You are on page 1of 11

BAB V KLASIFIKASI BUNYI SUPRASEGMENTAL,BUNYI PENGIRING,DIFTONG,KLUSTER,SILABA

A.BUNYI SUPRASEGMENTAL
Bunyi suprasegmental adalah bunyi-bunyi bahasa ketika diucapkan ada yang bisa disegmen-segmenkan bunyi vokoid dan kontoid.oleh para fonetisi,bunyi suprasegmental ini dikelompokkan menjadi empat jenis,yaitu yang menyangkut aspek(a)tinggi-rendah bunyi(nada),(b)keras-lemah bunyi(tekanan),(c)panjang-pendek bunyi(tempo)dan(d)kesenyapan(jeda). 1.Tinggi-Rendah(Nada,Tona,Pitch) Bunyi-bunyi segmental diucapkan selalu melibatkan nada,baik nada tinggi,sedang atau rendah.Hal ini disebabkan oleh adanya faktor ketegangan pita suara,arus suara dan posisi suara ketika bunyi itu diucapkan yang disebabkan oleh kenaikan arus udara dari paruparu,makin tinggi pula nada bunyi tersebut.Begitu juga,posisi pita suara.Pita suara yang bergetar lebih cepat akan menentukan tinggi nada suara ketika berfonasi. Variasi-variasi nada pembeda disebut intonasi,yang ditandai dengan[II]untuk intonasi datar turun,yang biasa terdapat dalam kalimat berita(deklaratif),[//] untuk intonasi datar naik,yang biasa terdapat dalam kalimat Tanya dan [==]untuk intonasi datar tinggi,yang biasa terdapat dalam kalimat perintah. Contoh dalam bahasa Indonesia: [satell] Sate. [sate//] Sate? [sate==] Sate! pemberitahuan bahwa ada sate menanyakan tentang sate memanggil penjual sate

2.Keras-Lemah(Tekanan,Aksen,Stress) Ketika bunyi-bunyi segmental diucapkan pun tidak pernah lepas dari keras atau lemahnya bunyi.Hal ini disebabkan oleh keterlibatan energi otot ketika bunyi itu diucapkan.Suatu bunyi dikatakan mendapatkan tekanan apabila energi otot yang dikeluarkan lebih besar ketika bunyi itu diucapkan.Sebaliknya,suatu bunyi dikatakan tidak mendapatkan tekanan apabila energi otot yang dikeluarkan lebih kecil ketika bunyi itu diucapkan. Variasi tekanan bisa dikelompokkan menjadi empat yaitu:tekanan keras yang ditandai dengan[],tekanan sedang yang ditandai dengan[-],tekanan lemah yang ditandai

dengan[]Tidak ada tekanan yang ditandai dengan tanda akritik.Pada tataran kata,tekanan selalu bersifat silabis,yaitu tekanan yang diarahkan pada silaba tertentu.Pada tataran kalimat,tekanan bersifat leksis,yaitu tekanan yang diarahkan pada kata tertentu yang ingin ditonjolkan. Pada tataran kata,tekanan pada suku kata tertentu juga bisa membedakan makna,Misalnya: Belanda: drlopen doorlpen Inggris: rfuse refse Batak Toba: smbur simbr tekanan pada silaba I berjalan terus tekanan pada silaba II menempatkan tekanan pada silaba I sampah tekanan pada silaba II tekanan pada silaba I tekanan pada silaba II menolak hujan rintik cepat besar

Pada tataran kalimat,tekanan kata tertentu bisa membedakan maksud kalimat.Misalnya,dalam kalimat bahasa Indonesia berikut: -Saya membeli buku.(tekanan pada saya) Maksudnya:Yang membeli buku adalah saya,bukan kamu atau dia. - Saya membeli buku.(tekanan pada membeli) Maksudnya: Saya benar-benar membeli,bukan mencuri buku. -Saya membeli buku.(tekanan pada buku) Maksudnya: Yang Saya beli memang buku bukan yang lain.

