vasu (Astavasu), 11 Rudra (EkadasaRudra), 12 Aditya (Dwadasaditya),serta Indra dan Prajapati. Sedangkan untuk Awatara terdapat sepuluh awatara Wisnu yang terdiri dari : Matsya, Kurma, Waraha, Narasimha, Wamana, ParasuRama, Rama, Krishna,Buddha, dan Kalki Awatara. Dalam ajaran Hindu, Brahman dapat diwujudkan dalam dua sifat yaitu Saguna Brahman (Apara Brahman) dan Nirguna Brahman (Para Brahman). Saguna Brahman adalah Tuhan Yang Maha Esa digambarkan sebagai pribadi dan dibayangkan dalam wujud yang Maha Agung oleh alam pikiran manusia secara empiris. Sedangkan Nirguna Brahman adalah Tuhan Yang Maha Esa dalam keadaan yang tidak terkondisikan dan tanpa sifat tidak dapat dipikirkan karena ada di luar batas pikiran manusia. Demikianlah beberapa pernyataan yang menekankan bahwa Ida Sang Hyang Widhi memang benar-benar ada dan kita sebagai umat Hindu wajib meyakini ajaran Widhi Sradha tersebut. b. Percaya dengan adanya Atma (Atma Sradha). Atma Sradha adalah keyakinan tentang kebenaran adanya Atman. Dalam kitab Upanisad disebutkan bahwa Brahman Atman Aikyam yang artinya Brahman dan Atman itu adalah tunggal. Oleh karena itu, jelaslah Atma dapat diartikan percikan kecil dari Ida Sang Hyang Widhi yang ada di dalam setiap tubuh mahluk hidup. Ida Sang Hyang Widhi sebagai sumber dari atma itu maka Beliau disebut Parama Atma, dan sebagai intisari dari alam semesta ini disebut Adyatman. Atman di dalam badan manusia disebut Jiwatman, yang menyebabkan manusia itu hidup. Atman dengan badan adalah laksana kusir dengan kereta. Kusir adalah Atman yang mengemudikan dan kereta adalah
12 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

badan. Demikian Atman itu menghidupi sarva prani (mahluk) di alam semesta ini. Oleh karena Atman itu merupakan bagian dari Brahman/Hyang Widhi, maka Atman pada hakekatnya memiliki sifat yang sama dengan sumbernya yakni Brahman itu sendiri. Atman bersifat sempurna dan kekal abadi, tidak mengalami kelahiran dan kematian, bebas dari suka dan duka. 1) Atma dan Roh. Dalam tubuh manusia percikan-percikan kecil dari Ida Sang Hyang Widhi disebut Atman kalau Atma yang menghidupi hewan/binatang disebut Janggama, sedangkan yang menghidupi tumbuhan disebut Sthawana. Jadi fungsi atma merupakan sumber hidup dari segala mahluk hidup. Sifat-sifat atma : (a) Antarjyotih = maha sempurna, sesempurna-sempurnanya. (b) Achodya = tak terlukai oleh senjata. (c) Adahya = tak terbakar oleh api. (d) Akledya = tak terkeringkan oleh angin. (e) Acesyah = tak terbasahi oleh air. (f) Nitya = kekal abadi. (g) Sarwagatah = ada di mana mana (h) Sthanu = tak berpindah pindah (i) Acala = tak bergerak (j) Sanatana = selalu dalam keadaan sama (k) Awyakta = tak dilahirkan (l) Achintya = tak terpikirkan. (m) Awikara = tak berubahubah.

