You are on page 1of 14

VAGINAL SMEAR

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten : Korrie Salsabila : B1J011108 : II :6 : Nikmatul murtafingah

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vaginal smear merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi fase siklus estrus yang sedang dialami oleh individu betina. Setiap siklus estrus memiliki tipe sel yang berbeda. Perbedaan tipe sel ini dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui suatu fase estrus pada individu betina. Periode antara satu fase estrus dengan fase estrus berikutnya disebut siklus estrus. Setiap hewan memiliki siklus estrus yang berbeda-beda, ada golongan hewan monoestrus (estrus sekali dalam satu tahun), golongan poliestrus (estrus beberapa kali dalam setahun) dan hewan poliestrus bermusim (estrus hanya selama musim tertentu dalam satu tahun). Satu siklus estrus terdapat empat fase yaitu proestrus, estrus metestrus/postestrus, dan diestrus. Masing-masing fase tersebut berkaitan dengan perubahan aktivitas seksual dan struktur pada ovarium, uterus, dan vagina. Periode yang menunjukkan bahwa hewan betina sedang mengalami aktivitas seksual tinggi yang ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti gelisah dan tidak menolak jika didekati pejantan. Praktikum kali ini menggunakan mencit (Mus muscullus) untuk mewakili kelas mamalia karena mudah didapat, siklus estrusnya pendek serta ukuran mencit (Mus muscullus) yang relatif kecil sehingga mudah diamati. Metode vaginal smear dapat digunakan pada mamalia non primata, karena mamalia non primata mengalami fase estrus. Contoh hewan lain yang dapat menggunakan metode vaginal smear adalah marmut (Cavia porcellus). Pap smear merupakan metode vaginal smear yang digunakan pada manusia. Pap smear menggunakan metode yang sama dengan vaginal smear pada rodentia,

hanya saja dengan tujuan yang berbeda. Pap smear ini digunakan untuk mengidentifikasi adanya kanker rahim sehingga dapat dilakukan pengobatan dini.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah dapat melakukan prosedur pembuatan preparat apus vagina dan dapat menentukan fase dalam siklus estrus berdasarkan vaginal smear.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Vaginal smear atau apus vagina ialah perubahan-perubahan histologis vagina terjadi pada semua mamalia betina selama siklus estrus. Teknik preparat apus vagina ternyata paling bermanfaat, terutama pada spesies yang memiliki siklus estrus pendek (mencit dan tikus), karena pada spesies ini, histologi vagina dapat menunjukan kejadian-kejadian pada ovarium paling tepat. Hewan yang diamati silkus estrusnya adalah hewan yang berumur 8 minggu, telah masak kelamin dan tidak dalam masa kehamilan (Nalbandov, 1990). Siklus estrus merupakan jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus yang berikutnya. Fase estrus adalah bagian dari siklus estrus atau siklus birahi yang umumnya dibagi dalam empat fase atau periode yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Sehingga siklus estrus dan fase estrus berbeda (Toelihere, 1981). Vaginal smear basah diperoleh oleh intra injeksi vagina Fosfat Buffered Saline (PBS). Tahapan siklus estrus ditentukan oleh morfologi sel dan rasio epitel sel untuk leukosit dalam setiap slide. Lima tikus diteliti pada masingmasing empat tahap estrus siklus: proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Tahapan siklus estrus ditentukan oleh morfologi sel dan rasio sel epitel untuk leukosit dalam vaginal smear Balb/C tikus. Tikus yang dikorbankan pada setiap tahap, ovarium dan tuba tabung mereka telah dihilangkan. Berikut ini penjelasan masingmasing fase birahi menurut Frandson (1992): 1. Proestrus Produksi estrogen meningkat di bawah stimulasi FSH (Folicle Stimulating Hormon) dan adenohipofisis pituitari dan LH (Luteinizing Hormon) ovari yang menyebabkan

meningkatnya perkembangan uterus, vagina, oviduk, dan volikel ovari. Fase yang pertama (proestrus) dari siklus estrus dianggap sebagai fase penumpukan. Fase proestrus ini folikel ovari dengan ovumnya yang menempel membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel yang berisi hormonhormon estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel ke dalam aliran darah merangsang penaikan vesikularitas dan pertumbuhan sel genitalia tubular dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang akan terjadi. 2. Estrus Estrus adalah periode penerimaan seksual pada hewan betina, yang terutama ditentukan oleh tingkat sirkulasi estrogen. Selama atau segera setelah periode itu terjadilah ovulasi, ini terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam darah dan peningkatan tingkat LH. Sesaat sebelum ovulasi folikel membesar dan mengalami turgid, serta ovum yang mengalami pemasakan. Estrus berakhir kira kira pada saat pecahnya folikel ovari atau terjadinya ovulasi. 3. Metestrus Metestrus adalah fase setelah ovulasi dimana korpus luteum mulai berfungsi. Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjangnya waktu LTH (Lutetropik Hormon) disekresi oleh adenohipofisis. Selama periode ini terdapat penurunan estrogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovari. 4. Diestrus dan anestrus Diestrus adalah periode yang relatif pendek antara siklus estrus pada hewanhewan yang tergolong poliestrus, sedangkan anestrus merupakan periode musim kawin.

III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas objek beserta penutupnya, cotton bud, tissue, bak preparat, dan mikroskop cahaya. Bahan-bahan yang digunakan adalah mencit betina (Mus musculus ) masak kelamin dan tidak sedang hamil, larutan alkohol 70%, larutan NaCl 0,9%, dan pewarna methylen blue 1%.

