You are on page 1of 24

STULOS 7/2 (September 2008) 123-146

ETIKA KRISTEN DAN RESPONS TERHADAP PERMASALAHAN SEKSUALITAS MASA KINI: BIMBINGAN PRAKTIS
Dorothy I. Marx, D.Theol.

KEPENTINGAN STUDI ETIKA KRISTEN Etika adalah suatu ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip, nilai-nilai, norma-norma yang melatarbelakangi/membentuk tingkah laku manusia. Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani yaitu: ` dan Prinsip-prinsip ini bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya prinsip yang berdasarkan adat yang berlaku di suatu tempat. Hal ini bisa mempunyai berbagai arti, belum tentu mempunyai nilai etis. Kesimpulannya, semua tindakan harus dilihat dari tujuan dan motivasi. Hal yang telah kita bicarakan sebelumnya termasuk di dalam kedua istilah ini. Dalam studi etika juga kita dapat melihat satu kata penting lagi yang berasal dari bahasa latin, yaitu mos atau morris yang merupakan akar kata dari moral. Etika di dalam pengertian moralitas mempunyai maksud yang lebih luas dari pengertian sebelumnya. Etika yang kita bicarakan sebelumnya menyangkut kesopanan dan suatu prinsip tertentu. Sedangkan moral mengandung pengertian tambahan dari pengertian sebelumnya, yang selalu menyangkut kemampuan manusia dalam melihat hal yang benar atau yang salah. Tuhan sendiri menciptakan manusia sebagai ciptaan moral untuk dapat melakukan tugas pembedaan tersebut. Setiap manusia bisa mengetahui benar dan salah, siapapun dia, walaupun hidup dalam dunia primitif dan animis. Jadi faktor moralitaslah yang membedakan manusia dengan ciptaan lain. Cobalah simak contoh ini.
Di dalam suatu tempat peternakan ayam, seseorang memberi makan puluhan ekor ayam di dalam satu kandang. Ketika dia sedang menyediakan makanan di suatu tempat makanan ternak di kandang itu, semua ayam itu lari berebutan untuk memperoleh makanan di tempat itu. Lalu bila dia mengisi tempat makanan ternak yang lain masih di kandang ayam yang sama, maka semua ayam itu akan kembali berebutan ke tempat makanan tersebut. Ayam-ayam yang kecil bisa terinjak dan terhimpit oleh ayam-ayam yang lebih besar. Sekalipun dia mencoba untuk mengatur ayam-ayam itu supaya semua mendapat

124

ETIKA KRISTEN

makanan dengan teratur, ayam-ayam itu tidak dapat mengerti. Karena kesal melihat ayam-ayam itu berebutan, dia mengatakan, Ayam-ayam, tunggu dong bagian kamu di tempatmu sendiri. Tidak sopan kamu. Ayam-ayam tidak mempunyai sopan santun, tidak ada saling menghargai dan tidak mengerti akan keteraturan. Ayam-ayam sama sekali tidak mempunyai moral.

Bahkan anak-anak kecil juga sudah bisa membedakan benar dan salah, misalnya dalam kasus di bawah ini.
Anak-anak kecil di Jerman sangat suka bermain bell di flat-flat. Mereka suka menekan bell di flat-flat, sehingga orang yang mempunyai flat akan ke luar rumah untuk melihat siapa tamu yang datang. Namun sebelum orang yang mempunyai flat tersebut keluar, anak-anak ini sudah berlarian. Sebenarnya mereka tidak mengenal orang yang tinggal di flat-flat itu dan tidak ingin bertamu, mereka hanya senang menekan bell flat-flat itu. Sesungguhnya mereka tahu bahwa tindakan itu salah, sehingga mereka akan berlarian setelah menekan bell-bell itu karena takut dimarahi.

