You are on page 1of 17

Analisis Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah dari pasal 1 sampai pasal

11.
1. Menganalisis tiap pasal yang berkaitan dengan tugas dari seorang sanitarian. Diambil yg sesuai dengan tugas sanitarian. MENIMBANG 1. Poin a : Pertambahan penduduk

Dengan adanya pertumbuhan penduduk, akan terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat. Sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak yang merugikan. Dari hal tersebut, sanitarian memiliki tugas dan turut andil bagian untuk menekan dampak negative yang timbul seperti misal sampah sisa konsumsi masyrakat yang bertambah. 2. Poin b : Teknik pengelolaan sampah.

Profesi sanitarian dituntut untuk dapat melaksanakan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga dapat menekan timbulnya dampak negatif. 3. Poin c : Dampak dari tidak optimalnya pengelolaan sampah.

Bila pengelolaan sampah dilakukan secara komprehensif maka dapat memberikan manfaat baik secara ekonomi maupun peningkatan kesehatan masyarakat. Merupakan tugas sanitarian untuk mengelola sampah tersebut guna peningkatan kesehatan masyarakat. 4. Poin d : Kepastian hukum dan tanggung jawab.

Dengan adanya payung hukum yang jelas bagi sanitarian untuk bekerja sesuai porsinya dengan efektif dan efisien sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan dengan lancar.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Ayat 1 tidak terkait dengan profesi sanitarian. Ayat 2 tidak terkait dengan profesi sanitarian. Ayat 3 tidak terkait dengan profesi sanitarian. Ayat 4: Penghasil sampah Sampah dihasilkan tidak hanya oleh manusia tapi dari alam juga, selain itu sampah merupakan sisa suatu proses/system yang tidak digunakan lagi. Ayat 5 : Pengelolaan sampah Kegiatan yang dilakukan oleh banyak pihak agar sampah tidak mencemari lingkungan sekitar dan diharapkan juga dapat menjadikannya bernilai ekonomis. Hal ini yang sangat menjadi tugas sanitarian. Ayat 6: Tempat sementara yang digunakan untuk menampung sampah sebelum diangkut ke TPA. Ditempat ini juga disusun sedemikian rupa agar tidak mengundang vector dsb. Ayat 7: Merupakan lokasi atau daerah yang digunakan untuk memproses agar sampah siap diproses atau dibuang pada TPA Ayat 8:Tempat akhir untuk membuang sampah ke lingkungan dengan syarat sampah telah diolah terlebih dahulu agar ketika dibuang ke lingkungan sudah ramah lingkungan. Merupakan tugas sanitarian untuk mengolah sampah tersebut.

Bagian Kedua Ruang Lingkup

Pasal 2: merupakan lingkup dari jenis-jenis sampah yang telah ditentukan oleh pemerintah dan juga dibantu oleh seorang ahli dalam proses pembagian sampah.

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Pasal 3: Dalam pengelolaan ssampah, sanitarian harus menganut asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.

Pasal 4: Dengan pengelolaan sampah yang baik, sanitarian juga memiliki tanggung jawab secara tidak langsung untuk memelihara kualitas lingkungan dan meningkatkan kesehatan masyarakat serta memberikan sosialisasi untuk mengembangkan sampah menjadi sumber daya yang lebih

bermanfaat.

BAB III TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAHAN Pasal 5: Pemerintah dan Pemda (jajaran menteri kesehatan, Dinas Kesehatan dan Instansi Kesehatan terutama HS) bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan

lingkungan sesuai dengan undang-undang yang mengatur. Pasal 6: Sanitarian dibantu oleh pemerintah mempunyai tanggung jawab bersama untuk: a) Memberikan sosialisasi tentang pengelolaan sampah b) Melakukan penelitian dan mengembangkan teknologi untuk

pengelolaan sampah c) Melakukan pengembangan, penanganan, pengurangan dan

pemanfaatan sampah d) Sebagai motivator dalam memberikan inspirasi untuk pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah e) Melakukan kerjasama antar sektor dalam melaksanakan pengelolaan sampah.

