You are on page 1of 11

BAB I BAHAN BAKAR

Tujuan Instruksional Khusus 1. batubara 2. batubara 3. batubara 4. Mahasiswa mampu mengklasifikasikan jenis-jenis bahan bakar cair dan gas 1.1. Pendahuluan Ketiga kelas bahan bakar yaitu bahan bakar padat, bahan bakar cair dan bahan bakar gas termasuk kelompok bahan bakar fossil. Semua bahan bakar fossil dihasikan dari perfossilan senyawa karbohidrat. Senyawa ini dengan rumus Cx(H2O)y, yang dihasilkan dari tanaman-tanaman hidup melalui proses foto sintetis ketika ia merubah langsung energi surya menjadi energi kimia. Kebanyakan bahan bakar fossil diproduksi pada abad Carboniferous dalam era paleozoic bumi, kira-kira 325 juta tahun lalu. Setelah tanaman mati karbohidrat diubah menjadi senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia CxH7 karena pengaruh tekanan dan panas dan dalam kondisi ketiadaan oksigen (anaerob). oleh karena itu semua bahan bakar fossil terdiri dari senyawa hidrokarbon. Beberapa contoh bahan bakar padat adalah kayu, arang, tempurung,gambut dan batubara. 1.2. Bahan Bakar Padat Merupakan bahan bakar fossil terbanyak berasal dari tumbuh tumbuhan yang memfossil. Ditaksir bahwa paling tidak diperlukan 20 kaki tumbuh-tumbuhan yang Mahasiswa mampu membedakan analisis proksimat dan analisis ultimat Mahasiswa mampu menuliskan dan menjelaskan jenis-jenis analisis Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian bahan bakar padat (batubara), pembentukan gambut, lapisan batubara, dan teori pembentukan lapisan

1.2.1. Batubara

dipadatkan untuk memperoleh lapisan batubara setebal 1 kaki. Proses pembentukan batubara dari tumbuh tumbuhan melalui dua tahap yaitu : Tahap penggambutan dari tumbuhan disebut proses peatification Tahap pembentukan batubara dari gambut disebut proses coalification

a. Pembentukan Gambut (Penggambutan) Tumbuhan yang tumbang atau mati dipermukaan tanah pada umumnya akan mengalami proses pembusukan dan penghancuran sempurna sehingga setelah beberapa tahun kemudian tidak terlihat lagi bentuk asalnya. Pembusukan dan penghancuran tersebut pada dasarnya merupakan proses oksidasi yang disebaban oleh adanya oksigen dan aktivitas bakteri atau jasad renik lainnya. Jika tumbuhan tumbang disuatu rawa yang dicirikan dengan kandungan oksigen yang sangat rendah, sehingga tidak memungkinkan bakteri, aerob hidup, maka sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami proses pembusukan sehinggga tiak akan terjadi proses oksidasi sempurna. Pada kondisi tersebut hanya bakteri-bakteri anaerob saja yang berfungsi melakukan prosess dekomposisi yang kemudian membentuk gambut. daerah yang ideal untuk pembentukan gambut misalnya delta sungai, danau dangkal. Meskipun oksigen tidak tersedia dalam jumlah yang cukup, komponen utama pembentukan kayu juga akan teroksidasi menjadi H2O CH4, CO dan CO2. Gambutnya berwarna coklat sampai hitam. Merupakan padatan yang bersifat porous dan masih memperlihatkan struktur tumbuhan asalnya. Proses pembentukan gambut disebut juga proses biokimia. gambut umumnya masih mengandung lengas yang tinggi (bisa lebih dari 50%) b. Pembentukan Batubara (Pembatubaraan) Proses pembentukan gambut akan terhen ti misalnya karena penurunan cepat dasar cekungan. jika lapisan gambut yang telah terbentuk kemudian ditutupi oleh lapisan sedimen, maka tidak ada lagi bakteri anaerob atau oksigen yang dapat mengoksidasi, maka lapisan gambut akan mengalami tekanan oleh lapisan sedimen Pengaruh tekanan terhadap lapisan gambut akan meningkat dengan bertambah banyaknya lapisan sedimen. Tekanan yang bertambah besar mengakibatkan penghancuran sempurna,

peningkatan suhu. Disamping suhu juga akan meningkat dengan bertambah kedalaman. selain karena adanya lapisan sedimen kenaikan suhu dan tekanan juga disebabkan oleh aktivitas magma proses pembentukan gunung serta aktivitas tektonik lainya. Peningkatan tekanan dan suhu pada lapisan gambut akan mengkonversi gambut menjadi batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan lengas, pelepasan gas-gas (CO2,H2O, peningkatan nilai kalor. CO, CH4), peningkatan kepadatan dan kekerasan serta

