You are on page 1of 3

AUDIT ENERGI LISTRIK STUDI KASUS DI GEDUNG PUSAT UGM SAYAP SELATAN DAN SAYAP TIMUR YOGYAKARTA I.

Introduction I.1. Background Energi listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanpa adanya energi listrik, aktivitas manusia tidak dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kegiatan operasional yang biasanya dilakukan oleh institusi yaitu dengan menggunakan peralatan-peralatan elektronik. Namun, semakin banyaknya peralatan elektronik yang digunakan menyebabkan konsumsi energi listrik menjadi meningkat. Peningkatan konsumsi energi listrik ini tidak sebanding dengan jumlah pasokan listrik dari pusat pembangkit. Emisi CO2 terbagi menjadi 2 yaitu on-site dan off-site. Emisi CO2 dari pemakaian bahan bakar fosil yang digunakan oleh pembangkit listrik dapat dikatakan sebagai emisi on-site, sedangkan emisi off-site merupakan nilai emisi dari konsumsi energi listrik yang berkontribusi dalam menghasilkan CO2. Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. UGM memiliki beberapa bangunan publik sebagai sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang untuk mendukung kegiatan proses belajar mengajar bagi seluruh civitas akademiknya. Dari tahun ke tahun jumlah civitas akademik UGM mengalami peningkatan. Semakin tingginya tuntutan untuk memenuhi sarana, prasarana dan fasilitas penunjang di UGM berarti kebutuhan akan listrik semakin besar. Tarif Dasar Listrik (TDL) yang berlaku di UGM adalah golongan tarif sosial. Pemerintah kembali menaikkan tarif dasar listrik pada Februari 2011, dimana pelanggan listrik golongan sosial diatas 900 VA mengalami kenaikan berkisar 6%-20%. Berdasarkan TDL tahun 2004, pelanggan golongan sosial mengalami kenaikan menjadi Rp. 605/kWh. Kenaikan TDL tersebut secara otomatis mempengaruhi biaya operasional UGM. Biaya operasional untuk penggunaan listrik UGM setiap bulannya mengkonsumsi listrik sekitar Rp. 1,2 milyar per bulan. Angka tersebut merupakan angka yang sangat besar bagi sebuah universitas. Sebagai upaya penghematan, Direktorat Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset (DPPA) sebagai penanggung jawab pengelolaan dan penggunaan aset di UGM berupaya melakukan pemetaan ulang konsumsi energi dengan menggunakan metode konservasi energi dan audit energi agar penggunaan energi menjadi lebih efisien serta emisi CO2 yang dikeluarkan menurun. Pemilihan gedung pusat UGM sebagai obyek penelitian dalam Tugas Akhir ini didasarkan bahwa gedung pusat UGM merupakan pusat pengelolaan dan manajemen di UGM. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah analisis lanjutan audit energi dilakukan berbasis pada hasil kerja praktek Mahasiswa Teknik Fisika pada tahun 2010 dan sebelumnya; penelitian hanya ditinjau pada beberapa ruangan di Gedung Pusat Sayap Selatan dan Timur yang meliputi dewan audit, wakil rektor bidang SIK, HKTL, sumber daya manusia, DPPA dan LPPM; data konsumsi daya listrik pada sistem tata udara, tata cahaya, dan peralatan penunjang operasional; pengukuran di lapangan untuk mengetahui tingkat kenyamanan ruang dibatasi oleh parameter suhu, kelembaban relatif, dan tingkat pencahayaan dan ditinjau berdasarkan standar yang telah ditetapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil penggunaan energi listrik di Gedung Pusat UGM, mengetahui tingkat kenyamanan ruang Gedung Pusat UGM dengan parameter suhu, kelembaban relatif, dan tingkat pencahayaan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, serta mendapatkan peluang dan solusi penghematan energi listrik. I.2. Literature Review CDM adalah sebuah mekanisme di mana negara-negara yang tergabung di dalam Annex 1, yang memiliki kewajiban untuk menurunkan emisi gas-gas rumah kaca sampai angka tertentu per tahun 2012 seperti yang telah diatur dalam Protokol Kyoto, membantu negara-negara non-Annex 1 untuk melaksanakan proyek-proyek yang mampu menurunkan atau menyerap emisi setidaknya satu dari enam jenis gas rumah kaca. Negara-negara non-Annex 1 yang dimaksud adalah yang menandatangani Protokol Kyoto namun tidak memiliki kewajiban untuk menurunkan emisinya. Satuan jumlah emisi gas rumah kaca yang bisa diturunkan dikonversikan menjadi sebuah kredit yang dikenal dengan istilah Certified Emissions Reduction (CERs)-satuan reduksi emisi yang telah disertifikasi1. Cina merupakan negara yang menghasilkan emisi CO2 terbesar di dunia dan menjadi pemasok CER terbesar. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan CDM di Cina dilatarbelakangi oleh seperangkat kebijakan, pengaturan kelembagaan, regulasi, dan kapasitas bangunan untuk mempromosikan aktivitas CDM di tingkat nasional dan lokal. Dalam langkah-langkah proyek CDM, prioritas untuk proyek CDM di Cina adalah peningkatan efisiensi energi, pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan, dan pemulihan dan pemanfaatan metana. Rasio antara proyek-proyek energi terbarukan, proyek efisiensi energi, dan proyek-proyek pemulihan metana adalah sekitar 07:02:01. Pemerintah Cina mengumpulkan pendapatan CER dari proyek CDM yaitu : 65% dari HFC dan PFC, 30% dari N2O, dan 2% dari proyek penghijauan. Pendapatan-pendapatan tersebut dimasukkan ke dalam CDMF untuk diinvestasikan kembali dalam kegiatan yang terkait dengan perubahan iklim. Harga CER yang ditandatangani dalam ERPA adalah sekitar US $ 10-13.5/tCO2 sejak pertengahan tahun di 2006. Potensi distribusi CDM menurut studi Bank Dunia adalah 50% untuk sektor pembangkit listrik, 10% untuk industri semen dan baja, 5% untuk industri kimia, 15% untuk sektor lainnya, dan 10% untuk sektor proyek non-CO2. Sektor pembangkit listrik mempunyai potensi yang besar untuk proyek CDM. Untuk mengurangi Gas Rumah Kaca (GRK) dari berbagai sektor, pemerintah Cina memproduksi teknologi yang ramah lingkungan. CDM adalah satu-satunya mekanisme dibawah Protokol Kyoto, yang menawarkan win-win solution antara negara maju dengan negara berkembang dalam rangka pengurangan emisi gas rumah kaca, dimana negara maju menanamkan modalnya di negara berkembang dalam proyekproyek yang dapat menghasilkan pengurangan emisi GRK, dengan imbalan CER (Certified Emission Reductions). Indonesia dapat menurunkan satu dari enam jenis gas rumah kaca, maka nilai CER yang diberikan sebesar Rp. 80.000/tonCO2.2 Fei Teng and Xiliang Zhang, Clean Development Mechanism Practice in China: Current Status and Possibilities for Future Regime, Energy and Its Sustainable Development for China 35, no. 11 (November 2010): 43284335.
1 2

