You are on page 1of 7

SANAD DAN MATAN

Disusun Oleh: Nama Kelas : Shiffa Nuzula Hidayah : X.3

No.Absen : 40

Madrasah Aliyah Negeri 2 Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012

SANAD DAN MATAN HADITS

A. Sanad Menjelaskan pengertian sanad dan contoh Dilihat dari segi etimologi, sanad memiliki arti: artinya yang menjadi sandaran, tempat bersandar, arti yang lain sesuatu yang dapat dipegangi atau dipercaya. Sanad menurut istilah musthalah al hadits adalah rangkaian urutan orang-orang yang menjadi sandaran atau jalan yang menghubungkan satu hadits atau sunnah sampai pada nabi saw. Menurut tinjauan terminologi, ulama muhaditsin memberikan tarif:

Artinya: Jalan yang menyampaikan kepada matan hadits. Atau dalam hadits lain

Artinya, mata rantai para periwayat hadits yang menghubungkan sampai ke matan hadits. Menerangkan rangkaian urutan sanad suatu hadits disebut isnad. Orang yang menerangkan sanad suatu hadits disebut musnid. Sedangkan hadits yang diterangkan dengan menyebut sanadnya sehingga sampai kepada nabi saw disebut musnad. Contoh:

Artinya: Dikhabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari Nafi yang menerimanya dari Abdullah ibn Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda: Janganlah sebagian dari antara kamu membeli barang yang sedang dbeli oleh sebagian yang lainnya. (Al-Hadits). Dalam hadits di atas yang dinamakan sanad yaitu:

B. Matan Menjelaskan pengertian matan dan contoh Matan secara lughowiyah mempunyai arti punggung jalan, tanah gersang atau tandus, membelah, megeluarkan, mengikat. Menurut istilah, ulama muhadditsin memberikan pengertian:

Artinya:

Perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya. Contoh:

Artinya: Dari Muhammad yang diterima dari Abu Salamah yang diterimanya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Seandainya tidak aakn memberatkan terhadap umatku, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) setiap akan melakukan shalat (HR Turmudzi). Matan dalam hadits di atas yaitu:

C. Rawi Menjelaskan pengertian rawi dan contoh Rawi yaitu orang yang memindahkan hadits dari seorang guru kepada orang lain atau membukukannya ke dalam suatu kitab hadits. Rawi pertama adalah para sahabat dan rawi terakhir adalah orang yang membukukannya, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad dan lain-lain. Sutau hadits yang telah sampai kepada kita dalam bentuknya yang sudah terdewan (terbukukan) dalam dewan-dewan (buku-buku) hadits, melalui beberapa rawi dan sanad. Rawi terakhir Hadits yang termasuk dalam sahih Bukhari atau dalam Sahih Muslim, ialah Imam Bukhari atau Imam Muslim. Seorang penyusun atau pengarang, bila hendak menguatkan suatu Hadits yang ditakhrijkan dari suatu Kitab Hadits, pad umumnya membubuhkan nam rawi (terakhirnya) pada akhir matnulHaditsnya, untuk lebih memperjelas pengertian sanad, matan dan rawi mari kita perhatikan hadits berikut ini:

Artinya: Warta dari ummul Muminin, Aisyah R.A., ujarnya: Rasulullah SAW telah bersabda: Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan (agama)ku, maka ia bertolak, (Riwayat Bukhari dan Muslim). Kalimat:

disebut sanad

kalimat : disebut matan kalimat : Contoh lain: disebut rawi

Kalimat : disebut sanad Kalimat : disebut matan sedangkan kalimat disebut rawi Ini berarti bahwa rawi yang terakhir bagi kita, ialah Bukhari dan Muslim, pada contoh pertama dan baihaqi pada contoh yang kedua. Syarat-syarat rawi Syarat-syarat perawi hadits yaitu: a. Harus Adil b. Muslim Menurut Ijma seorang perawi pada waktu meriwayatkan suatu hadits maka ia harus muslim. Periwayatan kafir tidak sah. Seandainya seorang fasik saja kita disuruh klarifikasi, maka lebih-lebih perowinya yang kafir. Kaitan dengan masalah ini berdasarkan firman Allah.

