You are on page 1of 4

1. Memahami Pengertian Alquran dan Bukti Keontentikannya. 1.1.

Menjelaskan Pengertian Alquran menurut para ahli Ada beberapa ulama yang mengartikan Alquran menurut bahasa antara lain adalah sebagai berikut : a. Al-Farra, beliau menyatakan bahwa Alquran artinya adalah membenarkan, karena Alquran terambil dari kata qarain, jamak dari qaraniah. Dan firman Allah disebut Alquran dengan arti yang demikian ayat-ayat dalam Alquran satu sama lain saling benar membenarkan. Al-Asyari, beliau mengatakan bahwa Alquran artinya ialah menggabungkan sesuatu dengan yang lain, karena Alquran terambil dari kata qarana. Dan Alquran berarti demikian, karena surat-surat maupun ayat-ayat bahkan juga huruf-hurufnya saling beriringan dan bergabung satu dengan yang lain. Az-Zajjaj, beliau mengartikan bahwa Alquran artinya adalah mengumpulkan, karena Alquran berasal dari kaa QarI dan firman Allah disebut demikian, karena Alquran mengumpulkan surat-suratnya menjadi satu kesatuan, atau karena mengumpulkan saripati kitab-kitab suci Allah yang turun sebelumnya.

b.

c.

1.2. Membuktikan Keontetikan Al-Quran dari segi keunikan redaksinya, kemukjizattannya dan sejarahnya Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah bawa ia merupakan kitab yang keontetikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Inna nahnu nazzulna al-dzikra wa innalahu lahafidzun ( sesungguhnya kami yang menurunkan Al-Quran dan kamilah pemelihara-pemeliharanya) (QS.159) Demikianlah Allah menjamin keontetikan Al-Quran, jaminan yang diberikan atas dasar kemahakuasaan dan kemahatahuannya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhlukmakhluknya, terutama oleh manusia. Menurut Muhammad Husain Al-Thabathabaiy mengatakan bahwa sejarah Al-Quran demikian jelas dan terbuka, sejak turunnya sampai sekarang, sehingga pada hakikatnya AlQuran tidak membutuhkan sejarah untuk membuktikan keontetikannya. Salah satu bukti bahwa Al-Quran yang berbeda ditangan kita sekarang adalah Al-Quran yang turun kepada Nabi SAW, tanpa pergantian atau perybahan tulis. Ada beberapa faktor pendukung bag pembuktian otentitas Al-Quran : 1. Masyarakat Arab, yang hidup pada masa turunnya Al-Quran, adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis. Karena itu satu-satunya andalan mereka adalah hafalan. Dalam hafalan, orang Arab sampai saat kini dikenal sangat kuat. 2. Masyarakat Arab, khususnya pada masa turunnya Al-Quran dikenal sebagai masyarakat sederhana dan bersahaja; kesederhanaan ini menjadikan mereka memiliki waktu luang yang cukup, disamping menambah ketajaman pikiran dan hafalan. 3. Masyarakat Arab sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan; mereka bahkan melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada waktu tertentu. 4. Al-Quran mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan sangat mengagumkan bukan saja bagi orang-orang mukmin, tetapi juga orang kafir.

