You are on page 1of 9

Pngertian fisafat hukum: Filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakekat hukum itu, apa

tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping menjawab pertanyaan masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat hukum juga membahas soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan masalah keabsahan berbagai macam lembaga hukum. filsafat adalah merupakan suatu renungan yang mendalam terhadap suatu objek untuk menemukan hakekat yang sebenarnya, bukan untuk mencari perpecahan dari suatu cabang ilmu, sehingga muncul cabang ilmu baru yang mempersulit kita dalam mencari suatu kebenaran dikarenakan suatu pertentangan sudut pandang

Menurut Soetikno Filsafat hukum adalah mencari hakikat dari hukum, dia inginmengetahui apa yang ada dibelakang hukum, mencari apa yang tersembunyi di dalam hukum, dia menyelidiki kaidahkaidah hukum sebagai pertimbangan nilai, dia memberi penjelasan mengenai nilai, postulat (dasar-dasar) sampai pada dasar-dasarnya, ia berusaha untuk mencapai akar-akar dari hukum. Menurut Satjipto Raharjo Filsafat hukum mempelajari pertanyaan-pertanyaan dasar dari hukum. Pertanyaan tentang hakikat hukum, tentang dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum, merupakan contoh-contoh pertanyaan yang bersifat mendasar itu. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa menggarap bahan hukum, tetapi masing-masing mengambil sudut pemahaman yang berbeda sama sekali. Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum tertentu dan mempertanyakan konsistensi logis asa, peraturan, bidang serta system hukumnya sendiri. Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, kecuali itu filsafat hukum juga mencakup penyerasian nilai-nilai, misalnya penyelesaian antara ketertiban dengan ketenteraman, antara kebendaan dan keakhlakan, dan antara kelanggengan atau konservatisme dengan pembaruan. Menurut Lili Rasjidi Filsafat hukum berusaha membuat dunia etis yang menjadi latar belakang yang tidak dapat diraba oleh panca indera sehingga filsafat hukum menjadi ilmu normative, seperti halnya dengan ilmu politik hukum. Filsafat hukum berusaha mencari suatu cita hukum yang dapat menjadi dasar hukum dan etis bagi berlakunya system hukum positif suatu masyarakat (seperti grundnorm yang telah digambarkan oleh sarjana hukum bangsa Jerman yang menganut aliran-aliran seperti Neo kantianisme).

ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT HUKUM


Timbulnya berbagai aliran dalam filsafat hukum menunjukan pergulatan pemikiran yang tidak henti-hentinya dalam lapangan ilmu hukum. Apabila pada masa lalu, filsafat hukum merupakan produk sampingan dari para filsuf, dewasa ini kedudukannya tidak lagi demikian karena masalah-masalah filsafat hukum telah menjadi bahan kajian tersendiri bagi para ahli hukum. Aliran-aliran filsafat hukum yang akan dibicarakan yaitu: (1) Aliran Hukum Alam; (2) Positivisme hukum; (3) Utilitaianisme; (4) Mazhab Sejarah; (5) Sociological Jurisprudence; (6) Realisme Hukum; (7) Freirechtslehre. 1. Aliran Hukum Alam Menurut sumbernya, aliran hukum alam dapat dibagi dua macam yaitu: Irasional dan Rasional. Aliran hukum yang irasional berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu bersumber dari tuhan secara langsung. Sebaliknya, aliran hukum alam yang rasional berpendapat bahwa sumber hukum yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia. Pendukung aliran hukum alam irasional antara lain: Thomas Aquinas (1225-1274): yang mengatakan ada 4 macam hukum yaitu: a. lex aeterna (hukum rasio tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia)

b. lex devina (hukum rasio tuhan yang dapat ditangkap oleh pancaindera manusia) c. lex naturalis (hukum alam yaitu penjelmaan dari lex aeterna kedalam rasio manusia)

d. lex positivis (penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia didunia)

John Salisbury (1115-1180): menurutnya jika kalau masing-masing penduduk berkerja

untuk kepentingan sendiri, kepentingan masyarakat akan terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Dante Alighieri (1265-1321): menurutnya, badan tertinggi yang memperoleh legitimasi dari

tuhan sebagai monarki dunia ini adalah kekaisaran romawi. Piere Dubois (lahir 1255): ia menyatakan bahwa penguasa dapat langsung menerima

kekuasaan dari tuhan tanpa perlu melewati pimpinan gereja. Marsilius padua (1270-1340) dan William Occam (1280-1317): padua berpendapat bahwa

Negara berada diatas kekuasaan paus. Kedaulatan tertinggi ada ditangan rakyat. Dan occam berpendapat rasio manusia tidak dapat memastikan suatu kebenaran.