3.Panjang-Pendek (Durasi,Duration) Bunyi-bunyi segmental juga dapat dibedakan dari panjang pendeknya ketika bunyi itu diucapkan.Bunyi panjang untuk vokoid diberi tanda satuan mora,yaitu satuan waktu pengucapan,dengan tanda titik.Tanda titik satu[.]menandakan satu mora,tanda titik dua[:]menandakan dua mora dan tanda titik[:.]menandakan tiga mora.Sementara itu bunyibunyi untuk kontoid diberi tanda rangkap,dengan istilah geminat.

Dalam bahasa-bahasa tertentu variasi panjang pendek bunyi ini ternyata bisa membedakan makna(sebagai fonem),bahkan bermakna(sebagai morfem)

Misalnya: Belanda:[ban] [ba:n] Tagalog:[kaibi:gan] [kai:bigan] Bugis: [mapeje] [mappeje] Arab: [habibi] [habibi:] kucil jalan teman kekasih asin membuat garam kekasih kekasih Vokoid panjang membedakan makna atau fonemis Vokoid panjang membedakan makna atau fonemis kontoid panjang mempunyai kontoid panjang mempunyai makna/morfemis kontoid panjang kontoid panjang mempunyai makna/morfemis

4.KESENYAPAN(JEDA,JUNCTURE) Penghentian adalah pemutusan suatu arus bunyi-bunyi segmental ketika diujarkan oleh penutur.Kesenyapan bisa berada di posisi awal,tengah,dan akhir ujaran.Kesenyapan awal terjadi ketika bunyi itu diujarkan,misalnya ketika akan diujarkan kalimat Ini buku terjadi kesenyapan yang tak terbatas sebelumnya.Kesenyapan tengah terjadi antara ucapan kata-kata dalam kalimat,misalnya antara ucapan kata ini dan buku pada ini buku.ucapan antarsuku kata,misalnya antara suku kata i dan ni pada kata ini,walaupun kesenyapan itu sangkat singkat.kesenyapan akhir terjadi pada akhir ujaran,misalnya ujaran akhir kalimat Ini buku terjadi kesenyapan yang tak terbats sesudahnya. Kesenyapan awal dan akhir ujaran ditandai dengan palang rangkap memanjang[#],kesenyapan di antara kata ditandai dengan palang rangkap pendek[#],sedangkan kesenyapan di antara suku kata ditandai dengan palang tunggal[+].Dengan demikian,kalimat Ini buku kalau ditranskripsikan dengan memperhatikan kesenyapan terlihat sebagai berikut. [#i+ni#bu+ku#] Kesenyapan juga bisa disebut sendi(juncture) karena kesenyapan itu sekaligus merupakan tanda batas antara bentuk-bentuk linguistik baik dalam tataran kalimat,klausa,frase,kata,morfem,silaba maupun fonem.

B.BUNYI PENGIRING Bunyi pengiring adalah bunyi yang ikut serta muncul ketika bunyi utama dihasilkan.Hal ini disebabkan oleh ikut sertanya alat-alat ucap lain ketika alat ucap pembentuk bunyi utama difungsikan.Oleh karena itu,ada yang mengistilahkan koartikulasi atau artikulasi sertaan,yaitu pengucapan dua bunyi yang berurutan secara tumpang-tindih yang kualitasnya berbeda dari deretan bunyi yang diucapkan secara normal atau sempurna. Bunyi-bunyi sertaan atau pengiring ini dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1.Bunyi ejektif,yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup sebelum dan sewaktu bunyi utama diucapkan,sehingga ketika glotis dibuka terdengar bunyi global[V]. 2.Bunyi klik,yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara lidah belakng menempel rapat pada velum sebelum dan sewaktu bunyi utama diucapkan,sehingga ketika penempelan pada velum dilepas terdengar bunyi [Kk] 3.Bunyi aspriasi,yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara arus udara yang keluar lewat mulut terlalu keras sehingga terdengar bunyi[Kh] 4.Bunyi eksplosif(bunyi lepas),yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara arus udara dilepaskan kembali setelah dihambat total.lawannya adalah bunyi implosif(bunyi tak lepas) 5.Bunyi retrofleksi,yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara ujung lidah ditarik ke belakang[Kr] 6.Bunyi labialisasi,yaitu bunyi sertaan yang di hasilkan dengan cara kedua bibir dibulatkan dan disempitkan segera/ketika bunyi utama diucapkan. 7. Bunyi palatalisasi,yaitu sertaan yang dihasilkan dengan cara lidah tengah dinaikkan mendekati langit-langit keras(palatum) segera/ketika diucapkan sehingga terdengar bunyi[Ky]. 8.Bunyi glotalisasi,yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup sesudah bunyi utama diucapkan sehingga terdengar bunyi[V] 9.Bunyi nasalisasi,yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cra memberikan kesempatan arus udara melalui rongga hidung sebelum/sesaat artikulasi bunyi utama.