Gambar 1.1 Ilustrasi Hutan Pembentukan Batubara Tekanan, suhu dan waktu merupakan faktor yang menentukan kualitas Tahap pembentukan batubara ini sering disebut proses termodinamika. 1.2.2 . Teori Pembentukan Batubara batubara

Terdapat

dua

teori

akumulasi

gambut

baik

mengenai

ketebalan

maupun

penyebarannya, yang kemudian memungkinkan terjadi lapisan ditemukan dan ditambang saat ini. 1. Teori In Situ

batubara yang

Bahwa lapisan gambut terbentuk dari tumbuhan yang tumbang di tempat tumbuh, batubara yang terbentuk disebut batubara anchtone. 2. Teori Drift Menyatakan bahwa lapisan gambut yang terbentuk berasal dari bagian tumbuh tumbuhan yang terbawa oleh aliran air dan terendapkan di daerah hilir (delta), batubara yang terbentuk disebut batubara allochtone 1.2.4. Analisis Batubara Ada dua basis analisis batubara yaitu analisis proksimat dan anaisis ultimat. Kedua sistem analisis ini memberikan fraksi massa atau gravimetrik komponenkomponen didalam batubara dan kedua analisis tersebut dapat dilaporkan dengan berbagai cara yang berbeda Pada setiap lapisan batubara, terdapat dua komponen yang menunjukan variasi penting dari keseluruhan lapisan tersebut. Komponen tersebut adalah kebasahan dan abu. Fraksi abu bervarasi, karena abu pada dasarnya adalah bahan anorganik yang mengendap bersama bahan organik pada waktu proses pemadatan. Kadar kebasahan batubara sangat bervariasi, tergantung pada keterbukaan ke air tanah sebelum penambangan dan ke udara bebas sewaktu pengangkutan dibakar. Analisis proksimat dan ultimat biasanya dilaporkan dengan basis bebas abu dan bebas kebasahan (kering). Untuk kegunaan penghitungan pembakaran dan pengangkutan batubara, analisis ini harus dikonversikan kedalam basis ketika dibakar atau diterima yang mengikut sertakan kedua fraksi abu dan kebasahan dalam batubara tersebut. a. Analisis Proksimat penyimpanan sebelum

Anaisis proksimat merupakan analisis batubara yang paling sederhana dan menghasilkan fraksi massa karbon tetap (FC), bahan mudah menguap (VM), kebasahan (M) dan abu (A) dalam batubara, Analisis ini dilakukan dengan menimbang, memanaskan dan membakar sampel batubara. Sampel batubara dihaluskan, ditimbang dengan hati-hati kemudian dipanaskan hingga suhu 110 oC (230 oF) selama 20 menit. Sampel ini kemudian ditimbang kembali dan kehilangan massa dibagi dengan massa semula akan memberikan fraksi massa kebasahan (M) sampel. Sampel kemudian dipanaskan ke suhu 954 oC (1750
o

F) dalam sebuah tabung

tertutup selama 7menit sesudah itu kembali ditimbang. massa yang hilang dibagi dengan massa semula menghasilkan fraksi massa bahan yang dapat menguap (VM) didalam sampel. Sampel kemudian dipanaskan ke suhu 732 oC (1350oF) dalam suatu cawan peleburan hingga terbakar sempurna. Sisanya kemudian ditimbang dan berat terakhir dibagi dengan berat semula menghasilkan fraksi abu (A). Fraksi Massa karbon tetap diperoleh dengan cara 1 fraksi massa kebasahan fraksi massa bahan mudah menguap fraksi massa abu. Dalam bentuk persamaan matematis sebagai berikut: 1 - M - VM - A. b. Analisis Ultimat Analisis ultimat batubara adalah suatu analisis laboratorium yang memuat fraksi massa karbon (C), hidrogen (H2), Oksigen (O2), sulfur(S) dan nitrogen (N2) dalam batubara sekaligus dengan nilai pembakaran tinggi (HHV)nya. Analisis batubara untuk batubara amerika yang khas ditunjukan pada lampiran C (sumber buku prinsip-prinsip konversi energi), bersamaan dengan nilai pembakaran tingginya. Semua analisis ini dilaporkan dengan basis kebasahan , bebas abu dan sekaligus mengenai kadar kebasahan dan abu begitu di timbang. Jika kadar abu dan kebasahan dapat dihitung, fraksi massa yang lain dan nilai pembakaran tinggi (HHV) batubara dapat ditentukan dengan persamaan berikut: Fraksi massa bahan bakar = (fraksi massa bebas abu, kering) (1 M A) Nilai pembakaran tinggi begitu terbakar = (HHV bebas abu, kering) ( 1 M - A)

