You are on page 1of 36

Al Quran menurut arti istilah (terminologi) yaitu 1.

Alquran adalah firman Allah SWT, yang merupakan mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantaraan Malaikat Jibril yang tertulis di dalam mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir yang diperintahkan membacanya, yang dimulai dengan surat Al fatihah dan ditutup dengan Surat Annas 2. Alquran adalah lafal berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang diperintahkan membacanya yang menantang setiap orang (untuk menyusun walaupun) dengan (membuat) surat yang terpendek dari pada surat-surat yang ada di dalamnya. 3. Alquran diperintahkan untuk dibaca (selain dipelajari dan diamalkan) karena membaca Alquran merupakan ibadah. 4. Alquran ditulis di dalam mushaf, bahwa Alquran ini ditulis sejak masa turun (Nabi Muhammad SAW). Karena selalu ditulis inilah Alquran juga disebut Alkitab. Dewasa ini mushaf Alquran disebut Mushaf Usmani karena penulisannya mengikuti metode usman Bin Affan.

Nama-nama Lain Al Quran


Diposkan oleh Rudiharto on Rabu, 27 April 2011 Sesuai dengan keanekaragaman Al Quran yang menyentuh segala macam sisi-sisi kehidupan manusia. Berikut adalah nama nama lain Al Quran yang diturunkan Malaikat JIbril kepada Rasulullah SAW: 1. Al Kitaab. Al Quran disebut juga dengan Al Kitaab karena merupakan sinonim baginya.

Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (QS Al Baqarah [2] : 2) 2. Al Furqaan. Al Quran disebut juga Al Furqaan karena memiliki fungsi sebagai pembeda antara yang benar dan yang salah.

Artinya: Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia). (QS Al Furqaan [25] : 1) 3. Az Zikr. Al Quran disebut juga Al Zikr karena memiliki funsi sebagai pemberi peringatan.

Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran dan pasti Kami (pula) yang memeliaranya. (QS Al Hijr [15] : 9) 4. Al Mauizah. Al Quran disebut juga Al Muizah karena ia merupakan pelajaran atau nasihat.

Artinya: Wahai manusia! Sesungguhnya, telah datang kepadamu pelajaran (Al Quran) dari Tuhanmu penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS Yuunus [10] : 57) 5. Al Hikmah. Al Quran disebut juga Al Hikmah karena segala yang terkandung di dalam Al Quran adalah kebijaksanaan.

Artinya: Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu (Muhammad). Dan janganlah engkau mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, nanti engkau dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela dan dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS Al Israa [17] : 39) 6. Asy Syifa. Al Quran disebut juga Asy Syifa karena mampu mengobati atau menyembuhkan penyakit baik lahir maupun batin.

Artinya: Wahai manusia! Sesungguhnya, telah datang kepadamu pelajaran (Al Quran) daru Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (QS Yuunus [10] : 57)

7. Al Hudaa. Al Quran disebut juga Al Hudaa karena ia juga berfungsi sebagai petunjuk.

Artinya: Dan sesungguhnya ketika kami (jin) mendengar petunjuk (Al Quran), kami beriman kepadany. Maka barangsiapa beriman kepadaTuhan maka tidak perlu ia takut rugi atau berdosa. (QS Al Jin [72] : 13) 8. Al Tanziil. Al Quran disebut juga Al Tanziil karena ia adalah kitab suci yang diturunkan.

Artinya: Dan sungguh, (Al Quran) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam. (QS Asy Syuaraa [26] : 192) 9. Ar Rahmah. Al Quran disebut juga Al Rahman karena ia berfungsi sebagai petunjuk dan karunia bagi umat manusia dan alam semesta.

Artinya: Dan sungguh, (Al Quran) itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS An Naml [27] : 77) 10. Ar Ruuh. Al Quran disebut juga Ar Ruuh karena ia mampu menghidupkan akal pikiran dan membimbing manusia kepada jalan yang lurus.

Artinya: Dan demikianlah Kami wahyulan kepadamu (Muhammad) ruh (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al Quran dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al Quran itu cahaya, dengan itu Kami member petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus. (QS Asy Syuuraa [42] : 52) 11. ka Bayaan. Al Quran disebut juga Al Bayaan karena ia berfungsi sebagai penjelas dan penerang kebenaran dari Tuhan.

Artinya: Inilah (Al Quran) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, da menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Ali Imraan [3] : 138) 12. Al Kalaam. Al Quran disebut juga Al Kalaam karena ia adalah firman Allah dan merupakan kitab suci yang diucapkan.

Artinya: Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan kepadanmu, maka lindungilah agar dia dapar mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian) itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS At Taubah [9] :6) 13. Al Busyraa. Al Quran disebut juga Al Busyraa karena ia berfungsi sebagai pembawa kabar gembira.

Artinya: Katakanlah, Rohulkudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan kebenaran untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang berserah diri (kepada Allah). (QS An Nahl [16] : 102) 14. An Nuur. Al Quran disebut juga An Nuur karena ia mapu membawa manusia memperoleh cahaya ketuhanan.

Artinya: Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran). (QS An Nisaa [4] : 174) 15. Al Basaair. Al Quran disebut juga Al Basaair karena ia berfungsi sebagai pedoman.

Artinya: (Al Quran) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS Al Jaasiyah [45] : 20) 16. Al Balaag. Al Quran disebut juga Al Balaag karena ia berfungsi sebagai penyampai kabar atau penjelasan bagi manusia.

Artinya: (Al Quran) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS Ibraahiim [14] : 52) 17. Al Qaul. Al Quran disebut juga Al Qaul karena ia merupakan perkataan atau ucapan yang dapat menjadi pelajaran bagi manusia.

Artinya: Dan sungguh, Kami telah menyampaikan perkataan ini (Al Quran) kepada mereka agar mereka selalu mengingatnya. (QS Al Qasas [28] 51)

Al-Qur'an
Al-Qurn (ejaan KBBI: Alquran, Arab: ) adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, melalui perantaraan Malaikat Jibril. Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5.[1]
Anjuran Untuk Selalu Membaca Al Quran Al Qur'an itu bisa mensucikan jiwa apabila dibaca. Hanya orang-orang yang memahami ktab Allah SWT, mendirikan shalat dan bernafkah di jalan Allah SWT itulah orang yang mengharap pahala kekal. Allah SWT memberi anjuran kepada manusia untuk setiap saat membaca Al Qur'an karena keutamannya. Setidaknya ada 4 buah ayat yang menganjurkan agar kita membaca Al Qur'an.

Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-'Ankabuut: 45)

Artinya: "Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan Hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha lembut lagi Maha mengetahui." (QS. Al-Ahzab: 34).

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi" (QS. Al-Faathir: 29).

Artinya: "Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa" (QS. Al-A'laa: 6).

All | qrn | edit

Rajin Baca Al-Quran Tapi Tidak Mengamalkannya


Pertanyaan Assalamu 'alaikumwr wb Ada teman ana yang menanyakan dalil mengenai rajin membaca Al-Qur'an sudah terbatabata maupun lancar bahkan tahu artinya, namun tidak mengamalkan isinya. Setahu ana perbuatan membaca dan mengamalkan isi Al-Qur'an itu memang yang paling afdhol namun kedua hal itu kan terpisah dalam melakukannya. Mohon penjelasan dr Ustadz apakah ada dalil tentang keutaman membaca Al-Qur'an dan mengamalkannya serta membaca namun tidak mengamalkannya? Karena pertanyaan itu teman ana sering mikir sepertinya percuma kalau baca Al-Qur'an sudah tertatih-tatih tidak tahu artinya dan tak mengamalkannya. Syukron Wassalamu 'alaikumwr wb

Jawaban Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Yang paling baik tentu rajin baca Al-Quran dengan bacaan yang baik, lalu juga