Walau manusia diciptakan sebagai manusia yang bermoral, namun apa yang benar dan salah tidak selalu dinilai sama. Bahkan misalnya di dalam suatu rapat majelis gereja, tidak semua satu pendapat untuk menyetujui suatu keputusan yang dianggap benar dan tepat. Ada yang pro A dan yang pro B. Mereka semua orang Kristen dan berdedikasi, tetapi mengapa masih ada perbedaan di dalam menentukan mana yang benar? Dengan perkataan lain untuk menentukan benar dan salah bukanlah hal yang mudah. Ciri khas dari moralitas manusia di dasarkan pada kriteria berikut: 1) Kemampuan untuk bisa membedakan benar dan salah sangat bergantung pada mutu kasih yang kita miliki terhadap sesama manusia (Filipi 1:9-10). 2) Kemampuan untuk melakukan yang benar (lih Roma 7-8). 3) Kemampuan untuk bertanggung jawab dan mengambil keputusankeputusan yang menuntut tanggung jawab. 4) Kebahagiaan dalam hidup dengan moral atau tidak hidup bermoral. Kebahagiaan dan kesejahteraan hidup (jiwa) kita sangat bergantung pada cara hidup kita. Sekarang darimana kita bisa mengetahui yang benar dan yang salah? Hati nurani. Lihatlah cerita berikut ini,
Ada sebuah foto di majalah Times yang menggambarkan anak-anak di bawah usia 14 tahun membawa bayonet yang terhunus. Dari kecil mereka sudah dididik dengan paham komunis yang membenci dan akan mengikis habis orang yang tidak sepaham dengan komunis. Mereka hanya mengasihi orang yang seideologi dengan mereka, yaitu sama-sama komunis. Seandainya mereka membunuh orang yang tidak

JURNAL TEOLOGI STULOS

125

berpaham komunis, mereka merasa benar! Hati nurani mereka sudah ditanamkan dengan prinsip demikian. Jadi hati nurani tidak membentuk nilai sendiri, tetapi menerima nilai dari luar. Hati nurani bisa dimatikan suaranya, jika kita tidak mengikuti apa yang diajarkannya.

Peran hati nurani amat besar. Di dalam Ibrani 9:13-14 disebutkan bahwa darah Tuhan Yesus Kristus menyucikan kita sampai kepada hati nurani. Sehingga walaupun kita pernah melakukan sesuatu kejahatan dan kejahatan ini bisa mengganggu kita lagi, namun ini bisa dihentikan dengan darah Kristus yang tercurah, sehingga kita tidak perlu lagi selalu menyesali diri, tetapi bisa bertindak positif dengan melayani Tuhan. Dasar pendidikan menentukan penilaian hati nurani. Itulah sebabnya ajaran Alkitab perlu diajarkan terus, agar hati nurani kita sesuai dengan firman Tuhan. Orang yang membaca Alkitab 1 akan berbeda sekali pandangannya dengan orang yang tidak membaca Alkitab. Bagi kita nilai benar atau salah ditentukan oleh Alkitab. Orientasi kita adalah Firman Allah yang tidak pernah salah, yang membuat pendapat kita sama dengan yang lainnya tidak selalu sama?

PEMBENTUKAN NILAI-NILAI DI DALAM MASYARAKAT Dasar pembentuk nilai bagi orang-orang Kristen adalah firman Allah. Namun banyak hal dalam kehidupan pengalaman kita yang tidak disebutkan di dalam Alkitab. Bila kita berbicara tentang etika pada masa sekarang ini, maka banyak masalah yang muncul. Sebab keadaan yang kita hadapi pada masa sekarang ini dahulu belum muncul. Apa lagi dengan adanya perkembangan medis dan biologis. Namun juga yang membentuk nilai di dalam suatu masyarakat secara umum adalah: 1. Orientasi masyarakat. Secara garis besar masyarakat umumnya bisa menerima nilai-nilai etis. Dan hal-hal yang pasti bisa diterima oleh masyarakat umum, seperti: kejujuran, keadilan, kebenaran, dll. 2. Nilai-nilai etika itu bisa dikuatkan bila kita dengan berani dan
Seorang Doktor yang brillian mengatakan bahwa kita memang mengikuti science, tetapi jika science bertentangan dengan revelation, maka kita harus tetap mengikuti revelation. Ingat bahwa science belum mencapai titik final. Masih banyak yang akan berubah. Science bisa benar dan bisa salah, tetapi revelation tidak pernah salah.
1

126

ETIKA KRISTEN

rela mengakuinya dan menyaksikan nilai yang kita anggap benar kepada orang-orang. 3. Apa yang akan kita terima dan taati bukan berdasarkan paksaan, tetapi keyakinan. Nilai yang dipaksakan tidak akan tertanam di dalam hati. 4. Nilai-nilai itu harus dipilih dengan pertimbangan matang dan cocok bagi segala pihak. 5. Nilai-nilai harus menjadi nyata di dalam tingkah laku praktis. 6. Nilai-nilai itu harus fungsional, dalam arti berguna.