5. Al-Quran, demikian juga Rasul SAW,menganjurkan kepada kaum muslim untuk memperbanyak membaca dan mepelajari Al-Quran dan anjuran tersebut mendapat sambutan yang hangat. 6. Ayat-ayat Al-Quran turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan dan peristiwaperistiwa yang mereka alami, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. 7. Dalam Al-Quran, demikian pula hadist-hadist Nabi, ditemukan petunjuk-petunjuk yang mendorong para sahabatnya untuk selalu bersikap teliti dan hati-hati dalam menyampaikan berita, lebih-lebih kalau berita tersebut merupakan Firman-firman Allah atau sabda Rasul-Nya. Faktor-faktor diatas menjadi penunjang terpelihara dan dihafalkannya ayat-ayat Al-Quran. Itulah sebabnya banyak riwayat sejarah yang menginformasikan bahwa terdapat ratusan sahabat Nabi SAW. Sejarah menginformasikan bahwa setiap ada ayat yang turun, Nabi SAW, selalu memanggil sahabat-sahabat yang dikenal pandai menulis, untuk menuliskan ayat-ayat yang baru saja diterimanya, sambil menyampaikan tempat dan urutan setiap ayat dalam surahnya. Ayat-ayat tersebut mereka tulis dalam pelepah kurma, batu, kulit-kulit atau tulang-tulang binatang. 1. Abdul Halim Mahmud, Al-Tafkir Al-Falsafiy fi Al-Islam, Dar Al-Kitab Al-Lubnaniy, Beirut, t.t., 50 2. Muhammad Husain Al-Thabathabaly, Al-Quran fi Al-Islam, Markaz Ilam Al-Dzikra Al-Khamisah li Intizar Al-Tsawrah Al-Islamiyah, Teheran, h 175 3. Mustafa Mahmud, Min Asrar Al-Quran, Dar Al-Maarif, Mesir, 198, h. 64-65. 4. Abdul Azhim Al-Zarqany, Manahil Al-Irfan i Ulum Al-Quran, Al-Halabiy, Kairo, 1980, jilid 1, h.250 5. Ibid., h.252 1.3. Menunjukan Perilaku Orang Yang Meyakini Kebenaran Al-Quran Didalam Al-Quran, Allah memaparkan dengan rinci tentang sifat, moralitas tertinggi dan pola pikir khas orang beriman. Perasaan takut kepada Allah yang menghancurkan didalam kalbu mereka. Didalam kitabNya Allah menyanjung kualitas-kualitas moral semacam itu, sepeti keadilan, kasih sayang, kerendahan hati, sederhana, keteguhan hati secara total kepadaNya serta menghindari ucapan tak berguna.

Konsep Kesucian

Allah menyeru orang-orang yang beriman supaya membersihkan (menyucikan) diri meraka, yang sesuai dengan fitrah jiwa mereka dan sunah alam. Kesucian dianggap suatu bentuk lain dari ibadah orang beriman dan dengan begitu merupakan satu sumber kelapangan dan kesenangan yang besar bagi mereka sendiri. Nabi kita SAW, juga menekankan pentingnya memelihara kesucian. kebersihan adalah sebagian dari iman. (HR Muslim) Dibawah ini ada sejumlah rincian berkaitan dengan kebersihan : 1. Kesucian Jiwa Menurut Al-Quran, suci adalah keadaan yang dialami dengan jiwa seseorang. Demikianlah kesucian berarti seseorang telah lama sekali membersihkan dirinya dan nilainilai moral masyarakat bentuk pola pikirnya dan gaya hidup yang bertentangan dengan Al-Quran.

2. Kesucian Ragawi Sebagaimana kita pahami dalam Al-Quran, kesucian ragawi merupakan salah satu dari kuaitas-kualitas yang dimiliki manusia surga. Ayat yang berbunyi ...anak-anak muda untuk melayani mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan. (ath-Thuss [52]:24). Sebagai tambahan, Allah menginformasikan kepada kita pada ayat lainnya, bahwa disuga tersedia pasangan-pasangan yang senantiasa suci sempurna. 3. Pakaian Yang Bersih Al-Quran juga menunjuk pada pentingnya pakaian bersih, seperti dalam ayat, dan pakaianmu sucikanlah pada perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. ( Al-Muddatsir [74] :4-5 ). Lebih jauh kebersihan ragawi adalah hal yang penting. Sebab hal ini menunjukkan penghargaan seseorang kepada orang lain. Salah satu cara untuk menunjukkan rasa hormat adalah memakai pakaian bersih. Melalui Al-Quran Allah memerintahkan kepada kita, Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid... (Al-Araf [7] :31 ). 4. Memelihara Kebersihan Lingkungan Dalam surat Al-Hajj, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk memelihara Kabah agar tetap bersih untuk orang-orang yang beriman berdoa disekitar tempat itu. Dan (ingatlah) katika kami memberikan tempat Ibrahim ditempat Baitullah (dengan mengatakan) janganlah kamu menyekutukan sesuatupun dengan Aku a sucikanlah rumah-Ku ini. bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud. (Al-Hajj [22] : 26 ) 5. Memakan-makanan Yang Bersih Mengonsumsi pangan bersih adalah salah satu perintah Illahi yang harus selalu ada dalam kalbu setiap makhluk beriman, makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya kami, melainkan mereka menganiaya diri mereka sendiri. (Al-Baqarah [2] : 57)

You might also like