You are on page 1of 5

Restrukturisasi BUMN Menurut UU Nomor 19 Tahun 2003 Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN

yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. Restrukturisasi dilakukan dengan maksud untuk menyehatkan BUMN agar dapat beroperasi secara efisien, transparan, dan profesional. Pelaksanaan restrukturisasi tetap memperhatikan asas biaya dan manfaat yang diperoleh. Tujuan restrukturisasi adalah untuk: a. b. c. d. meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan; memberikan manfaat berupa dividen dan pajak kepada negara; menghasilkan produk dan layanan dengan harga yang kompetitif kepada konsumen; dan memudahkan pelaksanaan privatisasi.

Ruang lingkup restrukturisasi meliputi: a. restrukturisasi sektoral yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kebijakan sektor dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan; b. restrukturisasi perusahaan/korporasi yang meliputi : 1) peningkatan intensitas persaingan usaha, terutama di sektor-sektor yang terdapat monopoli, baik yang diregulasi maupun monopoli alamiah; 2) penataan hubungan fungsional antara pemerintah selaku regulator dan BUMN selaku badan usaha, termasuk di dalamnya penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan menetapkan arah dalam rangka pelaksanaan kewajiban pelayanan publik. 3) restrukturisasi internal yang mencakup keuangan, organisasi/ manajemen, operasional, sistem, dan prosedur. Restrukturisasi sektoral dilakukan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga tercapai efisiensi dan pelayanan yang optimal. Sedangkan restrukturisasi perusahaan yang meliputi penataan kembali bentuk badan usaha, kegiatan usaha, organisasi, manajemen, dan keuangan. Restrukturisasi sektoral terutama ditujukan kepada sektor-sektor yang mendapat proteksi di masa lalu atau terdapat monopoli alamiah. Restrukturisasi sektoral dimaksudkan untuk menciptakan iklim usaha yang sehat, sehingga terjadi kompetisi yang sehat, efisiensi, dan pelayanan yang optimal. Restrukturisasi industri tersebut berkaitan dengan pengaturan usaha (regulasi). Pembenahan dan penataan regulasi dilaksanakan bersama-sama dengan departemen terkait. Restrukturisasi sektor dapat dilaksanakan melalui cara-cara berikut: memisahkan segmensegmen dalam sektor untuk mengurangi integrasi vertikal sektor, peningkatan kompetisi, introduksi persaingan dari industri substitusi, pemasok lain dalam sektor yang sama, dan peningkatan persaingan pasar, serta demonopolisasi melalui regulasi. Untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki kewajiban pelayanan publik, perusahaanperusahaan ini masih dalam proses restrukturisasi. Dengan tidak mengabaikan kepentingan publik, perusahaan akan menerapkan prinsip-prinsip usaha untuk lebih meningkatkan efisiensi dan

produktivitas perusahaan. Upaya ini untuk memperjelas berapa tingkat subsidi pemerintah terhadap biaya pelayanan masyarakat tersebut. Menurut Permen BUMN Nomor 1/MBU Tahun 2009 dan perubahannya dalam Permen BUMN Nomor 5/MBU Tahun 2012 Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. Tujuan restrukturisasi sebagaimana termuat dalam Permen BUMN Nomor 1/MBU Tahun 2009 adalah untuk meningkatkan kinerja dan nilai BUMN secara sustainable jangka panjang dan bukan sebagai alasan untuk memberi bantuan jangka pendek di bidang keuangan. Tujuan restrukturisasi dalam Permen BUMN Nomor 5/MBU Tahun 2012 mendapat sedikit perubahan, yaitu untuk meningkatkan kinerja dan BUMN secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Restrukturisasi dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, kewajaran, dan berkelanjutan. Penugasan Kajian Restrukturisasi BUMN mengajukan usulan restrukturisasi kepada Menteri Negara BUMN dengan dilengkapi data sebagaimana format yang ditetapkan oleh Pengelola Aset serta persetujuan RUPS/Pemilik Modal BUMN mengenai rencana restrukturisasi dan Surat Pernyataan Kesanggupan yang telah ditandatangani oleh Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN dimaksud. Menteri Negara BUMN menugaskan Pengelola Aset melakukan kajian/uji tuntas kelayakan restrukturisasi atau BUMN yang diusulkan Menteri Negara BUMN. Surat Pernyataan Kesanggupan ditujukan kepada Pengelola Aset dan paling sedikit berisi pernyataan dan kesanggupan Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN untuk: 1. mendukung dan melaksanakan sepenuhnya keputusan dari RUPS/Pemilik Modal BUMN sehubungan dengan pelaksanaan restrukturisasi yang ditugaskan kepada Pengelola Aset; 2. tetap melaksanakan tugas secara profesional sesuai dengan tugas dan tanggung jawab selama proses restrukturisasi; 3. menyetujui dan melaksanakan mekanisme, syarat dan kondisi yang ditetapkan oleh Pengelola Aset selama restrukturisasi; 4. bersedia mengungkapkan, menjelaskan dan memberikan segala informasi maupun dokumen perusahaan, hukum dan perkreditan (termasuk tetapi tidak terbatas pada dokumendokumen maupun informasi-informasi yang berkaitan dengan perusahaan, utang-utang perusahaan, penjamin atas utang perusahaan dan lain-lain) serta dokumen-dokumen maupun informasi-informasi lain yang diminta oleh Pengelola Aset atau oleh pihak lain yang ditunjuk oleh Pengelola Aset; 5. menyetujui dan menanggung dan melunasi segala biaya yang mungkin timbul sehubungan dengan restrukturisasi, termasuk tetapi tidak terbatas pada biaya konsultan bisnis, penasihat keuangan, auditor dan penasihat hukum serta biaya-biaya lain, yang mungkin timbul sehubungan dengan proses restrukturisasi perseroan pada umumnya, baik yang ditagihkan oleh Pengelola Aset maupun oleh pihak ketiga yang disetui Pengelola Aset;

