You are on page 1of 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas mata pelajaran Seni Budaya dalam bentuk Tugas Karya Tulis ini. Tugas Karya Tulis ini disusun untuk menambah nilai mapel Seni Budaya, dalam bentuk tugas kelompok. Kami menyadari, tanpa bantuan berbagai pihak, penyusunan tugas ini tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. 2. 3. Bapak selaku guru mapel Seni Budaya . Teman-teman X.11. Pihak-pihak yang telah membantu hingga Karya Tulis ini selesai.

Kami menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas di masa mendatang. Semoga tugas ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kemajuan bangsa.

Penyusun

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya adalah ciri khas suatu bangsa. Gamelan salah satunya. Dengan mengetahui gamelan, maka kita akan selalu cinta kepada Budaya Jawa. Akan tetapi, sekarang ini Gamelan sudah mulai luntur tergantikan oleh Budaya Barat. Padahal, dengan kita mempelajari Gamelan, kita akan mengetahui betapa indahnya Budaya Indonesia. Kita juga bisa ikut melestarikan dan menjaga Budaya Jawa, sehingga Indonesia tetap mempunyai ciri khas yang mendunia. Oleh karena itu, kami akan mencoba membahas mengenai gamelan yang kami kemas dalam judul Gamelan, Budaya Jawa Tengah

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka saya batasi permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah umum gamelan? 2. Bagaimana sejarah khusus gamelan? 3. Bagaimanakah bentuk dan karakteristik instrument gamelan? 4. Apa saja contoh lagu dan syair gamelan? 5. Bagaimana contoh penampilan dari gamelan? 6. Bagaimanakah tangga nada dari gamelan? 7. Siapa saja yang memainkan gamelan? 8. Bagaimanakah cara memainkan gamelan?

C. Tujuan
Tujuan dari Karya Tulis Ilmiah Sederhana ini adalah:

1. Agar kita tahu sejarah umum dan khusus dari gamelan. 2. Agar kita tahu bentuk dan karakteristik gamelan.

3. Untuk mengetahui contoh penampilan gamelan. 4. Agar kita tahu tangga nada gamelan. 5. Agar kita tahu orang yang memainkan gamelan. 6. Agar dapat mengetahui cara memainkan gamelan

DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar 2. Pendahuluan 3. Daftar Isi 4. Sejarah Umum Gamelan 5. Sejarah Khusus Gamelan 6. Bentuk dan Karakteristik Instrumen Gamelan 7. Contoh Lagu dan Syair Gamelan 8. Contoh Penampilan Gamelan 9. Tangga Nada Gamelan 10. Orang Yang Memainkan Gamelan 11. Cara Memainkan Gamelan 12. Penutup, Kesimpulan dan Saran 13. Daftar Pustaka

SEJARAH UMUM GAMELAN

Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing dalam kehidupan kesehariannya. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana yang disebut gamelan atau seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah 'gamelan', 'karawitan', atau 'gangsa'. Namun barangkali rnasih banyak yang belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri, sejak kapan gamelan mulai ada di Jawa?. Seorang sarjana berkebangsaan Belanda bernama Dr. J.L.A. Brandes secara teoritis mengatakan bahwa jauh sebelum datangnya pengaruh budaya India, bangsa Jawa telah rnemiliki ketrampilan budaya atau pengetahuan yang mencakup 10 butir (Brandes, 1889): (1) wayang, (2) gamelan, (3)ilmu irama sanjak, (4) batik, (5) pengerjaan logam, (6) sistem mata uang sendiri, (7) ilmu teknologi pelayaran, (8) astronomi, (9) pertanian sawah, (10) birokrasi pemerintahan yang teratur

