You are on page 1of 8

STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN Terdapat empat standar dalam asuhan pertolongan persalinan seperti berikut ini; 1.

Standar 9: Asuhan Persalinan kala I Tujuan Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi. Pernyataan standar Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses persalinan berlangsung. Bidan juga melakukan pertolongan proses persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Di samping itu, ibu diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran. Hasil Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu, bila diperlukan. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga kesehatan terlatih. Berkurangnya kematian/kesakitan ibu/bayi akibat partus lama.

Prasyarat 1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran. 2. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ketuban pecah. 3. Bidan telah terlatih dan terampil untuk: 3.1. Memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman, 3.2. Penggunaan partograf dan pembacaannya. 4. Adanya alat untuk pertolongan termasuk beberapa sarung tangan DTT/steril. 5. Adanya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seperti air bersih, sabun, dan handuk bersih, dua handuk/ kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian), pembalut wanita dan tempat untuk plasenta. Bidan sedapat mungkin menggunakan sarung tangan yang bersih. 6. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan. 7. Menggunakan KMS Ibu Hamil/buku KIA, partograf dan Kartu Ibu. 8. Sistem rujukan untuk Perawatan kegawatdaruratan Obstetri yang efektif. Proses Bidan harus: 1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran. 2. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah mulai/ketuban pecah. 3. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan pasien. (Kuku harus dipotong pendek dan bersih). Gunakan sarung tangan bersih kapanpun

4. 5.

6.

7. 8.

9.

10.

11. 12.

13.

14.

15. 16. 17.

18.

menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh. Gunakan sarung tangan DTT/steril untuk semua pemeriksaan vagina. Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap. Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (dengan memberikan perhatian tehadap tekanan darah, denyut jantung janin (DJJ), frekuensi dan lama kontraksi dan apakah ketuban pecah). Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptic dan sesuai dengan kebutuhan (Jika his teratur dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau his lemah tapi tanda-tanda vital ibu/janin normal, maka tidak perlu segera dilakukan periksa dalam). Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap empat jam dan harus selalu secara aseptik. Jangan melakukan periksa dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih banyak dari jumlah normal bercak darah/show yang ada pada komplikasi seperti plasenta previa, segera rujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat (ikuti langkah yang tercantum di standar 16). Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu dan partograf pada saat asuhan diberikan. Jika ditemukan komplikasi atau masalah, segera berikan perawatan yang memadai dan merujuk ke puskesmas/ rumah sakit yang tepat. Catat semua temuan dan pemeriksaan pada fase alten persalinan pada kartu ibu dan catatan kemajuan persalinan. Ibu harus dievaluasi sedikitnya setiap 4 jam, lebih sering jika diindikasikan. Catatan harus selalu memasukkan denyut jantung janin, periksa dalam, pecahnya ketuban, perdarahan/cairan vagina, kontraksi uterus, tanda-tanda vital ibu (suhu, nadi dan tekanan darah), urine, minuman, obat-obat yang diberikan, dan informasi yang berkaitan lainnya serta semua perawatan yang diberikan. Catat semua temuan pada partograf dan Kartu ibu pada saat ibu sampai dengan fase aktif (pembukaan 4 cm atau lebih). Lengkapi partograf dengan seksama untuk semua ibu yang akan bersalin. Partograf adalah alat untuk mencatat dan menilai kemajuan persalinan dan kondisi ibu dengan janin. Penggunaan partograf diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis dan deteksi dini komplikasi dalam proses persalinan, seperti misalnya partus lama. Penggunaan partograf secara tepat akan memungkinkan bidan untuk membuat keputusan tentang perawatan ibu pada waktu yang tepat dan memungkinkan rujukan jika diperlukan. Memantau dan mencatat denyut jantung janin sedikitnya setiap 30 menit selama proses persalinan, jika ada tanda-tanda gawat janin (DJJ kurang dari 100 kali/menit atau lebih dari 180 kali/menit), harus dilakukan setiap 15 menit. DJJ harus didengarkan selama dan segera setelah kontraksi uterus. Jika ada tanda-tanda gawat janin bidan harus mempersiapkan rujuan ke fasilitas yang memadai. Melakukan dan mencatat pada partograf hasil periksa dalam setiap 4 jam (lebih sering jika ada indikasi medis), pada setiap periksa dalam, evaluasi dan catat penyusupan kepala janin dan cairan janin vagina/air ketuban. Catat pada partograf kontraksi uterus setiap 30 menit pada fase aktif. Palpasi jumlah dan lamanya kontraksi selama 10 menit. Catat pada partograf dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4 jam dan teruskan setiap periksa dalam. Pantau dan catat pada partograf : Tekanan darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi. Suhu setiap 2 jam, lebih sering jika ada tanda atau gejala infeksi. Nadi setiap setengah jam. Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam. Catat pada partograf jumlah pengeluaran urine setiap kali ibu buang air kecil, dan catat protein atau aseton yang ada dalam urine.

19. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak biasa seperti biasa, dan memilih posisi yang dirasakan nyaman; kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara ketuban pecah (Riset membuktikan banyak keuntungannya jika ibu aktif bergerak semampunya dan merasa senyaman mungkin), Jangan perbolehkan ibu dalam proses persalinan berbaring telentang. Ibu harus selalu berbaring miring, duduk berdiri atau berjongkok. Berbaring telentang mungkin menyebabkan gawat janin. 20. Selama proses persalinan, anjurkan ibu untuk cukup minum guna menghindari dehidrasi dan gawat janin. (Riset menunjukan bahwa banyak keuntungannya untuk memperbolehkan ibu minum dan makan makanan yang kecil selama proses persalinan tanpa komplikasi dan ada kerugiannya melarang minum atau makanan kecil yang mudah dicerna). 21. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakukan yang baik dan peka terhadap kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yang mendampingi. Anjurkan pada orang yang mendampingi ibu untuk mengambil peran aktif dalam memberikan kenyamanan dan dukungan kepada ibu selama persalinan. 22. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya. Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala. 23. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi (lihat Standar 10). 24. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman (lihat standar 10). 2. Standar 10: Persalinan Kala II Yang Aman Tujuan Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi. Pernyataan Standar Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu, ibu diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan Hasil Persalinan yang bersih dan aman Meningkatnya kepercayaan terhadap bidan Meningkatnya jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan Menurunnya komplikasi seperti perdarahan postpartum, asfeksia, neonatorum, trauma kelahiran. Menurunnya angka sepsis Puerperalis

Persyarat 1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ketuban pecah. 2. Bidan telah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman. 3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan dalam keadaan disinfeksi tingkaat tinggi/steril. 4. Tersedianya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seperti air bersih, sabun dan handuk yang bersih, dua handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian), pembalut wanita dan tempat untuk plasenta. Bidan sedapat mungkin menggunakan sarung tangan yang bersih. 5. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan. 6. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu ibu partograf.

7. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan Obstetri yang efektif. Proses Bidan harus: 1. Menghargai ibu selama proses persalinan 2. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran. 3. Memastikan tersedianya ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan, dua handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian), tempat untuk plasenta. (Jika ibu belum mandi, bersihkan daerah perineum dengan sabun dan air mengalir). 4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan dengan hingga betul-betul kering dengan handuk bersih. (Kuku harus dipotong pendek dan bersih). 5. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman baginya. (Riset menunjukkan bahwa posisi duduk atau jongkok memberikan banyak keuntungan). 6. Pada kala dua anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi sudah kelihatan. (Riset menunjukkan bahwa menahan nafas sambil meneran adalah berbahaya, dan meneran sebelum kepala bayi tampak tidaklah perlu. Bahkan meneran sebelum pembukaan serviks lengkap adalah bahaya). Jika kepala belum terlihat, padahal ibu sudah sangat ingin meneran, periksa pembukaan serviks dengan periksa dalam. Jika pembukaan belum lengkap, keinginan meneran bisa dikurangi dengan memiringkan ibu ke sebelah kiri. 7. Pada kala dua, dengarkan DJJ setiap 5 menit setelah his berakhir, irama dan frekuensinya harus segera kembali normal. Jika tidak, cari pertolongan medis. (Jika kepala sudah meregangkan perineum, dan terjadi kelambatan kemajuan persalinan atau DJJ menurun sampai 100 kali/menit atau kurang atau meningkat menjadi 180 kali/menit atau lebih, maka percepatan persalinan dengan melakukan episiotomi; lihat standar 12). 8. Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu atau menariknya ke arah luar. (Riset menunjukkan hal tersebut berbahaya). 9. Pakai sarung DTT, saat kepala bayi kelihatan. 10. Jika ada kotoran keluar dari rektum, bersihkan dengan kain bersih. 11. Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya diantara his. (Riset menunjukkan bahwa robekan tingkat dua dapat sembuh sama baiknya dengan luka episiotomi, sehingga tidak perlu melakukan episiotomi, kecuali terjadi gawat janin, komplikasi persalinan pervaginam (sungsang, distosia bahu,forcep, vacum), atau ada hambatan pada perineum (misalnya disebabkan jaringan parut pada perineum). 12. Begitu kepala bayi lahir, usap mulut dan hidung bayi dengan kasa bersih dan biarkan kepala bayi memutar (Hal ini seharusnya terjadi spontan, sehingga bayi tak perlu dibantu. Jika bahu tidak memutar ikuti standar 18). 13. Begitu bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar, bantulah persalinan dengan cara yang tepat. 14. Segera setelah lahir, periksa keadaan bayi, letakkan di perut ibu, dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan handuk baru yang bersih dan hangat. 15. Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat di klem di dua tempat, lalu potong di antara dua klem dengan gunting tajam steril/DTT. 16. Letakkan bayi dalam pelukan ibu dan mulai menyusui. (Riset menunjukkan hal ini penting untuk keberhasilan awal dalam memberikan ASI dan membantu pelepasan plasenta. Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang baik untuk menjaga kehangatan bayi, lalu ibu dan bayi harus diselimuti dengan baik termasuk kepala. Jika bayi tidak didekap oleh ibunya, selimuti

17.

18. 19.

20.

21. 22. 23. 24. 25. 26.

bayi dengan kain yang bersih dan hangat. Tutup kepala bayi agar tidak kehilangan panas). Menghisap lendir dari janin nafas bayi tidak selalu diperlukan. Jika bayi tidak menangis spontan, gunakan penghisap DeLee yang sudah di DTT atau aspirator lendir yang baru dan bersih untuk membersihkan jalan nafas (lihat standar 24). Untuk melahirkan plasenta, mulailah langkah-langkah untuk penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga yang tercantum di standar 11. Pada saat plasenta sudah dilahirkan lengkap dan utuh dengan mengikuti langkah-langkah penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga (lihat standar 11), lakukan masase uterus agar terjadi kontraksi dan pengeluaran gumpalan darah. Segera sesudah plasenta dikeluarkan, periksa apakah terjadi laserasi pada vagina atau perineum. Dengan menggunakan teknik aseptik, berikan anestesi lokal (1% lidokain), lalu jahit perlukaan dan/atau laserasi dengan peralatan steril/DTT. (lihat standar 12) Perkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat (ingat perdarahan sulit diukur dan sering diperkirakan lebih sedikit). Bersihkan perineum dengan air matang dan tutupi dengan kain bersih/telah dijemur. Berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu. Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan bayi kepada ibu untuk diberi ASI. Untuk perawatan bayi baru lahir lihat standar 13. Catat semua temuan dengan seksama.

3. Standar 11: Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III Tujuan Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek waktu persalinan kala 3, mencegah terjadinya atoni uteri dan retensio Plasenta. Pernyataan Standar Secara rutin bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga. Hasil Menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga. Menurunkan terjadinya atoni uteri Menurunkan terjadinya retensio plasenta Memperpendek waktu persalinan kala tiga Menurunkan terjadinya postpartum akibat salah penanganan kala tiga.