13 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

Roh diartikan sebagai suksma sarira atau badan halus yang membungkus jiwatman orang yang telah meninggal. Roh inilah yang nantinya akan mengalami Punarbhawa atau kelahiran yang berulang-ulang. 2) Tri Sarira. Tri Sarira artinya tiga lapisan badan. Yang terdiri dari : (a) Stula Sarira (badan kasar). Stula Sarira terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu : Akasa : ether Bayu : nafas Teja : panas badan, cahaya badan, cahaya mata Apah : darah, lemak, kelenjar-kelenjar air badan Pertiwi : daging, tulang belulang. Setelah meninggal unsur-unsur Panca Maha Bhuta akan berubah menjadi unsur-unsur Panca Tan Matra yakni :

Sabda Tan Matra : benih suara asal mula dari Akasa Sparsa Tan Matra : benih rasa sentuhan asal mula dari Bayu Rupa Tan Matra : benih penglihatan asal mula dari Teja Rasa Tan Matra : benih rasa asal mula dari Apah Gandha Tan Matra : benih penciuman asal mula dari Pertiwi.

Watak manusia dibentuk oleh unsur Citta, Budhi dan Ahamkara dan indera manusia dibentuk oleh unsur Daseindria.

(b) Suksma Sarira (badan halus/ roh).

14 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

Pada saat kita masih hidup atau sedang bermimpi yang merasakan segala perasaan sakit,sedih, senang ataupun gembira adalah badan halus ini. (c) Antakarana Sarira (badan penyebab). Badan inilah yang dapat menyebabkan kita bisa beraktivitas, jadi bisa dikatakan bahwa Antakarana Sarira ini adalah jiwatman. Oleh karena itu jiwatman berfungsi sebagai sumber hidup. Dari penjabaran di atas bahwa keberadaan atman memang benar adanya, manusia dan mahluk hidup lainnya tak akan dapat hidup bila tidak ada atman yang ada di dalam dirinya. c. Percaya dengan adanya Karma Phala (Karma Phala Sradha). Karmaphala terdiri dari dua kata yaitu karma dan phala, berasal dari bahasa Sanskerta. "Karma" artinya perbuatan dan "Phala" artinya buah, hasil, atau pahala. Jadi Karmaphala artinya hasil dari perbuatan seseorang. Kita percaya bahwa perbuatan yang baik (subha karma) membawa hasil yang baik dan perbuatan yang buruk (asubha karma) membawa hasil yang buruk. Jadi seseorang yang berbuat baik pasti baik pula yang akan diterimanya demikian pula sebaliknya yang berbuat buruk, buruk pula yang akan diterimanya. Segala gerak atau aktivitas yang dilakukan disengaja atau tidak baik atau buruk, benar atau salah, disadari atau diluar kesadaran kesemuanya itu disebut Karma. Karma phala inilah yang akan membawa roh kita setelah meninggal akan mendapatkan tempat yang bagaimana. Sang Hyang Yamadipati sebagai Dewa Dharma tentunya akan mengadili setiap manusia sesuai dengan perbuatannya selama masih hidup di dunia apakah akan mendapat sorga atau neraka. Phala atau hasil dari perbuatan itu tidak selalu langsung dapat dirasakan atau dinikmati. Tangan yang menyentuh es akan seketika dingin, namun menanam padi harus menunggu berbulan-bulan untuk bisa memetik hasilnya. Setiap perbuatan akan meninggalkan
15 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

bekas, ada bekas yang nyata ada bekas dalam angan dan ada yang abstrak. Oleh karena itu hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat atau pada kehidupan sekarang maka akan ia terima setelah di akhirat kelak dan ada kalanya pula akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang. Setiap karma yang dilakukan atas dorongan acubha karma akan menimbulkan dosa dan Atman akan mengalami neraka serta dalam Punarbhawa yang akan datang akan mengalami penjelmaan dalam tingkat yang lebih rendah, sengsara, atau menderita dan bahkan dapat menjadi mahluk yang lebih rendah tingkatannya. Sebaliknya setiap karma yang dilakukan berdasarkan cubhakarma akan

