You are on page 1of 28

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

1.1.1

Menganalisis karakteristik perkembangan bahasa anak usia SD

Karakteristik perkembangan bahasa anak usia SD (6 10 tahun), meliputi tahapan dimana siswa sudah bisa menggunakan kalimat panjang, lengkap dan benar. Disamping itu siswa pada usia itu sudah mampu menggunkan kata sifat, bahkan sudah memahami kata-kata yang sebelumnya tidak jelas baginya.

1.1.2

Memilih materi ajar aspek membaca di kelas rendah SD.

Materi ajar membaca bagi siswa kelas redah (Kelas I II) diawali dengan teknik membaca nyaring, yang diistilahkan dengan pengajaran membaca permulaan. Fokus dari membaca permulaan adalah siswa mampu memindai lambing-lambang nahasa tulis dengan pelafalan memindai dan memaknai lambing-lambang bahasa tulis.

1.1.3

Memilih materi ajar aspek menulis di kelas tinggi SD.

Pada kelas tinggi, materi ajar asfek menulis diarahkan untuk membentuk kemampuan komunikasi tulis. Keterpaduan asfek pengetahuan (schemata) dengan asfek kebahasaan diolah melalui mekanisme psikofisik dan strategi produktif untuk menghasilkan tulisan yang sesuai dengan konteks. Strategi produktif dalam hal ini adalah kemampuan mental untuk mengimplementasikan kebahasaan dengan pengetahuan tentang dunia (schemata) dalam kontek penggunaan bahasa (tulis).

1.2.1 Memilih berbagai metode pembelajaran menulis permulaan yang dapat mengembangkan kemampuan dan kegemaran menulis siswa.

Metode pembelajaran membaca permulaan di kelas rendah SD difokuskan pada metode pembelajaran membaca tekniks. Membaca teknis adalah membaca nyaring . Teknik pelaksanaan pengajarannya adalah vokalisasi atau menyuarakan bahan bacaan.

1.2.2 Merancang berbagai kegiatan menulis di kelas tinggi yang dapat meningkatkan kemampuan menulis dan berpikir siswa.

Beberapa rancangan kegiatan menulis di kelas tinggi yang dapat meningkatkan kemampuan menulis dan berfikir siswa, adalah :

1.

Model pembelajaran Citra 1 (Cari Ide Tulisan Tanpa Ragu)

Model pembelajaran ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan idea atau kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat.

2.

Model pembelajaran Citra 2

Model pembelajaran ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan idea atau kata-kata kunci atau frase yang berkaitan dengan suatu tofik dalam table.

3.

Model pembelajaran Citra 3

4. Model pembelajaran ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan idea atau kata-kata kunci atau frase yang berkaitan dengan suatu tofik dalam diagram

5.

Model pembelajaran citra 4

Model ini ditunjukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan tanggapan (repons) singkat dalam bentuk tulisan terhadap suatu fenomena atau suatu hal

6.

Model pembelajaran citra 5

Ditujukan untukmeningkatkan keterampilan siswa menulis sebuah tofik dalam paragraph.

7.

Model pembelajaran menulis proses

Difokuskan untuk pembelajaran menulis informal.

1.2.3 Memperjelas perencanaan dan pelaksanaan penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dalam perencanaan dan pelaksanaan penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan Sastra perlu memperhatikan, beberapa hal :

1.

Ranah kognitif

Paktor ingatan

Paktor pemahaman

Paktor penerapan

Paktor analisis

Paktor sintesis

Paktor penilaian

2.

Ranah afektif

Ada dua hal yang perlu dinilai dalam ranah afektif yaitu kompetensi afektif dan kompetensi sikaf serta minat siswa terhadap proses pembelajaran dan mata pelajaran

3.

Ranah psikomotor

Dalam ranah ini aspek yang dinilai melipui gerakan awal dan gerakan rutin, yang meliputi :

a)

Kemampuan siswa menggerakan anggota badan

b) Kemampuan siswa menggerakan semi rutin, yaitu kemampuan menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan

c) Kemampuangerakan rutin, yaitu kemampuan menggerakan seluruh anggota badan menyeluruh dengan sempurnah dan sampai pada tingkatan otomatis.

1.3.1 Merumuskan hakikat (pengertian, tujuan, jenis, dan manfaat) membaca, dan menulis

1.

Membaca

a.