c. d. e. f. g.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepadamu orang-orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakah sesuatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan sehingga kamu akan menyesal atas perbuatan itu (QS. Al Hujurat (49) : 6) Baligh Berakal Tidak pernah melakukan perbuatan dosa besar dan Tidak sering melakukan dosa kecil. Dabit Dabit mempunyai dua pengertian yaitu:

1) Dabit dalam arti kuat hafalan serta daya ingatnya dan bukan pelupa. 2) Dabit dalam arti dapat memelihara kitab hadits dari gurunya sebaik-baiknya, sehingga tidak mungkin ada perubahan.

Berikut ini adalah daftar Para sahabat ynag paling banyak meriwayatkan hadits yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Abu Hurairah, meriwayatkan 5.374 hadits. Abdullah bin Uma, meriwayatkan 2.630 hadits. Anas bin Malik, meriwayatkan 2.286 hadits. Aisyah Ummul Mukminin, meriwayatkan 2.210 hadits. Abdullah bin Abbas, meriwayatkan 1.660 hadits. Jabir bin Abdullah, meriwayatkan 1.540 hadits. Abu Said Alkhudri, meriwayatkan 1.170 hadits.

SISTEM PARA PENYUSUN KITAB HADITS DALAM MENYEBUTKAN NAMA RAWI Suatu hadits terkadang mempunyai sanad banyak. Dengan kata lain, bahwa Hadits tersebut terdapat dalam dewan-dewan atau kitab-kitab Hadits yang berbeda rawi (akhirnya). Misalnya ada sebuah Hadits disamping terdapat dalam sahih Bukhari, juga terdapat dalam sahih Muslim, juga dalam sunah Abu Dawud, Musnad Imam Ahmad dan lain-lain sebagainya. Untuk menghemat mancantumkan nama-nama rawi yang banyak jumlahnya tersebut, penyusun Kitab Hadits, biasanya tidak mencantumkan nama-nama itu seluruhnya, melainkan hanya merumuskan dengan bilangan yang menunjukkan banyak atau sedikitnya rawi hadits pada akhir isil haditsnya. Misalnya rumusan yang diciptakan oleh Ibn Ismail as-Sanani dalam kitab Subulus-Salam: Maksudnya: Hadits itu diriwayatkan oleh tujuh orang rawi, yaitu Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Dawud, At-Turmudzi, AnNasai dan Ibnu Majah. Akhrojahul Sittah Maksudnya: Hadits itu diriwayatkan oleh enam orang rawi, yaitu tujuh orang rawi tersebut di atas selain Ahmad. Akhrojahul Maksudnya: Hadits itu diriwayatkan oleh lima orang rawi, yaitu tujuh Khomsah orang rawi tersebut di atas, dikurangi Bukhari dan Muslim. Akhrojahul Maksudnya: Hadits tersebut diriwayatkan oleh para as-habussunan yang Alarbaah empat ditambah Imam Ahmad. waahmad Akhrojahul Maksudnya: Hadits itu diriwayatkan oleh as-habus-sunan yang empat, Alarbaah yaitu Abu Dawud, At-Turmudzi, An-Nasai dan Ibnu Majah. Akhrojahul As- Maksudnya: Hadits itu diriwayatkan oleh tiga orang rawi, yakni Abu Salasah Dawud, At-Turmudzi, dan An-Nasai. Atau dapat juga dikatakan dengan Hadits yang diriwayatkan oleh as-habus-sunan, selain Ibnu Majah. Akhrojahul Maksudnya: Hadits itu diriwayatkan oleh kedua Imam Hadits, yakni Saikhan Bukhari dan Muslim. Akhrojahul Maksudnya: Hadits itu diriwayatkan oleh rawi-rawi Hadits, yang banyak Jamaah sekali jumlahnya. Akhrojahul Sabah