Tentang Hukum Apakah sebenarnya hukum itu? Setiap orang mempunyai pengertian naturalis, mempunyai hukum di dalam dirinya (Martin Luther). Walaupun hal ini hanya pada batas-batas sipil (tertentu) saja dan semua orang mengetahuinya. Namun untuk pengertian tentang hal-hal yang rohani, setiap orang berbeda. Hal inilah yang membedakan antara hukum naturalis dan hukum Roh. Hukum (peraturan) dibuat untuk membantu kelancaran. Prinsip membentuk peraturan. Prinsip tidak berubah (demi kelancaran), tetapi aplikasi hukumnya (peraturan) bisa berubah sesuai kondisi dan situasi. Menurut kamus Webster, hukum adalah hal-hal yang ditentukan dan diwajibkan oleh yang berwajib (atasan) dan dilakukan melalui legislasi yang berhubungan dengan adat dan ditentukan oleh suatu komunitas atau negara. Tujuan hukum adalah kestabilan, keamanan, kebahagiaan, dan kemajuan dari masyarakat. Lalu mengapa harus ada hukum? Karena manusia berdosa membutuhkan batas-batas. Kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah karena manusia membuat nilai kebenaran bagi dirinya sendiri. Manusia dilarang membuat nilai kebenaran sendiri. Manusia dilarang untuk menentukan yang benar dan yang salah (Kejadian 3). Hukum harus bersifat adil dan rasional dan harus sesuai kemampuan masyarakat untuk melakukannya. Maka khotbah di bukit tidak bisa dipaksakan pada orang yang bukan milik Kristus (belum bertobat). Tetapi sebaliknya, kalau dia anak Tuhan, dia hanya bisa hidup bahagia dengan prinsip itu. Misalnya,

JURNAL TEOLOGI STULOS

127

hukum masyarakat mengatakan jangan merugikan orang lain, tetapi standar kita tidak cukup hanya itu. Kita harus membahagiakan orang lain. Hukum Allah ada di atas standar manusia, agar manusia merasa bahwa ia tidak mampu (Galatia 3:23). Sehingga manusia mau datang kepada Allah, lalu dia dimampukan melakukan hukum oleh Roh Kudus.

Konsep Hukum pada Etika Situasi Seorang bernama Joseph Fletcher berpendapat bahwa hukum Allah yang mutlak hanya satu, yaitu kasih (hukum pertama). Kasih ini merupakan kasih kepada Allah yang dicetuskan (dilakukan) kepada manusia. Hukum lain (hukum kedua sampai hukum kesepuluh) hanyalah pencetusan manusia dalam pemikiran rasionalnya. Pelaksanaan dan pengembangan hukum pertama itu dilakukan pada berbagai situasi. Fletcher mengatakan bahwa yang paling penting dalam setiap tindakan adalah bahwa tindakan itu berada di dalam hukum kasih; tidak ada sesuatu pun yang selalu sama, selalu baik atau selalu jahat dan mengatakan perzinahan belum tentu jahat, tergantung kebutuhan dan situasinya. Bila dengan melakukan tindakan tersebut seseorang itu tertolong dan hal itu dilakukan karena kasih, maka perzinahan dianggapnya tidak salah. Baginya yang terpenting adalah tindakan yang terbaik untuk menolong. Di sini terjadi konflik otoritas: otoritas siapa yang kita terima sebagai otoritas kita? coba kita lihat cerita berikut yang mengungkapkan keadaan dari etika situasi:
Pada zaman nasional sosialis di Jerman, ada seorang Yahudi dikejar tentara untuk dibunuh. Dia melarikan diri ke rumah seorang temannya non Yahudi. Dia meminta tolong supaya temannya ini mau menyembunyikannya. Lalu dia disembunyikan temannya di rumah itu. Tidak lama kemudian tentara mendatangi rumah itu dan bertanya apakah ada seorang Yahudi di rumah itu? Konflik terjadi di dalam diri orang yang menyembunyikannya, bila dia mengatakan ya, maka orang Yahudi itu akan ditangkap dan dibunuh. Berarti dia membiarkan seseorang yang tidak bersalah untuk disiksa secara tidak manusiawi. Bila dia mengatakan tidak, berarti dia telah berbohong.