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai muslim kita tidak memilah-milah antara keduanya. Sebagai seorang muslim, tentu urusan mengamalkan isi Al-Quran sudah menjadi harga mati. Sebab Al-Quran bukan sekedar kitab untuk dibaca saja, tetapi lebih dari itu, Al-Quran adalah petunjuk hidup. Allah SWT berfirman: Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau Al-Qur'an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.(QS. Thaha: 113) Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al-Qur'an dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura dan penduduk sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.(QS. As-Syura: 7) Menjalankan Isi Al-Quran Namun kita juga perlu tahu bahwa isi Al-Quran itu sangat luas, mencakup wilayah yang menjadi pokok agama, tetapi juga ada wilayah yang bersifat anjuran. Kalau kita pinjam istilah para ahli fiqih, ada wajib dan ada sunnah. Ada haram dan ada makruh. Jadi yang harus dijalankan terutama pada bagian yang paling esensial, seperti urusan dasar aqidah dan syariah.Jadi kami batasi dulu saja, bahwa mengamalkan isi Al-Quranadalah sesuatu yang mutlak wajibdijalankan, terutamapada wilayah yang paling esensial, yaitu aqidah dan syariah. Di tataran aqidah, rasanya sedikit sekali wilayah perbedaan pendapatnya. Beda dengan tataran syariah yang agak lebih beragam teknis pelaksanaannya. Dan masalah itu nanti akan dibahas pada bab fiqih. Tentu saja isi Al-Quran bukan hanya aqidah dan syariah saja, tapi mencakup semua ajaran Allah SWT. Namun karena jumlah ayat Al-Quran sangat terbatas, yaitu berkisar hanya 6000an ayat lebih saja, maka tentu saja detail-detail isi dan teknisnya nanti dijelaskan lewat haditshadits nabawi. Boleh dibilang yang ada di dalam Al-Quran baru sebatas prinsip-prinsip dasarnya. Membaca Al-Quran Seorang muslim wajib bisa membaca Al-Quran, setidaknya mengucapkan lafadz surat AlFatihah. Sebab lafadz ini menjadi rukun shalat 5 waktu. Tanpa membaca surat ini dengan benar, maka shalatnya tidak sah. Namun lepas dari urusan wajib, pendeknya membaca Al-Quran sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh setiap muslim, baik di dalam shalat atau di luar shalat. Di antara hadits yang menjadi dasar anjuran dan keutamaan kita membaca Al-Quran adalah:

1. Menjadi Syafaat di Hari Kiamat Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah Al-Quran sebab Al-Quranakan datang pada hari kiamat sebagai sesuatu yang dapat memberikan syafaat (pertolongan) kepada orang-orang yang mempunyainya." (HR Muslim) 2. Hidup Bersama Para Malaikat Dari Aisyah radhiallahu 'anha berkata bahwa RasulullahSAW bersabda, "Orang yang membaca al-Quran dan ia sudah mahir dengan bacaannya itu, maka ia adalah beserta para malaikat utusan Allah yang mulia lagi sangat berbakti, sedang orang yang membacanya alQuran dan iaterbata-bata dalam bacaannya (tidak lancar) juga merasa kesukaran di waktu membacanya itu, maka ia dapat memperoleh dua pahala." (HR Bukhari Muslim) 3. Membaca Satu Huruf Mendapat 10 Kebajikan Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Orang yangmembaca sebuah huruf dari kitabullah (Al-Quran), maka ia memperoleh suatu kebaikan, sedang satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang seperti itu. Saya tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf."(HR Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih) 4. Mendapat Ketenangan, Rahmat, Malaikat dan Disebut-sebut Namanya Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan ayat-ayat suci al-Quran dan mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, akan dilingkupi pada diri mereka dengan rahmat, akan dilingkari oleh para malaikat dan Allah pun akan menyebut (memuji) mereka pada makhluk yang ada di dekat-Nya. (HR Muslim) Membaca Al-Quran Tapi Melanggar Larangan Yang paling parah dan harus segera dicegah adalah orang yang pandai membaca Al-Quran, bahkan rajin membacanya, tetapi rajin juga mengerjakan kemungkaran dan maksiat. Pemandangan ini sesekali bisa kita saksikan di tengah kerancuan beragama di negeri kita. Ada orang yang bahkan sudah jadi Qari', dalam arti pandaibaca Quran dengan merdu, fasih dan lancar. Tapi kadang kelakuannya masih saja terbawa arus jahili. Entah dia pacaran, buka aurat, atau malah ikut kegiatan yang berlawanan dengan syariat Islam. Atau bahkan melakukan syirik karena datang ke dukun, peramal, memelihara dan menghamba kepada jin, percaya kepada hari naas, bertathayyur. Ini semua karena pengajaran Al-Quran tidak seimbang dengan pegajaran isi ajarannya. Akibat pemilahan mata pelajaran Al-Quran, di mana ilmu tilawah dibuat terpisah dengan ilmu tafsir. Sehingga muncullah orang yang pandai baca Al-Quran tapi tidak paham makna dan tafsirnya. Ilmunya boleh dibilang sepotong-sepotong.

Nantinya, kalau murid seperti sudah jadi guru ngaji, yang diajarkan hanya urusan bacaan Quran saja, sedangkan urusan tafsir dan maknanya boleh jadi dia awam. Dan kalau tidak diimbangi dengan kekuatan pribadi muslim yang baik, bisa jadi dia adalah pelaku kemungkaran dan maksiat, yang sebenarnya bertentangan dengan esensi ajaran Islam. Maka selain kita wajib belajar membaca Al-Quran, kita juga wajib mempelajari isi dan tafsirnya. Tentu saja juga wajib mengamalkannya dengan benar. Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGHAPAL AL-QUR`AN


Muhammad Iqbal Ahmad Gazali

Segala puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, beserta para keluarga, sahabat dan orang-orang yang tetap istiqamah menegakkan risalah yang dibawanya hingga akhir zaman. Al-Qur`an adalah kalamullah, firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi kita Muhammad selama 23 tahun. Ia adalah kitab suci umat Islam yang merupakan sumber petunjuk dalam beragama dan pembimbing dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk selalu berinteraksi aktif dengan al-Qur`an, menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak. Membaca al-Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, kemudian diteruskan dengan tadabbur, yaitu dengan merenungkan dan memahami maknanya sesuai petunjuk salafus shalih, lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dilanjutkan dengan mengajarkannya. Di samping itu, kita juga dianjurkan menghapalnya dan menjaga hapalan tersebut agar jangan terlupakan, karena hal itu merupakan salah satu bukti nyata bahwa Allah SWT berjanji akan menjaga al-Qur`an dari perubahan dan penyimpangan seperti kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Dan salah satu bukti terjaganya al-Qur'an adalah tersimpannya di dada para penghapal al-Qur'an dari berbagai penjuru dunia, bangsa arah dan ajam (non arab).

Banyak sekali anjuran dan keutamaan membaca al-Qur'an, baik dari alQur'an maupun as-Sunnah, di antara perintah membaca al-Qur`an adalah: firman Allah swt:


Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Rabbmu (al-Qur'an).. (QS. al-Kahfi:27).
Dan firman-Nya:


Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (alQur'an). (QS. al-'Ankabut:45)
Dan firman-Nya:

.
Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini (Mekah) yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". * Dan supaya aku membacakan al-Qur'an (kepada manusia). ". (QS. an-Naml:91-92)

Adapun di antara keutamaan membaca al-Qur`an dari sunnah Rasulullah SAW adalah: 1. Menjadi manusia yang terbaik: "Dari Utsman bin 'Affan rad, dari Nabi saw, beliau bersabda:


'Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya." HR. Al-Bukhari. 2. Kenikmatan yang tiada bandingnya: Dari Abdullah bin Umar RA, dari Nabi, beliau bersabda:


'Tidak boleh ghibthah (menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain) kecuali dalam dua hal: (pertama) orang yang diberikan Allah SWT keahlian tentang SWT al-Qur`an, kekayaan maka dia melaksanakannya ia infakkan (membaca hari dan dan mengamalkannya) malam dan siang hari. Dan seorang yang diberi oleh Allah harta, maka sepanjang malam."Muttafaqun alaih. 3. al-Qur`an memberi syafaat di hari kiamat: dari Abu Umamah al-Bahili RA, ia berkata, 'Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:


"Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membacanya, mempelajari dan mengamalkannya)." HR. Muslim. 4. Pahala berlipat ganda: dari Ibnu Mas'ud rad, ia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda:

, .
"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur`an maka dengan untuknya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipat gandakan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan 'alif laam miim' satu huruf, akan tetapi alif adalah satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf." HR. AtTirmidzi. 5. Dikumpulkan bersama para malaikat: dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, 'Nabi Muhammad SAW bersabda:

