You are on page 1of 26

patologi

Keseimbangan asam dan basa

pengertian
Untuk mempertahankan fungsi optimal dari sel-sel, proses metabolik mempertahankan keseimbangan asam dan basa.

1.makin besar konsentrasi, makin asam larutan dan makin rendah pH; 2.makin rendah konsentrasi, makin basa larutan dan makin tinggi pH) 3.mencerminkan keseimbangan antara karbon dioksida (C02), yang. diatur oleh paruparu, dan bikarbonat (HC03), basa diatur oleh ginjal.

CO2 terlarut dalam larutan untuk membentuk asam karbonat (H2C03), yang merupakan kunci komponen asam dalam keseimbangan asambasa. Karena H2C03 sulit untuk diukur secara langsung dan C02 serta H2C03 dalam keseimbangan, maka komponen asam ditunjukkan sebagai C02 ketimbang H2C03.

Rasio asam-basa normal adalah 1:20, menunjukkan satu bagian C02 (potensial H2C03) terhadap duapuluh bagian HC03. Jika keseimbangan ini berubah, maka terjadi kekacauan pH; jika terdapat ekstra asam atau terjadi kehilangan basa dan pH <7,40, maka terjadi asidosis; bila terdapat ekstra basa atau terjadi kehilangan asam dan pH >7,40, maka terjadi alkalosis. Mekanisme ini sangat sensitif terhadap perubahan pH yang sangat kecil dan tubuh biasanya mampu mempertahankan pH tanpa intervensi dan luar, bila tidak mampu pada kadar normal, sedikitnya dalam batasan yang dapat menopang kelangsungan hidup.

RESPON SYSTEM BUFFER


Buffer terdapat pada semua cairan tubuh dan bekerja dengan segera (dalam I detik) setelah terjadi pH abnormal. Buffer ini berikatan dengan kelebihan asam atau basa untuk membentuk substansi yang tidak mempengaruhi pH.Namun demikian efeknya terbatas.

Bikarbonat: Buffer yang paling penting, buffer ini terdapat dalam jumlah yang paling besar dalam cairan tubuh. Dihasilkan oleh ginjal dan membantu dalam mengekskresi H Fosfat: Membantu dalam ekskresi H dalam tubulus ginjal Amonium: Setelah kelebihan asam, amonia (NH3) dihasilkan oleh sel tubulus ginjal dan berikatan dengan H dalam tubulus ginjal untuk membentuk amonium /NH4+. Proses ini memungkinkan ekskresi H ginjal lebih besar. Protein: Terdapat dalam sel-sel, darah, dan plasma. Hemoglobin adalah buffer protein yang paling penting.

Sistem Pernapasan Ion-ion hidrogen menimbulkan kerja Iangsung pada pusat pernapasan di otak. Asidemia() meningkatkan ventilasi alveolar sampai 4-5 kali kadar normal, sedangkan alkalemia(..) menurunkan ventilasi alveolar sampai 50%-75% dan tingkat normal. Respons terjadi dengan cepatdalam 1-2 menit, selama masa di mana paru-paru mengeluarkan atau menahan karbon dioksida dalam hubungan langsung pada pH arteri. Meskipun sistem pernapasan tidak dapat memperbaiki ketidakseimbangan dengan sempuma, namun efektif 50%-75%.

Sistem Renalis Sistem ini mengatur keseimbangan asam-basa dengan meningkatkan atau menurunkan konsentrasi bikarbonat dalam cairan tubuh. Pengaturan ini dilakukan melalui serangkaian reaksi kompleks yang melibatkan H+, ion natrium (Na+), dan sekresi HC03, reabsorpsi, dan pengubahan, serta sintesis amonia untuk diekskresi dalam urine. Sekresi H diatur oleh jumlah karbon dioksida di dalam cairan ekstraselular: makin besar konsentrasi karbon dioksida, makin besar jumlah sekresi H+, mengakibatkan urine asam. Bila H+ diekskresikan, maka dihasilkan bikarbonat oleh ginjal, membantu mempertahankan keseimbangan asam basa 1:20. Bila cairan ekstraselular alkalotik, ginjal menyimpan H+ dan mengeluarkan natrium bikarbonat, mengakibatkan urine basa. Meskipun respons ginjal terhadap pH normal rendah (beberapa jam sampai beberapa hari), ginjal yang sehat biasanya mampu mengatur keseimbangan sampai normal karena kemampuannya untuk mengekskresikan kelebihan bikarbonat dan H+ dalam jumlah yang besar dari tubuh.