Di dalam hal ini, etika situasi mengatakan berbohong adalah benar karena berbohong menunjukkan kasih kepada temannya. Jadi di sini ada masalah hubungan antara kasih dan kebenaran. Apakah hubungan antara kasih dan kebenaran? Kebenaran tanpa kasih bukanlah kebenaran. Jika kita menyatakan suatu fakta yang benar di mulut tetapi akibat pernyataan itu fatal, maka itu tidak benar. Sebaliknya, kasih tanpa kebenaran

128

ETIKA KRISTEN

bukanlah kasih. Dengan perkataan lain, kebenaran dan keadilan adalah sesuatu yang sangat luas. Keadilan dan kebenaran di dalam bahasa Yunani (dikayosune) dan Ibrani (elmunah) dipakai di dalam satu istilah yang sama. Kita memang harus memikirkan hal ini lebih mendalam. Adakalanya kita harus berhadapan hanya dengan jawaban A dan B yang sama-sama tidak enak/tidak benar (border line situation). Tindakan yang manakah yang benar, yang harus kita ambil pada saat itu? Bagi kita tindakan yang salah tidak akan bisa berubah menjadi benar dan sebaliknya, karena nilai benar dan salah kita terima dari Tuhan. Namun ada satu kasus tertentu yang mengharuskan kita memilih satu di antara dua hal yang sama-sama salah. Kita memang mengetahui bahwa tindakan yang kita ambil akan tetap salah, tetapi di dalam kasus seperti ini, kita harus menggunakan rasio untuk menentukan tindakan manakah yang resikonya lebih kecil. Rasio kita harus dipakai untuk menentukan mana yang paling bijaksana yang bisa kita lakukan. Namun rasio harus tetap di bawah terang Firman Tuhan, bukan sebagai ganti Firman Tuhan. Rasio tidak boleh menyingkirkan dan menggeser hukum Allah.

Karakteristik Etika Kristen Etika Kristen adalah etika karena dan bukan etika demi Artinya, perbuatan baik yang kita lakukan bukan untuk memperoleh keuntungan, mencapai keselamatan, mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Namun karena telah mengalami kelimpahan dalam Kristus, maka seluruh hidup ingin dipersembahkan kepada Kristus dengan mengungkapkannya melalui tindakan. Etika Kristen menyalurkan cinta kasih di dalam masyarakat. Banyak kejahatan dan kekejaman di masyarakat timbul karena mereka tidak dikasihi dan tidak mengenal kasih. Di mana kasih dinyatakan dan diberitakan, maka akan ada respons dalam penginjilan. Kasih selalu dapat dibedakan dari nafsu. Ciri khas kasih Allah adalah sikap mental yang positif bukan emosi. Oleh karena itu bisa diperintah, karena ini merupakan kehendak (bukan natural) dan bukan emosi. Perhatikan Lukas 6:27-36, semua yang disebabkan di dalam ayat-ayat ini hanya bisa dilakukan dengan sikap mental yang positif, bukan dengan emosi. Ada unsur non-violance (tidak membalas) di sini. Kasih seperti ini adalah hasil pekerjaan Roh Kudus. Unsur-unsur kasih: 1) kesetiaan 2)

JURNAL TEOLOGI STULOS

129

tanggung jawab (tidak akan meninggalkan tempatnya/tugasnya) 3) kerkorban (perasaan, materi, tenaga, dan lain-lain) dan tidak mengorbankan orang lain demi dirinya. 4) Hormat terhadap sesama karena selalu menyadari posisi sesamanya 2 5) Ketaatan 6) Keterbukaan (untuk mendengarkan, memperhatikan) 7) Mengampuni. Selanjutnya kasih harus memenuhi hukum (Roma 13:8-10). Kasih yang mengabaikan hukum bukanlah kasih sebenarnya. Kasih tanpa hukum akan menjadi liar, sedangkan kasih dengan hukum akan menjadi teratur. Justru hukum ini yang ditolak oleh etika situasi. Perbedaan Etika Situasi dengan Etika Alkitab
Etika Situasi 1. Etika situasi menolak hukum Allah sebagai penentu untuk standar benar-salah, kasih, baik dan buruk. Etika situasi menghalalkan metode demi tujuan. Etika situasi menggantikan hukum Allah dengan situasi sebagai penentu. Terjadi pengkompromian nilai kekal. Misalnya: BDB (Bohong Demi Bisnis/ kompromi), DDD (Diam Demi Damai), LDL (Melicinkan Demi melancarkan), MDM (Magic Demi Maju). Salah dan benar bisa berubah. Etika Alkitab 1. Etika Alkitab berdasarkan Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). 2. Cara untuk mencapai tujuan sama pentingnya dengan tujuan yang baik. Cara dan tujuan harus sama-sama baik. 3. Tidak mengkompromikan nilai-nilai kekal dengan situasi.

2.

3.

4.

