You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Hukum menurut Mochtar Kusumaatmadja adalah keseluruhan azas dan kaidah yang mengatur kehidupan masyarakat termasuk lembaga dan proses untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan. Dalam hukum itu terdapat unsur proses yang didalamnya dapat termasuk dalam proses pembentukan hukum itu sendiri atau bagaiman proses hukum itu sendiri berlangsung. Suatu proses hukum dapat dilihat dari proses pembentukan hukum dalam masyarakat juga dapat dilihat dari bagaimana hukum itu berproses dalam masyarakat, salah satunya adalah dalam pengadilan, seperti proses pengadilan dalam

menyelesaikan suatu kasus hukum.

1.2.

Identifikasi Masalah A. Apa itu hukum dalam proses? B. Apa sajakah macam-macam proses hukum yang ada di Indonesia? C. Bagaimanakah proses hukum yang ada di Indonesia? D. Apakah perbedaan proses hukum di Indonesia dengan negara lain?

1.3.

Tujuan A. Memberikan gambaran bagaimana sebenarnya proses hukum Indonesia itu sendiri
1

B. Memberikan gambaran tentang perbedaan antara proses hukum di Indonesia dengan negara lain.

1.4.

Manfaat

1.4.1. Teoritis i. Membuat mahasiswa mengerti tentang hukum dalam proses ii. Memberikan pengetahuan tentang proses hukum Indonesia dan beberapa negara 1.4.2. Praktis i. Membuat mahasiswa mengerti tentang proses peradilan di Indonesia

BAB II LANDASAN TEORITIS

1.

Stufen Bau Theorie (teori tingkatan) Berdasarkan teori ini, maka pembuat undang-undang yang baik adalah

memperhatikan kaidah yang lebih tinggi tingkatannya yaitu meliputi kaidah dasar,

kaidah antara dan kaidah pelaksana. 2. Gelding Theorie (teori berlakunya hukum) Berdasarkan teori ini, maka undang-undang yang baik adalah undangundang yang berlaku baik secara yuridis, sosiologis maupun filosofis. 3. Sphere of validity (teori lingkungan berlakunya hukum) Berdasarkan teori ini, maka undang-undang itu berlaku baik kepada : a .Orangnya (personal sphere) b.Isinya (material sphere) c. Tempatnya (territorial sphere) d. Waktunya (temporal sphere)
4.

Cicero (teori hukum alam) Hukum yang sesungguhnya adalah akal yang benar yang sesuai dengan

alami. Ia bisa diterapkan dimanapun, tidak berubah dan abadi. Ia menuntut kewajiban melalui larangan-larangan dan perintah-perintah yang tidak sia-sia saja jika ditujukan kepada orang yang baik-baik, sekalipun kepada orang-orang sesat. Ia tidak mempunyai pengaruh. Adalah suatu dosa untuk mengubah hukum
3

ini, juga tidak dibolehkan untuk mencabut sebagian daripadanya dan adalah tidak mungkin akan ada hukum yang berbeda-beda untuk Roma serta Athena atau hukum yang berbeda untuk sekarang dan yang akan datang, melainkan hanya ada satu hukum yang abadi dan tidak akan berubah, yang berlaku untuk semua bangsa dan setiap saat dan hanya akan ada satu penguasa, yaitu Tuhan, atas kita sekalian oleh Ialah kita dihakimiNya.

5. Stammler (teori hukum alam) Hukum adalah suatu struktur tertentu yang memberi bentuk pada tujuantujuan manusia yang menggerakkan manusia untuk bertindak.untuk dapat menemukan asas-asas umum dari pembentukan struktur yang demikian itu, kita harus mengabstraksikan tujuan-tujuan tersebut dari kehidupan sosial yang nyata. Kita harus menemukan asalnya dan bertanya sendiri kepada diri kita sendiri: apakah yang merupakan hal yang pokok yang harus kita lakukan untuk memahaminya sebagai suatu sistem tujuan-tujuan yang harmonis dan teratur. Kemudian, dengan bantuan analisa yang logis, kita akan menemukan asas-asas penyusunan hukum (juridical organization) tertentu yang mutlak sah yang akan menuntun kita dengan aman dalam memberikan penilaian tentang tujuan-tujuan yang manakah yang layak untuk mendapatkan pengakuan oleh hukum dan bagaimanakah tujuan-tujuan itu berhubungan satu sama lain secara hukum.