NILAI HASIL PEMERIKSAAN GAS DARAH


1. pH: Mengukur konsentrasi H+ untuk menunjukkan status asambasa darah. Nilai menunjukkan apakah pH arteri normal (7,40), asam (<7,40), atau alkalotik (>7,40). Karena kemampuan mekanisme kompensasi untuk menormalkan pH, nilai hampir-normal tidak meniadakan kemungkinan dari gangguan asam-basa. 2. PaCO2: Tekanan karbon dioksida pada arteri. PaCO2 merupakan komponen pernapasan dan pengaturan asam-basa dan diatur oleh perubahan frekeunsi dan kedalaman ventilasi pulmoner. Hiperkapnia (PaCO2 >45 mm Hg) menunjukkan hipoventilasi alveolar dan asidosis respiratori. Hiperventilasi mengakibatkan PaCO2 <35 mm Hg dan alkalosis respiratori. Kompensasi respiratori terjadi dengan cepat pada ketidakseibangan asam-basa metabolik. Bila ada abnormalitas pada PaCO2 terjadi, selanjutnya analisa pH dan HC03 untuk menentukan gangguan pernapasan atau respons kompensasi terhadap abnormalitas asam basa metabolik.

3. PaO2: Tekanan oksigen dalam arteri. Pa02 tidak mempunyai peran pengaturan asam-basa bila terdapat dalam rentang normal. Adanya hipoksemia dengan Pa02 <60 mm Hg dapat menimbulkan metabolisme anaerobik, mengakibatkan produksi asam laktat dan asidosis metabolik. Terdapat penurunan normal pada Pa02 sesuai pertambahan usia. Hipoksemia juga dapat menyebabkan hiperventilasi mengakibatkan alkalosis respiratori. 4. Saturasi: Mengukur derajat hemoglobin tersaturasi oleh oksigen. Saturasi ini dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu, pH, dan PaCO2.Bila Pa02 turun di bawah 60 mm Hg, maka terjadi penurunan yang besar pada saturasi.

5. Kelebihan atau kekurangan basa: Menunjukkan, dalam istilah umum, terdapatnya sejumlah buffer darah (hemoglobin dan bikarbonat plasma). Nilai yang tinggi secara abnormal menggambarkan alka1osis nilai rendah menggambarkan asidosis. Nilai normal2. 6. HC03: Bikarbonat serum merupakan komponen ginjal mayor dalam pengaturan asam-basa. HC03 diekskresi atau dihasilkan oleh ginjal untuk mempertahankan lingkungan asam-basa normal. Penurunan kadar bikarbonat (<22 mEq/L) merupakan indikasi asidosis metabolik (jarang terlihat sebagai mekanisme kompensasi untuk alkalosis respiratori), peningkatan kadar bikarbonat (>26 mEq/L) menggambarkan alkalosis metabolikjuga sebagai gangguan metabolik primer atau sebagai perubahan kompensatori pada respons terhadap asidosis respiratori.

Pedoman Langkah demi Langkah untuk Analisa GDA


Langkah satu: Tentukan apakah pH normal. Bila pH menyimpang dari 7,40, perhatikan seberapa besar pH menyimpang dan ke mana arahnya. Sebagai contoh, pH >7,40 menandakan alkalosis; pH <7,40 menandakan asidosis. Apakah pH pada batas normal 7,35 sampai 7,45 atau apakah pH terdapat dalam batasan kritis >7,55 atau <7,20.

Langkah dua: Periksa PaCO2. Bila menyimpang dari 40 mm Hg, seberapa banyak PaCO2 menyimpang dan ke mana arahnya? Apakah perubahan PaCO2 cocok dengan arah perubahan pH? pH dan PaCO2 harus bergerak pada arah yang berlawanan. Sebagai misal, saat PaCO2 meningkat, pH harus menurun (asidosis); dan saat PaCO2 menurun, pH harus meningkat (alkalosis),

Langkah tiga: Tentukan nilai HC03 (mungkin menunjukkan kandungan C02 total, CO2 serum, atau HCO3 serum). Bila HC03 menyimpang dari 24 mEq/L, perhatikan derajat dan arah penyimpangan. Apakah perubahan HC03 bersamaan dengan perubahan pada pH? HC03 dan pH harus bergerak pada arah yang sama. Sebagai contoh, bila HC03 menurun, pH harus menurun (asidosis); dan bila HC03 meningkat, pH harus meningkat (alkalosis).

