You are on page 1of 7

PENILAIAN OTENTIK DAN PORTOFOLIO (ALTERNATIF ASSESMENT)1 Oleh : Dr. Hidayatullah, M.

Pd2

A. Pendahuluan Tujuan dari pendidikan adalah bagaimana mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik (siswa/mahasiswa) seoptimal mungkin agar ia memiliki berbagai macam kemampuan, keterampilan dan kepribadian yang dibutuhkannya sehingga ia bisa bertahan hidup (survival) dari hasil pendidikannya (baca : Pendidikan dalam UU Sisdiknas). Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut dilakukan melalui proses pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada kepentingan, karakteristik dan kondisi orang lain agar ia/mereka dapat belajar dengan efektif dan efisien (Miarso, 2008:1). Kegiatan pembelajaran yang dilakukan antara pendidik dengan peserta didik (siswa/mahasiswa) dalam rangka mencapai suatu tujuan pendidikan dan pembelajaran tentunya tidak hanya dilakukan di dalam ruang kelas yang sangat terbatas, melainkan dapat pula dilakukan di luar ruangan kelas, seperti laboratorium, perpustakaan, lingkungan, dan lain sebagainya (dengan berbagai macam dan aneka pendekatan) sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pembelajarannya. Oleh karena itu, berarti peserta didik tidak hanya belajar di dalam kelas dan mempelajari apa yang ada dalam buku teks saja, melainkan pula ada sejumlah kegiatan dan penugasan yang harus dikerjakannya. Dengan demikian, maka diperlukan pola dan sistem pembelajaran yang fleksibel, tidak kaku dan baku, melainkan harus dapat memahami kondisi karakteristik pelajaran dan peserta didiknya yang memiliki perbedaan dan keunikan masing-masing agar dapat mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, tidaklah bijaksana apabila kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik beraneka cara dan penugasan sementara penilaiannya hanya dilakukan dengan satu cara, seperti melalui tes tertulis yang bersifat kognitif sementara yang dilakukan siswa dalam bentuk kegiatan praktek dan afeksi.

Materi disampaikan pada acara Pelatihan Applied Approach (AA) UP3A Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada hari Rabu Tanggal 19 Oktober 2011 di Hotel Mahadria Serang 2 Dosen tetap pada Fakultas Tarbiyah dan Adab IAIN SMH Banten

Reformasi atau perubahan paradigma dalam pendidikan pada dasarnya adalah melakukan tindakan lain yang berbeda berdasarkan pola pikir yang sesuai dengan perkembangan lingkungannya (Miarso, 2008). Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan bukti secara sistematis serta pembuatan keputusan tentang perilaku seseorang terhadap kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, penilaian terhadap aktifitas belajar sebaiknya saling berhubungan antara pengetahuan, keterampilan, sikap dan penerapannya. Penilaian dalam pembelajaran merupakan suatu proses atau upaya formal dalam pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting dalam pembelajaran sebagai bahan pengambilan keputusan oleh pendidik untuk memperbaiki proses dan hasil belajar peserta didiknya. PP No.19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan dalam pasal 64 ayat 1 menyatakan bahwa penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan. Pasal 19 ayat 3 menyatakan bahwa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah penilaian menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai, dan teknik penilaian tersebut dapat berupa tes tertulis, observasi, praktek dan penugasan.

B. Penilaian Otentik, Portofolio (Alternative Assesment) Penilaian alternatif (alternative assesment) terkadang disebut juga dengan penilaian otentik (authentic assesment), penilaian portofolio (portofolio assesment) atau penilaian kinerja (performance assesment). Penilaian alternatif (alternative assesment) diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional untuk member penilaian kinerja atau hasil belajar mahasiswa. Istilah non-tradisional yang digunakan dalam konteks ini adalah tes kertas dan pensil (pencil and paper test) atau tes baku yang menggunakan perangkat tes objektif (Zainul, 2005:3). Alternative assesment dianggap sebagai upaya untuk mengintegrasikan kegiatan pengukuran hasil belajar dengan keseluruhan proses pembelajaran. Sehingga proses pengukuran hasil belajar tidak lagi dianggap bagian terpisah dari proses pembelajaran. Penilaian alternatif adalah penerapan berbagai macam cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar atau ketercapaian kompetensi peserta didik (siswa/mahasiswa) terhadap apa yang telah dipelajarinya. Hasil penilaian dapat berupa deskripsi naratif tentang perilaku atau keterampilan peserta didik (nilai
2