mengakibatkan Atman (roh) menuju sorga dan jika menjelma kembali akan mengalami tingkat penjelmaan yang lebih sempurna atau lebih tinggi. Tetapi sebagai umat Hindu tujuan kita yang utama adalah Moksa bukan sorga ataupun neraka karena jika kita mendapat sorga atau neraka kita akan dilahirkan kembali di dunia tetapi jika kita bisa mencapai moksa kita akan mengalami kebahagiaan yang tertinggi karena atma kita telah bersatu dengan Brahman/ Ida Sang Hyang Widhi. Ada cara untuk membebaskan diri dari hukum karma yang terlalu mengikat diri kita oleh ikatan duniawi yaitu dengan cara mengubah perbuatan dan hasilnya menjadi yoga. Maksudnya segala perbuatan dan hasil yang kita lakukan dan kita peroleh wajib dipersembahkan dahulu kepada Ida Sang Hyang Widhi, karena kita yakin semua yang ada dan akan ada berasal dari Ida Sang Hyang Widhi. 1) Bagian-bagian dari karma phala yaitu : (a) Sancita Karma Phala yaitu phala dari perbuatan kita yang terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih-benih yang menentukan kehidupan kita yang sekarang.

16 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

(b) Prarabda Karma Phala yaitu phala dari perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada sisanya. (c) Kriyamana Karma Phala yaitu hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang. Dengan pengertian tiga macam Karmaphala itu maka jelaslah, cepat atau lambat dalam kehidupan sekarang atau nanti, segala pahala dari perbuatan itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum. Karmaphala mengantarkan roh (atma) masuk Surga atau masuk neraka. Bila dalam hidupnya selalu berkarma baik maka pahala yang didapat adalah Surga sebaliknya bila hidupnya itu selalu berkarma buruk maka hukuman nerakalah yang diterimanya. Dalam pustaka-pustaka dan ceritera-ceritera keagamaan dijelaskan bahwa Surga artinya alam atas, alam suksma, alam kebahagiaan, alam yang serba indah dan serba mengenakkan. Neraka adalah alam hukuman tempat roh atau atma mendapat siksaan sebagai hasil dan perbuatan buruk selama masa hidupnya. Selesai menikmati Surga atau neraka, roh atau atma akan mendapatkan kesempatan mengalami penjelmaan kembali sebagai karya penebusan dalam usaha menuju Moksa. d. Percaya dengan adanya Punarbhawa atau Samsara (Punarbhawa Sradha). Kata punarbhawa terdiri dari dua kata Sanskerta yaitu "punar" (lagi) dan "bhawa" (menjelma). Jadi Punarbhawa ialah keyakinan terhadap kelahiran yang berulang- ulang yang disebut juga penitisan atau samsara. Dalam Pustaka suci Weda tersebut dinyatakan bahwa penjelmaan jiwatman berulang-ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut samsara. Kelahirannya yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka.Punarbhawa atau samsara terjadi oleh karena jiwatman
17 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

masih dipengaruhi oleh Wisaya dan Awidya sehingga kematiannya akan diikuti oleh kelahiran kembali.Segala perbuatan ini menyebabkan adanya bekas (wasana) pada jiwatma. Bekas- bekas perbuatan (karma wasana) itu ada bermacam- macam, jika yang melekat bekas- bekas keduniawian maka jiwatman akan lebih cenderung dan gampang ditarik oleh hal- hal keduniawian sehingga jiwatman itu lahir kembali. 2) Hubungan Karmaphala dengan Punarbhawa. Hukum karmaphala dan punarbhawa atau reinkarnasi mempunyai hubungan yang amat erat dan timbal balik, karmaphala merupakan hukum hasil perbuatan, bik buruknya perbuatan akan menentukan kwalitas kelahiran manusia, demikian pula punarbhawa atau reinkarnasi akan berdampak bagi perbuatan seseorang. Dalam hal ini seseorang yang selalu berbuat baik dalam hidupnya dan bila dia meningal nanti maka rohnya akan mendapat tempat yang baik di akhirat atau di sorga. Dan bila dia lahir kembali atau ber reinkarnasi lagi maka akan menjai hidup serba kecukupan dilingkungan orang baik-baik, tapi bila dalam kehidupan sekarang dia bertindak tidak baik maka setelah meninggal nanti rohnya akan masuk neraka, demikianlah subha dan asubhakarma yang menentukan hasil perbuatan atau karmaphala itu sangat mempengaruhi kehidupan jika kita mengalami punarbhawa dikelak kemudian hari. Kesimpulannya dengan keyakinan adanya Punarbhawa ini maka orang harus sadar, bahwa bagaimana kelahirannya tergantung dari karma wasananya. Kalau ia membawa karma yang baik, lahirlah ia menjadi orang berbahagia berbadan sehat dan berhasil cita-citanya. Sebaliknya bila orang membawa karma yang buruk, ia akan lahir menjadi orang yang menderita. Oleh karena itu kelahiran kembali ini adalah kesempatan untuk memperbaiki diri untuk meningkat ke taraf yang lebih tinggi.