Sepuluh butir ketrampilan budaya tersebut bukan dari pemberian bangsa Hindu dari India. Kalau teori itu benar berarti keberadaan gamelan dan wayang sudah ada sejak jaman prasejarah. Namun tahun yang tepat sulit diketahui karena pada masa

prasejarah masyarakat belum mengenal sistem tulisan. Tidak ada bukti-bukti tertulis yang dapat dipakai untuk melacak dan merunut gamelan pada masa prasejarah. Gamelan adalah produk budaya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur budaya yang bersifat universal. Ini berarti bahwa setiap bangsa dipastikan memiliki kesenian, namun wujudnya berbeda antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Apabila antar bangsa terjadi kontak budaya maka keseniannya pun juga ikut berkontak sehingga dapat terjadi satu bangsa akan menyerap atau mengarn bila unsur seni dari bangsa lain disesuaikan dengan kondisi seternpat. Oleh karena itu sejak keberadaan gamelan sampai sekarang telah terjadi perubahan dan perkembangan, khususnya dalam kelengkapan ansambelnya. Istilah karawitan yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai oleh kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan maupun pemaknaannya. Banyak orang memaknai "karawitan" berangkat dari kata dasar rawit yang berarti kecil, halus atau rumit. Konon, di lingkungan kraton Surakarta, istilah karawitan pernah juga digunakan sebagai payung dari beberapa cabang kesenian seperti: tatah sungging, ukir, tari, hingga pedhalangan (Supanggah, 2002:56). Dalarn pengertian yang sempit istilah karawitan dipakai untuk menyebut suatu jenis seni suara atau musik yang mengandung salah satu atau kedua unsur berikut (Supanggah, 2002:12):

(1) menggunakan alat musik gamelan - sebagian atau seluruhnya baik berlaras slendro atau pelog sebagian atau semuanya.

(2) menggunakan laras (tangga nada slendro) dan / atau pelog baik instrumental gamelan atau non-gamelan maupun vocal atau carnpuran dari keduanya. Gamelan Jawa sekarang ini bukan hanya dikenal di Indonesia saja, bahkan telah berkembang di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Canada.

Karawitan telah 'mendunia'. Oleh karna itu cukup ironis apabila bangsa Jawa sebagai pewaris langsung malahan tidak mau peduli terhadap seni gamelan atau seni karawitan pada khususnya atau kebudayaan Jawa pada umumnya. Bangsa lain begitu tekunnya mempelajari gamelan Jawa, bahkan di beberapa negara memiliki seperangkat gamelan Jawa. Sudah selayaknya masyarakat Jawa menghargai karya agung nenek moyang sendiri.

Sumber data tentang gamelan Kebudayaan Jawa setelah masa prasejarah memasuki era baru yaitu suatu masa ketika kebudayaan dari luar -dalam hal ini kebudayaan India- mulai berpengaruh. Kebudayaan Jawa mulai memasuki jaman sejarah yang ditandai dengan adanya sistem tulisan dalam kehidupan masyarakat. Dilihat dari perspektif historis selama kurun waktu antara abad VIll sampai abad XV Masehi kebudayaan Jawa, mendapat pengayaan unsur-unsur kebudayaan India. Tampaknya unsur-unsur budaya India juga dapat dilihat pada kesenian seperti gamelan dan seni tari. Transformasi budaya musik ke Jawa melalui jalur agama Hindu-Budha.

Data-data tentang keberadaan gamelan ditemukan di dalam sumber verbal yakni sumber - sumber tertulis yang berupa prasasti dan kitab-kitab kesusastraan yang berasal dari masa Hindu-Budha dan sumber piktorial berupa relief yang dipahatkan pada bangunan candi baik pada candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa Tengah (abad ke-7 sampai abad ke-10) dan candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa Timur yang lebih muda (abad ke-11 sampai abad ke15) (Haryono, 1985). Dalam sumber-sumber tertulis masa Jawa Timur kelompok ansambel gamelan dikatakan sebagai tabeh - tabehan (bahasa Jawa baru 'tabuh-tabuhan' atau 'tetabuhan' yang berarti segala sesuatu yang ditabuh atau dibunyikan dengan dipukul). Zoetmulder menjelaskan kata gaml dengan alat musik perkusi yakni alat