John Wycliffe (1320-1384) dan johnannea Huss (1369-1415): Wycliffe berpendapat

kekuasaan ketuhanan tidak perlu melalui perantara, sehingga baik para rohaniawan maupun orang awam sama derajatnya dimata tuhan. Dan huss mengatakan bahwa gereja tidak perlu memiliki hak milik. Sedangkan pendukung hukum alam rasional adalah: Hugo de Groot (Grotius) (1583-1643): menurutnya sumber hukum adalah rasio manusia. Samuel von Pufendorf (1632-1694) dan Cristian Thomasius (1655-1728): Pufendorf

berpendapat bahwa hukum alam adalah aturan yang berasal dari akal pikiran manusia. Dan Thomasius mengatakan manusia hidup dengan bermacam-macam naluri yang bertentangan satu dengan lainnya. Imanuel Kant (1724-1804): Melalakukan penyelidikan unsur-unsur mana dalam pemikiran

manusia yang berasal dari rasio (sudah ada terlebih dulu tanpa dibantu oleh pengalaman) dan yang murni berasal dari empiris 2. Positivisme hukum Positivisme hukum (Aliran Hukum Positif) memandang perlu secara tegas memisahkan antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum yang seharusnya, antara das sein dan das sollen). Positivisme hukum dapat dibedakan dalam dua corak yaitu: a. Aliran Hukum Positif Analistis: John Austin (1790-1859)

Hukum adalah perintah dari penguasa Negara. Dan menurutnya hukum dipandang sebagai suatu system yang tetap, logis, dan tertutup. Hukum yang sebenarnya memiliki emapat unsure yaitu: Perintah (command) Sanksi (sanction) Kewajiban (duty) Kedaulatan (sovereignty)

b. Aliran Hukum Murni: Hans Kelsen (1881-1973) Menurut Kelsen, harus dibersihkan dari anasir-anasir yang nonyuridis, seperti unsure sosiologis, politis, historis, bahkan etis. Pemikiran inilah yang dikenal dengan teori hukum murni. Baginya hukum adalah suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia sbagai mahluk rasional. 3. Utilitaianisme

Utilitaianisme atau Utilisme adalah aliran yang meletakan kemanfaatkan sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagiaan. Aliran ini sesungguhnya dapat pula dimasukan kedalam Positivisme Hukum, mengingat faham ini pada akhirnya sampai pada kesimpulan tujun hukum adalahmenciptakan ketertiban masyarakat. Pendukung Utilitarianisme yang paling penting yaitu: Jeremy Bentham (1748-1832): ia berpendapat bahwa alam memberikan kebahagian dan kesusahan. Manusia selalu berusaha memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi kesusahan. Kabaikan adalah kebahagian, dan kejahatan adalah kesusahan. Jhon Stuar Mill (1806-1873): ia menyatakan bahwa tujuan manusia adalah kebahagiaan. Manusia berusaha memperoleh kebahagiaan itu melalui hal-hal yang membangkitkan nafsunya. Jadi yang ingin dicapai oleh manusia bukan benda atau sesuatu hal tertentu, melainkan kebahagiaan yang dapat ditimbulkannya. Rudolf von Jhering (1818-1892): baginya tujuan hukum adalah untuk melindungi kepentingankepentingan. Dalam mendefinisikan kepentingan ia mengikuti Bentham, dengan

melukiskannya sebagai pengejaran kesenagan dan menghindari penderitaan. 4. Mazhab Sejarah Tokoh-tokoh penting Mazhab Sejarah yaitu: Friedrich Karl von savigny (1770-1861): menurutnya hukum timbul bukan karena perintah penguasa atau karena kebiasaan, tetapi karena perasaan keadilan yang terletak dalam jiwa bangsa itu. Puchta (1798-1846): sama dengan savigny, ia berpendapat bahwa hukum suatu bangsa terikat pada jiwa bangsa yang bersangkutan. Henry Summer Maine (1822-1888): ia melakukan penelitian untuk memperkuat pemikiran von Savigny, yang membuktikan adanya pola evolusi pada pembagi masyarakat dalam situasi sejarahyang sama. 5. Sociological Jurisprudence Menurut aliran Sociological Jurisprudence ini, hukum yang abik haruslah hukum yang sesuai dengan yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara hukum positif (the positive law) dan hukum yang hidup (the living law) Tokoh-tokoh aliran Sociological Jurisprudence antara lain adalah:

Eugen Ehrlich (1862-1922): ia beranggapan bahwa hukum tunduk pada ketentuan-ketentuan social tertentu. Hukum tidak mungkin efektif, oleh karena ketertiban dalam masyarakat didasarkan pengakuan sosial terhadap hukum, dan bukan karena penerapannya secara resmi oleh Negara.