C.DIFTONG DAN KLUSTER Perangkap bunyi vokoid disebut diftong,sedangkan perangkap bunyi kontoid disebut kluster. 1.Diftong Masalah diftong/vokoid rangkap ini berhubungan dengan sonoritas/tingkat kenyaringan suatu bunyi.Dalam praktiknya,bunyi diftong ini dua macam,yaitu(a)diftong menurun(falling diphtong)dan(b)diftong menaik(rising diphtong) (a)Diftong menurun vokoid(falling diphtong)adalah diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan,vokoid pertama bersonoritas,sedangkan vokoid kedua kurang bersonoritas bahkan mengarah ke bunyi non vokoid. Contoh:[pulaw] [harimaw] pulau harimau [sampay] [ramay] sampai ramai

(b) Diftong menaik(rising diphtong)adalah diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan,vokoid pertama kurang/menurut sonoritasnya dan mengarah ke bunyi nonvokoid,sedangkan vokoid kedua menguat sonoritasnya. Contoh :[mwa] moi (bahasa Prancis)

[sabwa] sebuah(bahasa minang)

2.KLUSTER Bunyi kluster/ konsonan rangkap(dua atau lebih) merupakan bagian dari struktur fonetis atau fonotaktis yang disadari oleh penuturnya.Oleh karena itu,pengucapan pun harus sesuai dengan struktur fonetis tersebut.Sebab,kalau salah pengucapan akan berdampak pada pembedaan makna. Bahasa-bahasa Barat,baik bahasa Inggris,Belanda maupun Jerman,Kluster ini sangat mewarnai stuktur fonetisnya.Dalam Bahasa Inggris misalnya,pola klusternya dapat dirumuskan sebagai berikut:

K p t

K S

K I r y w

Kluster dalam bahasa indonesia sebagai akibat pengaruh stuktur fonetis unsur serapan.Namun,pada umumnya kluster bahasa indonesia seputar kombinasi berikut: a.Jika Kluster terdiri atas dua kontoid,yang berlaku adalah: -kontoid pertama hanyalah sekitar [p],[b],[k] -kontoid kedua hanyalah sekitar [l],[r],[w] Contoh:[p] pada [b] pada [pleonasme] [gamblan] [gr] [fr] [sr] pada pada pada [grafik] [frustasi] [pasrah]

[k] pada [klinik]

Jika kluster terdiri atas tiga kontoid,yang berlaku adalah: -kontoid pertama selalu[s] -kontoid kedua[t] atau[p] -kontoid ketiga [r] atau[l] Contoh:[str] pada [spr] pada [skr] pada [skl] pada [strategi] [sprinter] [skripsi] [sklerosis]