musik

yang

dipukul

(1982). Dalam bahasa Jawa ada kata gmbl yang berarti 'alat pemukul'. Dalam bahasa Bali ada istilah 'gamblan' yang kemudian mungkin menjadi istilah 'gamelan'. Istilah 'gamelan' telah disebut dalam kaitannya dengan musik. Namur dalam masa Kadiri (sekitar abad ke13 Masehi), seorang ahli musik Judith Becker malahan mengatakan bahwa kata 'gamelan' berasal dari nama seorang pendeta Burma dan seorang ahli besi bernama Gumlao. Kalau pendapat Becker ini benar adanya, tentunya istilah 'gamelan' dijumpai juga di Burma atau di beberapa daerah di Asia Tenggara daratan, namun ternyata tidak.

Gambaran instrument gamelan pada relief candi Pada beberapa bagian dinding candi Borobudur dapat 17 dilihat jenis-jenis instrumen gamelan yaitu: kendang bertali yang dikalungkan di leher, kendang berbentuk seperti periuk, siter dan kecapi, simbal, suling, saron, gambang. Pada candi Lara Jonggrang (Prambanan) dapat dilihat gambar relief kendang silindris, kendang cembung, kendang bentuk periuk, simbal (kcr), dan suling.

Gambar relief instrumen gamelan di candi-candi masa Jawa Timur dapat dijumpai pada candi Jago (abad ke -13 M) berupa alat musik petik: kecapi berleher panjang dan celempung. Sedangkan pada candi Ngrimbi (abad ke - 13 M) ada relief reyong (dua buah bonang pencon). Sementara itu relief gong besar dijumpai di candi Kedaton (abad ke-14 M), dan kendang silindris di candi Tegawangi (abad ke-14 M). Pada candi induk Panataran (abad ke-14 M) ada relief gong, bendhe, kemanak, kendang sejenis tambur; dan di pandapa teras relief gambang, reyong, serta simbal. Relief bendhe dan terompet ada pada candi Sukuh (abad ke-15 M).

Berdasarkan data-data pada relief dan kitab-kitab kesusastraan diperoleh petunjuk bahwa paling tidak ada pengaruh India terhadap keberadaan beberapa jenis gamelan Jawa. Keberadaan musik di India sangat erat dengan aktivitas keagamaan. Musik merupakan salah satu unsur penting dalam upacara keagamaan

(Koentjaraningrat, 1985:42-45). Di dalam beberapa kitab-kitab kesastraan India seperti kitab Natya Sastra seni musik dan seni tari berfungsi untuk aktivitas upacara. keagamaan (Vatsyayan, 1968). Secara keseluruhan kelompok musik di India disebut 'vaditra' yang dikelompokkan menjadi 5 kelas, yakni: tata (instrumen musik gesek), begat (instrumen musik petik), sushira (instrumen musik tiup), dhola (kendang), ghana (instrumen musik pukul). Pengelompokan yang lain adalah:

(1) Avanaddha vadya, bunyi yang dihasilkan oleh getaran selaput kulit karena dipukul. (2) Ghana vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran alat musik itu sendiri. (3) Sushira vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran udara dengan ditiup.

(4) Tata vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran dawai yang dipetik atau digesek.

Klasifikasi tersebut dapat disamakan dengan membranofon (Avanaddha vadya), ideofon (Ghana vadya), aerofon (sushira vadya), kordofon (tata vadya). Irama musik di India disebut laya dibakukan dengan menggunakan pola 'tala' yang dilakukan dengan kendang. Irama tersebut dikelompokkan menjadi: druta (cepat), madhya (sedang), dan vilambita (lamban).