4. Salah dan benar tidak bisa berubah. Salah mutlak salah dan benar mutlak benar. Allah yang menentukan hal ini.

Pentingnya Keputusan Etis yang Kristiani Bagaimana caranya mengambil keputusan etis yang bisa merupakan pola dalam menghadapi berbagai masalah? Di dalam kehidupan kita pasti ada problem/masalah. Problem membutuhkan jawaban. Jawaban ini bisa
2

Apakah seorang anak bisa

130

ETIKA KRISTEN

melalui dua jalur yang berbeda (jalur I dan jalur II). Bagi kita jawaban yang dicari sifatnya harus BBT (Baik, Benar, dan Tepat). Sifat tepat selalu menyangkut situasi. Benar tanpa baik adalah tidak benar dan baik yang tidak benar adalah tidak baik. Di dalam Allah tidak ada konflik antara atribut Allah yang satu dan yang lain. Contoh kasus:
Ada seorang pemuda yang menceritakan pengalamannya di jalan raya pada siang hari itu. Pada siang hari itu dia lupa membawa SIM dan segala surat motor yang dikendarainya serta hanya membawa uang Rp 3.000,- saja. Lalu dia terkena razia dan kebetulan polisi yang merazianya mau dibayar Rp 3.000,- saja di tempat. Pemuda itu mengatakan bahwa polisi itu baik sekali, karena tidak menyulitkannya dan mau dibayar Rp 3.000 saja, padahal biasanya diminta Rp 20.000,-. Apakah polisi ini memang baik? Baik tanpa (konflik dengan) benar adalah tidak baik.

Kita harus memiliki orientasi di dalam mencari jawaban terhadap problem kita. Bagi kita orientasi selalu adalah Firman Tuhan. Mengapa Tuhan bisa memberikan jawaban, sedangkan ada banyak hal yang tidak tercantum di dalam firman Tuhan? Bagaimana tindakan kita bila kita harus memutuskan sesuatu yang tidak tertera dalam Firman Tuhan? Cobalah lihat kasus lain di bawah ini:
Bolehkah kita mengikuti undian berhadiah (lotre)? Hal ini tidak ada secara langsung disebutkan di dalam Alkitab. Namun nilai-nilai Kerajaan Allah itulah yang harus kita terapkan (kebenaran, kebaikan, keadilan, kesucian, kekudusan, belas kasihan, dan lain sebagainya) di dalam menjawab hal ini. Undian berhadiah mempunyai prinsip usaha minimal untuk untung maksimal atau memberikan kecil/sedikit untuk mendapatkan sebesar-besarnya. Prinsip seperti ini mendidik kita menjadi MATAKOS (maju tanpa ongkos). Sedangkan Firman Tuhan tidak ada mengajarkan seperti ini.

Namun seringkali juga kita membutuhkan tambahan dari luar Alkitab untuk menjawab problem kita, yakni teori berpikir secara etis. Ada beberapa hal yang dapat menolong kita. 1) Status, karena status menentukan tugas dan tanggung jawab:
Ada seorang lulusan IPB ingin pergi bekerja sambil melayani ke daerah pedalaman dengan gaji yang minimal, hanya cukup untuk kebutuhannya sehari-hari. Dia adalah anak sulung. Dia mempunyai tiga orang adik, orangtuanya masih sehat dan masih dapat bekerja dan keadaan ekonomi keluarganya mencukupi. Keadaan ini menunjangnya untuk bisa pergi. Namun sehari sebelum keberangkatannya, ayahnya sakit keras dan meninggal. Di dalam statusnya sebagai anak sulung, bolehkah ia pergi meninggalkan adik-adik dan ibunya? Tidak, karena statusnya sebagai anak sulung mengharuskannya untuk mengambil

JURNAL TEOLOGI STULOS

131

alih tanggung jawab keluarga. Di dalam kasus ini, statusnya menuntut tanggung jawabnya.

2) Situasi. Kita harus mempertimbangkannya juga.


Di dalam hal ini, situasi yang dipikirkan harus dalam orientasi pada prinsip-prinsip kehendak Tuhan, bukan menggeser Firman Tuhan. Jadi mempertimbangkan situasi di dalam hal ini bukan berarti memberlakukan etika situasi.

3) Iman. sangat penting dalam menentukan suatu keputusan . 4) Adat kadang-kadang menentukan keputusan kita, misalnya:
Ada sepasang pria dan wanita yang saling mencintai dan mereka adalah orang Kristen yang sungguh-sungguh. Keduanya berasal dari suku Batak. Menurut adat Batak, mereka tidak boleh menikah karena keduanya masih serumpun marga. Apakah yang harus mereka putuskan, menikah atau tidak? Di dalam kasus ini seharusnya mereka mempertimbangkan apakah masyarakat di sekitar mereka bisa menerima perubahan yang akan mereka lakukan di dalam adat bila mereka menikah.