Persyarat 1. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam melahirkan plasenta secara lengkap dengan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga secara benar. 2. Tersedianya peralatan dan perlengkapan untuk melahirkan plasenta, termasuk air bersih, larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi, sabun dan handuk yang bersih untuk cuci tangan, juga tempat untuk plasenta. Bidan seharusnya menggunakan sarung tangan DTT/steril.

3. Tersedia obat-obatan oksitosika dan metode yang efektif untuk penyimpanan dan pengirimannya yang dijalankan dengan baik. 4. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan Obstetri yang efektif. Proses Bidan harus : 1. Berikan penjelasan pada ibu, sebelum melahirkan, tentang prosedur penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga. 2. Masukkan oksitosin 10 IU IM ke dalam alat suntik steril menjelang persalinan 3. Setelah bayi lahir (lihat standar 10), tali pusat di klem di dua tempat, lalu potong di antara dua klem dengan gunting tajam steril/DTT. 4. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan ganda. Jika tidak ada, beri oksitosin 10 IU secara IM (dalam waktu 2 menit setelah persalinan). 5. Tunggu uterus berkontraksi, lakukan penegangan tali pusat terus menerus sementara dengan tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah punggung ibu dan ke arah atas (dorso kranial). Ulangi langkah ini pada setiap ada his. Berhati-hati, jangan menarik tali pusat berlebihan karena akan menyebabkan inversio uteri. 6. Bila plasenta belum lepas setelah melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga dalam waktu 15 menit : Ulangi 10 unit oksitosi IM Periksa kandung kemih, lakuan kateterisasi bila penuh Beritahu keluarga untuk persiapan merujuk Teruskan melakukan penatalaksamaam aktif persalinan kala tiga selama 15 menit lagi Rujuk ibu bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit. 7. Bila sudah terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran sedikit pada saat tali pusat ditegangkan ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurva jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva (Jangan mendorong fundus karena dapat mengakibatkan inversio uteri). 8. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu, pegang plasenta dan lakukan putaran searah jarum jam untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban. 9. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, lakukan masase uterus supaya berkontraksi. 10. Sambil melakukan masase fundus uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan lengakp. 11. Bila plasenta tidak dilahirkan utuh dan lengakp, ikuti standar 20. Jika terjadi atoni uteri atau perdarahan pasca persalinan lihat standar 21. 12. Perkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat (Ingat perdarahan sulit diukur dan sering diperkirakan lebih sedikit). 13. Bersihkan vulva dan perineum dengan air matang dan tutup dengan Pembalut wanita/kain bersih/telah dijemur. 14. Periksa data-data vital. Catat semua temuan dengan seksama. Berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu. 15. Catat semua perawatan dan temuan dengan seksama. 4. Standar 12: Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui Episiotomi Tujuan Mempercepat persalinan dengan melakukan episotomi jika ada tanda-tanda gawat janin meregangkan perineum.

Pernyataan Standar Pernyataan Standar Bidan mengenali secara tepat tandatanda gawat janin pada kala dua, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

Hasil Penurunan kejadian asfiksia neonatorum berat Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua

Prasyarat 1. Bidan sudah terlatih dalam melaksanakan episiotomi dan menjahit perineum secara benar. 2. Tersedia sarung tangan/alat/perlengkapan untuk melakukan episotomi, termasuk gunting tajam yang steril/DTT, dan alat bahan yang steril/DTT untuk penjahitan perineum, (anestesi lokal misalnya dengan 10 ml lidokain 1% dan alat suntik/jarum hipodermik steril). 3. Menggunakan Kartu Ibu, partograf fan Buku KIA Proses Jika ada gawat janin berat dan kepala sudah terlihat pada vulva, episiotomi mungkin salah satu dari beberapa tindakan yang dapat dilakukan oelh bidan untuk menyelamatkan janin. Bidan harus: 1. Mempersiapkan alat-alat steril/DTT untuk tindakan ini. 2. Memberitahu ibu tentang perlunya episotomi dilakukan dan yang akan dirasakannya. 3. Kenakan sarung tangan steril/DTT. 4. Jika kepala janin meregangkan perineum, anestesi lokal diberikan (pada saat his). Masukkkan dua jari tangan kiri ke dalam vagina untuk melindungi kepala bayi, dan dengan tangan kanan tusukkan jarum sepanjang garis yang akan digunting (sebaiknya dilakukan insisi media lateral). Sebelum menyuntikannya, tarik jarum sedikit (untuk memastikan jarum tidak menembus pembuluh darah). Masukkan anestesi perlahan-lahan, sambil menarik alat suntik perlahan sehingga garis yang akan digunting teranestesi. 5. Tunggu satu menit agar anestesinya bekerja, lakukan tes kekebalan/mati rasa. 6. Pada puncak his berikutnya, lindungi kepala janin seperti di atas, kemudian lakukan pengguntingan tunggal dengan mantap (Sebaiknya medio lateral). 7. Tangan kanan melindungi perineum, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir. Minta ibu untuk meneran di antara dua his. Kemudian lahirkan bayi secara normal. 8. Begitu bayi lahir, keringkan dan stimulasi bayi. Mulai melakukan resusitasi bayi baru lahir jika diperlukan (lihat standar 24). 9. Lahirkan plasenta dan selaput ketuban secara lengkap mengikuti langkahlangkah penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga, sesuai dengan standar 11. 10. Periksa perineum untuk menentukan tingkat luka episiotomi, perluasan episiotomi dan/atau laserasi. 11. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, dengan menggunakan teknik aseptik, berikan anestesi lokal (lidokain 1%), lalu jahit perlukaan dan/atau laserasi dengan peralatan steril/DTT. (lihat standar 12).

12. Lakukan jahitan sekitar 1 cm di atas ujung luka episiotomi atau laserasi di dalam vagina. Lakukan penjahitan secara berlapis. Mulai dari vagina ke arah perineum, lalu teruskan dengan perineum. 13. Sesudah penjahitan, lakukan masase uterus untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik. Pastikan, bahwa tidak ada kasa yang tertinggal di vagina dan masukkan jari dengan hati-hati ke dalam rektum utnuk memastikan bahwa penjahitan tidak menembus dinding rektum. Bila hal tersebut terjadi, lepaskan jahitan dan lakukan jahitan ulang. Lepaskan sarung tangan yang sudah terkontaminasi. 14. Kenakan sarung tangan yang bersih, bersihkan perineum dengan air matang, buatlah ibu merasa bersih dan nyaman. Periksa apakah perdarahan dari daerah insisi sudah terhenti. Bila perdarahan ,asih ada, periksa sumbernya. Bila berasal dari luka episiotomi, temukan titik perdarahan dan segera ikat, jika bukan, ikuti standar 21. 15. Pastikan bahwa ibu diberitahu agar menjaga perineum tetap bersih dan kering serta menggunakan pembalut wanita/kain bersih yang telah dijemur. 16. Catat semua perawatan dan temuan dengan seksama. Ikuti standar untuk perawatan postpartum Indikasi lain untuk melakukan episiotomi: Gawat janin Komplikasi kelahiran pervaginam (sungsang, distosia bahu, forsep, vacum) Jaringan parut pada perineum atau vagina

Riset menunjukkan : Robekan perineum akan sembuh sebaik luka pengguntingan, sehingga kekhawatiran akan terjadinya robekan perineum bukan merupakan indikasi episiotomi. Episiotomi yang efektif dan tepat waktu dapat menyelamatkan jiwa janin yang mengalami gawat janin. Semakin cepat episiotomi dijahit maka semakin kecil risiko terjadinya infeksi.

You might also like