Ada dua macam nilai pembakaran yaitu nilai pembakaran tinggi (HHV) dan nilai pembakaran rendah (LHV) atau netto. Perbedaan HHV dan LHV dihitung dengan pendekatan berdasarkan rumus berikut yang dapat terpakai untuk sembarang bahan bakar alam basis massa: HHV - LHV = 2400 (M + 9 H2) kj/kg M dan H2 dalah kebasahan dan fraksi massa hidrogen bahan bakar .Bila nilai eksperimen dari nilai pembakaran tinggi tidak tersedia, maka nilai pembakaran tingginya dapat ditaksir dengan menggunakan analisis ultimat dan memakai rumus Dulong: HHV = 33.950 C+ 144.200 ( H2 - O2 ) + 9400 S 1.3. Bahan Bakar Cair 1.3.1. Formasi dan Klasifikasi Sementara batubara dianggap berasal dari tumbuhan yang memfossil maka minyak bumi dianggap berasal dari kehidupan laut yang membusuk sebagian. Minyak bumi atau minyak mentah biasanya ditemukan didalam kubah karang berpori besar. Minyak mentah biasanya dirangking kedalam tiga katagori, tergantung pada jenis residu yang tertinggal setelah fraksi yang ringan didistilasi dari minyak mentah itu. Dengan sistem ini, minyak bumi diklasifikasikan sebagai minyak mentah basis parafin, basis aspal dan basis campuran. Meskipun minyak mentah adalah komposisi dari berbagai senyawa organik, analisis ultimat semua minyak mentah ini adalah agak konstan. Fraksi massa karbon berkisar antara 84 - 87 persen, fraksi massa hidrogen berkisar antara 11 - 16 persen, jumlah oksigen dan nitrogen berkisr antara 0 - 7 persen, dan berkisar 0 - 4 persen. Ada enam jenis komersal bahan bakar minyak ,meskipun bahan bakar minyak no 3 sudah tidak tersedia lagi secara komersial. Bahan bakar minyak no 1 adalah yang paling ringan, paling tidak viscos dan dibuat untuk dapur pembakaran yang bekerja dengan sistem penguapan. Bahan bakar minyak no 2 adalah minyak pemanas domestik yang serba guna. Bahan bakar minyak no 4 adalah minyak pemanas jenis komersial yang relatif ringan dan merupakan minyak paling berat yang dapat fraksi massa sulfur kj/kg

dipompakan tanpa pemanasan pada suhu sedang Bahan bakar minyak no 5 adalah bahan bakar minyak jenis komersial yang berat dan viscos, dan bahan bakar minyak no 6 atau minyak bunker-C adalah bahan bakar minyak yang paling berat dan paling viscos. Kedua jenis terakhir ini no 5 dan 6 perlu dipanaskan terlebih dahulu sebelum dipompakan. Sifat rata-rata bahan bakar minyak ini diberikan pada lampiran C (sumber buku prinsip-prinsip konversi Energi) 1.3.2 Sifat-Sifat Minyak Bumi Sifat-sifat yang penting dari minyak bumi serta turunannya adalah nilai pembakaran, berat atau bobot jenis, titik nyala dan titik lumer. Nilai pembakaran biasanya berupa nilai pembakaran tinggi, dinyatakan dalam satuan kj/lt atau Btu/gallon. Nilai pembakaran dalam basis satuan massa dari turunan minyak bumi naik apabila bobot jenisnya turun atau bila oAPI (API singkatan dari The American Petrolium Institute) dan oBe (o Baume) nya naik. Bobot jenis suatu cairan adalah kerapatan cairan tersebut dibagi dengan kerapatan air pada suhu 60 oF (15,6 oC). Bobot jenis minyak bumi dan produk minyak bumi biasanya dinyatakan dalam satuan dan satuan ini adalah sebagai berikut: Bobot jenis (s) = 140 / (130 +
o o