Akhirnya, Paulus mengatakan bahwa jika suatu hal menjadi batu sandungan bagi orang, jangan lakukan (I Korintus 8). Bila sesuatu yang kita lakukan menjadi batu sandungan bagi orang lain, maka berarti kita juga berdosa. Paulus tahu bahwa perbudakan adalah salah, tetapi dia tidak pernah mengkritik dengan keras tentang perbudakan pada waktu itu. Mengapa Paulus tidak menyatakan sikap yang keras menentang perbudakan? Sebab pada waktu itu masyarakat belum mampu menerima perubahan yang akan terjadi bila perbudakan dihapuskan. Namun pada abad ke-19 perbudakan telah dihapuskan. Pola keputusan Etis Kristen
Problem A Jalur I (Firman Allah) B

C Jalur II (Etika Situasi)

D (Jawaban)

132

ETIKA KRISTEN

PERSPEKTIF ETIKA KRISTEN ATAS MASALAH SEKSUALITAS DI MASYARAKAT Masalah Free Sex Free sex terjadi karena orang yang melakukannya tidak mampu untuk membentuk suatu relationship yang menjurus kepada suatu pernikahan. Free sex adalah suatu hasil dari moral baru (new morality) yang menuntut kebebasan. New morality menganggap free sex hanya sebagai suatu pelepasan tekanan saja, pengalaman sebelum/pra nikah, atau seperti sport. Free sex adalah pengakuan kegagalan untuk membina suatu relationship.3 Di dalamnya karakter kita dilemahkan dan semakin dilemahkan lagi. Jadi dalam free sex tidak akan ada komitmen. Bila tidak ada komitmen di dalam pergaulan cinta kasih, maka tidak akan ada pernikahan. Komitmen menguatkan/mempertahankan kasih, bukan kasih yang menguatkan/ mempertahankan komitmen. Tuntutan moralitas baru ini adalah bahwa manusia hanya mempunyai dua tuntutan biologis, yaitu: makan dan sex. Kita perlu makan untuk mempertahankan kehidupan dan sex untuk melanjutkan kehidupan. New morality ingin membuktikan bahwa makan dan seks harus diperlakukan sama. Bila tidak makan, kita akan mati dan bila tidak memenuhi kebutuhan sex maka akan merugikan kesehatan. Maka free sex dipandang sebagai berikut 1. Dari sudut ilmu fisiologis (penelitian atas rangsangan), contoh: Ada sepasang pria-wanita yang saling mencintai dan sudah
bertunangan, keduanya adalah orang yang bermoral baik. Mereka sering bepergian berdua dengan naik becak. Becak yang sempit membuat mereka harus duduk merapat. Karena begitu sering mereka duduk merapat di becak, akhirnya muncul dorongan sex secara biologis pada wanita tersebut. Hal ini sering terjadi, sehingga akhirnya wanita tersebut mengalami sakit maag. Ketika wanita ini memeriksakan diri kepada seorang dokter, dokter menyarankan sebaiknya dia dan kekasihnya secepatnya menikah.

Keinginan makan tidak bisa dikontrol, sedangkan keinginan seks harus bisa dikontrol. Harus ada disiplin di dalam pikiran kita. Di dalam Roma 8:5-7, disebutkan bahwa apa yang dipikirkan, itu yang dilakukan. Bila ada sesuatu yang masuk ke dalam pikiran kita, lalu akan ada
Relationship yang menjurus ke arah pragmatis, materialistis, egoistis akan menghancurkan relationship.
3

JURNAL TEOLOGI STULOS

133

bayangan yang muncul dalam pikiran. Bila bayangan ini dibiarkan maka bayangan akan menjadi keinginan. Setelah ada keinginan maka keinginan itu akan dilakukan. Jadi jangan sampai pikiran menjadi keinginan, karena bila sudah menjadi keinginan maka tidak akan dapat dikontrol lagi. Efek makan misalnya, hanya secara fisik. Namun seks mempunyai efek psikologis yang mendalam, yang tidak bisa dihilangkan. Manusia diciptakan oleh Allah bukan hanya secara fisik, tetapi juga moral. Dari hasil penelitian ini, kita menolak pendapat yang mengatakan bahwa nafsu makan dan sex harus diperlakukan sama. Memang ada hal yang sama di dalam tuntutan makan dan sex, tetapi ada banyak perbedaan di antara keduanya.