6. melakukan hal-hal lain yang dipandang sesuai dan perlu oleh Pengelola Aset guna terlaksananya program restrukturisasi; 7. bertanggung jawab secara tanggung renteng atas segala akibat hukum yang akan timbul dari ketidakbenaran isi Pernyataan Kesanggupan, dalam hal terdapat keterangan dan/atau informasi yang tidak benar atau menyesatkan. Surat Pernyataan Kesanggupan tidak dapat ditarik kembali dan tetap berlaku selama penugasan. Pengelola Aset wajib menjaga kerahasiaan data dan informasi yang diterima dari BUMN yang akan direstrukturisasi dan hanya digunakan untuk kepentingan restrukturisasi. Pengelola Aset melakukan uji tuntas (due diligence) kelayakan restrukturisasi yang diusulkan oleh Menteri Negara BUMN setelah Pengelola Aset menerima secara lengkap Surat Tugas, persetujuan RUPS/Pemilik Modal BUMN dan Surat Pernyataan Kesanggupan. BUMN yang akan direstrukturisasi wajib menyampaikan semua data dan informasi yang diminta oleh Pengelola Aset dalam rangka uji tuntas. Dalam melakukan uji tuntas, Pengelola Aset melakukan antara lain tapi tidak terbatas pada: a. pemetaan permasalahan dan potensi permasalahan yang dihadapi BUMN yang akan direstrukturisasi; b. pengkajian potensi sumber daya BUMN; c. pengidentifikasian peluang pengembangan usaha dan alternatif perbaikan kegiatan usaha; dan d. perumusan opsi-opsi restrukturisasi. Opsi restrukturisasi secara umum terdiri dari salah satu atau kombinasi dari bidang-bidang: a. keuangan, antara lain: 1) penataan ulang struktur utang BUMN 2) pemberian pinjaman dan/atau penambahan ekuitas termasuk kuasi ekuitas yang dapat digunakan oleh BUMN untuk investasi, modal kerja, atau pembelian kembali surat utang atau saham yang diterbitkan BUMN; b. organisasi/manajemen, antara lain meliputi perampingan struktur organisasi dan peleburan unit usaha; c. operasional, antara lain meliputi kerjasama dengan pihak ketiga, akuisisi/pengambilalihan, penjualan aset non inti dan aset non produktif atau divestasi penyertaan; d. sistem dan prosedur, antara lain meliputi penyempurnaan sistem pencatatan, perbaikan mekanisme pengawasan dan/atau pengambilan keputusan. Pengelola Aset melakukan kajian komersial atas opsi-opsi restrukturisasi untuk menentukan layak atau tidaknya penerapan opsi-opsi dimaksud dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengelola Aset menyampaikan hasil kajian restrukturisasi BUMN kepada Menteri Negara BUMN dengan tembusan Menteri Keuangan paling lama 60 hari kerja sejak surat penugasan diterima secara lengkap. Hasil kajian memuat rekomendasi terhadap opsi terbaik yang mungkin dilaksanakan. Pembahasan Bersama

