You are on page 1of 10

TUGAS MAKALAH SUBNETTING

Disusun Oleh :

PUTRI HARFINDRANI 095623247

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DIII MANAJEMEN INFORMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


2012

A. Pengertian Subnetting
Subnetting adalah proses untuk memecahkan atau membagi sebuat network menjadi beberapa network yang lebih kecil, atau Subnetting merupakan sebuah teknik yang mengizinkan para administrator jaringan untuk memanfaatkan 32 bit IP address yang tersedia dengan lebih efisien. Teknik subnetting membuat skala jaringan lebih luas dan tidak dibatas oleh kelas-kelas IP (IP Classes) A, B dan C yang sudah di atur. Dengan subnetting, maka kita bisa membuat network dengan batasan host yang lebih realistis kebutuhan Subnetting menyediakan cara yang lebih fleksibel untuk menentukan bagian mana dari sebuah 32 bit IP address yang mewakili network ID dan bagian mana yang mewakili host ID. D e n g a n k e l a s - k e l a s IP address

standart, han ya 3 kemungkinan network ID yan g tersedia : 8 bit untuk kelas A, 16 bit untuk kelas B dan 24 bit untuk kelas C.

B . F u n g s i S u b n e tt i n g
1. P e n g h e m a t a n A l a m a t I P Mengalokasikan IP address yang terbatas agar lebih efisien. Jika internet terbatasoleh alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap network akan memliki 254, 65.000,atau 16 juta IP address untuk host devicenya. Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah host lebih dari 254, namun hanya sedikit network (kalau tidak mau dibilang ada) yang memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Dan network yang memiliki lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin akan menghamburkan percuma sekitar 10 ribuan IP address. 2. Mengoptimalisasi Unjuk Kerja Jaringan walaupun sebuah organisasi memiliki

ribuan host device, mengoperasikan semuadevice tersebut di dalam network ID yang sama akan memperlambat network. Cara TCP/IP bekerja mengatur agar semua komputer dengan network ID yang sama harus berada physical network yang sama juga. Physical network memiliki domain broadcast yang sama, yang berarti sebuah medium network harus membawa semua traffic untuk network. Karena alasan kinerja, network biasanya disegmentasikan ke dalam domain broadcast yang lebih kecil bahkan lebih kecil dari Class C address.

C.

Konsep Subnetting
Subnetting adalah termasuk materi yang banyak keluar di ujian CCNA dengan berbagai variasi soal. Juga menjadi momok bagi student atau instruktur yang sedang menyelesaikan kurikulum CCNA 1 program CNAP (Cisco Networking Academy Program). Untuk menjelaskan tentang subnetting, saya biasanya menggunakan beberapa ilustrasi dan analogi yang sudah kita kenal di sekitar kita. Artikel ini sengaja saya tulis untuk rekanrekan yang sedang belajar jaringan, yang mempersiapkan diri mengikuti ujian CCNA, dan yang sedang mengikuti pelatihan CCNA 1.

Sebenarnya subnetting itu apa dan kenapa harus dilakukan? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan analogi sebuah jalan. Jalan bernama Gatot Subroto terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. Gatot Subroto.

Ketika rumah di wilayah itu makin banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri. Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:

Konsep seperti inilah sebenarnya konsep subnetting itu. Disatu sisi ingin mempermudah pengelolaan, misalnya suatu kantor ingin membagi kerja menjadi 3 divisi dengan masing-masing divisi memiliki 15 komputer (host). Disisi lain juga untuk optimalisasi dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu lintas tidak terpusat di satu network besar, tapi terbagi ke beberapa ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl Gatot Subroto dengan rumah disekitarnya dapat diterapkan untuk jaringan adalah seperti NETWORK ADDRESS (nama jalan) dan HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan Ketua RT diperankan oleh BROADCAST ADDRESS (192.168.1.255), yang bertugas mengirimkan message ke semua host yang ada di network tersebut.

Masih mengikuti analogi jalan diatas, kita terapkan ke subnetting jaringan adalah seperti gambar di bawah. Gang adalah SUBNET, masing-masing subnet memiliki HOST ADDRESS dan BROADCAST ADDRESS.