Adapun rumusan yang dikemukakan oleh Mansur Ali Nasif dalam kitabnya At-Tajul Jamilil Usul, juz l, halaman 1, sebagai berikut: Maksudnya: Hadits itu diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Maksudnya: Hadits itu diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Abu Dawud. Maksudnya: Hadits itu diriwayatkan oleh tiga orang rawi tersebut di atas, ditambah dengan At-Tirmidzi. Maksudnya: Hadits itu diriwayatkan oleh empat orang rawi di atas ditambah dengan An-Nasai. Maksudnya: Hadits itu diriwayatkan oleh tiga orang pemilik kitab-kitab sunan, yakni Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan AnNasai. Lain daripada itu perlu diketahui bahwa Imam As-Syaukani dalam kitabnya Nailul Authar, juz 1, halaman 22 mengemukakan rumusan yang berbeda dengan rumusan-rumusan tersebut di atas, misalnya:

Maksudnya: Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim dan Imam Ahmad. Sedang kalau Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, dirumukan dengan akhrajahul Bukhari wa Muslim.

D. Rijalul Hadits Menyebutkan dan menjelaskan pengertian Rijalul Hadits dan contoh-contoh Para perawi hadits itu disebut Rijalul Hadits. Untuk dapat mengetahui keadaan para perawi hadits itu terdapat Ilmu Rijalul Hadits yaitu:

Artinya: Ilmu yang membahas para perawi hadits, baik dari kalangan Sahabat maupun Tabiin dan orang-orang (angkatan) sesudah mereka. Dalam ilmu Rijalul Hadits ini dijelaskan tentang sejarah ringkas para perawi hadits dan riwayat hidupnya, mazhab yang dianut serta sifat-sifat perawi dalam meriwayatkan hadits. Kitab-kitab yang disusun dalam ilmu ini banyak macamnya. Ada yang hanya menerangkan riwayat hidup perawi secara lengkap. Ada juga yang menjelaskan para perawi yang dipercayai (Tsiqoh) saja. Ada yang menerangkan riwayat-riwayat para perawi yang lemah-lemah, atau para mudallis, atau para pembuat hadits maudu.

Dan ada yang menjelaskan sebab-sebab dicatat dan sebab-sebab dipandang adil dengan menyebut kata-kata yang dipakai untuk itu serta martabat-martabat perkataan. Pertama seorang ulama yang menyusun kitab riwayat ringkas para sahabat, ialah: Imam Al Bukhari (256 H). Kemudian, usaha itu dilaksanakan oleh Muhammad ibn Saad (230 H). Sesudah itu bangunlah beberapa ahli lagi. Diantaranya, yang penting diterangkan ialah: Ibn Abdil Barr (463 H). Kitabnya bernama Al Istiab. Pada permulaan abad yang ketujuh Hijrah berusahalah Izzuddin Ibnul Asir (630 H) mengumpulkan kitab-kitab yang telah disusun sebelum masanya dalam sebuah kitab besar yang dinamai: Usdul Gabah. Ibnul Asir ini adalah saudara dari Majduddin Ibnu Asir pengarang An Nihayah fi Garibil Hadits. Kitab Izzuddin diperbaiki oleh Azzahabi (747 H) dalam kitab At Tajrid Sesudah itu di dalam abad yang kesembilan Hijrah, bangunlah Al Hafid Ibnu Hajar Al Asqalany menyusun kitabnya yang terkenal dengan nama Al Isbahah. Dalam kitab ini dikumpulkan Al Istiab dengan Usdul Gabah dan ditambah dengan yang tidak terdapat dalam kitab-kitab tersebut. Kitab-kitab tersebut. Kitab ini telah diringkaskan oleh As Sayuti dalam kitab Ainul Isabah.

You might also like