kualitatif) ataupun nilai secara kuantitatif. Dengan demikian, maka penilaian alternatif bukan berarti menghilangkan penilaian paper and pencil test, tetapi melibatkan bentuk assesmen yang lain agar dapat mengukur kemampuan peserta didik yang tidak dapat dijangkau dengan penilaian konvensional biasa, sehingga secara signifikan dapat mengungkap secara langsung proses dan hasil belajar siswa. Penggunaan jenis penilaian yang tepat diharapkan secara tepat pula dapat menentukan keberhasilan dalam mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan atau penggunaan alat penilaian harus didasarkan pada target informasi apa yang ingin didapatkan atau dicapai terkait dengan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik (siswa/mahasiswa) tersebut apakah berupa penguasaan terhadap materi pelajaran/pengetahuan (knowledge outcomes), pengetahuan peserta didik dalam menggunakan nalar-pikirannya untuk memecahkan suatu permasalahan (reasoning outcomes), keterampilan atas suatu pengetahuan (skill outcomes), kemampuan membuat suatu produk hasil pengetahuannya (product outcomes), atau sikap peserta didik (affective outcomes). Asesmen otentik diartikan sebagai proses penilaian perilaku mahasiswa secara multi dimensional pada situasi nyata (life-like performance behavior). Sedangkan asesmen kinerja didefinisikan sebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan pengetahuan, keterampilan, nmelalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam proses maupun produk (Zainul, 2005:4). Masni (2001:1) mengartikan penilaian otentik (othentic assesment) sebagai suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia nyata yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, asesmen otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktifitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun di luar kelas. Sementara penilaian portofolio adalah format penilaian belajar berupa catatan atau bukti mengenai keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki atau diperoleh peserta didik setelah pembelajaran dilaksanakan. Penilaian portofolio ini isinya dapat berupa hasil tes, laporan
3

praktikum, laporan tugas di luar kelas, hasil-hasil pekerjaan di kelas dan di rumah (luar kelas), catatan-catatan hasil kegiatan mandiri yang terkait dengan materi pelajaran. Dengan penilaian portofolio ini diharapkan pendidik dapat menilai kegiatan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman peserta didik (siswa/mahasiswa) baik yang teramati sendiri oleh pendidik atau tidak, baik kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas. Dari penjelasan di atas, dapat kita sintesakan bahwa karakteristik utama asesmen alternatif tidak hanya mengukur hasil belajar mahasiswa (achievement), tetapi secara lengkap memberikan informasi yang lebih jelas tentang proses pembelajaran. Sehingga kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar peserta didik saja, melainkan juga berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan pengajaran yang dilakukan itu sendiri. Artinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dapat pula dipergunakan sebagai umpan balik penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan.

C. Bentuk dan Langkah-langkah Alternative Assesment Cara-cara yang dilakukan dalam melakukan penilaian alternatif dapat berbagai bentuk, seperti penilaian kinerja (performance assesment), pengamatan (observation), penggunaan pertanyaan (questioning), presentasi (presentation), diskusi, projek, investigasi, portofolio, jurnal, wawancara, evaluasi diri (self evaluation), tes buatan siswa. OMalley and Pierce (1996) menjelaskan tentang bentuk - bentuk assesmen alternatif seperti: (a) Assesmen kinerja (Performance assesment); (b) Observasi dan pertanyaan (Observation and Question), Presentasi dan Diskusi (Presentation and Discussion); (c) Proyek/ Pameran (Project/ Exhibition); (d) Eksperimen/ demonstrasi (Experiment/ demonstration); (e) Bercerita (Story or text retelling); (f) Evaluasi diri oleh siswa (Self assesment); dan (g) Portofolio dan jurnal. Sementara itu, karakteristik dari penilaian otentik di antaranya adalah (a) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; (b) Bisa digunakan untuk formatif ataupun sumatif; (c) Yang diukur keterampilan dan performansi bukan mengingat fakta; (d) Berkesinambungan; (e) Terintegrasi; dan (f) Dapat digunakan sebagai feedback. Sedangkan dalam menerapkan asesmen kinerja kita perlu memperhatikan beberapa tahapan/ langkah-langkah yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Mengidentifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir yang terbaik.
4

2. Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik. 3. Mengusahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas. 4. Mendefinisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan. 5. Mengurutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati. Berbeda dengan penilaian alternatif, penilaian konvensional dilakukan pada waktu tertentu dan sudah terjadwal, terpisah dengan proses pembelajaran. Sementara penilaian alternatif dilakukan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Penilaian dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran berlangsung sejak guru memulai pelajaran. Pembelajaran terjadi secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Sehingga penilaian alternatif dapat mengungkap secara komprehensif tentang apa yang sudah dikuasai peserta didik. Penilaian konvensional yang dilakukan selama ini, yaitu melalui tes multiple choice, matching, true-false, dan paper and pencil test. Dengan format penilaian yang hanya demikian, tidak akan dapat menggambarkan aspek penguasaan konsep dan juga kinerja peserta didik. Sebagai akibatnya adalah tujuan kurikuler mata pelajaran belum dapat dicapai dan atau tergambarkan secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan penilaiannya dilakukan secara normatif, terfokus pada isi materi, waktu terbatas, penilaian ditekankan pada pengetahuan, berorientasi text book dan terkadang terlambat memberikan feedback. Teori belajar yang melandasi pelaksanaan alternative assesmen di antaranya adalah (1) teori fleksibilitas kognitif dari R. Spiro (1990). Teori ini menekankan pada proses belajar yang tidak pernah berakhir, karena harus selalu menyesuaikan dengan situasi yang senantiasa berubahubah (learning is context dependent); (2) teori J. Bruner (1966). Konsep dari teori ini bahwa proses pengembangan diri adalah menurut struktur kognitif yang dimiliki peserta didik secara mandiri dan dapat melebihi informasi yang diperolehnya; (3) teori experiental learning yang dikembangkan C. Rogers (1961). Teori ini menjelaskan tentang adanya keterlibatan pribadi, insiatif diri, evaluasi diri dan dampak langsung yang terjadi pada peserta didik dalam proses belajar; dan (4) teori multiple intelligent Howard Gardner (1980-an). Teori ini menjelaskan tentang kemampuan multi aspek dalam belajar (tidak hanya kognitif).
5

D. Penutup Jelaslah bahwa menilai hasil kerja belajar siswa tidak hanya berdasarkan pada hasil yang didapat dari jawaban tertulis saja, melainkan pula harus melihat dari sisi proses yang telah dilakukan peserta didik. Apresiasi atau pemberian penghargaan terhadap hasil usaha yang dilakukan terlepas apakah hasilnya optimal atau belum, paling tidak kita sebagai pendidik telah memberikan keadilan perlakuan pada usaha peserta didiknya (humanisasi pendidikan). Sehingga harkat dan martabat belajarnya tetap akan terjaga dan terbimbing. Dan menjadi tugas pendidik jugalah untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses belajar selanjutnya (facilitating learner for improving performance) . Kegiatan pendidikan dan pembelajaran adalah usaha yang selalu berproses terus menerus (by cycle). Oleh karena itu, usaha memperbaikinya juga berjalan mengiringi proses yang dilaksanakan (life long education). Dengan demikian, maka sebagai pendidik tidak ada istilah harus berhenti belajar, karena kita mengajar menghadapi sesuatu yang bersifat dinamis (kehidupan manusia yang selalu dinamis). Setelah kita sama-sama memahami tentang hakekat dan karakteristik alternative assesment diharapkan proses pengukuran hasil belajar mahasiswa tidak lagi dianggap sebagai sesuatu kegiatan yang tidak menarik dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah dari proses pembelajarannya, melainkan harus terintegrasi sebagai satu kesatuan sistem dalam proses pembelajaran. Semogawallahu alam bis-showab !

E. Daftar Bacaan: Asmawi Zainul, Alternative Assesment, Jakarta, PAU-Dikti, 2005 Masni, Pengertian Asesment, Bentuk Asesment dan langkah Penerapan Asesment, dikutip dari http//: masbied.com diunduh tanggal 14 Oktober 2011 Nugraha, Penggunaan Performance Assesment untuk meningkatkan Efektifitas Pembelajaran IPA, Bandung, 1998 Yusufhadi Miarso, Perkembangan Terkini Sistem pendidikan dan Pembelajaran di Perguruan Tinggi, makalah, Jakarta, 2008 _____________ , Penilaian Pembelajaran (makalah), Jakarta, IKIP Jakarta, 1999.
6

You might also like