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Hukum dalam Proses Proses hukum adalah perjalanan yang ditempuh hukum untuk menjalankan fungsinya, yaitu mengatur masyarakat atau kehidupan bersama. Kebanyakan orang berpikir bahwa yang dimaksud dengan proses hukum adalah jalannya suatu proses peradilan. 3.2. Macam-Macam Proses Hukum Hukum, dalam menjalankan fungsinya sebagai pengaturan kehidupan bersama manusia, harus menjalan suatu proses yang panjang dan melibatkan berbagai aktivitas dengan kualitas yang berbeda-beda. Aktivitas tersebut berupa pembuatan hukum dan penegakan hukum. 3.2.1. Pembuatan Hukum Pembuatan hukum sering kali disebut pembuatan undang-undang karena yang dimaksud dengan pembuatan hukum adalah tak lain pembuatan undang-undang. Pembuatan hukum merupakan awal dari bergulirnya proses pengaturan masyarakat tersebut. Pembuatan hukum merupakan momentum yang memisahkan kondisi tanpa hukum dan kondisi yang diatur oleh hukum. Dalam rangka pembuatan hukum sendiri yang dibahas adalah bahan dan struktur pembuatan hukum. Bahan hukum menunjuk kepada isinya. Bahan pembuatan hukum diartikan sebagai gagasan atau ide yang kemudian diproses lebih lanjut sehingga pada akhirnya benar-benar menjadi bahan yang siap untuk diberi sanksi hukum. Gagasan ini sendiri
5

muncul sebagai keinginan yang ada di masyarakat agar Negara campur tangan untuk membuat hukum yang mengatur keinginan masalah dari keinginan masyarakat tersebut. Dalam proses pembuatan hukum dibedakan menjadi tiga tahap yaitu tahap inisiasi, tahap sosio-politis, dan tahap yuridis. Tahap inisiasi sendiri merupakan tahap dimana gagasan itu muncul dalam masyrakat. Pada tahap sosio-politis, gagasan awal diolah oleh masyarakat sendiri dengan dibicarakan, dikritik, dipertahankan melalui pertukaran pendapat antara berbagai golongan dan kekuatan dalam masyarakat. Kemudian, gagasan itu akan menemukan dua pilihan diteruskan atau dihentikan. Jika diteruskan, gagasan itu akan berubah baik bentuk dan isinya menjadi lebih bermakna. Pada tahap Yuridis, tahap ini adalah tahap akhir yang berisi kegiatan murni yuridis yaitu pemberian sanksi hukum terhadap bahan tersebut. Pada tahap ini, ditangani oleh tenaga-tenaga khusus yang berpendidikan hukum. Kegiatan murni yuridis tersebut berupa perumusan bahan dalam bahasa hukum, meneliti konteksnya dalam sistem hukum yang ada sehingga tidak menimbulkan gangguan sebagai satu kesatuan sistem. Sedangkan, Struktur pembuatan hukum menunjuk kepada sekalian kelengkapan organisatoris yang memungkinkan hukum itu dibuat. Organisatoris Negara yang satu dengan yang tentu berbeda karena sesuai dengan susunan kenegaraan yang dianut. Tanpa wadah struktur pembuatan hukum, pembuatan hukum tidak bias dijalankan. Pencipataan struktur menyangkut penyusunan suatu organisasi yang akan mengatur