Be atau oAPI. Hubungan antara bobot jenis

Be )
o

Bobot jenis (s) = 141,5 / (131,5 +

API )

Titik nyala suatu cairan bahan bakar adalah suhu minimum fluida pada waktu uap yang keluar dari permukaan fluida langsung akan menyala. Pada suhu sedikit tinggi disebut sebagai titik api (fire point), uap akan membantu pembakaran. Titik lumer (pour point) suatu produk minyak bumi adalah suhu terendah dimana suatu minyak atau produk minyak akan mengalir dibawah kondisi standar. Titik ini ditentukan dengan mencari suhu maksimum dimana permukaan suatu sampel minyak dalam suatu tabung percobaan standar tidak bergerak selama 5 detik ketika tabung

percobaan diputar ke posisi horizontal. Titik lumer adalah sama dengan suhu ini ditambah 5 oF.

1.4 Bahan Bakar Gas Hampir semua bahan bakar gas adalah bahan bakar fossil atau hasil samping dari bahan bakar fossil. Bahan bakar ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu gas alam, gas pabrik dan gas hasil sampingan. Beberapa komposisi serta sifat-sifat lain dari bahan bakar gas diberikan pada lampiran F ( sumber buku prinsip-prinsip konversi energi) Komposisi bahan bakar gas umumnya dinyatakan dalam bentuk fraksi molar atau volum dari komponen gas. Untuk campuran gas ideal fraksi molar dan volum sama. nilai pembakaran dari suatu bahan bakar gas umumya diyatakan dalam satuan energi per satuan volum, seperti kj/m3 atau BTU/ft3, tetapi nilai ini berbanding langsung dengan tekanan absolut berbanding terbalik dengan suhu absolut. Nilai pembakaran juga dapat dinyatakan dalam bentuk energi persatuan massa kj/kg dan besaran ini bebas terhadap tekanan dan suhu. Nilai pembakaran volumetrik suatu campuran bahan bakar gas adalah sama dengan jumlah perkalian volum atau fraksi mol komponen individual dengan nilai pembakaran volumetrik komponen yang bersangkutan. Bila nilai pembakaran volumetrik suatu komponen gas pada suhu referensi Tr, dan tekanan referensi Pr diketahui, nilai pembakaran volumetrik campuran gas diperoleh dari persamaan berikut : (HHVv campuran)Pr,Tr = (HHVv,i)Pr,Tr(Vi) Dimana HHVV,i dan V1 adalah nilai pembakaran tinggi volumetrik dari fraksi volumetrik komponen gas ke i, Nilai pembakaran tinggi r sejumlah senyawa yang mudah terbakar ditabulasikan dalam lampiran G (sumber Buku Prinsip-prinsip konversi energi ). Persamaan berikut ini dapat dipakai untuk mengkonversikan nilai pembakaran tinggi volumetrik pada tekanan dan suhu referensi tertentu ke tekanan dan suhu lain (HHVv )P,T = (HHVv)Pr,Tr P Tr Pr T

Tekanan dan suhu pada persamaan diatas harus dalam nilai absolut. Nilai pembakaran volumetrik HHVv pada suatu tekanan P dan suhu T dapat dikonversikan menjadi nilai pembakaran gravimetrik HHVM dengan mengalikan nilai volumetrik tersebut dengan volume jenis v dari gas pada tekanan dan suhu yang sama: (HHVm = (HHVv)P,T(V )P,T