Pasal 7, 8, 9 tidak sesuai dengan tugas sanitarian, pada pasal tersebut merupakan kewenangan dari pemerintah.

Pasal 10: Dengan adanya pembagian kewenangan maka tiap-tiap sanitarian yang berada dalam pemerintahan atau instansi kesehatan memiliki ruang lingkup dan profesinya masing-masing.

Pasal 11: Sanitarian dapat memberikan pelayanan dalam pengelolaan sampah informasi dengan dan berwawasan memberikan lingkungan, binaan berpartisipasi, masyarakat memberika mengenai

kepada

penyelenggaraan pengelolaan sampah.

2. Menganalisis tiap pasal dengan aktualisasi realita pada jaman sekarang. Menimbang Poin a : bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola

konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam Poin b Kenyataan dari pasal tersebut adalah benar. : bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan

metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Poin c Kenyataan dari pasal tersebut adalah benar. : bahwa sampah telah menjadi permasalahan nasional

sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Kenyataan dari pasal tersebut adalah benar.

Mengingat

Pasal 5 ayat 1 Presiden berwenang untuk membuat undang-undang yang dalam hal ini mengenai pengelolaan sampah dan disetujui oleh DPR. Dalam pembuatannya presiden dapat dibantu oleh menterinya sehingga undang-undang yang dibuat dapat lebih jelas maksud dan tujuannya dalam masalah pengelolaan sampah.

Pasal 20 Dengan adanya pembahasan bersama dan terjadi kesepakatan antara presiden dan DPR maka undang-undang yang telah dibuat bisa dilaksanakan bagi pihak-pihak yang terkait dalam undang-undang pengelolaan sampah, apabila DPR dan presiden tidak menyetujui undang-undang ini maka undang-undang ini tidak berlaku dan tidak dapat dijalankan. Dan juga undang-undang ini disahkan oleh presiden.

Pasal 28 H ayat 1 Dalam uud 1945 pasal 18H ayat 1 merupakan dasar penjabaran dari undangundang ini bahwa setiap warga yang tinggal berhak memiliki lingkungan yang sehat dan tentunya bebas dari sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat yang tinggal sehingga dengan adanya undang-undang ini dapat semakin memberi koridor yang jelas dalam mengelola sampah agar tidak mengganggu kesehatan.

Pasal 33 ayat 3 dan 4 Pemerintah yang mengatur kekayaan bumi ndonesia dimaksudkan agar setiap warga indonesia dapat menikmati kekayaan alam yang sama rata dengan yang lainnya dengan demikian, pengelolaan sampah pun juga dikelola oleh pemerintah dengan berkolaborasi dengan pihak swasta pula,, dengan adanya payung hukum seperti ini maka proses pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik.

BAB I KETENTUAN UMUM Bagisn Kesatu Definisi Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. 2. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Ayat 3 : Sumber sampah adalah asal timbulan sampah. Harusnya lebih

dijelaskan lagi karena timbulan sampah bukan hanya timbulan. Tapi ada juga sember sampah yan tidak berupa timbulan, yang berasal misal dari pabrik yang langsung di buang ke sungai, sampah pemukiman yang langsung di buang diselokan dan contoh lainnya. Ayat 4 : Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam

yang menghasilkan timbulan sampah. Ayat 5 : Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Sistem pengolahan sampah yang sekarang di Indonesia, belum sesempurna yang di jelaskan pada undang-undang, karena dapat di lihat sekarang masih banyak tumpukan sampah yang tidak terurus. Belum ditangani secara maksimal sehingga mengakibatkan pencemaran. Ayat 6 : Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah

diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. Tempat yang di jelaskan pada undang-undang ini kurang spesifik dalam penjelasnnya. Pada kenyataannya pengolahan sampah sementara bukan merupakan tempat yang semestinya, karena sering menggunakan fasilitas

umum sebagai tempat penimbunannya misal pinggir jalan raya di dekat pasar, dijadikan sebagian tempat untuk penupukan sampah yang bersumber dari pasar yang sementara ditampung di pinggir jalan tersebut. Ayat 7 : Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat

dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Tempat pengolahan sampah yang dimaksud belum berjalan sebagaimana mestinya, masih terdapat kegiatan yang lain misalnya menggembala ternak di tempat pengolaan sampah. Masing terdapat pemulung yang lalu lalang disana tanpa ada larangan. Ayat 8 : Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan

mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Pada kenyataannya tidak seperti itu, kegiatan berternak sapi pun dilakukan pada tempat pemrosesan akhir. Pengembalian sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan belum dapat berjalan dengan baik, karena sebaik apapun dalam pengolahan sampah pasti masih ada sisa yang sifatnya merugikan manusia. Misal dari bau yang tidak sedap yang diakibatkan oleh TPA, kemudian pencemaran tanah oleh proses Land fild. Dan kabar terakhir menyebutkan bahwa ada salah satu TPA di jawa barat yang telah mencemari daerah pemukiman warga. Hal ini di akibatkan oleh perembesan ait lindi pada TPA tersebut yang telah sampai ke sumur warga. Ayat 9 : Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena

dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah. Pada kenyataannya di Indonesia proses tersebut masih terganjal, karena tidak transparannya kegiatan. Usulan untuk memberikan kompensasi yang masing tertunda, seperti yang terdapat di jawa barat. Padahal warga yang terkena dampaknya telah merasakan kerugian yang cukup besar yaitu

dengan mulai teranggunya sistem kesehatan mereka. Namun dalam kenyataannya kompensasi yang diberikan belum ada. Ayat 10 badan hukum. Ayat 11 : Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan : Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau

dalam rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar. Walaupun sudah ditangani dengan sistem tanggap darurat, tapi

kenyataannya pada TPA masih ada yang membahayakan bagi kesehatan wargaa disana. Ayat 12 : Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah

Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ayat 13 : Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Ayat 14 : Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan di bidang pemerintahan lain yang terkait.

Bagian Kedua Ruang lingkup Pasal 2 : Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri atas:

Ayat 1

Ayat 1 (a): sampah rumah tangga Sebagian masyarakat mengelola sampah rumah tangga dengan baik . contohnya : dilaksanakannya program bank sampah untuk sampah anorganik dan dilakukan pengomposan secara tradisional untuk kebutuhan

pertanian sendiri. Namun sebagian lagi belum mengelola sampah rumah tangga yang mereka hasilkan. Sehingga banyak tumpukan sampah di sekitar pemukiman dan btidak sedikit juga yang membuangnya ke sungai. Ayat 1 (b) : sampah sejenis sampah rumah tangga

Untuk sampah sejenis sampah rumah tangga sebagian besar pihak yang menghasilkannya belum mengolahnya secara maksimal. Tidak jarang pihakpihak tersebut langsung membuangnya ke lingkungan tanpa pengolahan sama sekali.

Ayat 1 (c)

: sampah spesifik

Untuk sampah berbahaya yang tidak semua orang bisa mengolah sudah tersedia badan khusus untuk mengolanhnya (BATAN)

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Pasal 3

Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Asas tanggung jawab Pemerintah sudah mengatur dalam Kebijakan Pemerintah DIY.

Asas berkelanjutan Sudah ada beberapa program yang mengelola sampah sekaligus menekan dampak negatifnya. Tapi yang melakukan pengelolaan sampah tanpa memikiran dampaknya juga tidak sedikit. Asas manfaat Beberapa program pengelolaan sampah menggunakan metode 3R untuk meningkatkan nilai jual sampah setelah jadi barang daur ulang.

Asas keadilan Pemerintah sudah memberikan kesempatan yang sama kepada individuindividu, tapi belum semua mau bergerak aktif dalam pengelolaan sampah di lingkungan mereka masing-masing. Asas kesadaran Pemerintah melakukan motivasi-motivasi dan mensosialisasikan banyak program tentang pengelolaan sampah. Asas kebersamaan Belum terlaksana seperti yang diatur dalam undang-undang

Asas keselamatan Ada banyak pelanggaran dalam pengelolaan sampah yang masih

membahayakan manusia. Asas keamanan Ada banyak pelanggaran dalam pengelolaan sampah yang masih

membahayakan manusia. Asas nilai ekonomi Beberapa program pengelolaan sampah menggunakan metode 3R untuk meningkatkan nilai jual sampah setelah jadi barang daur ulang.

