Professional Documents
Culture Documents
TENTANG
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sosiologi
DINAS PENDIDIKAN
MAKALAH SOSIOLOGI
TENTANG
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sosiologi
DINAS PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Bahwa kami telah menyelesaikan tugas mata pelajaran Sosiologi tepat pada waktunya. Sebagaimana telah diberikan tugas kepada kami untuk membuat makalah tentang Prilaku Menyimpang kami pun mengambil salah satu contoh Prilaku Menyimpang yaitu KORUPSI. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi/makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang Tua kami yang selalu memberikan fasilitas dan dorongan untuk bisa membuat makalah ini. 2. Kepada tim/kelompok yang sangat kompak dalam pengerjaan makalah ini dengan baik. 3. Narasumber terpecaya dalam penelitian ini yang sudah banyak membantu. Terima kasih atas semuanya. Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan ada nya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semoga karya ilmiah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa prilaku menyimpang itu sangat banyak merugikan orang lain contohnya saja korupsi itu merupakan tindakan yang merugikan bagi semua orang termasuk Negara Indonesia yang semakin terpuruk karena perbuatan korupsi. Semoga dengan kami membuat makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan motivasi bagi para pembacanya, khususnya bagi kami dan bagi para generasi muda yang akan datang, sehingga di Negara ini tidak ada lagi tindak kejahatan korupsi. Amin.
Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. Latar Belakang Masalah Pembatasan Makalah Tujuna Penulisan Manfaat Permasalahan
BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F. G. H. Pengertian Korupsi Korupsi dan Desentralisasi Sebab/Kondisi Yang Menyebabkan Munculnya Korupsi Tuduhan Korupsi Sebagai Alat Politik Bentuk-bentuk Penyalahgunaan Dampak Negatif Korupsi Upaya Penanggulangan Korupsi Mengukur Korupsi
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
B. Pembatasan Makalah
Korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Bentuknya bermacam-macam sesuai jenis kekuasaan yang didapat. Bagi yang mendapat kuasa untuk mengelola keungan negara, korupsi yang dilakukan adalah memanfaatkan sebagian atau seluruh anggaran dana yang tersedia untuk dijadikan asset pribadi. Ini adalah jenis korupsi yang paling banyak terjadi termasuk di Negara Indonesia ini.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi 2. Mengkaji mengenai prilaku menyimpang Korupsi dengan lebih mendalam. 3. Menambah wawasan dan pengetahuan Selain tujuan di atas, tujuan lain disusun makalah ini adalah untuk menarik para pembaca umumnya dan para orang-orang khususnya agar lebih mengenal prilaku menyimpang Korupsi. Karena banyaknya dampak negatif yang disebabkan oleh tindakan korupsi. Harapan kami mempelajari ini supaya tidak ada lagi korupsi di Negara ini dan bersih seutuhnya, agar kehidupan kita sejahtera.
D. Manfaat
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Prilaku Menyimpang Korupsi. Selain itu, mampu mendapatkan penjelasan mengenai dampak yang disebabkan tindakan korupsi, hukuman, undangundang mengenai tindak pidana korupsi dan macam-macam korupsi.
E. Permasalahan
Permasalahan yang dikemukakan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah korupsi itu ? 2. Apa penyebab terjadinya korupsi? 3. Apa akibat terjadinya korupsi ? 4. Bagaimana cara penanggulannya ? 5. Undang-undang tindak pidana korupsi ?
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. [1] Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
perbuatan melawan hukum; penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi; merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:
memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan); penggelapan dalam jabatan; pemerasan dalam jabatan; ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara); menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas|kejahatan. Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.
C. Sebab-sebab Korupsi
Ada beberapa sebab terjadinya praktek korupsi :
Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezimrezim yang bukan demokratik. Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik yang normal. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama". Lemahnya ketertiban hukum. Lemahnya profesi hukum. Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil. Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.
E. Bentuk-bentuk Penyalahgunaan
Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan nepotisme, juga penyalahgunaan yang menghubungkan sektor swasta dan pemerintahan seperti penyogokan,pemerasan, campuran tangan, dan penipuan. Penyogokan: penyogok dan penerima sogokan Korupsi memerlukan dua pihak yang korup: pemberi sogokan (penyogok) dan penerima sogokan. Di beberapa negara, budaya penyogokan mencakup semua aspek hidup sehari-hari, meniadakan kemungkinan untuk berniaga tanpa terlibat penyogokan. Sumbangan kampanye dan "uang haram" Di arena politik, sangatlah sulit untuk membuktikan korupsi, namun lebih sulit lagi untuk membuktikan ketidakadaannya. Maka dari itu, sering banyak ada gosip menyangkut politisi. Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk meminta sumbangan keuangan untuk kampanye mereka. Sering mereka terlihat untuk bertindak hanya demi keuntungan mereka yang telah menyumbangkan uang, yang akhirnya menyebabkan munculnya tuduhan korupsi politis.
mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien. c. Kesejahteraan umum negara Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME).