Pengertian membeca

Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Membaca merupakan suatu proses aktif yang bertujuan dan memerlukan strategi.

b.

Tujuan membaca

Rivers dan Temperly (1978) mengajukan tujuh tujuan utama dalam membaca

yaitu:

a. Memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran tentang suatu topik.

b. Memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas bagi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja alatalat rumah tangga).

c. Berakting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan teka-teki.

d. Berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau untuk memahami suratsurat bisnis.

e. Mengetahui kapan dan di mana sesuatu akan terjadi atau apa yang tersedia.

f. Mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi (sebagaimana dilaporkan dalam koran, majalah, laporan).

g. Memperoleh kesenangan atau hiburan.

c.

Jenis-jenis membaca

Menurut Tarigan (1985:1113) jenis-jenis membaca ada dua macam, yaitu: 1) membaca nyaring, dan 2) membaca dalam hati. Membaca dalam hati terdiri atas: (a) membaca ekstensif, yang

dibagi lagi menjadi: membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal, dan (b) membaca intensif, yang terdiri dari: membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa

d. Manfaat membaca adalah untuk mendapatkan inormasi tentang hal-hal yang dibutuhkan dan dimnati

2.

Menulis

1.

Pengetian menulis

Menurut Jago Tarigan ( 1995: 117) menulis berarti mengekpreikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan.

2.

Tujuan menulis

a. Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwatermasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agakhalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman bartentang berbagai hal yangdapat maupun yang terjadi di muka bumi ini.

b. Membujuk; melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembadapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yadikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembadengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, persuasi dari sebuah tulisan akan dapat menghasilkan apabila penumampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat,dan mudah dicerna.

c. Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalumembaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terusbertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akamenentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang berpemisalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargapendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional.

d. Menghibur; fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, buka monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya.

Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan ringan yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk beraktifitas.

3.

Jenis-jenis menulis

Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian produk menulis atau empat kategori, yaitu; karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi. Di berikut ini akan dijelaskan satu persatu.

4.

Manfaat menulis

Dapat menyampaikan ide, gagasan, saran, motivasi, bujukan dan sebagainya kepada orang lain secara luas dan langsung.

1.3.2 Menemukanberbentuk isi atau pesan pokok wacana lisan monolog dan dialog dalam kehidupan sehari-hari, seperti berita, pidato.

Biasanya soal benbentuk, penggalan isi berita atau pidato, dan kita dihadapkan pada pilihan isi atau pesan dari penggalan pidato tersebut.

1.3.3 Menemukan isi atau pesan pokok dalam wacana naratif seperti cerita rakyat, puisi.

Bentuk soal, menyajikan penggalan cerita rakyat, atau puisi kemudian kita dihadapkan pada pilihan menentukan isi atau pesan dari penggelan cerita atau puisi tersebut.

1.3.4 Membandingkan berbagai jenis wacana bahasa Indonesia (deskripsi dan narasi,).

Bentuk soal, disajikan dua atau lebih penggalan wanaca berbentuk narasi atau deskrifsi, kita diminta untuk membandingkan wacana-wacana tersebut, bisa dari isinya, cara penulisannya, idea pokoknya, dsb.

1.3.5 Menyusun berbagai bentuk/jenis tulisan surat.

Ada dua bentuk jenis surat, yaitu :

1.

Surat pribadi (surat dari pribadi untuk orang lain yang yang sifatnya pribadi)

2. Surat dinas (surat yang dikeluarkan oleh lembaga, atau pimpinan lembaga untuk pihak lain, bisa lembaga lain, bawahan atau intansi lain, yang berisi tentang informasi kedinasan.

1.4.1 Menganalisis unsur intrinksik dan ekstrinsik, struktur, dan ciri-ciri karya sastra

1. Unsur instrinsik pada karya sastra adalah unsure yang terkandung didalam karya sastra itu sendiri, yang meliputi; tema, amanat, alur, watak, latar dan sudut pandang.

2. Unsur ekstrinsik adalah unsure-unsur di luar karya sastra pembentuk karya sastra, meliputi; latar belakang pengarang dan keadaan social bidaya saat penulisan karya sastra tersebut.

3.

Struktur karya sastra meliputi unsure fiksi dan keindahan baik bahasa maupun isinya.

4. Ciri karya sastra; isinya berbentuk khayalan, ditulis dengan bahasa yang indah, menarik dan dapat mempengaruhi emosi pembacanya.