Volume jenis suatu campuran gas dapat dihitung dari berat molekul gas tersebut (MW) dan persamaan gas ideal, seperti berikut: v =V m RT P = Ru T P(MW)

dimana Ru adalah konstanta gas universal Contoh soal: Hitunglah niai pembakaran tinggi (kj/m3 dan kj/kg) pad suhu 10 oC dan tekanan 3 atm untuk suatu campurngas dengan komposisi sebagai berikut: 94,3% CH4, 4,2%C2H6 dan1,5% CO2 Penyelesaian: Diketahui fraksi mol dari komponen gas pada suhu20 oC dan tekanan 1 atm (lampiran G) (HHVv)CH4 = 37.204 kj/m3 (HHVv)C2H6 = 65.782 kj/m3 (HHVv)CO2 = 0 kj/m3 Jadi Berat molekul campuran gsa = 0,943 (16) + 0,042(30) + 0,015(44) = 19,01 kg/kgmol pada suhu 20 oC dan1 atm (HHVv)campuran = 0,943 (HHVv)CH4 + 0,042((HHVv)C2H6 + 0,015 (HHVv)CO4 = 0,943 (37.204) + 0,042(65.782) + 0,015 (0) = 117.846 kj/m3 Volumjeniscampuran gas,v= RuT/P (MW) dimana: P T =3 atm =1,013 bar/atm (3 atm) = 3,039 bar = 10 oC =283 o K

Ru V

= 0,083314 bar.m3/ (kgmol) oK = 0,083314 bar.m3/ (kgmol) oK (283 o K)/ 3,039 bar x (19,01 kg/kgmol) = 0,4552 m3/ kg

maka : HHVm = V (HHVv)campuran = 0,4552 m3/ kg x 117.846 kj/m3 = 53.506 kj/kg =23.008 BTU/lbm

1. 5. Bahan Bakar Gas Khas Gas alam adalah suatu satunya bahan bakar fossil yang sebenarnya dan biasanya terperangkap dalam lapisan batu kapur diatas resevoar minyak bumi. Tekanan resevoar berkisar antara 350 -700 bar. Gas alam terutama terdiri dari matane dengan sedikit fraksi gas-gas lain.Komposisi beberapa gas alam yang khas ditunjukan pada lampiran F. Di antara semua bahan bakar fossil, gas alam mempunyai nlai pembakaran gravimetrik tertinggi yaitu 55.800 kj/kg atau 24.000 Btu/lbm. Nilai pembakaran volumetrik gas alam adalah sekitar 37.000kj/m3 pada 1 atm dan 20 oC. Ada beberapa jenis bahan bakar gas pabrik, diantaranya adalah liqufied petrolium gas (LPG), gas air, gas air karburasi, gas alam penganti (SNG) atau sintetis dan gas produser. Masih ada sejumlah bahan bakar gas lain yang diproduksi sebagai produk sampingan dari beberapa proses. Gas-gas ini misalnya gas dapur kokas, gas riol dan gas dapur tinggi. komposisi sifat beberapa gas ini ditunjukan pada lampiran F. Gas air adalah suatu bahan bakar gas pabrik yang diproduksi dengan cara mengalirkan uap dan udara bergantian melalui suatu lapisan kokas pijar. Uap bereaksi dengan kokas panas itu untuk menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida. Kadangkadang ditambahkan pula uap minyak ke atas gas tersebut untuk menaikan nilai pembakaran yang dihasilkan. Gas yang dihasilkan ini disebut gas air karburasi.

Gas produser adalah bahan bakar gas yang terbentuk dengan cara membakar lapisan batubara grade rendah didalam tanah atau in situ dengan udara yang cukup agar terjadi pembakaran sempurna. Gas dapur tinggi adalah suatu bahan bakar gas berkualitas rendah yang merupakan hasil samping dari industri baja. Gas ini dihasilkan dengan cara membakar batubara dengan udara yang tidak cukup. Gas buang yang diperoleh dipakai untuk memberikan pengurangan atmosfir pada logam yang telah lumer untuk mencegah terjadinya oksidasi dari cairan logam tersebut. Meskipun gas ini mempunyai nilai pembakaran yang hanya sepersepuuh dari gas alam, namun proses dapur tinggi menimbulkan gas seperti dalam jumlah yang besar sehingga secara ekonomis cukup layak untuk pengganti bahan bakarnya. Komposisi gas dapur tinggi terutama nitrogen, karbon monoksida dan karbon dioksida. Gas riol telah dipakai sebagai bahan bakar pemanas pada beberapa kota di amerika serikat bagian timur. Dimasa sekarang kebanyakan perhatian terhadap gas riol ini melibatkan pula pemakaian sampah tumbuhan dan binatang khususnya sampah dari areal perternakan sapi yang besar untuk pembangkitan gas tersebut. Komposisi gas riol ini pada dasarnya adalah metana murni yang dihasilkan dari proses pembusukan.

You might also like