Kedudukan, Ketinggian Al-Quran, Cara mempelajari dan Mengamalkan Al-Quran

Apabila seorang ingin berdialog dengan Robbnya maka hendaklah dia membaca Al Quran. (Ad-Dailami dan Al-Baihaqi) Orang yang pandai membaca Al Quran akan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti, dan yang membaca tetapi sulit dan terbata-bata maka dia mendapat dua pahala. (HR. Bukhari dan Muslim) Sebaik-baik kamu ialah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya. (HR. Bukhari) Orang yang dalam benaknya tidak ada sedikitpun dari Al Quran ibarat rumah yang bobrok. (Mashabih Assunnah) Barangsiapa mengulas Al Quran tanpa ilmu pengetahuan maka bersiaplah menduduki neraka. (HR. Abu Dawud) Penjelasan : Maksud hadits ini adalah menterjemah, menafsirkan atau menguraikan Al Quran hanya dengan akal pikirannya sendiri tanpa panduan dari hadits Rasulullah, panduan dari para sahabat dan ulama yang shaleh, serta tanpa akal dan naqal yang benar. Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al Quran) dan sunnah Rasulullah Saw. (HR. Muslim) Barangsiapa menguraikan Al Quran dengan akal pikirannya sendiri dan benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan. (HR. Ahmad) Barangsiapa membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu pahala dan satu pahala diganjar sepuluh kali lipat. (HR. Tirmidzi) Sesungguhnya Allah, dengan kitab ini (Al Quran) meninggikan derajat kaum-kaum dan menjatuhkan derajat kaum yang lain. (HR. Muslim) Penjelasan : Maksudnya: Barangsiapa yang berpedoman dan mengamalkan isi Al Quran maka Allah akan meninggikan derajatnya, tapi barangsiapa yang tidak beriman kepada Al Quran maka Allah akan menghinakannya dan merendahkan derajatnya.

yang diberikan kepada para nabi sebelum Rasulullah saw. Bahkan sebagaipemeriksa, peneliti, penyelidik dari semuanya. Oleh sebab itu Alqurandengan terus terang dan tanpa ragu-ragu menetapkan mana yang benar,tetapi juga menjelaskan mana yang merupakan pengubahan, pergantian,penyimpangan dan pertukaran dari yang murni dan asli.Selanjutnya dalam ayat di atas disebutkan pula bahwa Allah Taalamemerintahkan kepada nabi supaya dalam memutuskan segala persoalanyang timbul di antara seluruh umat manusia ini dengan menggunakanhukum dari Alquran, baik orang-orang yang beragama Islam atau pungolongan ahlul kitab (kaum Nasrani dan Yahudi) dan jangan sampaimengikuti hawa nafsu mereka sendiri saja.Dijelaskan pula bahwa setiap umat oleh Allah swt. diberikan syariatdan jalan dalam hukumhukum amaliah yang sesuai dengan persiapan sertakemampuan mereka.Adapun yang berhubungan dengan persoalan akidah, ibadah, adab,sopan santun serta halal dan haram, juga yang ada hubungannya dengansesuatu yang tidak akan berbeda karena perubahan masa dan tempat, makasemuanya dijadikan seragam dan hanya satu macam, sebagaimana yangtertera dalam agama-agama lain yang bersumber dari wahyu Allah swt.Allah Taala berfirman, Allah telah menetapkan agama untukmusemua yang telah diwasiatkan oleh-Nya kepada Nuh dan apa yang telahKami wahyukan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, (yang semua serupa saja)yakni hendaklah kamu semua menegakkan agama yang benar dan janganlahkamu sekalian berpecahbelah. (Q.S. Asy-Syura:13)Seterusnya lalu dibuang beberapa hukum yang berhubungan denganamaliah yang dahulu dan diganti dengan syariat Islam yang

merupakansyariat terakhir yang kekal serta sesuai untuk diterapkan dalam segala waktudan tempat. Oleh sebab itu, maka akidah pun menjadi satu macam,sedangkan syariat berbeda disesuaikan dengan kondisi zaman masing-masing umat.2. Ajaranajaran yang termuat dalam Alquran adalah kalam Allah yangterakhir untuk memberikan petunjuk dan bimbingan yang benar kepadaumat manusia, inilah yang dikehendaki oleh Allah Taala supaya tetapsepanjang masa, kekal untuk selamalamanya. Maka dari itu jagalah kitabAlquran agar tidak dikotori oleh tangan-tangan yang hendak mengotorikesuciannya, hendak mengubah kemurniannya, hendak mengganti isi yangsebenarnya atau pun hendak menyusupkan sesuatu dari luar ataumengurangi kelengkapannya.Allah Taala berfirman, Sesungguhnya Alquran adalah kitab yangmulia. Tidak akan dihinggapi oleh kebatilan (kepalsuan), baik dari hadapanatau pun dari belakangnya. Itulah wahyu yang turun dari Tuhan yang MahaBijaksana lagi Terpuji. (Q.S. Fushshilat:41-42)

4 Allah Taala berfirman pula, Sesungguhnya Kami (Allah) menurunkanperingatan (Alquran) dan sesungguhnya Kami pasti melindunginya (darikepalsuan). (Q.S. AlHijr:9)Adapun tujuan menjaga dan melindungi Alquran dari kebatilan,kepalsuan dan pengubahan tidak lain hanya agar supaya hujah Allah akantetap tegak di hadapan seluruh manusia, sehingga Allah Taala dapatmewarisi bumi ini dan siapa yang ada di atas permukaannya.3. Kitab Suci Alquran yang dikehendaki oleh Allah Taala akankekekalannya, tidak mungkin pada suatu hari nanti akan terjadi bahwa suatuilmu pengetahuan akan mencapai titik hakikat yang bertentangan denganhakikat yang tercantum di dalam ayat Alquran. Sebabnya tidak lain karenaAlquran adalah firman Allah Taala, sedang keadaan yang terjadi di dalamalam semesta ini semuanya merupakan karya Allah Taala pula. Dapatdipastikan bahwa firman dan amal perbuatan Allah tidak mungkin bertentangan antara yang satu dengan yang lain. Bahkan yang dapat terjadiialah bahwa yang satu akan membenarkan yang lain. Dari sudut inilah, makakita menyaksikan sendiri betapa banyaknya kebenaran yang ditemukan olehilmu pengetahuan modern ternyata sesuai dan cocok dengan apa yangterkandung dalam Alquran. Jadi apa yang ditemukan adalah memperkokohdan merealisir kebenaran dari apa yang sudah difirmankan oleh Allah swt.sendiri.Dalam hal ini baiklah kita ambil firman-Nya, Akan Kami (Allah)perlihatkan kepada mereka kelak bukti-bukti kekuasaan Kami disegenappenjuru dunia ini dan bahkan pada diri mereka sendiri, sampai jelas kepadamereka bahwa Alquran adalah benar. Belum cukupkah bahwa TuhanmuMaha Menyaksikan segala sesuatu? (Q.S. Fushshilat:53)4. Allah swt. berkehendak supaya kalimat-Nya disiarkan dandisampaikan kepada semua akal pikiran dan pendengaran, sehingga menjadisuatu kenyataan dan perbuatan. Kehendak semacam ini tidak mungkin berhasil, kecuali jika kalimat-kalimat itu sendiri benar-benar mudah diingat,dihafal serta dipahami. Oleh karena itu Alquran sengaja diturunkan olehAllah Taala dengan suatu gaya bahasa yang istimewa, mudah, tidak sukar bagi siapa pun untuk memahaminya dan tidak sukar pula mengamalkannya,asal disertai dengan keikhlasan hati dan kemauan yang kuat.Allah Taala berfirman, Sungguh Kami (Allah) telah membuat mudahpada Alquran untuk diingat dan dipahami. Tetapi adakah orang yangmengambil pelajaran? (Q.S. Al-Qamar:17)Di antara bukti kemudahan bahasa yang digunakan oleh Alquran ialah banyak sekali orang-orang yang hafal di luar kepala, baik dari kaum lelaki,wanita, anak-anak, orang-orang tua, orang kaya atau miskin dan lain-

lainsebagainya. Mereka mengulang-ulangi bacaannya di rumah atau mesjid.Tidak henti-hentinya suara orang-orang yang mencintai Alquran

5 berkumandang di seluruh penjuru bumi. Sudah barang tentu tidak ada satukitab pun yang mendapatkan keistimewaan melebihi Alquran.Bahkan dengan berbagai keistimewaan di atas, jelas Alquran tidak ada bandingannya dalam hal pengaruhnya terhadap hati atau kehebatanpimpinan dan cara memberikan petunjuknya, juga tidak dapat dicarikanpersamaan dalam hal kandungan serta kemuliaan tujuannya. Oleh sebab itudapat diyakini bahwa Alquran adalah mutlak sebaik-baik kitab yang ada.Kitab ini ini membahas perkara-perkara yang sangat penting diketahuioleh setiap orang Islam karena kitab ini membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan adab kita menjalin interaksi dengan kitab suci kita -Al-Quran al-Karim.Dalam garis besarnya, kitab ini mengandung sembilan bagiandan sebuah mukadimah yang menjelaskan secara ringkas latar-belakang dankandungan kitab ini secara keseluruhan. Kemudian diteruskan denganriwayat hidup Imam Nawawi.Adapun kesembilan bagian yang menjadi inti kitab ini adalah: KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGKAJI AL-QURAN KELEBIHAN ORANG YANG MEMBACA AL-QURAN MENGHORMATI DAN MEMULIAKAN GOLONGAN AL-QURAN PANDUAN MENGAJAR DAN BELAJAR AL-QURAN PANDUAN MENGHAFAZ AL-QURAN ADAB DAN ETIKA MEMBACA AL-QURAN ADAB BERINTERAKSI DENGAN AL-QURAN AYAT DAN SURAT YANG DIUTAMAKAN MEMBACANYAPADA WAKTUWAKTU TERTENTU RIWAYAT PENULISAN MUSHAF AL-QURANDengan pengantar yang amat singkat ini, kami dengan banggamempersembahkan kepada Anda sebuah kitab besar Al-Adzkaar lin Nawawidan At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran - karya ulama besar -