Pasal 4

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Kenyataanya di Indonesia, tidak sesuai dgn pasal tersebut. Sampah saat ini justru menjadi sumber pencemar dan dapat mengganggu kesehatan masyarakat serta menurunkan kualitas lingkungan. Yang disebabkan karena pengelolaan sampah yang kurang baik dan tidak berwawasan lingkungan. Tujuan sampah pada pasal 4 Undang-Undang No. 18TAhun 2008 tersebut menjadikan sampah sebagai sumber daya, justru pengelolaan sampah yang

tidak berwawasan lingkunganlah yang akan memakan sumber daya. Maksud disini, sumber daya yang ada justru hanya digunakan untuk melakukan pengelolaan sampah.

Pasal 5

Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kenyataanya di Indonesia, tugas pemerintah dan pemerintahan daerah untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan tidak sebenar-benarnya dapat terlaksana, pemerintah saat ini hanya terfokus pada masalah-masalah pemerintahan dan politik di Indonesia. Pemerintah hanya mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan

peraturan-peraturan yang sepenuhnya tidak dapat terealisasi dengan baik. Kurangnya kerjasama dan sosialisasi terhadap mesyarakat menjadikan kebijakan yang ada hanya sebagai aturan tertulis belaka dan tidak ada relisasi yang semestinya dapat terlaksana sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang yang juga dibuat oleh pemerintah ini.

Pasal 6

Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri atas: a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah; b. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan sampah; c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah;

d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah; mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah Dalamkenyataan di Indonesia : Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah , namun pada realita yang terjadi di masyarakat kita sangatlah sulit untuk bekerjasama dalam hal pengelolaan sampah, hal itu dapat kita lihat melalui perilaku sebagian masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan serta tidak memilah sampah sesuai kategori. Penelitian dan pengembangan teknologi dalam penanganan sampah belum sepenuhnya terlaksana di Indonesia, namun pemerintah tetap berupaya dalam hal penelitian dan pengembangan teknologi dalam penanganan sampah, salah satu contohnya yaitu PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Tujuan akhir dari sebuah PLTSa ialah untuk mengkonver sisampah menjadi energi. Pada dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan panas. PLTSa yang sedang diperdebatkan untuk dibangun di Bandung menggunakan proses thermal sebagai proses konversinya. Pada kedua proses tersebut, hasil proses dapat langsung dimanfaatkan untuk menggerakkan generator listrik. Perbedaan mendasar di antara keduanya ialah proses biologis menghasilkan gas-bio yang kemudian dibarak untuk menghasilkan tenaga yang akan menggerakkan motor yang dihubungkan dengan generator listrik sedangkan proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk membangkitkan steam yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang

dihubungkand engan generator listrik. Opsi penangan sampah yang lain mungkin dapat kita liat dari Bank Sampah yang saat ini sedang gencar disosialisasikan di masyarakat sebagai salah satu peminimalisasian masalah yang ditimbulkan oleh sampah.

Realita yang terjadi dalam hal pengelolaan dan penanganan sampah masih belum dapat dimaksimalkan dikarenakan ketidaktegasan pemerintah dalam menindaklanjuti pelanggaran terhadap pengelolaan dan penanganan sampah tersebut. Dalam Pasal 7 : penyelenggaraan pengelolaan sampah, Pemerintah mempunyai

kewenangan: a. menetapkan kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah; b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sampah; c. memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antardaerah, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah; d. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja

pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah; dan e. menetapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antardaerah pengelolaan sampah. Kewenangan-kewenangan pemerintah mengenai penyelenggaraan dalam

pengelolaan sampah seperti yang tertuang dalam pasal 7 Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 dari poin (a) hingga (e) dapat terlaksana, namun pada kenyataannya belum sesuai dengan kenyataan di Indonesia saat ini. Teutama pada pion (c) untuk memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antardaerah kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah serta poin (d) untuk menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah. Sampai saat ini, kewenangan pemerintah untuk menetapkan kebijakan, strategi, norma, dan standar tidak terealisasi sepenuhnya. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan kerjasama yang dapat berjalan kontinu dari berbagai lintas sektor dan masyarakat.