2. Dari sudut psikologis Efek free sex dari sudut psikologis adalah merugikan karakter/ kepribadian dan martabat (dalam arti tertentu). Khussnya bagi wanita akan muncul kekecewaan dan kecemasan, ketidakpuasan, terluka karena sesungguhnya dia tertipu4, insecurity (merasa tidak aman), perasaan malu, merasa bersalah dll. Efek kehidupan seperti ini akan berlangsung lama. Sehingga harus ada pertolongan kepada orang yang mengalami seperti ini. Tuhan memberikan hati nurani kepada manusia, dan Tuhan mau menguduskan kita sampai ke hati nurani (Ibrani 9:13-14). Seseorang yang berbuat salah membutuhkan pengampunan, tidak hanya kepada Tuhan tetapi juga kepada manusia. Contoh:
Ada sebuah keluarga yang sangat beriman, namun anak perempuannya kemudian ternyata hamil di luar nikah. Dia segera dinikahkan. Ayahnya mengatakan bahwa mereka harus menganggap kejadian itu tidak pernah terjadi dan tidak usah dipikirkan lagi. Hal ini menjadi siksaan yang berkepanjangan bagi anak perempuannya. Ayahnya sebenarnya tidak bermaksud untuk menyakiti hati anaknya dengan mengatakan hal tersebut. Ayahnya hanya ingin melupakan kejadian itu. Namun dia membutuhkan penyampaian rasa bersalahnya dan membutuhkan pengampunan dari ayahnya. Sebelum kesempatan itu diperolehnya, dia tidak akan mempunyai damai sejahtera.

Hubungan seksual merupakan keterlibatan total dari seluruh eksistensi manusia, maka dibutuhkan penyerahan total. Jadi lebih dari pad aspek fisik, sehingga dibutuhkan kesetiaan, tanggung jawab dan hubungan yang
sebenarnya dia mengharapkan kasih, tetapi tidak diperolehnya. Dia sudah menyerahkan segalanya, tetapi ternyata dia ditinggalkan.
4

134

ETIKA KRISTEN

permanen. Pemikiran yang mengatakan bahwa yang fisik tidak penting dan yang penting adalah moral saja, tidak benar. Pemikiran ini mengizinkan segala sesuatu bisa dilakukan karena hanya menyangkut tubuh, nikmati saja, yang penting intelek. Hal ini tidak bisa kita terima sebab tubuh kita adalah rumah Roh Kudus. Fisik dan moral harus berjalan bersama.

3. Dari sudut sosiologis Akan terjadi suatu perubahan yang sangat radikal di dalam hubungan/ relasi pria-wanita. Sebab apa yang dilakukan di dalam free sex adalah pemuasan nafsu. Maka seseorang yang bisa memuaskan nafsunya dengan orang lain, berarti ada hubungan cinta kasih. Hubungan yang ada hanya hubungan yang pragmatis, orang itu hanya sebagai alat pemuas nafsunya. Hubungan intim jasmani bila tidak berdasarkan hubungan intim cinta kasih akan mengakibatkan penghinaan dan rasa bosan. Hanya menjadi korban, karena hanya menjadi alat pemuas hawa nafsu. Pragmatis adalah pandangan totalisme yaitu melihat segala sesuatu nilai manusia dari sudut kegunaannya. Bila tidak berguna berarti tidak ada nilai, maka akan dimusnahkan. Manusia pribadi tidak penting, yang penting adalah massa. Jadi di sini hubungan manusia sudah berubah yaitu dari penghargaan menjadi hanya hubungan kegunaan. Sehingga tidak ada respek terhadap yang lain. Kita seharusnya mempunyai respek terhadap seseorang di dalam suatu hubungan, walaupun bagaimana keadaan orang tersebut. Kita respek kepada orangnya, bukan kepada dosa yang dilakukannya. Jadi secara keseluruhan Free sex merugikan martabat manusia. Itulah sebabnya Tuhan di dalam kasih-Nya melarang free sex. Allah melihat hasil free sex yang sangat buruk ini. Nilai pergaulan menjadi kabur antara kedua orang yang melakukan free sex karena: 1) Orang yang satu menganggap yang lain sebagai alat, sehingga kesetaraan status (equalitas) yang satu terhadap yang lain menurun. Kegunaan seseorang dianggap lebih penting daripada identitasnya. Sehingga terjadi dehumanisasi, derajat manusia diturunkan. 2) Terjadi perubahan di dalam keluarga. Di dalam suatu hubungan harus ada kepercayaan (trust). Di dalam hubungan kasih juga tidak boleh terjadi pendewaan kepada orang yang dikasihi. Tuhan memberikan kelemahan kepada manusia supaya tidak mendewakan manusia yang satu dengan