Abu ZakariyaYahya Muhyiddin bin Syaraf bin Hizam An-Nawawi atau yang amat dikenalsebagai Iman Nawawi. Semoga Anda menjadi insan kamil insan

Belajar Seni Baca al-Quran


OPINI | 04 August 2011 | 11:46 Dibaca: 706 Komentar: 0 Nihil Tulisan di bawah ini adalah salinan dari suara H. Muammar Z.A. dalam kaset pelajaran seni baca al-Quran bagian I yang berisi pelajaran lagu bayyt. Saya buatkan transkripnya untuk siapa saja yang menggemari seni baca al-Quran. Selamat membaca. Para pendengar dan adik-adik sekalian para peserta yang terhormat. Marilah sejenak kita pusatkan perhatian kita untuk mengikuti program pembinaan tilawatil Quran. Perlu disampaikan bahwa ada beberapa hal yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian kita sebelum kita melangkah lebih jauh dalam pelajaran seni baca al-Quran ini. Yang pertama, kita harus bisa membaca al-Quran dengan fasih dan bertajwid. Sebab hal ini merupakan masalah yang pokok. Kalau kita hanya mengejar lagu tanpa memerhatikan tajwid, ini merupakan satu kesalahan yang sangat besar. Kedua-duanya harus berjalan secara harmonis. Membaca dengan bertajwid, membaca dengan fasih, kemudian dilagukan secara harmonis. Yang kedua, kita harus mempunyai bakat dan juga hobi. Kalau kita mempunyai hobi untuk membaca al-Quran, itu dapat memberikan satu jaminan bahwa kita dapat berlatih secara kontinyu (istiqamah). Sedangkan dengan bakat yang kita miliki, berarti kita memiliki suara yang bisa dibutuhkan dalam memelajari al-Quran ini, dan juga kita memiliki pernafasan yang cukup. Yang ketiga, yang tidak kurang pentingnya, sabar dan ikhlas. Kita harus bersabar. Pelajaran ini betul-betul memerlukan kesabaran. Dalam memelajari seni baca al-Quran ini, kita akan banyak menghadapi kesulitan-kesulitan. Sebabnya adalah bahwa dalam seni baca al-Quran banyak hal-hal yang terkait di dalamnya. Baik dari segi tajwidnya ataupun qiraatnya. Kita perlu memelajari bagaimana pernafasan yang baik, bagaimana seluk-beluk lagu, dari lagu A, B, C, dan sebagainya. Semua itu betul-betul memerlukan kesabaran. Kemudian juga kita harus ikhlas. Ikhlas dalam arti betul-betul memelajari seni baca al-Quran ini karena Allah semata. Dari mulai sekarang, coba canangkan ini. Jangan sekali-kali punya tujuan memelajari seni baca al-Quran ini hanya secara keduniawian. Misalnya hanya karena ingin menang dalam MTQ, hanya sekadar mengejar karir, ataupun tujuan-tujuan yang lain. Dengan dasar inilah, ada MTQ ataupun tidak, karena karir ataupun tidak, di mana kita berada dan kapan saja, kita senantiasa memelajari al-Quran. Para pendengar sekalian, baiklah kita mulai saja pelajaran kita pada seri yang pertama ini. Perlu saya sampaikan bahwa lagu-lagu yang dianggap sebagai lagu pokok dalam seni baca alQuran ini ada tujuh jenis.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Bayyt Shba Hijz Nahwand Ra`ts Jiharkah Sika

Dengan demikian, selain lagu-lagu yang tujuh jenis ini dianggap sebagai lagu cabang, yang nantinya akan dipergunakan sebagai variasi dalam membentuk susunan atau komposisi lagu. Di antara lagu-lagu yang dianggap sebagai lagu cabang, misalnya lagu Nakriz, awsaq, zinjiran, raml, karqouk, dll. Sekarang, marilah kita menginjak pada lagu yang pertama, yaitu lagu Bayyt. Manakala bayyt ini diterapkan sebagai lagu yang pertama dan dalam susunan yang biasa atau susunan formal, lagu bayyt biasanya dibawakan dalam beberapa tahap tingkatan nada, dari mulai nada yang paling rendah sampai nada yang paling tinggi. Dalam tatanan seni baca al-Quran, tingkatan nada dikenal ada empat tahap. (1) qarar (rendah). (2) nawa (sedang). (3) jawab (tinggi). (4) jawabul jawab (sangat tinggi). Untuk memberikan gambaran bagaimana jenis lagu bayyt, bagaimana jenis lagu shba, dan lagu-lagu lain, diterapkan dalam syair (taushih).
Penerapan Lagu-lagu Tilawatil Qur'an Posted by QIRA'AT MAN 12 JAKARTA 12:22, under Kiat Sukses Tilawatil Qur'an | No comments Seperti juga lagu-lagu lainnya yang bisa digunakan untuk hal-hal yang bersifat gembira atau yang bernadakan sedih, maka lagu-lagu tilawatil Quran pun demikian. Misalnya kalau kebetulan ayat-ayat yang dibaca menceritakan tentang kabar gembira seperti mendapat nikmat, datangnya utusan Allah, tentang orang-orang yang masuk surga, maka seyogyanya lagu-lagu yang dibawakan harus bernadakan gembira juga. Sebaliknya, bilamana ayat-ayat yang dibaca menerangkan tentang ancaman, siksa, atau azab neraka, maka lagu-lagu yang dibawakan harus bernadakan sedih. Adapun 1. Sedang 1. Sika lagu-lagu Bayyati 2. lagu-lagu 2. yang Rosta yang Hijaz 3. bernadakan alan gembira nawa 3. sedih 4. antara lain: Nahawand adalah: Jiharka

bernada Shoba

Kegunaan lain lagu-lagu tilawatil Quran selain bisa diterapkan dengan bacaan TAHQIQ (bacaan lambat/pelan seperti dalam aturan MTQ), juga bisa diterapkan dalam bacaan TARTIL (bacaan sedang, seperti yang dipakai dalam tadarrus maupun shalat), bahkan bacaan-bacaan yang lebih cepat lagi dari keduanya seperti bacaan TADWIR atau HADR. Caranya cukup dengan suara yang sedangsaja tidak perlu memakai nada tinggi, juga mengurangi fariasi-fariasinya, lagu-lagu cabangnya maupun panjang pendek bacaannya.

