You are on page 1of 6

KERUKUNAN Negara Indonesia berdasarkan pancasila, dan kelima sila dalam pamcasila tersebut merupakan satu kesatuan yang

utuh. Keseluruhan sila-sila ini akan memberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagian hidup akan tercapai apabila didasari atas kesimbangan baik dalam kehidupan manusia secara pribadi, dalam hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan bangsa dengan bangsa, dan dalam hubungan manusia dengan Tuhannya maupun dalam mengejar kamajuan lahiria dan kebahagian rohanian. Dalam kaitannya hubungan manusia dengan Tuhan maka peran agama dan kepercayaan kepada Tuhan menjadi sangat penting. Setiap agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengajarkan kepada umatnya untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. Adapun ciri-ciri umat yang memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah : 1. Melaksanakan perintah agama dan menjauhi larangannya. 2. Bertindak adil dan jujur. 3. Tidak pernah berbohong, peduli terhadap orang lain dan sesamanya. Negara Indonesia merupakan Negara yang sangat luas yang terdiri dari ribuan pulau. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia ini merupakan kekayaan alam dan budaya yang sangat potensial dan dapat di jadikan modal dasar dalam pembangunan. Akan tetapi tidak mustahil perbedaan ini juga dapat menyebabkan terjadinya perpecahan dan munculnya perbedaan pendapat, serta perselisihan. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi perpecahan maka kerukunan harus di tanamkan dan dipelihara dengan baik. Istilah kerukunan berasal dari kata rukun yang artinya baik dan damai, tidak bertengkar. Tujuan utama dari kerukunan adalah agar dapat hidup berdampingan untuk mendapatkan ketentraman dan kedamaian.

Sebagai bangsa yang majemuk, maka Tri Kerukunan Hidup Beragama sangat perlu dilaksanakan. Tri Kerukunan Hidup Beragama terdiri dari :

1. Menjaga kerukunan intern umat beragama, yaitu kerukunan hidup dari masyarakat inter umat beragama, yakni kerukunan hidup dari masyarakat yang seagama. 2. Menjaga kerukunan antar umat beragama, yaitu menghormati dan menghargai penganut agama yang berbeda. 3. Menjaga kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah,yaitu sebagai umat yang taat terhadap ajaran agama dan sekaligus sebagai warga Negara yang baik. Kerukunan antar umat bergama memiliki makana saling mengakui dan menghargai keberadaan, harkat dan martabat pemeluk agama, serta penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga terbina keadaan yang mencerminkan saling pengertian dan tercipta kedamaian serta ketentraman. Keadaan seperti itu akan menyebabkan terwujudnya ketahanan nasional yang tangguh dan akan mendorong pembangunan nasional. Keberagaman agama di Indonesia dijamin dan dilindungi oleh UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi : : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu. Dengan adanya pasal ini maka di Indonesia tumbuh dan berkembang berbagai macam agama dan semua agama mendapat hak yang sama. Sikap menghormati terhadap pemeluk agama lain mutlak diperlukan dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai hidup rukun dan damai, serta persaudaraan sehingga tercipta persatuan dan kesatuan bangsa. Selain sikap saling menghormati, kita juga perlu mengembangkan sikap toleransi dan sikap tenggang rasa.. Sikap toleransi dapat mewujudkan suasana kehidupan yang aman dan damai sehingga terbina kerukunan hidup yang menunjang persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan. Sikap tenggang rasa akan mampu menciptakan pergaulan hidup rukun antar umat beragama. Pergaulan antar individu tanpa membedakan agama, status social, jabatan dan perbedaan-perbedaan lainya, akan dapat meningkatkan kerukunan berbangsa dan bernegara.

MENTAATI HARI BESAR AGAMA Bagi umat beragama, hari suci merupakan hal yang sangat penting untuk merayakan. Semua agama yang berkembang di Indonesia memiliki hari suci

keagamaan, sebab salah satu persyaratan agar dapat diakui sebagai agama yang sah di Indonesia, adalah : memiliki kitab suci, tempat suci, orang suci dan hari suci. Sebelum hari besar keagamaan itu dating, umat beragama seyogiannya melakukan penajaman ulang dalam memahami makna utama hari besar keagamaan tersebut. Proses penajaman ulang itu dilakukan secara individual maupun melalui kelompoknya masing-masing. Proses tersebut sangat penting agar jangan terjadi secara terus menerus kesalahpahaman dalam memaknai hari besar keagamaan. Sebab, selama ini hari besar keagamaan masih lebih menonjol dirayakan dengan pesta pora yang benuansa duniawi dari pada nilai rohaninya. Melalui perayaan hari suci keagamaan ini diharapkan uamt mendapat pencerahan mental spiritual sehingga mampu menjadi warga Negara yang baik. Untuk itu pemerintah perlu memberikan dukungan dan perlindungan kepada umat beragama agar dapat melaksanakan hari suci keagamaannya dengan baik dan nyaman. Agar pelaksanaan perayaanhari-hari besar keagamaan ini dapat berjalan dengan khusus, tidak ada gangguan lain, maka pemerintah menjadikan hari-hari suci atau hari besar agama ini sebagai tanggal merah atau hari libur nasional. Peringatan hari-hari besar keagamaan pada hari libur dapat menimbulkan kenyamanan bagi umatnya dalam melaksanakan ritual atau ibadah tanpa diganggu oleh adanya rutinitas kerja. Begitu banyaknya hari-hari besar keagamaan yang ada di Indonesia, karena setiap agama memiliki dari satu hari suci atau hari raya keagamaan. Berikut ini adalah beberapa hari suci atau hari besar keagamaan yang ada di Indonesia , yaitu : 1. Hari besar agama islam antara lain : a. Maulid Nabi Muhammad SAW, adalah hari besar keagamaan untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiulawal. b. Isra Mikraj. Isra artinya perjalanan NAbi Muhammad SAW ke Mekah pada malam hari dari Mesjid Haram di Mekah ke masjid aqsa di Baitul Mukadas. Palestina, Mikraj artinya perjalanan Nabi Muhammad SAW dari masjid aqsa ke Sidratul Muntaha pada malam hari yang intinya menerima perintah salat lima waktu dari Allah swt. Isra Mikraj tersebut dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam waktu semalam. HAri besar ini diperingati setiap tanggal 27 Rajab.