1.4.2 Menyusun langkah-langkah membuat parafrase puisi ke prosa.

Langkah-langkah bagaimana cara mengubah sebuah puisi ke dalam bentuk prosa tanpa mengubah makna dari puisi tersebut. Caranya sebagai berikut;

1.

Bacalah puisi berkali-kali hingga paham akan isinya.

2. Tambahkan kata-kata atau tanda baca-tanda baca yang sengaja dihilangkan penyairnya. Ingat, penambahan kata-kata atau tanda baca harus sesuai dengan pemahamanmu terhadap isi puisi. Penambahan kata-kata atau tanda baca ditulis dalam tanda kurung.

3. Ubahlah puisi (beserta kata-kata dan tanda baca yang telah kamu tambahkan tadi) ke dalam bentuk prosa.

1.4.3 Menilai prosa

Ada tiga cara penilaian karya prosa, yaitu :

a) Teknik penyekoran holistic ( Penilaian berdasarkan kesan secara keseluruhan dari sebuah karya sastra.

b) Teknik penyekoran analitik ( Penyekoran berdasarkan pada komponen-komponen pembentuk karya prosa dengan melakukan penghitungan secara rici, meliputi; judul, gagasan, dll)

c) Teknik penyekoran terhadap unsur-unsur yang diutamakan (Teknik penilaian keseluruhan karya prosa yang diutmakan pada unsure-unsur utama pembentuk karangan, misalkan komponen struktur, kosa kata, gaya, isi, atau organisasi.

1.4.4 Mengapresiasi drama.

Drama adalah salah satu genre sastra yang berada pada dua dunia seni, yaitu

seni sastra dan seni pertunjukan atau teater. Orang yang melihat drama sebagai seni sastra menunjukkan perhatiannya pada seni tulis teks drama yang dinamakan juga dengan seni lakon. Teknik penulisan teks drama berbeda dengan teknik penulisan puisi atau prosa. Orang yang menganggap drama sebagai seni pertunjukan (teater) fokus perhatiannya ditujukan pada pertunjukannya atau pementasannya, tidak semata pada teksnya saja. Teks sastra menurut pandangan mereka hanyalah bagian dari seni pertunjukan yang harus berpadu dengan unsur lainnya, yaitu: gerak, suara, bunyi, musik, dan rupa.

Proses membaca dan menulis permulaan pada anak SD dikelas rendah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.

Tujuan membaca permulaan di kelas I adalah agar Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (Depdikbud, 1994/1995:4). Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan ketrampilan membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses pembelajaran. guru yang berkompetensi tinggi akan sanggup menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan bangsa, mengembangkan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan membentuk ilmuwan dan tenaga ahli. Sedangkan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tanpa tatap muka.Dengan orang lain, Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan dimiliki seseorang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik secara terus-menerus. Dengan menulis secara terus-menerus dan latihan yang sungguhsungguh, keterampilan tersebut dapat dimiliki oleh siapa saja. Keterampilan itu juga bukanlah suatu keterampilan yang sederhana, melainkan menuntut sejumlah kemampuan. Betapapun sederhananya tulisan yang dibuat, penulis tetap dituntut memenuhi persyaratan seperti yang dituntut apabila menulis tulisan yang rumit.

Berdasarkan penelitian selama ini alokasi waktu pembelajaran membaca dan menulis di sekolahsekolah yang salah satunya di SD, relatif lebih kecil. Hal ini berdampak pada keterampilan mereka

belum maksimal sehingga setelah para siswa menamatkan jenjang sekolah, dikhawatirkan belum mampu menggunakan keterampilan berbahasa secara baik dan benar. Oleh karenanya, kami akan membahas lebih lanjut tentang proses membaca dan menulis permulaan pada anak SD dikelas rendah.

1.2 Rumusan masalah

Sehubungan dengan latar belakang tersebut,maka masalahnya akan dirumuskan sebagai berikut yaituBagaimana proses membaca dan menulis permulaan pada anak SD dikelas rendah?

1.3 Tujuan Penuliasan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui proses membaca dan menulis pada anak SD dikelas rendah. Untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Pend. Bahasa Indonesia 1.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis menggunakan metode Daftar Pustaka, mencari dari berbagai media, baik dari media elektronik maupun media cetak.