Langkah empat: Bila baik PaCO2 dan HC03 abnormal, tetapkan nilai mana yang berhubungan lebih erat dengan nilai pH? Sebagai contoh, bila pH menggambarkan asidosis, nilai mana yang juga menggambarkan asidosis (peningkatan PaCO2 atau penurunan HC03)? Nilai yang berhubungan lebih erat dengan pH dan lebih menyimpang dari titik normal pada gangguan primer bertanggung jawab terhadap perubahan pH. Gangguan campuran metabolik respiratori atau elemen kompensasi mungkin ada bila baik HC03 dan PaCO2 abnormal.

Langkah kelima: Periksa PaCO2 dan saturasi oksigen untuk menentukan apakah PaCO2 menurun, normal, atau meningkat. Penurunan Pa02 dan saturasi 02 dapat menimbulkan asidosis laktat dan dapat menandakan perlunya peningkatan konsetrasi oksigen. Sebaliknya, Pa02 tinggi dapat menandakan kebutuhan untuk menurunkan konsetrasi oksigen yang diberikan.

ASIDOSIS RESPIRATORIK
Asidosis respiratorik terjadi sekunder terhadap hipoventilasi alveolar dan mengakibatkan tegangan karbon dioksida darah arteri (PaCO2) >40 mm Hg (hiperkapnia) dan pH <7,40, Kekacauan PaCO2 adalah gambaran langsung dan derajat disfungsi ventilasi. Normalnya, ekskresi karbon dioksida (C02) sebanding dengan pembentukkan C02. Bila terdapat kelebihan jumlab C02, maka paru-paru gagal membuang sejumlah tertentu untuk mempertahankan PaCO2 pada 40 mm Hg. Derajat di mana peningkatan PaCO2 mengubah pH tergantung baik pada kecepatan awitan dan kemampuan tubuh untuk mengkompensasi melalui buffer darah dan sistem ginjal. Meskipun melalui buffer darah beraksi dengan cepat, namun aksi ini biasanya tidak cukup untuk mempertahankan pH normal pada adanya peningkatan PaCO2.

Pengkajian
1. Tanda dan gejala: Dispnea; astelektasis; gelisah menimbulkan letargi, kacau mental, dan koma. 2. Pengkajian fisik: Peningkatan frekuensi jantung dan pernapasan, diaforesis, dan sianosis. Hiperkapnia berat dapat menyebabkan vasodilatasi serebral, mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dengan papiledema. Temuan lain mungkin dilatasi konjungtiva dan pembuluh darah wajah.

4. Riwayat dan faktor risiko: Penyakit pernapasan akut: Gagal pernapasan akut dan beberapa penyebab, termasuk pneumonia, adult respiratoly distress syndrome (ARDS). Takar lajak obat: Sedasi berlebihan dengan obat yang menyebabkan depresi pusat pernapasan. Trauma dinding dada: Flail chest, pneumotoraks. Trauma/lesi sistein sarafpusat: dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan. Asfiksia: Obtruksi mekanikal; anafilaksis. Kerusakan otot pernapasan: Dapat terjadi pada hiperkalemia, polio, sindrom Guillain-Barr latrogenik: Ketidaktepatan ventilasi mekanikal

Pemeriksaan Diagnostik I Analisis gas darah (GDA) arteri: Membantu dalam mendiagnosa dan menentukan beratnya asidosis respiratorik. PaCO2 akan >40 mm Hg dan pH akan <7,40. 2. Bikarbonat serum juga disebut sebagai CO2 serum: Menggambarkan keseimbangan metabolik dan basa. Pada awalnya, ion bikarbonat (HC03) akan normal (22-26 mEq/L) kecuali terjad gangguan campuran. 3 Elektrolit serum biasanya tidak berubah, tergantung pada eutiologi asidosis respiratorik. 4. Sinar x: Menentukan adanya penyakit pernapasan yang mendasari 5. Skrining obat: Menentukan keberadaan dan kuantitas obat bila pasien dicurigai menggunakan dengan takar lajak.