Roscoe Pound (1870-1964): dengan teorinya bahwa hukum adalah alat untuk memperbaharui (merekayasa) masyarakat (law as a tool of social engineering)

6. Realisme Hukum Dalam pandangan penganut Realisme, hukum adalah hasil dari kekuatan-kekuatan sosial dan control social. Beberapa cirri realisme yang terpenting diantaranya: a. b. Tidak ada mazhab realis; realisme adalah gerakan dari pemikiran dan kerja tangan hukum. Realisme adalah konsepsi hukumyang terus berubah dan alat untuk tujuan-tujuan social, sehingga tiap bagian hrus diuji tujuan dan akibatnya. c. Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara hukum yang ada dan harusnya ada, untuk tujuan-tujuan studi. d. Realisme tidak percaya pada ketentuan-ketentuan dan konsepsi-konsepsi hukum, sepanjang ketentuan-ketentuan dan konsepsi hukum menggambarkan apa yang sebebarnya dilakukan oleh pengadilan-pengadilan dan orang-orang. e. Realisme menekankan evolusi tiap bagian hukum dengan mengingatkan akibatnya. Sebenranya realime sebagai suatu gerakan dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu Realisme Amerika dan Realisme Skandinavia. Menurut Friedmann, persamaan Realisme Skandinavia dengan Realisme Amerika adalah semata-mata verbal. Realisme Amerika Sumber hukum utama aliran ini adalah putusan hakim, semua yang dimaksud dengan hukum adalah putusan hakim. Hakim lebih sebagai penemu hukum daripada pembuat hukum yang mengandalkan peraturan perundang-undangan. Tokoh-tokoh utama realisme amerika yaitu: Charles Sanders Peirce (1839-1914): ia adalah orang pertama yang memulai pemikiran pragmatism, dimana menyangkal kemungkinan bagi manusia untuk mendapat suatu pengetahuan teoritis yang benar.

John Chipman Gray (1839-1915): ia menyatakan bahwa disamping logika sebagai faktor penting pembentukan perundang-undangan, unsur kepribadian, prasangka, dan factor-faktor lain yang tidak logis memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan hukum.

Oliver Wendell Holmes (1841-1935): ia berpendapat bahwa pikiran-pikiran tentang apa yang akan diputuskan oleh pengadilan itulah yang dimaksud dengan hukum.

William James (1842-1910): menurutnya pragmantisme adalah nama baru untuk beberapa pemikiran yang sama, yang sebenarnya juga positivis.

John Dewey (1859-1952): inti ajaran dewey adalah bahwa logika bukan berasal dari kepastiankepastian dari prinsip-prinsip teoritis, seperti silogisme, tetapai suatu studi tentangkemungkinankemungkinan.

Benjamin Nathan Cardozo (1870-1938): ia beranggapan bahwa hukum mengikuti perangkat aturan umum dan yakin bahwa penganutan terhadap preseden seharusnya merupakan aturannya, dan bukan merupakan pengecualian dalam pelaksanaan peradilan.

Jerome Frank (1889-1957): menurutnya hukum tidak disamakan dengan suatu aturan yang tetap. Realisme Skandinavia Tokoh-tokoh utama Realisme Skandinavia antara lain adalah:

Axel Hagerstrom (1868-1939): ia menyatakan bahwa hukum sehrusnya di selidiki dengan bertitik tolak pada data empiris, yang dapat ditemukan dalam perasaan piskologi.

Karl Olivecrona (1897-1980): menurutnya adalah keliru untuk menganggap hukum sebagai perintah dari seseorang manusia, sebab tidak mungkin ada manusia yang dapat memberikan semua perintah terkandung dalam hukum itu. Alf Ross (1899-1979): perkembangan hukum menurutnya, melewati empat tahapan.

Pertama, hukum adalah suatu system paksaan yang aktual. Kedua, hukum adalah suatu cara berlaku sesuai dengan kecendrungan dan keinginan anggota komonitas. Ketiga, hukum adalah sesuatu yang berlaku dan mewajibkan dalam arti yuridis yang benar. Keempat, supaya hukum yang berlaku harus ada kompetensi pada orang-orang pembentuknya. H.L.A. Hart (1907-1992): ia mengatakan hukum harus dilihat, baik dari aspek eksternal

maupun internalnaya. Julius Stone: ia memandang hukum sebagai suatu kenyatan sosial. Ia juga berpendapat

hukum harus dibedakan dari moral.