BAB II

PEMBAHASAN a. Pengertian membaca permulaan

Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209).Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya

itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.

Disamping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk mrmbantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan (Syafiie, 1999: 7).

Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982: 206) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambang lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan kalimat.

Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM. Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat.

Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.

Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan / kemampuan membaca.

Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut,untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.Membaca permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.

b.

Pembelajaran membaca permulaan

Pembelajaran memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan.Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan (Syafiie,1999: 16). c. Metode-metode membaca permulaan

Metode adalah cara yang telah teratur dan terpilih secara baik untuk mencapai suatu maksud, cara mengajar (KBB,1984: 649). Sedangkan yang dimaksud dengan membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas 1 dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan bahasa guna menghadapi kelas berikutnya.

Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat dipergunakan , antara lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas rangkai suku kata (4) metode kata lembaga (5) metode global dan (6) metode Struktual Analitik Sinteksis (SAS).(Alhkadiah,1992: 32-34).

a)

Metode abjad dan metode bunyi

Menurut Alhkadiah,kedua metode ini sudah sangat tua. Menggunakan kata-kata lepas, misalnya:

Metode abjad

: bo-bo-bobo

la-ri-lari

Metode bunyi

: na-na-nana

lu-pa-lupa

b)

Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga

Kedua metode ini menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. Misalnya:

Metode kupas rangkai suku kata

: ma ta-ma ta

pa pa-pa pa

Metode kata lembaga

: Bola-bo-la-b-o-l-a-b-o-l-a-bola

c)

Metode global

Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psikologi gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna daripada jumlah

bagian-bagiannya.Memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca.

d)

Metode SAS

Metode ini dibagi menjadi 2tahap, yaitu: (1) tanpa buku (2) menggunakan buku.Mengenai itu, Momo(1987) mengemukakan beberapa cara yaitu:

1. Tahap tanpa buku, dengan cara:

- Merekam bahasa siswa

- Menampilakn gambar sambil bercerita

- Membaca gambar

- Membaca gambar dengan kartu kalimat

- Membaca kalimat secara struktual (S)

- Proses Analitik (A)

- Proses Sintetik (S)

2. Tahap dengan buku, dengan cara:

- Membaca buku pelajaran

- Membaca majalah bergambar

- Membaca bacaan yang disususn oleh guru dan siswa.

- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelopok.

- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara individual.

Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik adalah: Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil adalah kalimat.

Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak. Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.

Kelemahan metode SAS, yaitu: Kurang praktis Membutuhkan banyak waktu Membutuhkan alat peraga d. Pengertian menulis permulaan

Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang,membuat surat) dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993:968) menurut pengertian ini menulis merupakan hasil, yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan kedalam tulisan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21).

Dari pengertian menulis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan. e. Metode dan pembelajaran menulis permulaan

a. Metode Eja

Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:

1). Menulis huruf lepas

2). Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata

3). Merangkaikan suku kata menjadi kata

4). Menyusun kata menjadi kalimat (Djauzak, 1996:4)

b. Metode kata lembaga

Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1). Mengenalkan kata

2). Merangkaikan kata antar suku kata

3). Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya

4). Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak, 1996:5)

c. Metode Global

Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata (Djauzak, 1996:6).

d. Metode SAS

Menuryut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti (Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:

a. Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.

b. Analitik yatu melakukan proses penguraian.

c. Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.

Demikian langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan dengan metode SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan struktur analitik sintetik (Subana:176).

BAB III

PENUTUP 1. Kesimpulan

Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Sedangkan menulis adalah proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.

Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada 6 metode yang dapat dipergunakan , antara lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas rangkai suku kata (4) metode kata lembaga (5) metode global dan (6) metode Struktual Analitik Sinteksis (SAS).(Alhkadiah,1992: 32-34). Sedangkan dalam pembelajaaran menulis permulaan ada 4 metode yang dapat diterapkan, yaitu (1) metode eja (2) metode kata lembaga (3) metode global dan (4) metode SAS.

Dari semua metode yang ada, metode yang paling efektif diterapkan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis pada anak SD dikelas rendah adalah metode SAS, yaitu suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Namun metode SAS ini juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu: Kurang praktis Membutuhkan banyak waktu Membutuhkan alat peraga

2.