c. Hari raya idul Fitri. Hari besar ini juga disebut hari lebaran, yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Syahwal setelah umat islam melaksanakan puasa di bulan Ramadan selama satu bulan penuh. d. Hari Raya Idul Adha. Hari raya ini jatuh pada tanggal 10 zulhijah. Hari raya idul adha ini juga hari raya Kurban atau raya Aji. e. Hari besar Muharam. HAri raya ini sebagai permulaan tahun baru Hijriah yang dimulai dari perintah Allah swt kepada Nabi Muhammad SAW untuk berhijrah dari kota Mekah ke Madinah. 2. Hari besat agama Kristen : a. Hari raya Natal. Hari Natal adalah hari kelahiran Yesusu Kristus yang diperingati setiap tanggal 25 Desember. b. Hari Paskah. Hari raya ini adalah hari raya terbesar bagi umat Kristen.Hari raya ini dirayakan untuk memperingati kebangkitan Yesus Kristus. 3. Hari besar agama Hindu : a. Hari raya Nyepi. Hari raya ini dilaksanakan setiap setahun sekali, sekitar bulan Maret-April. Hari ini merupakan hari raya Tahun BAru Caka bagi umat Hindu. Pada hari ini umat Hindu mengadakan catur berate penyepian, yang bertujuan untuk intropeksi diri, pengendalian diri, dan menghargai serta menghormati alam beserta isinya. Melalui perayaan hari raya Nyepi diharapkan muncul kesejahteraan, ketentraman, dan kedamian. b. Hari raya Siwaratri. Hari raya ini dilaksanakan setahun sekali, setiap tilem sasih kepitu, yang bertujuan untuk mengintropeksi dan merenungkan segala perbuatan yang sudah dilakukan, baik buruknya, serta diharapkan mengihilangkan yang buruk dan memperbanyak yang baik. c. Hari raya Saraswati. Hari raya ini adalah hari raya untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, dalam fungsi Beliau sebagai pencipta ilmu pengetahuan dan ilmu kesucian. Hari raya ini diperingati setiap 210 hari sekali, setiap hari sabtu Umanis, wuku Watugunung.

d. Hari raya Pagerwesi. Hari raya ini untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, dengan memohon agar kita diberikan kesucian dan keteguhan iman. Hari Pagerwesi dirayakan setiap 210 hari sekali, setiap hari rabu Kliwon wuku Sinta. e. Hari raya Galungan. Hari raya ini jatuh setiap 210 hari, setiap hari Rabu Kliwon, wuku Dungulan. Hari raya ini juga disebut sebagai hari Pawedalan Jagat. Yaitu pemujaan kepada Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, karena beliau telah menciptakan alam semesta beserta isinya. f. Hari raya Kuningan. Dirayakan setiap 210 hari, setiap Sabtu Kliwon wuku Kuningan. Hari raya ini merupakan rangkaian raya Galungan. 4. Hari besar agama Budha. a. Hari raya Waisak. Hari raya Waisak adalah untuk memperingati hari lahirnya serta wafatnya Sang Buddha Gautama yang mendapatkan kesempurnaan hidup. b. Hari raya Katina adalah hari raya untuk memberikan penghargaan dan hadiah kepada para Bhiksu di Wihara. Hari raya ini jatuh sekitar bulan Oktober dan November. Setiap hari suci / hari raya memiliki makna yang berbeda-beda, yang secara umum semuanya memberikan nasehat atau tuntunan moral kepada yang melaksanakan. Secara umum tujuan dari perayaan hari suci atau hari raya agama adalah : 1. Untuk memwujudkan rasa bakti dan sujud kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. 2. Untuk memantapkan keyakinan. 3. Untuk memohon kesucian dan kesempurnaan hidup dan ketenangan lahir dan bathin. 4. Untuk mengobarkan semangat kesucian. Apabila setiap umat dapat melaksanakan dan menikmati perayaan hari suci ini dengan baik dan benar maka akan mendapat melahirkan kesadaran dalam diri sehingga timbul sikap rendah hati, saling menghormati antar sesama, kasih sayang terhadap alam beserta isinya. Pelaksanaan hari suci keagamaan hendaknya dilakukan dengan wajarwajar saja, jangan jor-joran, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial. Pelaksanaan upacara dalam rangka merayakan hari suci sedapat mungkin dilaksanakan dengan sederhana, tidak mencolok, dan tidak menyinggung perasaan orang lain.

Perayaan hari suci yang dilakukan dengan baik dan benar akan dapat menimbulkan dampak positif seperti : dapat menjalin keselarasan, keharmonisan, dan kerukunan di kalangan umat beragama. Sikap rukun mampu membina sikap dan perilaku saling toleransi, saling menghormati, saling bekerja sama dan saling menghargai.

You might also like