kelembagaan bagi pembuatan hukum. Pengorganisasian di sini berupa pengadaan kelembagaan dan mekanisme kerjanya. Struktur serta organisasi pembuatan hukum di dunia didasari pada pembagian kekuasaan anatara legislatif, eksekutif dan yudukatif. Pengorganisasian pembuatan hukum merupakan bagian dari suatu penataan ketatanegaraan yang tidak berdiri sendiri. Seharusnya, pembuatan hukum menjadi suatu proses yang eksklusif yang terpisah dari aktivitas kenegaraan sehingga kekuasaan yudikatif dan eksekutif juga tidak mencampuri badan pembuat hukum. 3.2.2. Penegakan Hukum Tahap pembuatan hukum harus diikuti oleh pelaksanaannya secara konkrit dalam kehidupan masyarakat sehari-hari yaitu penegakan hukum. Dalam bahasa asing kitang mengenal penegakan hukum yaitu dengan rechtoepassing,rechtshandhaving (Belanda); Law enforcement, application (Amerika). Dalam struktur kenegaraan modern, tugas penegakan hukum dijalankan oleh komponen eksekutif dan

dilaksanakan oleh birokrasi dari eksekutif, sehingga sering disebut birokrasi penegakan hukum. Peradilan adalah salah satu macam penegakan hukum karena aktivitasnya tidak terlepas dari hukum yang telah dibuat dan disediakan oleh badan pembuat hukum. Setelah hukum itu dibuat barulah bisa berbicara mengenai adanya dan berjalannya peradilan. Peradilan adalah proses mengadili sedangkan pengadilan adalah suatu lembaga dalam proses mengadili. Adapun lembaga peradilan lainnya adalah kepolisian, kejaksaan, dan advokat.Hasil akhir dari proses peradilan adalah putusan pengasilan atau putusan hakim.

Berjalannya peradilan tergantung dengan substansi yang diadili yaitu perkara perdata atau perkara pidana. Keterlibatan lembaga-lembaga lain terlibat secara penuh jika perkara pidana. Bagian terpenting dalam peradilan adalah saat hakim memeriksa dan mengadil suatu perkara. Secara rincinya, hakim memeriksa bukti dan menghukumi dengan peraturan yang berlaku. Pada saat diputuskan tentang bagaimana dan apa hukum yang berlaku untuk suatu kasus, maka pada waktu itulah penegakan hukum mencapai puncaknya.

3.3. Proses Hukum dalam Kenyataan Penegakan hukum yang bertanggungjawab (akuntabel) dapat diartikan sebagai suatu upaya pelaksanaan penegakan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik, bangsa dan negara yang berkaitan terhadap adanya kepastian hukum dalam sistem hukum yang berlaku, juga berkaitan dengan kemanfaatan hukum dan keadilan bagi masyarakat. Proses penegakan hukum memang tidak dapat dipisahkan dengan sistem hukum itu sendiri. Sedang sistem hukum dapat diartikan merupakan bagian-bagian proses atau tahapan yang saling bergantung yang harus dijalankan serta dipatuhi oleh Penegak Hukum dan Masyarakat yang menuju pada tegaknya kepastian hukum. Sebagai contoh nyata Indonesia telah meratifikasi konvensi internasional tentang Hak kekayaan Intelektual (HAKI) sebagai kelanjutan ratifikasi perdagangan

internasional dalam ITO-GATT kemudian menjadi WTO. Sebagai konsekuensinya maka Indonesia harus merubah berbagai perundang-undangan dibidang HAKI. Namun dalam pelaksanaannya ternyata sering merugikan warga negaranya sendiri. Karena

ternyata budaya hukum masyarakat Indonesia masih belum banyak berubah. Budaya itu misalnya meremehkan mutu (yang penting laku), bangga produknya bisa diduplikasi pihak asing akibatnya produk-produk lokal kini hak cipta maupun mereknya justru dimiliki orang asing. Padahal seharusnya menjadi tugas pemerintah melindungi kegiatan ekonomi warganya. Contoh lain bagaimana ketika krisis ekonomi mendera Indonesia akhir 90 an dimana tekanan internasional melalui IMF memaksa pemerintah Indonesia merombak sistem hukum dagang melalui perubahan Peraturan tentang Kepailitan (PERPU) dan diperkenalkannya peradilan Niaga serta hakim ad hoc seperti dalam sistem hukum Common Law ke dalam sistem hukum Indonesia yang menganut sistem Civil Law. Sudah menjadi rahasia umum bahwa penegakan hukum di Indonesia sangat memprihatinkan, di samping itu anehnya masyarakatpun tidak pernah jera untuk terus melanggar hukum, sehingga masyarakat sudah sangat terlatih bagaimana