SEJARAH KHUSUS GAMELAN


Sejarah Gamelan Jawa dan Asal Usulnya Salah satu kekayaan budaya Indonesia yang terkenal dalam bidang musik adalah seni gamelan. Gamelan banyak ditemui di berbagai daerah Indonesia. Musik gamelan terdapat di Pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Tentu saja, varian alat musik yang digunakan berbeda. Baik nama maupun bentuk.

Di Jawa, gamelan disebut dengan istilah gong. Terutama, sejak abad ke-18. Gamelan jawa berasal dari bahasa Jawa, gamel, yang artinya adalah alat musik yang dipukul dan ditabuh. Terbuat dari kayu dan gangsa, sejenis logam yang dicampur tembaga atau timah dan rejasa. Alat musik pengiring instrumen gamelan terdiri dari kendang, bonang, panerus, gender, gambang, suling, siter, clempung, slenthem, demung, saron, kenong, kethuk, japan, kempyang, kempul, peking, dan gong.

Asal Mula Gamelan Jawa

Awalnya, alat musik instrumen gamelan dibuat berdasarkan relief yang ada dalam Candi Borobudur pada abad ke-8. Dalam relief di candi tersebut, terdapat beberapa alat musik yang terdiri dari kendang, suling bambu, kecapi, dawai yang digesek dan dipetik, serta lonceng.

Sejak itu, alat musik tersebut dijadikan sebagai alat musik dalam alunan musik gamelan jawa. Alat musik yang terdapat di relief Candi Borobudur tersebut digunakan

untuk memainkan gamelan. Pada masa pengaruh budaya Hindu-Budha berkembang di Kerajaan Majapahit, gamelan diperkenalkan pada masyarakat Jawa di Kerajaan Majapahit.

Konon, menurut kepercayaan orang Jawa, gamelan itu sendiri diciptakan oleh Sang Hyang Guru Era Saka, sebagai dewa yang dulu menguasai seluruh tanah Jawa. Sang dewa inilah yang menciptakan alat musik gong, yang digunakan untuk memanggil para dewa.

Alunan musik gamelan jawa di daerah Jawa sendiri disebut karawitan. Karawitan adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan alunan musik gamelan yang halus. Seni karawitan yang menggunakan instrumen gamelan terdapat pada seni tari dan seni suara khas Jawa, yaitu sebagai berikut.

1. Seni suara terdiri dari sinden, bawa, gerong, sendon, dan celuk. 2. Seni pedalangan terdiri dari wayang kulit, wayang golek, wayang gedog, wayang klithik, wayang beber, wayang suluh, dan wayang wahyu. 3. Seni tari terdiri dari tari srimpi, bedayan, golek, wireng, dan tari pethilan.

Seni gamelan Jawa tidak hanya dimainkan untuk mengiringi seni suara, seni tari, dan atraksi wayang. Saat diadakan acara resmi kerajaan di keraton, digunakan alunan musik gamelan sebagai pengiring. Terutama, jika ada anggota keraton yang melangsungkan pernikahan tradisi Jawa. Masyarakat Jawa pun menggunakan alunan musik gamelan ketika mengadakan resepsi pernikahan.

BENTUK DAN KARAKTERISTIK INSTRUMEN GAMELAN


Berdasarkan cara memainkanya, alat musik gamelan dibagi menjadi tiga yaitu instrumen petik, instrumen gesek, dan instrumen pukul.

1. Instrumen Petik Sesuai dengan judulnya, alat musik yang termasuk ke dalam instrumen petik dimainkan dengan cara dipetik. Salah satu contohnya yaitu siter.

(Siter)

2. Instrumen Gesek Alat musik instrumen gesek dimainkan dengan cara digesek. Salah satu contohnya adalah rebab.

(Rebab)

3. Instrumen Pukul Alat musik gamelan yang termasuk ke dalam instrumen pukul cukup banyak, contohnya kendang, gong, slenthem, demung, saron barung 1, saron barung 2, saron penerus, bonang barung, bonang penerus, kethuk kempyang, kenong, kempul, dan sebagainya.