Ministry of Finance. Ministry of Finance Green Paper: Economic and Fiscal Policy Strategies for Climate Change Mitigation in Indonesia. Ministry of Finance and Australia Indonesia Partnership, - Penelusuran Google, n.d., http://www.google.co.id/search?q=Ministry+of+Finance.+Ministry+of+Finance+Green+Paper%3A+Economic+and+ Fiscal+Policy+Strategies+for+Climate+Change+Mitigation+in+Indonesia.+Ministry+of+Finance+and+Australia+Indo nesia+Partnership%2C+&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a.

I.3. Objective 1. Mendapatkan profil penggunaan energi di Gedung Pusat UGM. 2. Memberi alternatif solusi dalam peningkatan penghematan energi listrik. 3. Mengetahui tingkat kenyamanan ruang di Gedung Pusat UGM dengan parameter suhu, kelembaban relatif, dan tingkat pencahayaan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. II. 1. 2. Metode Melakukan persiapan audit energi yang meliputi pertemuan pendahuluan, wawancara audit, initial walk-through tour, dan persiapan peralatan. Audit energi awal, melakukan pengumpulan data sekunder seperti denah ruangan, rekening listrik, daftar peralatan yang relevan (sistem tata cahaya, tata udara, dan peralatan penunjang operasional atau peralatan lain yang mengkonsumsi energi listrik), jadwal pengoperasian fasilitas. Melakukan perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Audit energi rinci, melakukan pengambilan data secara rinci, data yang diambil antara lain: tingkat pencahayaan, tingkat kelembaban, suhu ruangan, daftar peralatan yang mengkonsumsi listrik dan jam operasinya, serta data pengukuran daya terpakai. Menyusun potensi Peluang Hemat Energi (PHE) dari data yang diperoleh Menganalisis beberapa potensi Peluang Hemat Energi (PHE). Melakukan pelaporan hasil perhitungan dalam bentuk diagram.3

3. 4.

5. 6. 7.

III. Expected Result Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tata udara memiliki beban daya listrik terbesar yaitu 57%, peralatan penunjang operasional sebesar 35%, dan sistem tata cahaya sebesar 8%. Peluang penghematan sistem tata cahaya dengan pengurangan jam operasional adalah 712,8 kWh/tahun, penghematannya mencapai Rp. 293.624, memberi kontribusi reduksi emisi CO2 sebesar 0,52 tonCO2/tahun dan mendapatkan CER mencapai Rp 41.514 per tahun. Peluang penghematan sistem tata udara dilakukan dengan pengurangan jam operasional dan penggantian refrigeran MC-22. Peluang penghematan dengan pengurangan jam operasional sebesar 22.176 kWh/tahun, penghematannya mencapai Rp. 9.134.951, memberi kontribusi reduksi emisi CO2 sebesar 16,14 tonCO2/tahun, dan mendapatkan CER mencapai Rp 1.291.530 per tahun. Sedangkan peluang penghematan dengan penggantian refrigeran MC-22 mencapai 30.543,49 kWh/tahun, penghematannya mencapai Rp. 12.581.781, memberi kontribusi reduksi emisi CO2 sebesar 22,24 tonCO2/tahun, mendapatkan CER mencapai Rp. 1.778.853 per tahun4. Peluang penghematan peralatan penunjang operasional dengan pengurangan jam operasional adalah 2.932,56 kWh/tahun, penghematannya sebesar Rp. 1.208.009 per tahun, memberi kontribusi reduksi emisi CO2 sebesar 2,13 tonCO2/tahun, dan mendapatkan CER mencapai Rp. 170.792 per tahun.
3

SNI 03 - 6196 - 2000: Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung, n.d., http://www.jurnalinsinyurmesin.com/index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemid=91. 4 Analisa Perbandingan Konsumsi Listrik Pada Ac Split Berbahan Pendingin R-22 Dengan Ac Split Berbahan Pendingin Mc-22 - Penelusuran Google, n.d., http://www.google.co.id/search?q=Analisa+Perbandingan+Konsumsi+Listrik+Pada+AC+Split+Berbahan+Pendingin +R-22+Dengan+AC+Split+Berbahan+Pendingin+MC-22&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefox-a.

You might also like