Tentunya harus sesuai dengan aturan Ilmu Tajwid. Jelasnya apabila lagu-lagu tersebut dipakai untuk keperluan bacaan-bacaan yang lebih cepat, maka gaya lagunya harus disederhanakan . Perlunya kita terapkan lagu-lagu tilawatil Quran ke dalam bacaan-bacaan semacam tartil dan sebagainya. Agar dalam membaca Al-Quran kita bisa lebih berfariasi dan tidak cepat jemu dengan hanya memakai satu atau dua lagu daja, tetapi bisa memakai semua lagu yang ada dengan cara berganti-ganti misalnya hari ini membaca Al-Quran dengan memakai lagu bayyati besok lagu hijaz, dan seterusnya. Lagu-lagu tersebut bisa juga diterapkan ke dalam bacaan-bacaan seperti adzan, berdoa, syair-syair qasidah. Khususnya untuk keperluan lagu-lagu tausyih, maka kita bisa lebih bebas membawakan fariasi maupun hoya lagu yang bermacam-macam dan tidak banyak terikat sebagaimana lagu-lagu tilawatil Quran yang harus mengikuti aturan tajwidnya, sebab perlu diketahui, bahwa keberadaan atau fungsi lagu hanyalah untuk memperindah bacaan Al-Quran saja, sedangkan bacaan-bacaan Al-Quran itu sendiri mempunyai aturan-aturan yang wajib diikuti dan tidak boleh dikalahkan oleh lagu, bahkan lagulah yang harus mengikuti pada aturan-aturan tajwid. Tausyih lagu-lagu Tilawah Al-Quran Tausyih lagu-lagu Tilawah Al-Quran Bacaan Mujawwad Tahun 1993 ane bersyukur mengenal lebih dekat salah satu cara membaca Al-Quran yaitu dengan bacaan Mujawwad, saat diperkenalkan oleh Buya (Ustadz) Drs. Syamsu Bahri di Mushalla Awaliyah tempat dimana ane mengenal dan belajar Al-Quran dari nol persen di bawah bimbingan Buya Pak Murna (Alm. M. Kadir), Buya Syamsu sebagai pelanjut Buya Kadir mengenalkan irama pada surat AlHijr. Semoga sahabat ane seperjuangan sepengajian Rudianto, Syafriadi dan yang lain masih hafal. Buya Syahrimal, BA menambah wawasan ane dengan mengenalkan tingkatan-tingkatan nada dan praktek standar nada pada Surat Maryam. Setelahnya Bimbingan Ustadz Darul Ulum dari LPTQ Kab. Kerinci atas fasilitas Bapak Drs. Amir Syarifudin (saat itu sbg KUAKEC) memberikan standar surat Al-Mukminun dan As-Syuara. Sahabat ane yang baik Juara I Dewasa Tingkat Kabupaten dan Propinsi Jambi Asmal Jaya Jazakallah untuk bimbingan tambahan standar lagu pada surat Al-Insan. Jazakumullah khairan katsira untuk Ustadz dan Ustadzah dari Lembaga Tahsin Al-Quran An-Nur, Sekolah Tinggi Pengembangan Ilmu Al-Quran (STAIPIQ) Padang atas bimbingan intensifnya tahun 2005 dalam Tahsin, Tahfidz, Tarjim, Tafsir dan Tilawatil. Berikut Tingkatan Nada yang masih ane simpan dalam pelajaran program Tilawatil di LTA An-Nur STAIPIQ : 1. Tausyih Lagu Bayati - Bayati Ashli Tingkatan Nada Qarar - Bayati Nawa Tingkatan Nada Qarar

- Bayati Syuri Tingkatan Nada Qarar

- Bayati Jawab I, Tingkatan Nada Jawab - Bayati Jawab II, Tingkatan Nada Jawab - Bayati Jawab III, Tingkatan Jawabul Jawab - Bayati Syuri, Tingkatan Nada Jawab , ,

, 3

- Bayati Syuri Jawab/ syuri al-bayati/ bayati Mumtaz, tingkatan Nada Jawabul Jawab 2. Tausyih Lagu Shaba - Shaba Ashli - Shaba Iraqi - Shaba Ajam dan Bastanjar ( x2) ( x2)

3. Tausyih Lagu Hijaz - Hijaz Ashli/ Hijaz Muqaddimah - - Hijaz Kard Maqthu

- Hijaz Kard Maushul/ Kard Kurd - Hijaz Kurd 4. Tausyih Lagu Nahawan - Nahawan Ashli (nahawan1.mp3)

- Nahawan Muthawasith (nahawan2.mp3) - Nahawan Iraqi/Nakriz (nahawan3.mp3) - Nahawan Ajam (nahawan4.mp3) 5. Tausyih Lagu Rast - Rast Ashli (Rast1.mp3) - Rast Muthawasith (Rast2.mp3)

- Rast Salalin Suud (Rast3.mp3) - Rast Salalin Nuzul (Rast4.mp3) - Rast Zinjiran (Syabir) (Rast5.mp3) - Rast Rausan Ani (Rast6.mp3)

6. Tausyih Lagu Sika - Sika Ashli (Sika1.mp3) ... - Sika Misri (Sika2.mp3) - Sika Turki (Sika3.mp3) - Sika Iraqi (Sika4.mp3) .... - Sika Rassanjani (Sika5.mp3) 7. Tausyih Lagu Jiharaka - Jiharaka Tariqah Pertama (Jiharaka1.mp3) - Jiharaka Tariqah Kedua (Jiharaka2.mp3) , , ,

Q.S. Al-Hijr ayat 9

innaa nahnu nazzalnaa aldzdzikra wa-innaa lahu lahaafizhuuna Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (793). Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hijr 9
(9

Ayat ini merupakan peringatan yang keras bagi orang-orang yang mengabaikan Alquran, mereka tidak percaya bahwa Alquran itu diturunkan Allah kepada Rasul Nya Muhammad, seakan-akan Tuhan menegaskan kepada mereka: Kamu ini hai orang-orang kafir sebenarnya adalah orang-orang yang sesat yang memperolok-olokan Nabi dan Rasul yang telah Kami utus menyampaikan agama Islam kepadamu. Sesungguhnya sikap kamu yang demikian itu tidak akan mempengaruhi sedikitpun terhadap kemurnian dan kesucian Alquran, karena Kamilah yang menurunkannya. Kamu menuduh Muhammad seorang yang gila tetapi Kami menegaskan bahwa Kami sendirilah yang melihat Alquran itu dari segala macam usaha untuk mengotorinya dan usaha untuk menambah, mengurangi dan merubah ayat-ayatnya. Kami akan memeliharanya dari segala macam bentuk campur tangan manusia terhadapnya. Akan datang saatnya nanti manusia akan menghapal dan membacanya, mempelajari dan menggali isinya, agar mereka memperoleh dari Alquran itu petunjuk dan hikmah, tuntunan akhlak dan budi pekerti yang baik, ilmu pengetahuan dan pedoman berpikir bagi para ahli dan cerdik pandai, serta petunjuk ke jalan hidup di dunia dan di akhirat nanti. Jaminan Allah SWT terhadap pemeliharaan Alquran itu ditegaskan lagi dalam firman Nya: ) 8

Artinya: Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya Nya meskipun orang-orang kafir benci. (Q.S As Shaf ayat 8) Mengenai jaminan Allah terhadap kesucian dan kemurnian Alquran itu serta penegasan bahwa Allah sendirilah yang memeliharanya akan terbukti jika diperhatikan dan dipelajari sejarah turunnya Alquran, cara-cara yang dilakukan Nabi saw menyiarkan memelihara dan membetulkan bacaan para sahabat, melarang menulis selain ayat-ayat Alquran ini dilanjutkan dan sebagainya. Kemudian usaha pemeliharaan Alquran ini dilanjutkan oleh para sahabat, tabiin dan oleh setiap generasi kaum Muslimin yang datang sesudahnya, sampai kepada masa kini.

Untuk mengetahui dan membuktikan bahwa Alquran yang sampai kepada kita sekarang adalah murni dan terpelihara, akan diterangkan sejarah Alquran di masa Rasulullah, zaman sahabat dan usaha kaum Muslimin memeliharanya pada saat ini serta sejarah penulisan dan bacaannya: Pertama: Alquran diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari. Setiap ayat-ayat yang diturunkan Nabi menyuruh menghafal dan menulisnya di batu, kulit binatang, pelepah tamar dan apa saja yang dapat dipakai untuk ditulis. Nabi menerangkan bagaimana ayat-ayat itu disusun dalam surah, mana yang dahulu dan mana yang kemudian. Nabi mengadakan peraturan, yaitu Alquran sajalah yang boleh ditulis, selain dari Alquran itu, seperti hadis atau pelajaran yang mereka terima dari mulut Nabi dilarang menulisnya. Larangan ini ialah dengan maksud supaya Alquran Karim itu terpelihara, jangan bercampur aduk dengan yang lain yang juga di dengar dari Nabi saw. Di samping menulis Nabi menganjurkan supaya Alquran itu dibaca dan dihafal dan diwajibkan membacanya dalam salat. Dengan jalan demikian banyaklah orang yang hafal Alquran. Surah yang satu macam dihafal oleh ribuan manusia dan yang hafal seluruh Alquran pun banyak. Dalam pada itu tidak satu ayatpun yang tidak dituliskan. Untuk mendorong usaha menulis Alquran, maka Nabi sangat menghargai kepandaian menulis dan membaca. Pada perang Badar orang-orang musyrikin yang ditawan oleh Nabi, yang tidak mampu menebus dirinya dengan uang, tetapi pandai tulis baca, masing-masing diharuskan mengajar sepuluh orang muslim menulis dan membaca sebagai ganti tebusan. Karena itu bertambahlah keyakinan untuk belajar menulis dan membaca dan bertambah banyaklah yang pandai menulis dan membaca, dan banyaklah pula orang-orang yang menulis ayat-ayat yang telah diturunkan. Nabi sendiri mempunyai beberapa orang penulis yang bertugas menuliskan Alquran untuk beliau. Penulis-penulis beliau yang terkenal ialah Ali bin Abu Talib, Usman bin Affan, Ubay bin Kaab, Zaid bin Sabit dan Muawiah. Yang terbanyak menuliskan ialah Zaid bin Sabit dan Muawiah. Dengan demikian terdapatlah di masa Nabi tiga unsur yang tolong menolong memelihara Alquran yang telah diturunkan itu, yaitu: 1. Hafalan dari mereka yang hafal Alquran 2. Naskah-naskah yang ditulis untuk Nabi. 3. Naskah-naskah yang ditulis oleh mereka yang pandai menulis dan membaca untuk mereka masing-masing. Dalam pada itu oleh Jibril diadakan ulangan (repitisi) sekali setahun. Waktu ulangan itu Nabi disuruh mengulang, memperdengarkan Alquran yang telah diturunkan. Di tahun beliau wafat ulangan itu diadakan oleh Jibril dua kali. Nabi sendiri sering pula mengadakan ulangan itu terhadap sahabat-sahabatnya, maka sahabatsahabatnya itu disuruhnya membacakan Alquran di hadapannya, untuk membetulkan hafalan dan bacaan mereka. Nabi baru wafat di waktu Alquran itu telah cukup diturunkan dan telah dihafal oleh ribuan manusia dan telah ditulis dengan lengkap ayat-ayatnya. Ayat-ayatnya dalam suatu surah telah

