You are on page 1of 3

1.

1 LATAR BELAKANG MASALAH Hampir 50% warga Aceh berada di bawah tingkat kemiskinan akibat konflik panjang yang berlangsung nyaris 30 tahun. Musibah tsunami yang menghantam ranah Aceh pada tahun 2004 semakin memperburuk keadaan ekonomi masyarakatnya. Meskipun angka ini menunjukkan penurunan sejak Perjanjian Helsinki pada tahun 2007, angka kemiskinan masyarakat Aceh hingga saat ini masih berada di atas angka kemiskinan nasional, yaitu sebesar 21-22%. Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Husni Bahri TOB, kondisi-kondisi itulah yang menjadi latar belakang terciptanya Program PNPM Mandiri- BKPG (Bantuan Keuangan Peumakmue Gampong). Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan memberikan dana bantuan sebesar Rp 100 juta untuk setiap gampong (desa). Keterangan tersebut beliau sampaikan pada acara talk show yang diadakan oleh PNPM Mandiri bekerjasama dengan Kantor Berita Radio KBR68H di Anjungan Mon Mata, NAD pada 27 Januari 2010. Besarnya dana BKPG untuk masing-masing gampong 69 juta Rupiah. Hal ini sesuai Surat Keputusan Gubernur Aceh Nomor 412.4/138/2012 Tanggal 2 Maret 2012 tentang Lokasi dan Alokasi BKPG Tahun Anggaran 2012 dalam Wilayah Aceh. Dana ini dimaksudkan untuk percepatan penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, penciptaan lapangan kerja dan penguatan pemerintahan gampong, tulis Plt Kepala BPM Aceh, Dr Aulia Sofyan SSos MSi dalam siaran pers yang diterima Serambi.

Adapun teknis pelaksaanaannya adalah mengikutsertakan masyarakat dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasanya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materil,(PTO PNPM PPK, 2007:116). Dalam hal ini faktor partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan program menjadi penekanan utama demi terciptanya masyarakat yang sejahtera dan tujuan(goal) dari program ini mencapai taget semaksimal mungkin. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Aceh, Alibasyah mengemukakan beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan program ini. Beliau mengatakan, Cakupan program ini cukup besar yaitu, 6379 desa, 276 kecamatan dan 23 kabupaten kota. Oleh karena

itu, program ini tidak mungkin dilaksanakan apabila tidak adanya dukungan dari seluruh pihak yang terlibat baik dari segi pelaksanaannya maupun pengontrolan penyaluran dana. Conyers (1991) memberikan tiga alasan utama sangat pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu: 1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan dan proyek akan gagal, 2) Masyarakat mempercayai program pembagunan jika dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena masyarakat lebih mengetahui seluk beluk proyek dan merasa memiliki proyek tersebut, 3) Partisipasi merupakan hak demokrasi masyarakat dalam keterlibatannya di pembangunan. Seiring dijalankanya program Badan Keuangan Pemakmue gampoeng (BKPG) yang teknis pelaksaananya mengikutsetakan masyarakat, memiliki kendala-kendala tertentu yang sangat fundamental. diantaranya : 1. Masyarakat tidak antusias dalam mengikuti proses pelaksaan program BKPG tersebut, yang lebih ironisnya lagi, hanya sedikit masyarakat yang ikut berpartisipasi bahkan tidak ada sama sekali dari beberapa desa. 2. Hasil pembangunan terbengkalai , tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Pembangunan fisik terlihat seperti sesuatu yang sia-sia. 3. Salah satu asisten fasilitator kecamatan (AFK) program tersebut mengeluhkan, bahwa kurangnya partisipasi masyarakat telah memaksa beberapa kebijakan harus disesuaikan berdasarkan keadaan yang ada, tentu ini telah menyalahi buku panduan tata pelaksanaan yang fundamental dalam program tersebut.selanjutnya beliau menjelaskan, beberapa tindakan telah dilakukan mulai dari mengundang ke rumah-rumah, pengumuman melalui pengeras suara, kuosioner yang diantar kerumah-rumah, pemberian uang saku guna menarik minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam rapat ternyata masih tidak bisa membuat masyarakat untuk ikut serta dalam program ini tungkasnya.

Perumusan Masalah Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, kita sedikit banyaknnya mendapat gambaran bagaimana proses pembangunan tersebut berjalan. Yang mana dalam proses pelaksanaanya di lapangan, ternyata tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan, ini tentu menjadi permasalahan yang harus diperhatikan. Karena kesalahan dalam pelaksaanya akan memberikan celah kepada pelaksana untuk melakukan penyalahgunaan wewenang dalam memanipulasi keuangan dan kebijakannya. Dari hasil survey sementara, kondisi yang dapat saya gambarkan adalah kurangnya partisifasi masyarakat dalam mengikuti proses pelaksanaan program BKPG, Hasil pembangunan terbengkalai dan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa

1.2 .Tinjauan Penelitian 1.3 .Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1. Penelitian Terdahulu

2.2. Tinajuan Teori 2.3 Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN

You might also like