Saran

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran membaca dan menulis. Dalam proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan dikelas 1 SD hendaknya guru dapat menerapkan metode SAS.

daftar pustaka:

http://typecat.com/pdf/pengertian-membaca-permulaan-bagi-anak-sd-kelas-1.html

http://www.scribd.com/doc/29013517/9/Hakikat-Menulis

http://basinasmanding.blogspot.com/2009/12/hakikat-menulis-menulis-merupakan-salah.html

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH6160.dir/doc.pdf

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH018d/22c92926.dir/doc.pdf

ETODE PENGAJARAN BAHASA UNTUK SD

Posted Agustus 9, 2009 by deddyandria in Materi Bahasa Indonesia. Ditandai:Materi Bahasa Indonesia. 2 Komentar

Bagi siswa kelas rendah (I dan II), penting sekali guru menggunakan metode membaca. Depdiknas (2000:4) menawarkan berbagai metode yang diperuntukkan bagi siswa permulaan, antara lain: metode eja/bunyi, metode kata lembaga, metode global, dan metode SAS.

Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata. Metode global adalah belajar membaca kalimat secara utuh. Adapun pendekatan yang dipakai dalam metode global ini adalah pendekatan kalimat. Selanjutnya, metode SAS didasarkan atas pendekatan cerita.

Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salah satu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Menurut hemat penulis, guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Dapat menyenangkan siswa 2. Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya 3. Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien 4. Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit

Salah satu metode pembelajaran membaca permulaan yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah metode membaca global. Menurut Purwanto (1997:32), Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly. Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.

Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:

1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya:

Ini nani

2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /nani/

3) Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i ni na ni

4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i n i n a n i

METODE SAS Sebagai kegiatan belajar di sekolah, maka oleh para, baik dalam bidang ilmu kebahasaan maupun dalam ilmu pengajaran mengupayakan berbagai metode sebagai cara untuk membelajarkan peserta didik dengan tujuan peserta didik memiliki kemampuan membaca untuk belajar lebih lanjut. Salah satu metode yang amat populer di Indonesia sejak tahun 1975 sampai sekarang adalah Metode Struktur Analisis-Sintesis atau yang lazim disebut Metode SAS. Metode ini dilandasi oleh tiga landasan, yaitu: landasan psikologi, landasan pedagogis, dan landasan linguistik. Secara ilmiah metode ini tidak dapat diragukan karena bukan saja dikembangkan secara konseptual logis, tetapi juga melalui uji-caba sejak tahun 1972 sampai tahun 1975 pada 160 SD PKMM di Jakarta, Padang dan Ujung Pandang.

Kendati demikian penggunaannya selama ini mengalami banyak hambatan. Para guru mengemukakan bahwa ketidak mampuan membaca yang dialami oleh peserta didik sampai di kelas-kelas di atas atau kelas-kelas lanjutan merupakan dampak ketidak efektifan dari metode SAS ini. Pendapat para guru ini ternyata dikuatkan oleh hasil penelitian Hastuti (1979) dan Isbani di Jawa Tengah.

Metode SAS memiliki lima langkah kerja yang panjang, sehingga secara logis ketidak efektifan ini disebabkan oleh prosedur yang panjang ini. Ada dua anggapan dasar yang diduga sebagai faktor kendala, yaitu: (1) prosedur yang panjang dan berulang menyebabkan vebalisme, (2) prosedur yang panjang dan berulang menyebabkan kebosanan,baik pada peserta didik maupun pada guru. Bertolak dari masalah yang diduga disebabkan oleh metode SAS ini, maka melalui penelitian ini dilakukan simplifikasi terhadap prosedur metode menjadi tiga langkah kerja, yaitu:(1) tahap orientasi, (2) tahap analisis dan sintesis, dan (3) tahap latihan sintesis kata-kata dan kalimat-kalimat baru.

Masalahnya adalah apakah metode yang disimplifika ini akan lebih unggul dari metode SAS yang konvensional (murni).

Untuk itu hipotes yang dirumuskan sebagai hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah: Metode SAS Simplifikasi lebih unggul dari metode SAS Murni.

Analisis data yang diperoleh dari paskates sesudah eksprimen (penelitian) terhadap dua kelompok di kecamatan Biak Timur (SD YPK Ibdi =25 subyek dan SD Inpres Yadibur = 25 subyek) menunjukkan bahwa /t/ hitung =2,7101 . dari /t/ tabel 0,05 (46)=1,63 atau Metode SAS simplifikasi lebih unggul dari Metode SAS Murni.