disusun menurut tertib urut yang ditunjukkan sendiri oleh Nabi. Para sahabat telah mendengar Alquran itu dari mulut Nabi berkali-kali dalam salat, dalam pidato-pidato beliau dalam pelajaran-pelajaran dan lain-lain sebagaimana Nabi sendiripun telah mendengar pula dari mereka. Pendeknya Alquranul Karim telah dijaga dan dipelihara dengan baik dan Nabi telah menjalani suatu cara yang amat praktis untuk memelihara dan menyiarkan Alquran itu sesuai dengan keadaan bangsa Arab di waktu itu. Suatu hal yang menarik perhatian ialah Nabi baru wafat sebagai disebutkan di atas, di kala Alquran itu telah cukup diturunkan. Hal ini bukanlah suatu kebetulan saja, melainkan telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Sesudah Rasulullah saw wafat, para sahabat sepakat memilih Abu Bakar sebagai khalifah. Pada permulaan masa pemerintahannya banyak di antara orang-orang Islam yang belum kuat imannya menjadi murtad dan ada pula di antara mereka mendakwakan menjadi Nabi. Karena itu Abu Bakar memerangi mereka dalam peperangan ini telah gugur 70 orang penghafal Alquran dan sebelum itu telah gugur pula beberapa orang. Atas anjuran Umar bin Khattab dan anjuran itu diterima pula oleh Aba Bakar, maka ditugaskan Zaid bin Sabit menulis kembali Alquran yang naskahnya ditulis pada masa Nabi dan dibetulkan dengan ayat-ayat Alquran yang berada dalam hafalan para sahabat yang masih hidup. Setelah selesai menulisnya dalam lembaran-lembaran, diikat pula dengan benang, tersusun menurut urutan yang telah ditetapkan Rasulullah, kemudian diserahkan kepada Aba Bakar. Setelah Aba Bakar meninggal mushaf ini diserahkan kepada penggantinya Umar bin Khattab. Setelah Umar meninggal mushaf ini disimpan di rumah Hafsah, putri Umar dan istri Rasulullah, sampai kepada masa pembukuan Alquran di masa khalifah Usman bin Affan. Di masa Khalifah Usman bin Affan daerah pemerintahan Islam telah sampai ke Armenia dan Azarbaijan di sebelah timur dan Tripoli di sebelah barat. Dengan demikian kelihatanlah kaum Muslimin di waktu itu telah terpencar-pencar di Mesir, Syria, Irak, Persia dan Afrika. Ke mana mereka pergi dan di mana mereka tinggal Alquranul Karim itu tetap jadi imam mereka, di antara mereka banyak yang hafal Alquran itu. Pada mereka ada naskah-naskah Alquran, tetapi naskah-naskah yang mereka punyai itu tidak sama susunan surah-surahnya. Begitu juga terjadi di antara mereka pertikaian tentang bacaan Alquran itu. Asal mulanya perbedaan bacaan ini ialah karena Rasulullah sendiripun memberi kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab yang berada di masanya, untuk membacakan dan melafalkan Alquran itu menurut dialek mereka masing-masing. Kelonggaran ini diberikan Nabi supaya mereka mudah menghafal Alquran. Tetapi kemudian kelihatan tanda-tanda bahwa pertikaian tentang bacaan Alquran ini kalau dibiarkan saja akan mendatangkan perselisihan dan perpecahan yang tidak diinginkan di kalangan kaum Muslimin. Orang yang mula-mula menghadapkan perhatiannya kepada hal ini seorang sahabat yang bernama Huzaifah bin Yaman. Beliau ikut dalam peperangan menaklukkan Armenia dan Azerbaijan, selama dalam perjalanan ia pernah mendengar kaum Muslimin bertikai tentang bacaan beberapa ayat Alquran dan pernah mendengar perkataan seorang muslim kepada temannya: bacaan saya lebih baik dari bacaanmu. Hal ini disampaikan oleh Huzaifah kepada khalifah Usman bin Affan. Oleh Usman dimintalah kepada Hafsah mushaf yang disimpannya dahulu; dan dibentuklah panitia terdiri dari Zaid bin Sabit sebagai ketua, Abdullah bin Zubair, Said bin As dan Abdurrahman bin

Haris bin Hisyam. Tugas panitia ini ialah membukukan Alquran, yakni menyalin dari lembaran-lembaran tersebut menjadi buku. Dalam melaksanakan tugas ini Usman menasihatkan supaya: a. Mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang hafal Alquran. b. Kalau ada pertikaian mereka tentang bacaan, maka harus ditulis menurut dialek suku Quraisy sebab Alquran itu diturunkan menurut dialek mereka. Maka dikerjakanlah oleh panitia sebagaimana yang ditugaskan kepada mereka, dan setelah tugas itu selesai, maka lembaran-lembaran Alquran yang dipinjam dari Hafsah itu dibakar. Alquran yang telah dibukukan ini dinamakan Al Mushaf dan oleh panitia ditulis lima buah Al Mushaf. Empat buah di antaranya dikirim ke Mekah, Syria, Basrah dan Kufah, agar di tempat-tempat itu disalin pula mushaf yang dapat dibaca oleh kaum Muslimin. Sebuah ditinggalkan di Madinah untuk Usman sendiri dan itulah yang dinamai mushaf Al Imam. Demikianlah Alquran itu dibukukan pada masa sahabat. Semua mushaf yang diterbitkan kemudian harus disesuaikan dengan mushaf Al Imam. Kemudian usaha menjaga kemurnian Alquran itu tetap dilakukan oleh kaum Muslimin di seluruh dunia, sampai kepada generasi yang sekarang ini. Usaha-usaha menjaga kemurnian Alquran itu di Indonesia dilakukan dalam bermacammacam usaha, di antaranya jalan: 1. Mengadakan Lajnah Pentashih Mushaf Alquran yang bertugas antara lain meneliti semua mushaf sebelum mushaf itu diedarkan ke tengah masyarakat. Panitia ini langsung dibiayai oleh pemerintah Republik Indonesia dan berada di bawah Menteri Agama. 2. Pemerintah telah mempunyai Naskah Alquran dan merupakan standard dalam penerbitan Alquran di Indonesia yang telah disesuaikan dengan Mushaf Al Imam. 3. Mengadakan Musabaqah Tilawatil Quran setiap tahun yang langsung yang diurus oleh negara. 4. Usaha-usaha yang lain yang dilakukan oleh segenap kaum Muslimin, seperti mengadakan sekolah hafal Alquran, taman pendidikan Alquran perguruan tinggi Alquran dan sebagainya.