John Rawls (lahir 1921): ia mengembangkan pemikirannya tentang masyarakat yang adil

dengan teori keadilanya yang dikenal pula dengan teori posisi asli. 7. Freirechtslehre Freirechtslehre (Ajaran Hukum Bebas ) merupakan penentang paling keras Positivisme Hukum. Aliran Hukum Bebas berpendapat bahwa hakim mempunyai tugas menciptakan hukum. Penemu hukum yang bebas tugasnya bukanlah menerapkan undang-undang, tetapi menciptakan penyelesaian yang tepat untuk pristiwa konkret, sehingga pristiwa-pristiwa berikutnya dapat dpecahkan oleh norma yang diciptakan oleh hakim.

Perkembangan filsafat hukum

1`Purbakala Yunani/Romawi Pra Socrates Socrates Kajiannya Objek alam kajiannya semesta adalah manusia, dari sini awal Dan dinamakan munculnya filsuf alam filsafat hukum 3 aspek objek filsafat (genus filsfat)manusia yang diambil oleh filsuf : logika,estetika, etika.yg ketiganya itu disebut (species filsafat). Melalui etika lah pada akhirnya sub species teori yg melahirkan filsafat hukum

Abad Pertengahan Zaman gelap Scholastik

Renaissance

Modern

Post modern

Penjelasan Kolom pertama (Purbakala): Seorang filsuf memiliki kemampuan untuk menganalisa semua cabang ilmu. Beda seperti pakar yang hanya menguasai cabang ilmu tertentu saja. Aristoteles menganut filsafat realism, plato sebagai guru arstoteles menggunakan filsafat idealis. Apabila ingin mengenali filsafat Aristoteles maka harus mempelajari filsafat realism, sama halnya ingin mengenali pemikiraqn Plato maka kita harus mempelajari filsafat idealism terlebih dahulu. Dan apabila kita ingin mengenali pemikiran Mohtar maka kita harus mempelajari filsafat pancasila. Pada zaman purbakala ada 2 negara yang berkembang : 1. Yunani : yang bsa disebut city state dimana bisa dikatakan zaman gemilang dan penuh kedamaian oleh karena itu para filsuf lebih nyaman untuk berfikir. 2. Romawi : adalah kerajaan yang berkarrakter untuk menjajah, dan pada saat itu kaisar Romawi menyuruh kepada para fiksufnya untuk membuat sautu peraturan yang berlaku untuk warga romawi dan juga Negara jajahannya maka munculah Codex justisianus yang hanya dibuat oleh 4 filsuf. Penjelasan kolom kedua (Abad Pertengahan): Zaman gelap : disebut zaman gelap karena romawi runtuh dan pada saat itu yang menghancurjkan romawi adalah bekas negeri2 jajahannya , di daerah skandinavia dll dan pada saat itu yang menjajah addalah orang yg tidak mengenal tulisan dan tidak bisa membanca tulisan. Scholastik (abad kristiani): disinilah kemunculan Isa dengan konsep ketuhanannya yang memberikan harapan manusia itu seharusnya berdamai dan pada saat itu filsafat hukum bernuansa ketuhanan seperti pemikiran Thomas Aquino dengan filsafat irasional. Penjelasan kolom ketiga (Renaisance) : Disebut renaissance yang merupakan tandanya kelahiran kembali, dan manusia pada saat itu beralih dari berfilsafat dan berteologi menjadi filsafat teknologi, yang berkuasa adalah teori karena mereka berfikir teologi dan berfilsafat yang menurut mereka tidak berguna karena tidak konkret. Maka disini mereka lebih berfikiir kepadda keperluan hal yang mereka butuhkan seperti pakaian, makanan,dll. Disinilah awal mulanya teori hukum lahir.apa yang tidak bisa dipecahkan oleh ilmu maka dipecahkan oleh teori, dan apa yang tidak bisa dipecahkan oleh teori maka dipecahkan oeh filsafat.

Dan perkembangan teori hukum ini berkembang di Amerika yaitu anglo saxon, seperti sociological yurisprudence dll

Penjelasan kolom keempat (Modern) : Padda abadd ini adalah perkembangan teknologi dan pengetahuan yang pesat seperti computer, telepon seluler, pesawat, dll.

You might also like