Metode ini diprogramkan pemerintah RI mulai tahun 1974. Regu yang dipimpin oleh Dr. A.S. Broto pada waktu itu telah menghasilkan Metode SAS. Menurut A.S. Broto khususnya disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas permulaan SD. Lebih luas lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang pengajaran. Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan operasional dengan urutan : Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya; (1) mengembangkan potensi dan pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu masalah. Landasan psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas) dan bahwa anak usia sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu). Prosedur penggunaan Metode SAS 1. Mula membaca permulaan dijadikan dua bagian Bagian pertama Membaca permulaan tanpa buku Bagian pertama Membaca permulaan buku 2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar sebagai kontak permulaan. 3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan, muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan gambar. 4. Membaca kahmat secara structural 5. Membaca permulaan dengan buku 6. Membaca lanjutan 7. Membaca dalam hati

Segi baiknya

a. Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis. b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak. menguasai bacaan dengan lancar.

Segi lemahnya . 1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar

Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.

2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah sekolah tertentu dirasa sukar. 3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan 4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di sana-sini Metode ini tidak dilaksanakan. Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian memilih kata kartu kata dan kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata., pengajar dengan sebagian anak yang lain. Menempel-empelkan kata kata yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat, membacanya dan yang paling mengutpnya sebagai ketreampilan menulis. Media lain selain papan tulis, papan panel, papn tali, OHP (Over Head Projector) dapat juga digunakan.

MEMBACA PEMULAAN
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengajar membaca permulaan diantaranya adalah:metode suara, metode abjad, metode suku kata, metode kata lembaga, metode frase, metode kalimat dan metode cerita.

Metode Suara:

1. Anak diperkenalkan dengan kata-kata yang biasa digunakan sehari-hari, yang tersusun dari bunyi konsonan dan vokal bertut-turut. 2. Siswa melafalkan kata-kata yang digunakan untuk belajar membaca tadi. 3. Siswa diperkenalkan dengan huruf-huruf yang menggambarkan suara tadi. 4. Suara-suara dan huruf-huruf tadi digabungkan menjadi suku kata dan kata.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menggunakan metode ini ialah:


1. Sulit membunyikan konsonan letupan tanpa vokal 2. Ada kecenderungan menambahkan bunyi e pada konsonan tanpa vokal. Oleh karena konsonan letupan pada permulaan biasanya dditempatkan didepan vokal.

Metode Abjad:
1. Siswa diperkenalkan dengan abjad dari huruf secara acak, artinya siswa boleh diperkenalkan dengan huruf yang mana saja, tidak harus berurutan dari a sampai z. 2. Setiap huruf konsonan di baca dengan seolah-olah ada huruf vokal baik didepan huruf atau di belakang huruf. Bunyinya seperti dalam abjad, contohnya: b dibaca be, k dibaca ka, m dibaca em, n dibaca n, c dibaca ce. 3. Huruf-huruf itu digabung menjadi suku kata dan kata.

Kesulitan metode ini terletak pada bunyi-bunyi vokal yang ada pada setiap huruf konsonan. Metode Suku Kata:

1. Siswa diperkenalkan dengan suku kata-suku kata. 2. Suku kata-suku kata digabungkan menjadi kata-kata 3. Kata dan suku kata diuraikan menjadi huruf

Perhatian:
1. Sebaiknya diperhatikan huruf yang akan diperkenalkan. 2. Mulai dengan jumlah huruf yang terbatas tetapi dapat melahirkan kombinasi yang bermacam-macam.

Metode Kata Lembaga:

1. Siswa diperkenalkan dengan dengan satu atau dua kata yang mengandung unsur yang sama, biasanya satu atau dua kata. 2. Sebaiknya diberikan kata-kata yang suku katanya terdiri dari satu konsonan dan satu vokal. Misal buku, kuku, saku, busa. (kata-kata ini menjadilembaga bertambahnya kemampuan membaca anak tuna grahita). 3. Kata-kata tadi diuraikan dan dibandingkan suku kata demi suku kata sehingga siswa dapat membaca suku kata-suku kata tadi lepas dari kata lembaganya. 4. Suku kata-suku kata ini digabungkan satu sama lain sehingga membentuk kata-kata yang lain. 5. Siswa diajak memperhatikan huruf-huruf yang ada pada suku kata- suku kata yang tadi. 6. Siswa membaca huruf-huruf itu satu per satu. 7. Dengan huruf-huruf tadi disusun suku kata-suku kata dan kata-kata yang baru.