18 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

e. Percaya dengan adanya Moksa (Moksa Sradha). Dalam Weda disebutkan Moksartham Jagadhitaya ca itu dharma maka Moksa merupakan tujuan yang tertinggi. Moksa ialah kebebasan dari keterikatan bendabenda yang bersifat duniawi dan terlepasnya Atman danri pengaruh maya serta bersatu kembali dengan sumbernya yaitu Brahman (Hyang Widhi) dan mencapai kebenaran tertinggi, mengalami kesadaran dan kebahagiaan yang kekal abadi yang disebut Sat Cit Ananda. Moksa adalah tujuan terakhir bagi umat Hindu. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari secara baik dan benar, misalnya dengan menjalankan sembahyang batin dengan menetapkan cipta (Dharana), memusatkan cipta (Dhyana) dan mengheningkan cipta (Semadhi), manusia berangsur- angsur akan dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi ialah bebas dari segala ikatan keduniawian untuk mencapai bersatunya Atman dengan Brahman. 1) Moksa dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu : (a) Samipya : suatu kebebasan yang dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia. (b) Sarupya (Sadharmya) : suatu kebebasan yang di dapat oleh sesesorang di dunia ini, karena kelahirannya, dimana kedududkan Atman merupakan suatu pancaran dari keMaha Kuasaan Tuhan. (c) Salokya : suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh Atman, di mana Atman itu sendiri telah mencapai kesadaran yang sama dengan Tuhan. (d) Sayujya : suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi, di mana Atman telah benar-benar bersatu dengan Brahman. Orang yang telah mencapai moksa, tidak lahir lagi kedunia, karena tidak ada apapun yang mengikatnya. Ia telah bersatu dengan Paramatman. Bila air sungai telah menyatu dengan air laut, maka air sungai yang ada di laut itu akan kehilangan identitasnya. Tidak ada perbedaan lagi antara air sungai dengan air laut. Demikianlah
19 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

juga halnya, Atman yang mencapai Moksa. Ia akan kembali dan menyatu dengan sumbernya yaitu Brahman. 2) Istilah lain yang digunakan untuk mendefinisikan tingkatan moksa yaitu: (a) Jiwa Mukti : suatu kebebasan yang dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia,dimana atman tidak terpengaruh lagi oleh unsur-unsur maya. Jiwa mukti sama sifatnya dengan samipya dan sarupya. (b) Wideha Mukti (karma mukti) : suatu kebebasan yang dapat dicapai semasa hidup, dimana Atman telah dapat meninggalkan badan kasar, dan kesadarannya setaraf dengan Dewa tetapi belum benar-benar bersatu dengan Tuhan karena masih ada sedikit imbas dari unsur maya yang mengikatnya. Wideha Mukti sama sifatnya dengan Salokya. (c) Purna Mukti : kebebasan yang paling sempurna dan yang paling tertinggi dimana Atman telah bersatu dengan Tuhan. Purna Mukti sama dengan Sayujya. 3) Catur Marga. Catur marga artinya empat jalan atau cara untuk menghubungkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa yaitu : (a) Bhakti Marga Bhakti marga adalah suatu cara atau jalan untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya, dengan cara sujud bhakti menyucikan pikiran, mengagungkan kebesarannya dan menghindari diri dari segala perbuatan tercela. Bhakti dibagi atas dua tingkat, yaitu : 1) Apara bhakti ialah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dan dipraktekkan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kesucian yang tinggi.