Bagian Ketiga Wewenang Pemerintah Provinsi

Pasal 8 :

Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan provinsi mempunyai kewenangan: a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuai dengan kebijakan Pemerintah; b. memfasilitasi kerja sama antardaerah dalam satu provinsi, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah; c. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja

kabupaten /kota dalam pengelolaan sampah; dan d. memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampah antarkabupaten /antarkota dalam 1 (satu) provinsi. Pada kenyataannya memang sudah ada daerah atau propinsi yan telah merealisasikan untuk kebijakan-kebijakan tersebut. Memfasilitasi kerjasama, dan melakukan koordinasi dalam pengelolaan sampah, hanya saja hasilnya kurang maksimal. Karena dalam prosesnya tentu banyak kendala yang terjadi, seperti SDM dan juga trasportasinya. Tetapi tetap pemerintah telah berusaha merelisasikan pengelolaan sampah ersebut.

Pasal 9

Ayat (1) : Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewenangan: a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi. b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;

c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain; d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah; e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya. Kewenangan-kewenangan pemerintah mengenai penyelenggaraan

pengelolaan sampah seperti yang tertuang dalam pasal 9 (1) UndangUndang No. 18 Tahun 2008 dari poin (a-f) dapat terlaksana, namun sebagian masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya masih kurang terpenuhi. Pasal 9 Ayat (2) : Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundangundangan. Kenyataan di indonesia, seiring bertambahnya jumlah penduduk, makan tidak lupa bertambah pula sampah yang dihasilkan. Terutama sampah rumah tangga, dan keterbatasan wilayah pengolahan sampah harus diperluas.

Pembagian Kewenangan Pasal 10 :

Pembagian kewenangan pemerintahan di bidang pengelolaan sampah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Realita yang terjadi telah dibahas dalam pasal 7.

BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Hak Pasal 11 ayat (1) Setiap orang berhak:

a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau pihak lain yang diberi tanggung jawab untukitu; b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah; c. memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai penyelenggaraan pengelolaan sampah; mendapatkan pelindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah; dan d. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan. Pasal 11 ayat (2) : Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan peraturan daerah sesuai dengan kewenangannya. Pasal 11: Setiap massyarakat memang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dalam hal pengelolaan sampah secara baik dari pemerintah, tetapi hak tersebut tidak berlaku secara adil. Masyarakat klangan bawah cenderung diabaikan, tetapi sebaliknya masyarakat kalangan atas dapat menikmati hak tersebut. Setiap anggota masyarakat memiliki hak ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah, tetapi kenyataanya masyarakat cenderung acuh tak acuh dan tidak peduli.

Setiap orang berhak mendapatkan pelindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah, tetapi masih ada saja kasus-kasus yang timbul akibat kegiatan pemrosesan sampah yang tidak baik.

3. Apakah sanki yang diberikan oleh pihak yang berwajib telah sesuai dengan yang dimaksud dan tercantum pada Undang-undang No 18 tahun 2008 ? Dalam proses pemberian sanksi kesalahan, belum begitu tercapai dengan baik. Karena semua yang dilakukan belum sesuai dengan undang-undan. Misal dicantumkan mengenai kompensasi yang diberikan kepada masyarakat yang terkena akan dampak dari TPA pengolahan sampah, namun dalam kenyataanya hal itu masih ada yang belum terealisasikan. Saat warga berusaha mencarikan kebenaran untuk masalah tersebut, masih ditutup-tutupi oleh pihak yang berwajib. Jadi pada dasarnya mengenai proses hukum masih belum transparan dan belum berjalan dengan semestinya dalam undang-undang.

You might also like