Terus apa itu SUBNET MASK? Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl Gatot Subroto tanpa gang yang saya tampilkan di awal bisa dipahami sebagai menggunakan SUBNET MASK DEFAULT, atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa Network tersebut tidak memiliki subnet (Jalan tanpa Gang). SUBNET MASK DEFAULT ini untuk masing-masing Class IP Address adalah sbb: CLASS OKTET PERTAMA SUBNET MAS DEFAULT PRIVATE ADDRESS A B C 1-127 128-191 192-223 255.0.0.0 255.255.0.0 255.255.255.0 10.0.0.0-10.255.255.255 172.16.0.0-172.31.255.255 192.168.0.0-192.168.255.255

D. TABEL PEMBUATAN SUBNET


Subnetting Alamat IP kelas A Tabel berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas A.
Jumlah subnet (segmen jaringan) 1-2 3-4 5-8 9-16 17-32 33-64 65-128 129-256 257-512 513-1024 1025-2048 2049-4096 4097-8192 8193-16384 16385-32768 32769-65536 65537-131072 131073-262144 262145-524288 524289-1048576 Subnet mask Jumlah subnet bit (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 255.128.0.0 atau /9 255.192.0.0 atau /10 255.224.0.0 atau /11 255.240.0.0 atau /12 255.248.0.0 atau /13 255.252.0.0 atau /14 255.254.0.0 atau /15 255.255.0.0 atau /16 255.255.128.0 atau /17 255.255.192.0 atau /18 255.255.224.0 atau /19 255.255.240.0 atau /20 255.255.248.0 atau /21 255.255.252.0 atau /22 255.255.254.0 atau /23 255.255.255.0 atau /24 255.255.255.128 atau /25 255.255.255.192 atau /26 255.255.255.224 atau /27 255.255.255.240 atau /28 8388606 4194302 2097150 1048574 524286 262142 131070 65534 32766 16382 8190 4094 2046 1022 510 254 126 62 30 14 Jumlah host tiap subnet

1048577-2097152 2097153-4194304

21 22

255.255.255.248 atau /29 255.255.255.252 atau /30

6 2

Subnetting Alamat IP kelas B Tabel berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B.
Jumlah subnet/ segmen jaringan 1-2 3-4 5-8 9-16 17-32 33-64 65-128 129-256 257-512 513-1024 1025-2048 2049-4096 4097-8192 8193-16384 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jumlah subnet bit Subnet mask (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks) 255.255.128.0 atau /17 255.255.192.0 atau /18 255.255.224.0 atau /19 255.255.240.0 atau /20 255.255.248.0 atau /21 255.255.252.0 atau /22 255.255.254.0 atau /23 255.255.255.0 atau /24 255.255.255.128 atau /25 255.255.255.192 atau /26 255.255.255.224 atau /27 255.255.255.240 atau /28 255.255.255.248 atau /29 255.255.255.252 atau /30 32766 16382 8190 4094 2046 1022 510 254 126 62 30 14 6 2 Jumlah host tiap subnet

Subnetting Alamat IP kelas C Tabel berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C. Jumlah subnet (segmen jaringan) Subnet mask (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks) 255.255.255.128 atau /25 255.255.255.192 atau /26 255.255.255.224 atau /27 255.255.255.240 atau /28 255.255.255.248 atau /29 255.255.255.252 atau /30

Jumlah subnet bit

Jumlah host tiap subnet

1-2 3-4 5-8 9-16 17-32 33-64

1 2 3 4 5 6

126 62 30 14 6 2

E.

Variable-length Subnetting
Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP. Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringansubjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM). Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang

dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli. Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya. Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host. Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.

F.

Latihan Subnetting
Ingat rumus untuk mencari banyak subnet adalah 2 n 2 N = jumlah bit yang diselubungi Dan rumus untuk mencari jumlah host per subnet adalah 2 m 2 M = jumlah bit yang belum diselubungi 1. Contoh latihan subnetting : alamat class B Alamat Network 172.16.0.0 dan subnet mask 255.255.192.0 Subnet 192 = 11000000, 2 2 2 = 2 Host 2 14 2 = 16.382 (6 bit di octet ketiga, dan 8 bit di octet keempat) Subnet yang valid 256 192 = 64. 64 + 64 = 128 Subnet 64.0 128.0 Host pertama 64.1 128.1 Host terakhir 127.254 192.254 Broadcast 127.255 199.255 Keterangan, maka subnet 64.0 atau 172.16.64.0, mempunyai host pertama 64.1 atau 172.16.64.1 sampai dengan 171.16.127.254 dan alamat broadcastnya 172.16.127.255

2. Contoh latihan subnetting : alamat class A Alamat Network 10.0.0.0 dan subnet mask 255.255.0.0 Subnet 255 = 11111111, 2 8 2 = 254 Host 2 16 2 = 65.534 Subnet yang valid 256 255 = 1, 2 , 3 dan seterusnya. (semua di octet kedua). Subnetnya menjadi 10.1.0.0, 10.2.0.0, 10.3.0.0 dan seterusnya sampai 10.254.0.0 Subnet 10.1.0.0 10.254.0.0 Host pertama 10.1.0.1 10.254.0.1 Host terakhir 10.1.255.254 10.254.255.254 Broadcast 10.1.255.255 10.254.255.255

You might also like