Hasil kajian dibahas bersama antara wakil-wakil dan Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, dan instansi lain yang terkait apabila diperlukan. Berdasarkan hasil kajian Pengelola Aset, Menteri Negara BUMN menetapkan BUMN yang akan direstrukturisasi beserta tujuan yang akan dicapai melalui restrukturisasi serta perkiraan waktu pelaksanaan restrukturisasi. Menteri Negara BUMN menyampaikan penetapan kepada Menteri Keuangan untuk mendapatkan persetujuan. Berdasarkan persetujuan Menteri Keuangan, Menteri Negara BUMN menugaskan Pengelola Aset untuk melaksanakan Restrukturisasi BUMN yang telah disetujui. Pengelola Aset melakukan restrukturisasi setelah menerima keputusan RUPS/Pemilik Modal BUMN yang akan direstrukturisasi yang berisi: a. Persetujuan skema restrukturisasi beserta syarat dan kondisi pokoknya b. Persetujuan biaya-biaya terkait restrukturisasi menjadi beban BUMN Menteri Negara BUMN selaku RUPS/Pemilik Modal BUMN yang direstrukturisasi dapat memberikan kuasa atau melimpahkan kewenangan-kewenangan tertentu kepada Pengelola Aset dalam rangka melaksanakan proses restrukturisasi. Pengelola Aset melaksanakan restrukturisasi setelah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris dan/atau RUPS Pengelola Aset sebagaimana disyaratkan dalam anggaran dasar Pengelola Aset. Perjanjian Restrukturisasi Berdasarkan penugasan Menteri Negara BUMN, Pengelola Aset dengan BUMN yang direstrukturisasi menandatangani Perjanjian Restrukturisasi beserta dokumen-dokumen lainnya sebagai dasar pelaksanaan restrukturisasi. Dokumen yang mengacu pada skema restrukturisasi antara lain dapat berupa: 1. 2. 3. 4. Perjanjian kredit Perjanjian pemberian pinjaman Surat utang Perjanjian penerbitan saham

BUMN yang direstrukturisasi dan Pengelola Aset wajib melaksanakan restrukturisasi sesuai dengan syarat dan kondisi yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Penggunaan Jasa Pihak Ketiga Pengelola Aset dapat menggunakan jasa pihak ketiga dalam melakukan proses uji tuntas (due diligence) dan kegiatan restrukturisasi. Pengadaan jasa pihak ketiga dilakukan oleh Pengelola Aset atau oleh BUMN yang akan direstrukturisasi dengan persetujuan terlebih dahulu dari Pengelola Aset. Sumber Dana dan Biaya Restrukturisasi Dalam melakukan restrukturisasi, dana yang digunakan dapat bersumber dari: a. APBN b. Dana Pengelola Aset c. Dana dari pihak ketiga

Penggunanaa Dana Pengelola Aset untuk tujuan restrukturisasi pada setiap BUMN dibatasi maksimal sebesar 15% (lima belas persen) dari modal disetor Pengelola Aset yang diperuntukkan dalam rangka kegiatan restrukturisasi. Penggunaan dana yang melampaui batas perlu mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. Biaya-biaya terkait persiapan dan pelaksanaan restrukturisasi menjadi beban BUMN yang direstrukturisasi. Biaya-biaya tersebut meliputi jasa pihak ketiga, biaya perjalanan dinas, dan biaya lain terkait restrukturisasi yang besaran dan cakupan biaya mengikuti azas kepantasan, efisiensi, dan dapat dipertanggungjawabkan. Jika biaya tersebut dibayarkan terlebih dahulu oleh Pengelola Aset, maka Pengelola Aset akan menagihkan biaya-biaya tersebut kepada BUMN yang direstrukturisasi setelah memperhitungkan pajak. BUMN yang direstrukturisasi berkewajiban untuk membayar biaya-biaya dimaksud, setelah diterimanya penagihan dari Pengelola Aset. Atas pelaksanaan restrukturisasi, selain biaya-biaya tersebut, Pengelola Aset berhak membebankan biaya jasa dengan jumlah dan mekanisme yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Pengelola Aset dengan BUMN yang direstrukturisasi. Biaya-biaya tersebut hanya merupakan biayabiaya yang benar-benar berhubungan dengan tujuan dan proses restrukturisasi antara lain biaya provisi dan biaya jasa pengelolaan dengan mengikuti azas kepantasan, efisiensi, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penyelesaian atas Dana yang Telah Dikeluarkan sebagai Pinjaman dan/atau Setoran Modal Penyelesaian atas dana yang telah dikeluarkan oleh Pengelola Aset sebagai pinjaman dan/atau setoran modal dapat dilakukan antara lain, melalui: 1. Pembayaran pinjaman 2. Penjualan atas pinjaman yang telah diberikan kepada BUMN 3. Pengalihan hak tagih atas pinjaman BUMN kepada lembaga keuangan/investor strategis dalam skema refinancing 4. Penerimaan aset-aset BUMN dengan kualitas yang baik sebagai sumber pembayaran pinjaman (asset settlement) dan/atau 5. Divestasi atas penyertaan/tambahan modal yang disetorkan kepada BUMN Pelaporan Pengelola Aset menyampaikan laporan perkembangan restrukturisasi setiap 3 bulan atau sewaktuwaktu apabila diperlukan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Negara BUMN. Ketentuan Lain Pengelola Aset dapat bekerja sama dengan instansi pemerintah maupun pihak ketiga lainnya dalam rangka mendukung terlaksananya kegiatan restrukturisasi. Pemberlakuan aturan yang diterangkan di atas terhadap BUMN yang tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara dikukuhkan dalam RUPS BUMN yang bersangkutan. Dalam rangka restrukturisasi, Pengelola Aset dapat menyusun ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan restrukturisasi dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Negara BUMN.

You might also like