D.SILABA(SUKU KATA) Silaba atau suku kata adalah suatu kenyaringan bunyi yang diikuti dengan satuan denyutan nada yang menyebabkan udara keluar dari paru-paru.Untuk memahami tentang suku kata ini para linguis atau fonetis berdasarkan pada dua teori,yaitu:(1)teori sonoritas dan (2)teori prominans. Teori sonoritas menjelaskan bahwa suatu rangkaian bunyi bahasa diucapkan oleh penutur selalu terdapat puncak-puncak kenyaringan(sonoritas) di antara bunyi-bunyi yang diucapkan.Contoh:ucapan kata bahasa indonesia[mendaki] terdiri atas tiga puncak kenyaringan.puncak kenyaringan adalah[]pada [mn],[a] pada [da] dan [i] pada [ki].Dengan demikian,kata[mndaki] mempunyai tiga suku kata.Suku kata pertama berupa bunyi sonor[]yang didahului kontoid[m] dan diikuti kontoid[n];suku kata berupa bunyi sonor[a] yang didahului kontoid[d];dan suku kata ketiga berupa bunyi sonor[i]yang didahului kontoid[k]. Teori prominans menitikberatkan pada gabungan sonoritas dan ciri ciri suprasegmental,terutama jeda(juncture).Ketika rangkaian bunyi itu diucapkan,selain terdengar satuan kenyaringan bunyi,juga terasa adanya jeda di antaranya,yaitu kesenyapan sebelum dan sesudah puncak kenyaringan.Atas anjuran teori ini,batas di antara bunyi-bunyi puncak diberi tanda tambah[+].Jadi kata tersebut terdiri atas tiga suku kata. Berdasarkan teori sonoritas dan teori prominans diketahui bahwa sebagian besar struktur kata terdiri atas satu bunyi sonor yang berupa vokoid,baik tidak didahului dan diikuti kontoid, didahului dan diikuti kontoid, didahului kontoid saja.Pernyataan itu bisa dirumuskan sebagai berikut: (K) V (K)

BAB VI FONEMIK:FONEM,DASAR,PROSEDUR ANALISIS

A.DEFINISI FONEM DAN JENISNYA Fonem adalah bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.Kenneth L.Pike(1963:63) mengatakan,a phoneme is one of the significant units of sounds,or a contranstive sound unit.L.Bloomfield(1961:79)mengatakana minimum unit of distinctive sound feature is a phoneme.Berdasarkan rumusan tersebut jelaslah bahwa fonem mempunyai fungsi pembeda,yaitu pembeda makna. Perhatikan data bentuk-bentuk linguistik berikut: [palan] [pita] [sapu] palang pita sapu [atap] atap [saptu] sabtu [kapsUl] kapsul

B.DASAR-DASAR ANALISIS FONEM Dasar-dasar analisis fonem adalah pokok-pokok pikiran yang dipakai sebagai pegangan untuk menganalisis fonem-fonem suatu bahasa.Pokok pokok pikiran atau premis-premis yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1.Bunyi-Bunyi Suatu Bahasa Cenderung Dipengaruhi oleh lingkungannya Premis ini bisa dibuktikan dengan deretan bunyi pada kata-kata bahasa Indonesia berikut: [nt] pada [tinta] [mp] pada [mampu] [nc] pada [nanka] dan dan dan [n.d.] [mb] [ng] pada pada pada [tunda] [kmbar] [panjan]

2.Sistem Bunyi Suatu Bahasa Berkecenderungan Bersifat Simetris Kesimetrisan sistem bunyi ini bisa dilihat pada bunyi-bunyi bahasa Indonesia berikut.Selain ada bunyi hambat bilabial[p]dan [b],juga ada nasal bilabial[m].Selain ada bunyi hambat dental[t] dan [d],juga ada bahasa nasal dental [n].Pemikiran pola simetris ini bisa dikembangkan pada sistem bunyi lain ketika menemukan fonem-fonem yang

menyangkut bunyi-bunyi bahasa yang diteliti,baik pola-pola atau sistem pengucapan maupun pola-pola atau sistem fonemnya.

3.Bunyi-Bunyi Suatu Bahasa Cenderung Berfluktuasi Gejala fluktuasi bunyi ini sering dilakukan penutur bahasa,tetapi dalam batas-batas wajar,yaitu tidak sampai membedakan makna. Contoh:Untuk makna yang sama,selain [papaya]juga diucapkan[ppaya],selain [smakin]juga diucapkan [skdar].