20 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

2) Para bhakti ialah cinta kasih dalam perwujudannya yang lebih tinggi dan bisa dipraktekkan oleh orang yang jnananya tinggi dan kesuciannya sudah meningkat. (b) Karma Marga. Karma marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan cara pengabdian atau kerja tanpa pamrih. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap manusia yang hidup di dunia ini dan yang ingin mencapai suatu kebebasan yang tertinggi, manusia tersebut seharusnya melakukan kegiatan/kerja yang didasari dengan perasaan tulus ikhlas tanpa mengikatkan diri pada hasilnya. Istrilah untuk orang yang melaksanakan ajaran Karma marga adalah Karmin. (c) Jnana Marga. Jnana marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan ilmu pengetahuan, unsur kebijaksanaan sangat ditekankan dalam ajaran ini. Seseorang yang menganut ajaran jnana marga harus dapat membedakan mana sebaiknya yang harus dipikirkan demi tercapainya suatu kekekalan yang abadi (moksa). Istilah untuk orang yang menganut ajaran Jnana marga dapat pula disebut Jnanin. (d) Raja marga. Raja marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan jalan melakukan tahapan-tahapan astangga yoga yang intinya adalah pengendalian diri dan pikiran secara berkelanjutan. Delapan tahapan yang harus dilalui dalam melakukan yoga/meditasi yang diajarkan oleh Bhagawan Patanjali yang lebih dikenal Astangga Yoga terdiri dari : 1) Yama : pengendalian diri tahap pertama. 2) Nyama : pengendalian diri tahap lanjut. 3) Asana : mengatur sikap badan. 4) Pranayama : sikap mengatur nafas. 5) Pratyahara : sikap pemusatan indria.
21 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

6) 7) 8)

Dharana : sikap pemusatan pikiran. Dhyana : sikap pemusatan pikiran yang terpusat Semadi : meditasi tahap tinggi/penunggalan Atman dengan Brahman.

Selain yang telah disebutkan diatas terdapat empat tujuan hidup yang dijalankan oleh ajaran Hindu yang diberi istilah Catur Purusa Artha yaitu Dharma, Artha, Kama,dan Moksa. Selain menjadi tujuan, Catur Purusa Artha merupakan cara/jalan untuk mencapai moksa itu sendiri. Dari penerangan di atas, diterangkan bahwa moksa dan cara untuk mencapai moksa itu adalah benar keberadaannya. Kita sebagai umat Hindu wajib mempercayainya karena itu merupakan tujuan hidup kita yang terakhir.

22 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

BAB III ANALISA DAN IMPLEMENTASI

3.1.

Perspektif Kerukunan Beragama Menurut Ajaran Hindu Dalam ajaran Kitab suci Veda, masalah kerukunan dijelaskan secara gamblang dalam ajaran: tattwam asi, karma phala, dan ahimsa. Tatwam asi adalah merupakan ajaran sosial tanpa batas. Saya adalah kamu, dan sebaliknya kamu adalah saya, dan segala makhluk adalah sama sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri (Upadesa, 2002). Antara saya dan kamu sesungguhnya bersaudara. Hakekat atman yang menjadikan hidup diantara saya dan kamu berasal dari satu sumber yaitu Tuhan. Atman yang menghidupkan tubuh makhluk hidup merupakan percikan terkecil dari Tuhan. Kita sama-sama makhluk ciptaaan Tuhan. Sesungguhnya filsafat tattwam asi ini mengandung makna yang sangat dalam. Tatwam asi mengajarkan agar kita senantiasa mengasihi orang lain atau menyayangi makhluk lainnya. Bila diri kita sendiri tidak merasa senang disakiti apa bedanya dengan orang lain. Maka dari itu janganlah sekali-kali menyakiti hati orang lain. Dan sebaliknya bantulah orang lain sebisa mungkin kamu membantunya, karena sebenarnya semua tindakan kita juga untuk kita sendiri. Bila dihayati dan diamalkan dengan baik, maka akan terwujud suatu kerukunan. Dalam upanisad dikatakan Brahma atman aikhyam yang artinya Brahman (Tuhan) dan atman sama. Pandangan ini mengkristal dalam upaya membina terwujudnya kerukunan hidup beragama yang berlandaskan pada prinsip kebenaran ajaran tattwam asi. Oleh karena itu, tiada alasan

