You are on page 1of 3

NAMA NIM

: NI MADE ASTIKA YUNI : 1003005203

PEMBENTUKAN HUKUM ADAT Hukum terbentuk adalah karena adanya kepentingan-kepentingan manusia yang saling bersinggungan satu dengan yang lainnya, maka dari itu untuk melindungi kepentingan itu maka di bentuklah hukum. Dilihat dari cara mempertahankannya, hukum dibagi menjadi dua yaitu hukum materiil dan hukum formil. Hukum materiil adalah hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang berwujud perintah dan larangan. Sedangkan yang dimaksud hukum formil adalah hukum yang mengatur cara-cara mempertahankan dan melaksanakan hukum materiil. Menurut isinya, hukum dibagi menjadi dua, yaitu hukum privat dan hukum publik. Namun di Indonesia berlaku juga hukum adat dimana hukum adat adalah hukum asli bangsa Indonesia, sumbernya adalah peraturan hukum yang tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka hukum adat memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Adapun pembentukan hukum adat sehingga hukum adat dijadikan sebagai salah satu sumber hukum. Cornelis van Vollenhoven mendefinisikan hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku positif yang disatu pihak mempunyai sanksi (hukum) dan dipihak lain dalam keadaan tidak terkodifikasi (adat). Adapun pengertian hukum adat menurut Soerjono Soekanto hukum adat adalah kompleks adat-adat yang kebanyakan tidak dikitabkan atau dikodifikasi, bersifat paksaan dan memiliki sanksi, sehingga mempunyai akibat hukum. Dari definisi beberapa sarjana yang lainnya juga dapat disimpulkan bahwa hukum adat adalah seperangkat norma yang bersumber pada rasa keadilan masyarakat yang berasal dari tingkah laku manusia atau kebiasaan-kebiasaan manusia yang berlaku di masyarakat sebagian besar dalam bentuk hukum tidak tertulis tapi diakui kebenarannya. Lalu pembentukan hukum adat tersebut menurut Soerjono Soekanto adalah dipengaruhi oleh aspek sosiologis dan yuridis.

a) Aspek Sosiologi Aspek sosiologi ini melihat bahwa pada prinsipnya manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan manusia lainnya karena manusia adalah makhluk sosial dan memiliki naluri untuk hidup bersama dengan manusia lainnya. Dengan interaksi dengan manusia yang satu dengan lainnya maka lahirlah pengalaman dari pengalaman ini akan dapat didapati sistem nilai yang dapat dianggap sebagai hal yang baik dan hal yang buruk. Dengan sistem nilai inilah akan terbentuk suatu pole pikir atau asumsi yang akan menimbulkan suatu sikap yaitu kecenderungan untuk berbuat atau tidak berbuat. Bila sikap ini mengarah kecenderungan untuk berbuat maka akan timbul prilaku, kumpulan perilaku yang terus berulang-ulang diabstraksikan menjadi norma yaitu suatu pedoman prilaku untuk bertindak. Dari norma ini dibagi menjadi dua yaitu norma pribadi yaitu kepercayaan dan kesusilaan, dan norma antar pribadi yaitu kesopanan dan hukum. b) Aspek Yuridis Aspek yuridis ini lebih melihat dari tingkat sanksinya. Bentuk konkret dari wujud prilaku adalah cara yang seragam dari sekumpulan manusia dan bila terjadi penyimpangan ada sanksinya namun lemah. Dari cara tersebut akan tercipta suatu kebiasaan/ folksway yang berulang-ulang dalam masyarakat akan muncul standar kelakuan dimana sanksi atas penyimpangan sudah menjadi kuat. Perkembangan standar kelakuan ini akan melahirkan Custom yang terdiri dari adat istiadat dan hukum adat, dan sanksinya pun sudah kuat sekali. Adapun unsur-unsur hukum adat yaitu unsur kebiasaan dan unsur agama. Teori yang menjelaskan asal kedua unsur tersebut adalah Teori Receptio in Complexu (hukum suatu golongan masyarakat itu merupakan penerimaan secara bulat dari agama). Teori Receptio a Contrario (hukum adat hanya dapat berlaku dan dilaksanakan dalam pergaulan hidup masyarakat jika hukum adat itu tidak bertentangan dengan hukum islam). Pembentukan hukum adat dipengaruhi pula oleh beberapa faktor yakni : 1. Magis dan animisme : percaya bahwa segala sesuatu dalam alam semesta ini bernyawa. Percaya bahwa roh-roh hidup dalam dunia ini juga. Takut kepada pembalasan oleh kekuatan gaib. 2. Agama 3. Kekuasaan-kekuasaan yang lebih tinggi dari persekutuan hukum adat. 4. Hubungan dengan orang-orang ataupun kekuasaan asing/ barat.

Pengakuan hukum adat oleh hukum formal memang sangat prinsipil karena adat merupakan salah satu cermin bangi bangsa, adat merupakan identitas bangsa dan identitas bagi tiap daerah. Dalam kerangka pelaksanaan Hukum Tanah Nasional dan dikarenakan tuntutan masyarakat adat, maka pada tanggal 24 Juni 1999 diterbitkan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Indonesia merupakan negara yang menganut pluralitas di bidang hukum, dimana diakui keberadaan hukum barat, hukum agama dan hukum adat. Dalam prakteknya sebagian masyarakat masih menggunakan hukum adat untuk mengelola ketertiban di lingkungannya. Di tinjau secara preskripsi (dimana hukum dijadikan landasan dalam menetapkan keputusan atau peraturan perundangan), secara resmi diakui keberadaannya namun dibatasi dalam peranannya. Beberapa contoh terkait adalah UU dibidang agraria No. 5/1960 yang mengakui keberadaan hukum adat dalam kepemilikan tanah.

You might also like