mengatasinya jika terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum yang dilakukannya, apakah itu bentuk pelanggaran lalu-lintas, atau melakukan delik-delik umum, atau melakukan tindak pidana korupsi, tidak menjadi masalah. Sebagian besar masyarakat kita telah terlatih benar bagaimana mempengaruhi proses hukum yang berjalan agar ia dapat terlepas dari jerat hukumannya.

3.4. Perbandingan Proses Hukum di Indonesia dan Negara Lain

Hukum dan norma merupakan dua hal yag tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Kedua hal tersebut saling berkaitan dan biasa disebut dalam satu kesatuan,

tulisan ini akan menguraikan mengenai proses hukum serta membahas mengenai hierarki proses hukum di indonesia dan luar negeri.

3.4.1 Proses Hukum di Indonesia

Semenjak masa kemerdekaanya tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia mempunyai sumber hukumnya sendiri, yaitu UUD 1945. Sebagai sumber dari segala sumber hukum,UUD 1945 digunakan sebagai patokan dalam bidang hukum. Contohnya adalah hakim dalam mengambil keputusannya haruslah sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan UU. Karena Republik Indonesia merupakan negara Demokrasi, maka penegakan hukum di bagi kedalam tiga institusi besar dalam pemerintahan, yaitu eksekutif, legistlatif dan yudikatif. Legistlatif merupakan badan pemerintah yang berkuasa dalam membuat hukum. Eksekutif adalah badan yang berkewajiban mengimplementasikan hukum. Dan yudikatif mempunyai kuasa menegakan undangundang. Masing-masing mempunyai tugas serta wewenang yang berbeda-beda satu sama lain. Ketiga Institusi hukum tersebut bekerja dalam peringkat yang sama satu dengan yang lainnya. Kesejajaran diterapkan supaya dalam kinerjanya saling mengontrol dan mengawasi satu sama lainnya Di Indonesia istilah hukum digunakan dalam kehidupan sehari hari untuk menunjukan norma hukum yang berlaku di Indonesia. Hukum Indonesia adalah suatu sistem norma atau aturan yang berlaku di Indonesia. Sistem aturan tersebut ditunjukkan dalam suatu perundang-undangan.

10

Pasal 7 UU No. 10 Tahun 2004 tentang tata aturan perundang undangan, jenis dan hierarki perundang undangan menunjukan bahwa hierarki perundang undangan Indonesia meliputi:

1. UUD 1945, yang merupakan peraturan negara atau sumber hukum tertinggi dan menjadi sumber bagi peraturan perundang undangan lainnya. 2. UU / Peraturan Pemerintah pengganti UU (Perpu), kewenangan penyusunan perundang-undangan berada pada DPR dengan persetujuan bersama dengan Presiden. Dalam kepentingan yang memaksa Presiden bisa mengeluarkan Perpu. 3. Peraturan Pemerintah (PP), yang berhak menetapkan PP adalah Presiden. Dalam hal ini Presiden melakukan sendiri tanpa persetujuan dari DPR. 4. Peraturan Presiden, di dalamnya berisi materi yang diperintahkan oleh undangundang atau materi utuk melaksanakan peraturan pemerintah. 5. Peraturan Daerah (Perda), meliputi; Perda Provinsi, Perda Kota/Kabupaten dan Peraturan Desa atau Peraturan yang setingkat. Adapun wewenang untuk menetapkan Perda berada pada kepada daerah atas persetujuan DPRD. Sehingga berdasarkan tata aturan perundang undangan tersebut proses hukum di Indonesia tidak bisa lepas dari aturan yang ditunjukkan dalam suatu hierarki perundang undangan karena hukum Indonesia diatur dengan sistem perundang undangan tersebut dan Indonesia sendiri menganut civil law system.