23 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

untuk menjelek-jelekkan/ menyakiti orang lain. Maka dari itu berbuat baiklah kepada orang lain/ agama lain, bahkan kepada semua makhluk hidup lainnya di muka bumi ini, tanpa terkecuali. Ajaran tattwam asi mengajak setiap orang penganut agama untuk turut merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain. Seseorang bila menyakiti orang lain sebenarnya ia telah bertindak menyakiti/menyikasa dirinya sendiri, dan sebaliknya bila telah membuat orang lain menjadi senang dan bahagia, maka sesungguhnya dirinya sendirilah yang ikut merasakan kebahagiaan itu juga. Tattwam asi merupakan kata kunci untuk dapat membina agar terjalinnya hubungan yang serasi atas dasar asah, asih, lan asuh di antara sesama hidup. Orang arif bijaksana melihat semuanya sama, baik kepada brahmana budiman yang rendah hati, maupun terhadap makhluk hidup lainnya, orang yang hina sekalipun walaupun perbuatan jahat yang dilakukan orang terhadap dirimu, perbuatan seperti orang sadhu hendaknya sebagai balasanmu. Janganlah sekali-kali membalas dengan perbuatan jahat, sebab orang yang berhasrat berbuat kejahatan itu pada hakekatnya akan menghancurkan dirinya sendiri (Sarasamuscaya). Jadi setiap akibat yang timbul tentu ada penyebabnya. Tidak mungkin ada akibat tanpa sebab. Demikian juga sebaliknya setiap perbuatan yang dilakukan sudah pasti akan menerima akibat baik atau buruk, cepat maupun lambat mau tidak mau hasil akan selalu mengikutinya. Ini merupakan dalil yang logis, yaitu setiap sebab, pasti menimbulkan akibat dan setiap akibat yang ada pasti ada penyebabnya. Antara sebab dan akibat tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya diibaratkan diri kita dengan bayangannya, bayangan akan selalu mengikuti kemanapun kita akan pergi. Karma phala adalah merupakan sradha (keimanan) ke tiga Panca Sradha. Karma berarti perbuatan, dan phala berarti hasil/buah. Perbuatan yang baik yang dilakukan akan mendatangkan hasil yang baik, demikian juga perbuatan yang buruk pasti akan mendatangakan hasil yang buruk pula. Batu dengan batu, atau kayu dengan
24 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

kayu bila digosok-gosok menimbulkan akibat yaitu panas. Hukum ini berlaku pada semua makhluk hidup, lebih-lebih pada kehidupan manusia sebagai makhluk utama tidak perlu disangsikan lagi dampak yang akan ditimbulkannya, cuman waktu untuk menerima hasil perbuatan berbeda-beda, ada yang cepat dan ada pula yang lambat, dan bahkan bisa pula diterima dalam penjelmaan berikutnya. Oleh karena itu, berlandaskan pada keyakinan tersebut, dalam memupuk kerukunan hidup beragama senantiasa berbuat baik berlandaskan dharma. Yang dipuji adalah karma. Sesungguhnya yang menjadikan orang itu berkeadaan baik adalah perbuatannya yang baik, dan sebaliknya yang menjadikan orang berkeadaan buruk adalah perbuatannya yang buruk. Seseorang akan menjadi baik, hanya dengan berbuat kebaikan.

3.2.

Hinduisme dan Budaya Bali dalam kaitannya dengan Panca Sradha.