H. Mengukur Korupsi
Mengukur korupsi - dalam artian statistik, untuk membandingkan beberapa negara, secara alami adalah tidak sederhana, karena para pelakunya pada umumnya ingin bersembunyi. Transparansi Internasional, LSM terkemuka di bidang anti korupsi, menyediakan tiga tolok ukur, yang diterbitkan setiap tahun: Indeks Persepsi Korupsi (berdasarkan dari pendapat para ahli tentang seberapa korup negara-negara ini); Barometer Korupsi Global (berdasarkan survei pandangan rakyat terhadap persepsi dan pengalaman mereka dengan korupsi); dan Survei Pemberi Sogok, yang melihat seberapa rela perusahaan-perusahaan asing memberikan sogok. Transparansi Internasional juga menerbitkan Laporan Korupsi Global; edisi tahun 2004 berfokus kepada korupsi politis. Bank Dunia mengumpulkansejumlah data tentang korupsi, termasuk sejumlah Indikator Kepemerintahan.
1. KUHP
BUKU II BAB XXVIII TENTANG KEJAHATAN JABATAN PASAL 413 - 437 KORUPSI SEBAGAI DELIK JABATAN PASAL 415 425
Contoh: Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Keputusan Mendagri dan Otonomi Daerah No. 11 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah diganti dengan Keputusan Mendagri dan Otonomi Daerah Nomor 152 Tahun 2004 b. MHM yang positif (MK Nomor 003/PUU-IV/2006) Yang dimaksud dengan secara melawan hukum dalam Pasal ini mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
2. Memperkaya diri sendiri; orang lain atau korporasi 3. Dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara
Perbuatan memperkaya
Penjelasan Pasal 1 ayat (1) sub a UU 3/1971
Perkara memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dalam ayat ini dapat dihubungkan dengan pasal 18 ayat (2) yang memberi kewajiban kepada terdakwa untuk memberikan keterangan tentang sumber kekayaannya sedemikian rupa sehingga kekayaan tidak seimbang dengan penghasilannya atau penambah kekayaan tersebut dapat dipergunakan untuk memperkuat keterangan saksi lain bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi
Pasal 3
1. Menguntungkan diri sendiri, orang lain atau korporasi 2. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan. 3. Dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara
Sesuai hasil Survey tahunan yang dilakukan oleh organisasi : Berlin-based organization Transparency International, negara paling korup di dunia adalah : Somalia, Myanmar, Afghanistan, dan Irak. Indonesia Tidak ada dalam Daftar ? Skor Indeks bernilai dari 0 sampai 10. Semakin kecil indeksnya semakin korup negaranya. Indeks 5.0 adalah pertengahan, artinya tidak memiliki masalah korupsi yang serius.
No Negara 1. Somalia 2. Myanmar 3 Afghanistan 4. Iraq 5. Turkmenistan 6 Uzbekistan 7 Sudan 8. Chad 9. Burundi 10. Equatorial Guinea 11 Angola 12. Kyrgyzstan 13 Venezuela 14 Congo, Democratic Republic of 15 Guinea 16. Cambodia 17 Central African Republic 18 Comoros 19 Congo, Republic 20 Guinea-Bissau 21 Kenya 22 Laos 23 Russia 24 Papua New Guinea 25 Tajikistan Indeks Skor 2010 1.1 1.4 1.4 1.5 1.6 1.6 1.6 1.7 1.8 1.9 1.9 2.0 2.0 2.0 2.0 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1
DAFTAR PUSTAKA
Bellone, Carl.1980.Organization Theory and The New Public Administration. United States Of America.Allyn and Bacon, Inc. Boston/ London Sydney/ Toronto. Frederickson, George, H. 2000. Administrasi Negara Baru. Terjemahan. Jakarta. LP3ES. Cetakan Pertama. Kartono, Kartini. 2001. Pathologi Sosial. Jakarta. Edisi Baru. CV. Rajawali Press. Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Penerbit Sinar Baru. Lubis, Mochtar. 2006. Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri. Jakarta. Bhratara. Karya Aksara. Saleh, Wantjik. 2008. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia. Simon, Herbert. 2009. Administrative Behavior. Terjemahan St. Dianjung. Jakarta. PT. Bina Aksara. Harian Kompas, 13 Juni 2006 Kompas. Surat Kabar Harian. Jakarta. Bulan Oktober sampai Desember 2010. Suara Pembaharuan. Surat Kabar Harian. Jakarta. Bulan Oktober sampai Desember 2010. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dhan_di@rocketmail.com