11

3.4.2 Proses Hukum di Luar Negeri

Sementara proses hukum di Indonesia menganut civil law system, proses hukum di luar negeri sendiri menganut common law system dimana proses hukum yang berlaku berdasarkan pada putusan pengadilan yaitu Negara Amerika Serikat. Oleh karena itu, hakim tidak terpaut pada suatu fondasi sumber hukum saja. Amerika Serikat merupakan negara federal, mempunyai tiga peringkat tertinggi dalam menjalankan hukum, yaitu negara bagian dan pemerintahan lokal yang mempunyai badan legistltif dan eksekutif. Tetapi kuasa hukum tertinggi terdapat pada negara pusat. Namun biarpun ada perbedaan antara hukum yang berlaku di Indonesia dan di luar negeri namun hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie).

3.5. Analisis Proses Hukum Dalam hidup ini hukum selalu dikaitkan dengan usaha-usaha meningkatkan tarif kehidupan masyarakat kearah yang lebih baik. Fungsi hukum tidak hanya sebagai kontrol sosial tetapi juga untuk melakukan usaha yang menggerakkan masyarakatnya agar bertingkah laku sesuai dengan cara-cara baru untuk mencapai suatu tujuan yang dicita-citakan. Semua itu karena perkembangan hukum yang dinamis. Begitu juga dengan proses hukum itu sendiri yang selalu mengikuti perkembangan baik dari segi pembuatan hukum maupun penegakan hukum dalam kehidupan sehari-hari.

12

Namun, sayangnya, orang-orang Indonesia masih lemah dalam menegakkan hukum tersebut dalam kenyataan. Banyak sekali yang lalai terhadap hukum tersebut. Sehingga, dapat dikatakan proses hukum di Indonesia belum dapat berjalan secara sempurna. Tidak hanya itu terkadang dalam pembuatan hukum, sering terjadi prokontra yang dibahas secara berkepanjangan sehingg tidak efektif. Sekalipun tidak komprehensif perlu ada langkah-langkah untuk membangun sistem penegakan hukum yang akuntabel, antara lain : 1). Perlunya penyempurnaan atau memperbaharui serta melengkapi perangkat hukum dan perundang-undangan yang ada, sebagai contoh, perlunya ditindaklanjuti dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dari UU No.4 tahun 2004 terutama yang mengatur tentang pemberian sanksi pidana bagi pelanggar KUHAP, khususnya bagi mereka, yang ditangkap, ditahan,dituntut, atau diadili tanpa berdasarkan hukum yang jelas, atau karena kekeliruan orang atau hukum yang diterapkan sebagaimana telah ditegaskan dalam pasal 9 ayat (2) UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman . 2). Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Penegak Hukum baik dari segi moralitas dan intelektualitasnya. 3). Dibentuknya suatu lembaga yang independen oleh Pemerintah dimana para anggotanya terdiri dari unsur-unsur masyarakat luas yang cerdas (non Hakim aktif, Jaksa aktif dan Polisi aktif) yang bertujuan mengawasi proses penegakan hukum ( law enforcemen ) dimana lembaga tersebut nantinya berwenang

merekomendasikan agar diberikannya sanksi bagi para penegak hukum yang melanggar moralitas hukum dan atau melanggar proses penegakan hukum [ vide :