Sejarah dan perkembangan Hinduisme di Bali tidak terlepas dengan perkembangan agama Hindu di Indonesia. Demikian pula perkembangan agama Hindu di Indonesia merupakan kelanjutan dari perkembangan agama Hindu di India. Sejarah dan perkembangan Hinduisme di Indonesia, berdasarkan bukti-bukti sejarah telah tiba pada abad ke 4 dan 5 Masehi, terutama di Kalimantan Timur (pada beberapa prasasti yang dikeluarkan oleh raja Mulawarman dan di Jawa Barat oleh raja Prnawarman) yang datang dari India Selatan. Selanjutnya perkembangan agama Hindu di Jawa Tengah ditandai dengan pendirian Lingga oleh raja Sanjaya pada tahun 654 Saka atau 732 Masehi yang dikenal sebagai pendiri dinasti Matarama Kuno. Agama Hindu sebagai agama yang tertua tumbuh dan berkembang tidak terlepas dengan pengaruh dan dukungan lingkungan alam dan budaya dari suatu masyarakat pendukungnya. Demikianlah kaitannya antara hinduisme budaya bali dengan keyakinan pokok dari agama Hindu itu sendiri yaitu Panca Sradha sebagai dasar keyakinan bahwa

25 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha segala-galanya. Tuhan Yang Maha Kuasa yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman), adalah ia yang kuasa atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari Kuasanya. Ia sebagai pencipta, sebagai pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari segala yang ada.BudayaBali merupakan ekspresi dari agama Hindu, semua aspek budaya Bali senantiasa diabdikan untuk kemuliaan agama Hindu, demikian pula sebaliknya agama Hindu senantiasa menjiwai semua aspek budaya tersebut. Hubungan antara agama dan budaya Bali sangat sulit dipisahkan, bagaikan jalinan tenun ikat Bali yang mempesona.

26 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

BAB IV PENUTUP

4.1.

Kesimpulan Dalam hubungannya, Panca Sradha dalam ajaran agama Hindu yang

merupakan nafas dan dan jiwa dari budaya Bali itu sendiri sebagai ekspresi atau gerak aktivitasnya yang sesuai dengan sifat ajarannya senantiasa mendukung dan mengembangkan budaya dari suatu masyarakat itu sendiri. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa kehidupan agama Hindu di Bali sudah berkembang sejak lama dan karakteristik Hindu Dharma yang universal sejak awalnya tetap dipertahankan, diaplikasikan dalam kehidupan nyata yang dikenal dengan ajaran kepercayaan atau keyakinan (Panca Sradha) dalam Agama Hindu yang harus dipegang teguh dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat demi mencapai tujuan hidupnya di dunia dan sesudahnya yang mutlak perlu kita yakini. Akan menjadi sempurna apabila penghayatan dan pengamalannya dilandasi dengan cubhakarma (ethika) dan yadnya (ketulusan berkorban). 4.2. Saran Dari hasil kesimpulan diatas maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut Budaya Bali merupakan ekspresi dari agama Hindu, semua aspek budaya Bali senantiasa diabadikan untuk kemuliaan agama Hindu, demikian pula sebaliknya seorang Hindu wajib mencerminkan ajaran-ajaran dari panca sradha dalam kehidupannya yaitu lima macam keyakinan/ kepercayaan atau keimanan yang harus dihayati oleh setiap umat hindu dalam hidup dan kehidupannya.
27 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

DAFTAR PUSTAKA http://www.google.com/panca sradha dalam konsep ketuhanan.htm/ http/www.mitrekasetata.blogspot.com Drs.K.M.SuhardanaOka Punia Atmaja, I B. 1970. Paca raddh. Denpasar: Parisada Hindu Dharma Pusat.,2009,Panca Saradha Lima Keyakinan Umat Hindu, Paramita,Surabaya. Klostermaier, Klaus, K.1990. A Survey of Hinduism. New Delhi, India: Mushiram Manoharlal.

28 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

LAMPIRAN-LAMPIRAN

29 _______________________________________ ________________________________________ Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

You might also like