Penatalaksanaan Kolaboratif 1. Restorasi keseimbangan asam-basa normal: Dilakukan dengan penyokong fungsi pernapasan. Bila PaCO2 >50-60 mm Hg dan terdapat tanda klinis seperti sianosis dan letargi, maka pasien biasanya memerlukan intubasi dan ventilasi mekanik. Umumnya, penggunaan bikarbonat dihindari karena risiko alkalosis bila gangguan pernapasan telah diperbaiki. Meskipun pH yang mengancam kehidupan harus diperbaiki dengan cepat pada tingkat yang dapat diterima, pH normal bukan merupakan tujuan mendesak. 2. Pengobatan gangguan dasar.

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan hipoventilasi alveolar sekunder terhadap proses penyakit yang mendasari. Hasil yang diharapkan: Pasien mempunyai pertukaran gas adekuat dibuktikan oleh tegangan oksigen darah arteri (Pa02) >60 mm Hg, PaCO2 45 mm Hg, pH 7,35-7,45, FP 12-20 kali/mnt dengan pola dan kedalaman normal (eupnea), dan takadanya bunyi napas tambahan.

Intervensi
1.

Pantau hasil pemeriksaan GDA untuk mendeteksi adanya hiperkapnia kontinu atau hipoksemia. Laporkan temuan bermakna (mis., varians 10-20 mm Hg pada PaCO2 atau Pa02). 2. Kaji dan dokumentasikan karakter upaya pernapasan: frekuensi, kedalaman, irama, dan penggunaan otot aksesori pernapasan 3. Kaji pasien terhadap tanda dan gejala distres pernapasan: gelisah, ansietas, kacau mental, dan takipnea (frekuensi pernapasan >20 X/mnt). 4. Baringkan pasien untuk kenyamanan dan untuk menjamin pertukaran gas optimal. Biasanya posisi semi-Fowlers memungkinkan ekspansi adekuat dan dinding dada, tetapi proses patologis khusus harus dipertimbangkan bila memposisikan pasien.

Perubahan sensori-persepsi yang berhubungan dengan gangguan pengaturan asam-basa Hasil yang diharapkan: Pasien mengungkapkan orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu dan tidak menunjukkan bukti cedera yang disebbkan oleh perubahan sensorium. I. Pantau ODA dan hasil C02 serum. Ben tahu dokter mengenai n abnonnal dan perubahan bermakna (yaitu, varians dan 10-20 Hg pada Pa02 dan PaCO2). Dengan interval yang sering kaji dan dokumentasikan tingkat kesadaran pasien dan orientasikan terhadap orang, tempat, dan waktu. I

Koping keluarga takefektif yang berhubungan dengan reaksi stres sekunder terhadap penyakit berbahaya dan aggota keluarga Hasil yang diharapkan: Anggota keluarga menunjukkan mekanisme koping efektif, mencari dukungan dan itng lain, dan mendiskusikan masalah diantara unit keluarga. 1. Buat jalur komunikasi terbuka dengan keluarga, benkan situasi di mana anggota keluarga dapat mengajukan pertanyaan, mengungkapkan perasaan, dan mendiskusikan masalah diantara anggota keluarga yang lain. 2. Kaji pengetahuan anggota keluarga tentang terapi dan tindakan pasien. Berikan informasi, sesuai kebutuhan, dan ben penguatan informasi keluarga yang telah diterima dan anggota pelayanan kesehatan lain. 3. Berikan kesempatan dan area untuk anggota keluarga untuk bicara secara pribadi serta mengungkapkan masalah dengan anggota pelayanan kesehatan. 4. Tentukan strategi koping efektif yang telah digunakan oleh keluarga pada situasi stres yang lain. Dukung dan anjurkan keluarga untuk melanjutkan strategi koping yang sehat dan efektif. 5. Usahakan anggota keluarga untuk meluangkan waktu bersama pasien untuk interval pendek dan sening. 6. Anjurkan anggota keluarga untuk melakukan aktivitas hiburan di luar rumah sakit untuk membantu menghilangkan stres dan situasi. Keluarga sering merasakan keharusan untuk mendapat izin dan anggota pelayanan kesehatan untuk meninggalkan ruang tunggu atau rumah sakit. 7. Berikan harapan yang realistis.

You might also like