Membaca Al-Quran Dengan Tajwid


Posted by Belajar Membaca Alquran Dalam membaca Al-Quran agar dapat mempelajari, membaca dan memahami isi dan makna dari tiap ayat Al-Quran yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal, mempelajari ilmu tajwid yakni tanda-tanda baca dalam tiap huruf ayat Al-Quran. Guna tajwid ialah sebagai alat untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek, melafazkan dan hukum dalam membaca Al-Quran. Tajwd ( )secara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata a ada ((- - dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang

mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya. Dalam ilmu tajwid dikenal beberapa istilah yang harus diperhatikan dan diketahui dalam pembacaan Al-Quran, diantaranya : a. Makharijul huruf, yakni tempat keluar masuknya huruf b. Shifatul huruf, yakni cara melafalkan atau mengucapkan huruf c. Ahkamul huruf, yakni hubungan antara huruf d. Ahkamul maddi wal qasr, yakni panjang dan pendeknya dalam melafazkan ucapan dalam tiap ayat Al-Quran e. Ahkamul waqaf wal ibtida, yakni mengetahui huruf yang harus mulai dibaca dan berhenti pada bacaan bila ada tanda huruf tajwid f. dan Al-Khat dan Al-Utsmani Arti lainnya dari ilmu tajwid adalah melafazkan, membunyikan dan menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan dalam ayat Al-Quran. Menurut para Ulama besar menyatakan bahwa hukum bagi seseorang yang mempelajari tajwid adalah Fardhu Kifayah, yakni dengan mengamalkan ilmu tajwd ketika memabaca Al-Quran dan Fardhu Ain atau wajib hukumnya baik laki-laki atau perempuan yang muallaf atau seseorang yang baru masuk dan mempelajari Islam dan KitabNya. Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman akan ilmu tajwid itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus dipelajari, untuk menghindari kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan baik dan benar sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar indah dan sempurna. Berikut ini ada dalil atau pernyataan shahih dari Allah SWT yang mewajibkan setiap HambaNya untuk membaca Al-Quran dengan memahami tajwid, diantaranya : 1. Dalil pertama di ambil dari Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam ayatNya yang artinya Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)[QS:Al-Muzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca Al-Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid). 2. Dalil kedua diambil dari As-Sunnah ( Hadist ) yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah r.a.(istri Nabi Muhammad SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan Al-Quran dan sholat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab: Ketahuilah bahwa Baginda S.A.W. Sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu. (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).

3. Dalil ketiga diambil dari Ijma atau pendapat para ulama besar Islam. Yakni kesepakatan para ulama yang dilihat dari zaman Rasulullah SAW hingga sampai saat ini, yang menyatakan bahwa membaca Al-Quran dengan ber-Tajwid merupakan hukum atau sesuatu yang fardhu dan wajib. Hukum-hukum dalam tajwid beserta komponen ilmu tajwid yang harus dikenal dipelajari, dipahami serta diamalkan dalam membaca Al-Quran, antara lain : 1. Hukum Taawuz dan Basmalah Istiazah atau taawuz adalah melafazkan atau membunyikannya : Auzubillahi minasy syaitaanir rajiim () cara melafazkan basmalah adalah bunyinya: Bismillahir rahmaanir rahiim (.) Terdapat 4 cara membaca iatiazah, basmalah dan surat : a. memutuskan istiazah (berhenti) kemudian baru membaca basmalah, b. menyambungkan basmalah dengan surah tanpa berhenti, c. membaca istiazah dan basmalah terus-menerus tanpa henti, d. membaca istiazah, basmalah dan awal surat terus-menerus tanpa berhenti. Terdapat 4 cara membaca basmalah di antara dua surat. Membaca basmalah adalah tanda awal dimulai suatu bacaan dalam surat Al-Quran. Guna dari membaca basmalah suatu keharusan dengan tujuan : a. Basmalah sebagai pemisah dengan surat Al-Quran yang lain b. Sebagai penghubung dengan awal surat Al-Quran c. Sebagai penghubung dari kesemua surat Al-Quran d. Menghubungkan akhir surat dengan basamalah, lalu berhenti. Namun basamalah tidak selalu menjadi surat awal yang harus terus dibaca untuk melanjutkan surat berikutnya. Walau bagaimana pun, tidak harus membaca demikian karena dikhawatirkan ada yang mengganggap basmalah merupakan salah satu ayat daripada surat yang sebelumnya. Dalam ilmu tajwid juga dikenal ada 9 hukum bacaan yang isinya menjelaskan bagianbagian tanda baca dan cara melafazkannya atau pengucapannya, antara lain :

A. Hukum nun mati dan tanwin, terdiri dari :

Contoh : ayat diatas merupakan surat Al-Quran ( QS: Al-Baqarah ayat 145 ), huruf yang diberi warna (merah : izhar halqi), (hijau : idgham), ( biru : ikhfa haqiqi), ( ungu : iqlab).

1. Izhar Halqi

Izhar halqi bila bertemu dengan huruf izhar maka cara melafazkan atau mengucapkannya harus jelas Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf Halqi (tenggorokan) seperti: alif/hamzah( ,)ha ( ,)kha ( ,)ain ( ,)ghain ( ,)dan ha ( .)Izhar Halqi yang artinya dibaca jelas. Contoh : 2. Idgham Hukum bacaan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu: Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: mim ( ,)nun ( ,)wau ( ,)dan ya (,) maka ia harus dibaca lebur dengan dengung. Contoh: harus dibaca F amadim mumaddadah. 3. Idgham Bilaghunnah Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra ( )dan lam ( ,)maka ia harus dibaca lebur tanpa dengung. Contoh: harus dibaca Mal lam Pengecualian Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan dalam satu kata, seperti ,, , dan , maka nun mati atau tanwin tersebut dibaca jelas. 4. Iqlab Hukum ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba ( .)Dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berbah menjadi bunyi mim (.) Contoh: harus dibaca Layumbaanna 5. Ikhfa haqiqi Jika nan mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta( ,)tha ( ,)jim ( ,)dal (,) dzal ( ,)zai ( ,)sin ( ,)syin ( ,)sod ( ,)dhod ( ,)tho ( ,)zho ( ,)fa ( ,)qof ( ,)dan kaf ( ,)maka ia harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham) Contoh: B. Hukum mim mati Selain hukum nun mati dan tanwin adapula hukum lainnya dalam mempelajari dan membaca Al-Quran yakni Hukum mim mati, yang disebut hukum mim mati jika bertemu dengan huruf mim mati ( ) yang bertemu dengan huruf-huruf arab tertentu.

Contoh bacaan diatas diambil dari (QS: Al-Muminun :55-59) yang diberi tanda warna (biru : ikhfa syafawi), ( merah : idgham mimi), (hijau : izhar syafawi). Hukum mim mati memiliki 3 jenis, yang diantaranya adalah : 1. Ikhfa Syafawi () Apabila mim mati ( )bertemu dengan ba ( ,)maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan dibaca didengungkan. Contoh: (

) ( ) ( )

2. Idgham Mimi ( ) Apabila mim mati ( )bertemu dengan mim ( ,)maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain. Contoh : () ( ) 3. Izhar Syafawi () Apabila mim mati ( )bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim ( )dan ba ( ,)maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup. Contoh: () ( ) C. Hukum mim dan nun tasydid Hukum mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajib al-ghunnah ( ) yang bermakna bahwa pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda atau bertasydid ( nad .) Contoh: D. Hukum alif lam marifah

Alif lam marifah adalah dua huruf yang ditambah pada pangkal atau awal dari kata yang bermakna nama atau isim. Terdapat dua jenis alif lam marifah yaitu qamariah dan syamsiah. - Alif lam qamariah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah( ,)ba ( ,)jim ( ,)ha ( ,)kha ( ,)ain ( ,)ghain ( ,)fa ( ,)qaf ( ,)kaf ( ,)mim ( ,)wau (,) ha ( )dan ya ( .)Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al-qamar () yang artinya adalah bulan. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas tanpa meleburkan bacaannya. - Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta ( ,)tha ( ,)dal ( ,)dzal ( ,)ra ( ,)zai ( ,)sin ( ,)syin ( ,)sod ( ,)dhod ( ,)tho ( ,)zho ( ,)lam () dan nun ( .)Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab ( )yang artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya. E. Hukum idgham Idgham ( )adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis idgham: - Idgham mutamathilain ( yang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum adalah wajib diidghamkan. Contoh: . - Idgham mutaqaribain ( yang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan makhrajnya hampir sama, seperti ba bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha bertemu dzal. Contoh: - Idgham mutajanisain ( yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta dan tha, lam dan ra serta dzal dan zha. Contoh: F. Hukum mad Mad yang artinya yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah Ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad. Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad fari. Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat. G. Hukum ra Hukum ra adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra dalam bacaan. Terdapat tiga cara yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan. * Bacaan ra harus dikasarkan apabila: 1. Setiap ra yang berharakat atas atau fathah.