Metode

1. Mencit betina yang akan diperiksa dipegang dengan tangan kanan ,dengan cara menelentangannya di atas telapak tangan sementara tengkuk dijepit oleh ibu jari dan telunjuk. Ekor dijepit diantara telapak tangan dan jari kelingking. 2. Ujung cotton bud dibasahi dengan larutan NaCl 0,9 % kemudian secara perlahan dimasukkan ke dalam vagina mencit sedalam + 5 mm dan diputar searah secara perlahan-lahan dua hingga tiga kali. 3. Objek glass dibersihkan dengan alkohol 70 % dan dikering udarakan. Ujung cotton bud yang sudah dioleskan pada vagina tersebut dioleskan memanjang dua atau tiga baris olesan dengan arah yang sama pada gelas objek. 4. Olesan vagina tersebut ditetesi dengan larutan methylen blue 1 % sambil sesekali dimiringkan agar pewarna merata pada permukaan ulasan dan ditunggu selama kurang lebih 5 menit. Pewarna yang belebihan dibersihkan dengan membilas menggunakan akuades atau air mengalir kemudian ditutup dengan gelas penutup.

5. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah kemudian perbesaran kuat. Diperhatikan tipe dan proporsi sel dalam preparat apusan. Digambar sel-sel yang ditemukan dalam sediaan tersebut dan tentukan fasenya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Keterangan : Gambar (A) : Mikroskopis siklus estrus fase estrus perbesaran 40x10 Gambar (B) : Skematis siklus estrus fase estrus

Keterangan Gambar : 1. Leukosit 2. Epitel berinti

B. Pembahasan

Hasil pengamatan yang didapat pada praktikum ini adalah fase estrus dengan perbesaran 10x40 dengan metode yang digunakan untuk pembuatan sediaan adalah apus vagina atau vaginal smear. Hewan yang digunakan dalam praktikum vaginal smear adalah hewan dari ordo rodentia (pengerat) yaitu mencit betina musculus ) yang masak kelamin dan tidak sedang hamil. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bahwa mencit sedang mengalami fase estrus karena terdapat epitel terkornifikasi dan leukosit yang tidak begitu terlihat karena tertutupi oleh banyaknya epitel yang berkeratin. Hal ini sebagaimana menurut Hill (2006), bahwa pada fase estrus sel epitel sudah terkornifikasi dan ovulasi pada mencit betina sedang terjadi. Daur estrus dari hewan uji dapat ditentukan dengan melihat tipe sel dalam sediaan apus vaginanya. Estrus adalah masa keinginan kawin yang ditandai dengan keadaaan tikus tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva, pada fase ini pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir perkembangan/terjadi dengan cepat (Tomi, 1990). Perbedaan fase estrus dan menstruasi pada mamalia betina dapat dilihat dari tingkah laku. Perubahan fisiologi dan morfologi terjadi pada ovarium, vagina, uterus dengan tingkah laku penerimaan seksual terhadap lawan jenis ketika mengalami fase estrus. Sementara itu, pada siklus menstruasi terjadi perubahan fisiologi dan morfologi sama dengan yang terjadi pada fase estrus, namun tanpa adanya tingkah laku khusus penerimaan seksual (Sistina, 2000). (Mus

Perbedaan fase menstruasi dan fase estrus ialah fase menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi sehingga nidasi tak terjadi. Corpus luteum berhenti bekerja, sehingga kadar progesteron turun mendadak. Oleh karena itu, endometrium mengalami penyusutan dan hancur. Fase ini terjadi dua minggu setelah ovulasi. Fase estrus merupakan klimaks dari fase folikel. Waktu ini betina menjadi birahi. Estrus diiringi masa hamil apabila terjadi pembuahan, apabila tidak terjadi pembuahan akan diiringi masa haid (menstruasi) (Yatim, 1990).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Prosedur pembuatan preparat apus vagina secara singkat ialah dengan memasukkan cotton bud yang telah dibersihkan ke dalam vagina marmut yang sedang masak kelamin, kemudian mengoleskannya pada gelas obyek dan mengamatinya di bawah mikroskop. 2. Hewan uji yang digunakan sebagai preparat berada dalam fase estrus. Hal ini ditandai dengan kehadiran sel epitel yang terkornifikasi pada ulasan vagina hewan uji. B. Saran

Praktikum mudah dipahami namun masih terdapat kesulitan dalam menentukan fase apa yang sedang terjadi pada preparat karena kekurangtelitian dalam membuat preparat apus vagina.

DAFTAR REFERENSI

Frandson, R. D. 1992. Anatomy and Phisiology of Farm Animal. Lea Febigur, Philadelphia. Hill, M. 2006. Estrous Cycle. The University of New South Wales, Sidney. Moravvej, Ali et al. 2009. Assessment of Thyroglobulin Expression in Reproductive Organs at Different Stages of Mouse Estrous Cycle. Iran University of Medical Sciences, Tehran. Nalbandov, A. V. 1990. Reproductive Physiology of Mammals and Birds. W. H. Freeman and Company, San Fransisco. Sistina, Y. 2000. Biologi Reproduksi. Unsoed, Purwokerto. Toelihere, M. 1981. Fisilogi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa, Bandung. Tomi, Andria. 1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi. UGM Press, Yogyakarta. Yatim, Wildan. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.

You might also like