13

pasal 9 ayat (1) dan (2) UU No.4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman , Jo. pasal 17 Jo psl. 3 ayat (2 ) dan (3) Jo. Psl.18 ayat (1) dan (4) UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM)]. 4) Perlu dilakukannya standarisasi dan pemberian tambahan kesejahteraan yang memadai khususnya bagi Penegak Hukum yang digaji yaitu : Hakim, Jaksa dan Polisi ( Non Advokat ) agar profesionalisme mereka sebagai bagian terbesar penegak hukum di Indonesia dalam kerjanya lebih fokus menegakkan hukum sesuai dari tujuan hukum itu sendiri ;. 5) Dilakukannya sosialisasi hukum dan perundang-undangan secara intensif kepada masyarakat luas sebagai konsekuensi asas hukum yang mengatakan bahwa ; setiap masyarakat dianggap tahu hukum , sekalipun produk hukum tersebut baru saja disahkan dan diundangkan serta diumumkan dalam Berita Negara. Disini peran Lembaga Bantuan Hukum atau LBH-LBH dan LSM-LSM atau lembaga yang sejenis sangat diperlukan terutama dalam melakukan advokasi agar hukum dan peraturan perundang-undangan dapat benar-benar disosialisasikan dan dipatuhi oleh semua komponen yang ada di negeri ini demi tercapainya tujuan hukum itu sendiri ;. 6) Membangun tekad (komitmen) bersama dari para penegak hukum yang konsisten. Komitmen ini diharapkan dapat lahir terutama yang dimulai dan diprakarsai oleh Catur Wangsa atau 4 unsur Penegak Hukum, yaitu : Hakim, Advokat, Jaksa dan Polisi, kemudian komitmen tersebut dapat dicontoh dan diikuti pula oleh seluruh lapisan masyarakat ; Namun usul langkah-langkah di atas untuk membangun sistem penegakan hukum yang akuntabel tentu tidak dapat berjalan mulus tanpa ada dukungan penuh dari

14

Pemerintahan yang bersih (clean government), karena penegakan hukum (law enforcement) adalah bagian dari sistem hukum pemerintahan. Pemerintahan negara ( lapuissance de executrice) harus menjamin kemandirian institusi penegak hukum yang dibawahinya dalam hal ini institusi Kejaksaan dan Kepolisian karena sesungguhnya terjaminnya institusi penegakan hukum merupakan platform dari politik hukum pemerintah yang berupaya mengkondisi tata-prilaku masyarakat indonesia yang sadar dan patuh pada hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Penegakan hukum yang akuntabel merupakan dasar dan bukti bahwa Indonesia benar-benar sebagai Negara Hukum ( rechtsstaat ). Di samping itu rakyat harus diberitahu kriteria / ukuran yang dijadikan dasar untuk menilai suatu penegakan hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik guna menciptakan budaya kontrol dari masyarakat, tanpa itu penegakan hukum yang baik di Indonesia hanya ada di Republik Mimpi.

15

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan Jadi, Hukum dalam proses meliputi pembuatan hukum dan penegakan hukum, dimana dilakukan guna mengatur masyarakat. Jika dilihat pada kenyataan, proses hukum di Indonesia belumlah terlaksana dan belum dilaksanakan dengan maksimal sehingga proses hukum itu terkadang bukannya membawa keuntungan buat masyarakat tetapi justru memberikan kerugian. Namun, terdapat beberapa langkah penting untuk membangun sistem penegakan hukum yang bisa dijalankan asalkan pemerintahan bersih dan terbuka dalam proses pada masyarakat. Proses hukum di setiap negara tidak selalu sama contohnya seperti Indonesia dan Amerika. Dalam penegakan hukum di pengadilan, Indonesia bersumber pada perundang-perundangan tetapi Amerika bersumber pada Jurisprudensi.

4.2. Saran Dalam proses hukum, masyarakat dan pemerintah baik itu aparatur dalam hukum maupun politik harus bisa berkerja sama dan melaksanakan kewenangan berdasarkan tugasnya masing-masing. Dalam penegakan hukum, masyarakat harus lebih sadar akan hukum agar tujuan hukum itu tercapai untuk masyarakat dan aparat penegak hukum harus tegas dan jangan suka main belakang demi kepentingan individu atau kelompok semata.

16

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar Kusumaatmadja dan Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum Buku I, Alumni, Bandung, 2000.

R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006.

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, 2002.

van Apeldoorn,L.J., Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, 2004.

17

You might also like