4.Bunyi-Bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis digolongkan tidak berkontras apabila berdistribusi komplementer dan atau bervariasi bebas. Tidak berkontras adalah tidak membedakan makna.bunyi-bunyi dikatakan berdistribusi komplementer apabila bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis itu saling mengekslusifkan. Contoh:Bunyi[k]dan [?]adalah bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis.Dalam bahasa indonesia,kedua bunyi itu saling mengekslusifkan.bunyi [k]tak pernah menduduki posisi[?]dan bunyi[?]tak pernah menduduki

5.Bunyi-bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis digolongkan ke dalam fonem yang berbeda apabila berkontras dalam lingkungan yang sama atau mirip. Mengetahui kontras tidaknya bunyi-bunyi suatu bahasa dilakukan dengan cara pasangan minimal,yaitu penjajaran dua atau lebih bentuk bahasa terkecil dan bermakna dalam bahasa tertentu yang secara ideal(berbunyi)sama,kecuali satu bunyi yang berbeda. Contoh:[tari] -[dari] [paku]-[baku]

C.PROSEDUR ANALISIS FONEM Prosedur yang dilakukan para linguis dalam analisis fonem: 1.Mencatat korpus data setepat mungkin dalam transkripsi fonetis Korpus data ini bisa dari ucapan kata-kata terpisah dari penutur asli bahasa yang diteliti,percakapan sehari-hari,cerita cerita pribadi. Contoh:1)[#pa+pan#] papan

2)[#ra+tap#] ratap 3)[#pi+kir#] fikir 4)[#pa+pa+ya#] pepaya 2.Mencatat bunyi yang ada dalam korpus data ke dalam peta bunyi. Tinggi Agak Tinggi Agak Rendah Rendah Depan i i Tengah O a Belakang U

3.Memasangkan bunyi-bunyi yang dicurigai karena mempunyai kesamaan fonetis. Bunyi-bunyi dikatakan mempunyai kesamaan fonetis apabila bunyi-bunyi tersebut terdapat pada lajur sama,kolam sama atau pada lajur dan kolam yang sama. Contoh:1)[p]-[p] 2)[p]-[b] 3)[t]-[t]

4.Mencatat bunyi-bunyi selebihnya karena tidak mempunyai kesamaaan fonetis. Bunyi-bunyi yang tidak mempunyai kesamaan fonetis adalah bunyi[s],[c]dan [h]. 5. Mencatat bunyi-bunyi yang berdistribusi komplementer. Berdasarkan korpus di atas,pasangan bunyi yang berdistribusi komplementer adalah[p]dan[p] [p] 1.[#pa+pan#] 3.[#pi+kir] papan fikir [p] 2.[#ra+tap#] ratap 4.[#k+lap+k+lip#] kelap-kelip 6.[#k+cap#]kecap

5.[#pa+pa+ya#] pepaya

6.Mencatat bunyi-bunyi yang bervariasi bebas. [p] Golongan 1 1)[#pa+pan#] papan Golongan 2 3)[#pi+kir#] [p] Golongan 2 2)[#fi+kir#]

7.Mencatat bunyi-bunyi yang berkontras dalam lingkungan yang sama(identis). Contoh:[#kcap#] kecap [#ki+cap#] kicap 8.Mencatat bunyi-bunyi yang berkontras dalam lingkungan yang mirip(analogis). Contoh:[#pa+sar#] [#b+sar#] 9.Mencatat bunyi-bunyi yang berubah karena lingkungan. Contoh:[k]:Plosif,velar mati [#k+lap+k+lip#] [#ku+ku#]kuku [k]Plosif ,palatal mati [#pi+kir#]fikir [#fi+kir#] fkir

10.Mencatat bunyi-bunyi dalam inventori fonetis dan fonemis,condong menyebar secara simetris. Contoh:[#ra+tap#]ratap [#kO+ta#]kota 11.Mencatat bunyi-bunyi yang berfluktuasi. Contoh:[#pa+pa+ya#] [#p+pa+ya#] 12.Mencatat bunyi-bunyi selebihnya sebagai fonem tersendiri. Contoh:[s],[c],[h].Bunyi-bunyi tersebut dianggap sebagai fonem tersendiri,yaitu/s/,/c/,/h/.

You might also like