Metode Frase Frase adalah gugus kata yang mempunyai arti tetapi tidak merupakan kalimat. Contoh: makan pagi, buku tulis, kertas gambar,gunung tinggi. Metode Kalimat:
1. Perkenalkan dua atau tiga kalimat yang mempunyai kata kata yang sama 2. Setelah siswa dapat membedakan kalimat-kalimat tadi kemudian diperlkenalkan denga kata-kata yang ada di dalamnya. 3. Perkenalkan suku kata-suku katanya. 4. Perkenalkan huruf-hurufnya 5. Susun daru huruf menjadi suku kata 6. Susun suku kata menjadi kata. 7. Susun kata menjadikalimat

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengantisipasi keberhasilan KBM.

1. Bahan bacaan hendaknya yang sudah dikenal dan mudah dipahami oleh siswa. 2. Dipilih bahan yang menarikperhatian siswa dan sesuai keinginannya. 3. Huruf-huruf yang digunakan hendaknya dimulai dengan huruf-huruf kecil. Setiap kata hendaknnya dimunculkan berkali-kali. 4. Gunakan intonesi percakapan.

Peranan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika


Filed under: Education, Objec Materi 3 Comments December 27, 2010

Rate This

Peranan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika Proses pembelajaran akan menarik bila dalam proses belajar mengajar menggunakan alat peraga. Meskipun penggunaan alat peraga menimbulkan berbagai pendapat dan pandangan, tetapi perbedaan tersebut akan menambah perbendaharaan pengetahuan bagi kita. Penggunaan alat peraga sangat berperan dalam penyampaian materi pelajaran bagi pendidik. Dengan harapan alat peraga akan memperjelas tentang materi yang disampaikan / diajarkan. Ruseffendi, (1994:132) mendefinisikan alat peraga merupakan alat untuk menerangkan / mewujudkan konsep matematika. Dalam KBBI, (1993:20 ) memberi batasan bahwa alat peraga merupakan alat bantu mendidik dan mengajarkan siswa agar apa yang diajarkan mudah dimengerti oleh siswa. Piaget dalam Banoeatmojo dan Bunarso, (1979:12 ) berpendapat bahwa siswa usia 5-13 tahun berfikirnya masih pada tahap operasional konkrit, sehingga siswa tidak akan memahami operasi logis dalam konsep matematika bila tanpa menggunakan alat peraga. Tahap tahap berfikir anak meliputi : a. Tahap berfikir konkrit Pada tahap ini siswa dalam belajarnya sangat membutuhkan benda-benda konkrit untuk dapat menanamkan konsep matematika b. Tahap berfikir semi konkrit Pada tahap ini siswa dapat memahami sebuah konsep bila dibantu dengan benda-benda semi konkrit. Misalnya untuk menjelaskan 3 buah mangga kita dapat menunjukkan kepada siswa 3 buah gambar mangga. c. Tahap berfikir semi abstrak

Dalam pembelajaran konsep matematika, tahap ini siswa memerlukan alat peraga tiruan. Misalkan dalam pembelajaran nilai tempat, kita dapat memberi warna hijau untuk ribuan, kuning untuk ratusan, merah untuk puluhan dan warna putih untuk satuan. d. Tahap berfikir abstrak Pada tahap ini siswa sudah tidak memerlukan bantuan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Dienes dalam Russefendi, (1994:172) berpendapat bahwa setiap konsep atau prinsip matematika yang disajikan dalam bentuk konkrit akan lebih mudah dipahami dengan baik. Intinya bahwa benda-benda/obyek-obyek dalam bentuk permainan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pelajaran matematika. Ada beberapa fungsi dari alat peraga antara lain : 1) dengan peraga siswa akan gembira dan timbul minat dalam mengikuti pembelajaran matematika. 2) dengan disajikannya dalam bentuk konkrit, siswa pada tingkat yang lebih rendah akan lebih memahami dan mengerti apa yang diajarkan. 3) anak menyadari adanya hubungan antara pembelajaran dengan benda-benda di sekitarnya 4) konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk konkrit, yaitu model matematika dapat dijadikan obyek penelitian untuk ide-ide baru dan relasi-relasi baru (Russefendi, 1997:227-228 )

You might also like