(Contoh Instrumen Pukul)

CONTOH LAGU DAN SYAIR GAMELAN CONTOH PENAMPILAN TANGGA NADA GAMELAN
Tangga Nada adalah susunan nada-nada yang memiliki perbedaan tinggi rendah nada yang teratur.tangga nada adaduamacamyaitu : 1. Tangga Nada Diatonis 2. Tangga nada Pentatonis Tangga nada diatonic adalah :berasal dari kata dia dan tonis , dia artinya : lima sedangakan tonis berasal dari kata tone yang berarti suara atau nada . Jadi tangga nada diatonic adalah tangga nada yang terdiri dari lima nada atau lima suara. Mengenal tangga nada pentatonik/pentatonis (pentatonic scale) Pentatonik berasal dari kata penta(5) dan tonic(nada). Pentatonic dibentuk dengan mengurangkan nada ke 4 dan ke 7 dari struktur oktaf 8 nada. Bila kita ambil C sebagai nada dasarnya, maka not nya akan menjadi C,D,E,G,A. Pentatonik banyak digunakan untuk musik modern maupun tradisional di berbagai negara di dunia ini. Tangga nada diatonis ada dua macam yaitu : 1. tangga nada pelog 2. tangga nada slendro Menurut mitologi Jawa, Gamelan Slendro lebih tua usianya dari pada Gamelan Pelog. Slendro memiliki 5 (lima) nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 (C- D E+ G A) dengan interval yang sama atau kalau pun berbeda perbedaan intervalnya sangat kecil. Pelog memiliki 7 (tujuh) nada per oktaf, yaitu1 2 3 4 5 6 7 (C+ D E- F# G# A B) dengan perbedaan interval yang besar.Dalam memainkan pelog, masih dibagi menjadi dua lagi, yaitu Pelog Barang, dan Pelog

Bem.Pelog Barang tidak pernah membunyikan nada 1, sedangkan pelog Bem tidak pernah membunyikan nada 7. Dalam menciptakan lagu bernuansa pelog maupun slendro, ada aturan-aturannya tersendiri. Pada gamelan, tidak ada nada re dan la.Tetapi ada beberapa lagu yang dipaksakan menggunakan nada la, dan ini memiliki nilai arti tersendiri pada lagu tersebut. Perbedaannya pelog dan slendro hanya pada tangga nada nya. Interval nada-nada pada slendro berbeda dengan interval pada nada-nada di pelog.Nada slendro memiliki interval yang lebih besar dari pada pelog. Nantinya berpengaruh pada tembang (nyanyian) yang dilagu kan oleh penyanyi.

Slndro atau kadang kala di eja sebagai salndro adalah satu di antara dua skala dari gamelan musik. Skalainilebihmudahuntukmengertidaripada pelog, skala yang lain, Karena adalah secara mendasar hanya lima nada dekat yang berjarak hamper sama dalam satu oktaf . Oleh karena itu mempunyai interval sempurna keempat yang lebih sempit, sekitar 480sen, berbeda dengan interval pelog yang lebih lebar. Tangga nada slendro biasa disebut dengan 1 -siji- ji

2 -loro - ro

3 -telu- lu

5 -lima- ma

6 -enem nem

Skala pelog dapat dibuat dengan cara merangkaikan interval sempurna keempat dengan interval yang cukup lebar, sekitar 515 sampai 535 sen. Interval ini berada pada jarak yang ekstrem yang dapat didengar sebagai interval keempat. Skala pelog yang penuh terdiri dari tujuh nada yang berbeda (suatu tumpukan dari 6 buah interval keempat), tetapi biasanya suatu komposisi akan ditulis dalam 5 nada. Ketujuh nada dalam skala pelog disebut "barang", "dada", "nem", "gulu", "lima", "bem", dan "pelog". Nada dalam skala dengan dua interval yang berbeda, dilambangkan dengan L dan S, adalah: gulu-S-dada-L-pelog-S-lima-S-nem-S-barang-L-bem-S-gulu. Dalam hal ini, S adalah sekitar 110-150 sen dan L adalah sekitar 250-300 sen. Tangga nada gamelan berdasarkan larasnya diklasifikasikan menjadi 2, yaitu slendro dan pelog. Sedangkan laras slendro dan pelog berdasar kan pathet dibagi menjadi :