Contoh: 2. Setiap ra yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas atau fathah. Contoh: 3. Ra berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah. Contoh:

4. Ra berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra tadi berjumpa dengan huruf istila. Contoh: * Bacaan ra yang ditipiskan adalah apabila: 1. Setiap ra yang berbaris bawah atau kasrah. Contoh: 2. Setiap ra yang sebelumnya terdapat mad lain Contoh: 3. Ra mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa dengan huruf istila. Contoh: * Bacaan ra yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra yang berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf istila. Contoh: Istila ( zha (.) :) terdapat tujuh huruf yaitu kha ( ,)sod ( ,)dhad ( ,)tha ( ,)qaf ( ,)dan

H. Qalqalah Qalqalah ( )adalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf ( ,)tha ( ,)ba ( ,)jim ( ,)dan dal (.) Qalqalah terbagi menjadi dua jenis: - Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf. Contoh: ,

- Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan. Contoh: , I. Waqaf () Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis waqaf yaitu: - ( taamm) waqaf sempurna yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak mempengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya - ( kaaf) waqaf memadai yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya - ( Hasan) waqaf baik yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya - ( Qabiih) waqaf buruk yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang lain. Tanda-tanda waqaf lainnya : 1. Tanda mim ( ) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( ,) memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya; 2. tanda tho ( ) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti. 3.tanda jim ( ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti. 4. tanda zha ( ) bermaksud lebih baik tidak berhenti 5. tanda sad ( ) disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad

6. tanda sad-lam-ya ( ) merupakan singkatan dari Al-washl Awlaa yang bermakna wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik, maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik; 7. tanda qaf ( ) merupakan singkatan dari Qiila alayhil waqf yang bermakna telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya, maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan 8. tanda sad-lam ( ) merupakan singkatan dari Qad yuushalu yang bermakna kadang kala boleh diwasalkan, maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan 9. tanda Qif ( ) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa berhenti 10. tanda sin ( ) atau tanda Saktah ( ) menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan 11. tanda Waqfah ( ) bermaksud sama seperti waqaf saktah ( ,) namun harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas 12. tanda Laa ( ) bermaksud Jangan berhenti!. Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak 13. tanda kaf ( ) merupakan singkatan dari Kadzaalik yang bermakna serupa. Dengan kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul 14. tanda bertitik tiga ( ) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Taanuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya. Sebenarnya masih banyak hukum bacaan dan tanda bacaan dalam Al-Quran bila dipelajari memerlukan waktu pemahaman yang cukup lama agar fasih dan benar dalam membaca, melafazkan dan pengucapan harakat (panjang-pendeknya suatu bacaan), tajwid lainnya yang harus dipelajari dan dipahami. Lebih baik lagi apabila mempelajari kitab Iqro (kitab kecil ).
1 Nun Mati/Sukun NUN MATI/SUKUN...... 1. Pengertian Nun Mati / Nun Sukun Nun mati sama dengan nun sukun . Nun sukun adalah Nun yang berharakat mati / sukun. Jika Nun sukun / Nun mati bertemu dengan huruf hijaiyyah, maka hukum bacaannya terbagi menjadi 4 macam, yaitu:

a. Izhar b. Idgham c. Iqlab d. Ikhfa 2. Hukum Bacaan Nun Mati / Nun Sukun a. Izhar Izhar menurut bahasa berarti jelas, terang, transparan, dan nyata. Sedangkan menurut istilah, izhar artinya bacaan yang jelas dan terang tanpa dengung apabila nun sukun/mati bertemu dengan salah satu huruf izhar yang berjumlah enam huruf, baik dalam satu kalimat atau dua kalimat. Keenam huruf izhar yaitu: Alif, Kha, Kho, Ain, Ghoin, Ha Cara membaca bacaan izhar adalah jika nun sukun/mati bertemu dengan salah satu huruf tersebut harus dibaca jelas dan terang, tidak mendengung atau mendesis sehingga bunyi nun terdengar jelas. b. Idgham Idgham menurut bahasa artinya memasukkan sesuatu kepada sesuatu yang lain. Sedangkan menurut istilah, Idgham ialah memasukkan bunyi nun mati kedalam bunyi huruf yang mengikutinya. Oleh karena itu, bunyi nun mati menjadi tidak jelas dan bercampur dengan huruf yang mengikutinya. Huruf Idgham ada enam, yaitu:Ya, Wau, Mim, Nun, Lam, Ra. Cara membaca bacaan idgham adalah jika ada nun mati / sukun bertemu dengan salah satu huruf idgham diatas, maka bunyi nun mati harus dimasukkan atau disatukan dengan bunyi huruf idgham sehingga kadang terdengar mendengung dan kadang pula tidak. Cara membaca bacaan idgham adalah tergantung jenis idghamnya. Nun mati yang bertemu dengan huruf-huruf idgham dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Idgham Bighunnah (dibaca dengan dengung) 2. Idgham Bilaghunnah (dibaca dengan tidak dengung) Akan tetapi, pada bacaan Idgham Bilaghunnah meskipun tidak berbunyi dengung tetap saja bunyi nun mati tidak boleh dibaca jelas dan harus dipadukan bunyinya dengan huruf idgham yang menyertainya. o IDGHAM BIGHUNNAH Menurut bahasa, idgham artinya memasukkan, dan ghunnah artinya dengung. Sedangkan menurut istilah, Idgham Bighunnah adalah apabila nun mati bertemu dengan salah satu huruf Idgham Bighunnah, maka dibaca dengung. Huruf Idgham Bighunnah ada empat, yaitu: Ya, Waw, Mim, Nun Cara membaca bacaan Idgham Bighunnah ialah dengan melebur bunyi nun mati kedalam huruf idgham yang mengiringinya, sehingga bunyi nun mati tersebut tidak lagi terdengar jelas. Bunyi yang terdengar jelas adalah bunyi huruf-huruf idgham itu sendiri. o IDGHAM BILAGHUNNAH Idgham Bilaghunnah menurut bahasa artinya tidak berdengung. Sedangkan menurut istilah, Idgham Bilaghunnah adalah bacaan tidak dengung apabila nun mati bertemu dengan salah satu huruf Idgham Bilaghunnah. Huruf Idgham Bilaghunnah ada dua, yaitu: Cara membacanya adalah tidak didengungkan, namun bunyi nun mati tetap hilang dan yang terdengar hanya bunyi huruf Idgham Bilaghunnah. IQLAB..... Iqlab menurut bahasa artinya menukar atau membalikkan sesuatu. Sedangkan menurut istilah, Iqlab ialah bertemunya nun mati dengan huruf Iqlab. Huruf Iqlam hanya ada satu, yaitu: Ba Iqlab juga dapat diartikan menukar bunyi nun mati dengan mim ketika bertemu dengan huruf ba. Menurut para ulama, ada tiga hal yang menyebabkan hukum bacaan Iqlab terjadi, yaitu: Huruf nun mengandung ghunnah (dengung), sedangkan huruf Iqlab tidak bisa dengung

Antara nun dengan huruf Iqlab memiliki perbedaan sifat, sehingga tidak bisa didengungkan Pertemuan nun mati dengan huruf Iqlab juga tidak bisa dibaca jelas (izhar) atau samara-samar mendengung (ikhfa) melainkan masih antara izhar dengan idgham IKHFA..... Ikhfa menurut bahasa artinya samar-samar, tidak jelas, atau tersembunyi. Sedangkan menurut istilah, ikhfa ialah membaca samar antara dengung dan tidak, atas bertemunya nun mati dengan salah satu huruf ikhfa. Huruf ikhfa ada 15, yaitu: Ta, Tsa, Jim, Dal, Dzal, Zai, sin, Syin, Shad, Dhlodh, Tho, Dhlodhl, Fa, Qaf, Kaf Jika nun mati bertemu dengan salah satu huruf ikhfa tersebut, harus dibaca samar-samar antara bunyi izhar dan idgham. Bacaan ikhfa terbagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Ikhfa Ala Ikhfa Ala adalah ikhfa yang cara membacanya lebih dekat kepada bunyi nun mati atau bacaan ikhfanya lebih lama dari ghunnahnya. Huruf-huruf ikhfa Ala adalah: Tho, Dal, Ta 2. Ikhfa Ausat Ikhfa Ausat adalah ikhfa yang cara membacanya antara dengung dan tidak, atau bacaan ikhfa-nya dan ghunnah-nya sama-sama sedang. Huruf-huruf Ikhfa Ausat adalah: Shod, Dzal, Tsa, Kha, Syin, Sin, Zai, Fa, Dhodhl, dhlodh 3. Ikhfa Adna Ikhfa Adna adalah ikhfa yang bunyinya sama sekali tidak serupa dengan bunyi nun mati. Hurufhuruf Ikhfa Adna adalah: Qaf, Kaf

You might also like