- slendro 9 (ji, ro, lu, mo, nem) - slendro manyuro (ji, ro, lu, mo, nem) - pelog nem (ji, ro, lu, mo, nem) - pelog barang (ro, lu, mo, nem, pi) - pelog limo (ji, ro, pat, mo, nem)

Contoh judul lagu bertangga nada pelog : 1. suwe ora jamu 2. gundul-gundul pacul 3. gambang suling 4. kupu kuwi

5. sapi Contoh judul lagu bertangga nada slendro : 1. cublak-cublak suweng 2. lir ilir 3. pitik tukung 4. kroto kroto 5. jamuran

ORANG YANG MEMAINKAN GAMELAN CARA MEMAINKAN GAMELAN


Gamelan memiliki berbagai macam bentuk, seperti pencon, balungan dan atau bilah. Setiap tipe memiliki cara memainkan yang berbeda-beda, tergantung dari sumber bunyinya. Berikut ini adalah caracara memainkan gamelan :

1. Ditabuh 2. Dithuthuk 3. Dipukul 4. Digesek

1. Ditabuh
Salah satu dari tekhnik memainkan gamelan adalah ditabuh. Ditabuh maksudnya di pukul tapi menggunakan tangan. Gamelan yang dimainkan dengan cara ini adalah kendhang. Bunyi dari tabuhan kendhang digunakan untuk mengatur irama musik gamelan.

2. Dithuthuk
Instrumen yang biasa dimainkan dengan cara dithuthuk biasanya berupa instrumen dengan bentuk bilah atau balungan. Caranya dengan menuthuk atau memukul dengan alat pukul ( tabuh) yang terbuat dari kayu. Contoh dari instrumen yang dimainkan dengan cara ini adalah saron, slenthem, dhemung, dan gambang.

3. Dipukul Alat musik yang dimainkan dengan cara ini biasanya berbentuk pencon. Instrumen yan biasa dimainkan dengan cara ini adalah bonang, kenong, kethuk kempyang, gong dan kenong. Alat yang digunakan untuk memukul gong dan kenong sedikit berbeda karena alatnya dilapisi dengan kain berukuran tebal. 4. Digesek

Cara memainkannya hampir sama dengan cra menggeek biola. Instrumen yang dimainkan dengan cara digesek adalah rebab.

PENUTUP

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan pembuatan tugas Karya Tulis ini. Hal ini juga tidak terlepas dari adanya bimbingan, pengarahan, bantuan dan dorongan dari semua pihak.
Harapan kami tugas ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran khususnya siswa kelas X.11 serta dapat memenuhi syarat penambahan nilai Seni Budaya. Kami menyadari bahwa pembuatan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik, saran, dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan, sehingga pembuatan tugas di masa datang dapat maksimal. Akhir kata semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan memberkahi kita semua. Amien.

Penyusun

A.
B.

KESIMPULAN
SARAN
Untuk Anak Bangsa Mempelajari Budaya adalah suatu kewajiban, maka lakukanlah dengan penuh tanggungjawab dan tulus ikhlas. Selalu optimis dan lakukanlah yang terbaik. Jagalah kelestarian budaya bangsa sebagai bukti cinta kita pada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk Guru Seorang guru sebaiknya selalu memberikan pengajaran tentenag budaya Jawa, terutama Gamelan. Seorang guru juga sebaiknya dapat mendorong siswanya agar dapat melestarikan gamelan dengan baik, melalui tindakan, motivasi, maupun cara mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

You might also like