JURNAL TEOLOGI STULOS

135

yang lainnya. 3) Membuat hubungan yang dekat bisa menjadi jauh, dulu merasa aman tetapi sekarang tidak lagi merasa aman. Padahal hubungan suami-istri harus lebih akrab dari pada hubungan/relasi yang lain. Itulah sebabnya Tuhan sangat memberikan prioritas kepada rumah tangga yang stabil. Rumah tangga yang stabil menjadi berkat bagi masyarakat. 4) Juga berakibat terhadap akhlak manusia: Manusia kehilangan kepekaan terhadap seseorang dan terhadap milik seseorang. Sikap kasar semakin muncul, Egoisme terus bertambah, tetapi tanggung jawab terus berkurang. Terus mencari kesenangan dan kepuasan, tetapi kesetiaan terus berkurang. Hubungan di antara dua orang di dalam free sex bukan bergantung kepada kesetiaan, tetapi terhadap rasa bosan atau tidak. Bila bosan, bisa berpisah karena tidak ada keterikatan. Jadi akan ada kerugian bagi masyarakat karena pembangunan negara tidak akan bisa dilakukan berdasarkan keakuan, karena hanya memikirkan keuntungan diri sendiri. Kestabilan bangsa tergantung kepada kestabilan rumah tangga. Bila kita mengurangi kestabilan berarti kita mengurangi kerukunan dan kebahagiaan rumah tangga. Sebaliknya di dalam pernikahan (two in one ship) yang dikembangkan adalah pengorbanan. Berkat di dalam keluarga akan menciptakan berkat di luar keluarga, lingkungannya juga akan dibahagiakan. Sex bukan untuk dicoba di luar pernikahan (trying sex). Karena sex bukan untuk membentuk satu kesatuan atau cinta kasih, tetapi untuk menyatakan cinta kasih di dalam pernikahan. Problem kita pada masyarakat permissive karena terlalu banyak perhatian dan jalan diberikan kepada tekanan-tekanan dari pemuasan fisik (dorongan biologis). Di dalam masyarakat banyak diizinkan pornografi, dan memisahkan pernikahan dengan sex.

Homoseksual Homoseksual menurut Medical Association di Inggris adalah preparation erotic attraction to a member of the same sex, which usually but not inability in values some physical expression of this attraction. Homoseksual adalah atraksi erotis yang mengutamakan seseorang yang sama seksual/kelaminnya dan hal itu biasanya, tetapi tidak seharusnya di dalam suatu ekspresi fisik dari atraksi tersebut. Dengan perkataan lain homoseksual adalah suatu daya tarik fisik/erotis terhadap seseorang yang sama jenis kelaminnya dan di dalam daya tarik erotis ini pada umumnya

136

ETIKA KRISTEN

dituntut ekspresi fisik/jasmani. Ternyata sedikit sekali orang yang tidak pernah mengalami perasaan tertarik terhadap orang yang sama jenis kelaminnya. Bisa terjadi pada suatu saat seseorang tertarik terhadap seseorang yang sama jenis kelaminnya dalam waktu yang terbatas. Dikatakan di dalam buku dari Medical Association bahwa sebaiknya kita jangan membicarakan apakah orang tersebut homoseksual atau heteroseksual, tetapi kita katakan bahwa seseorang itu ada yang mempunyai kecenderungan homoseksual. Mungkin juga orang tersebut adalah biseksual, yaitu orang yang bisa tertarik terhadap lawan jenisnya dan juga terhadap orang yang sama jenis kelaminnya. Tergantung apakah orang tersebut bisa mengatasi kecenderungan tersebut atau tidak. Berdasarkan penelitian medis dikatakan bahwa sedikit orang yang tidak pernah mempunyai kecenderungan atraktif terhadap orang yang sama jenis kelaminnya. Bisa saja seseorang tertarik terhadap orang yang sama jenis kelaminnya tetapi tidak secara seksual, mungkin ada kekaguman terhadap idolanya. Secara historis, pada zaman Yunani wanita dianggap rendah, kedudukannya hanya di dapur serta tidak mempunyai intelektual dan berharga. Sedangkan pria dianggap lebih tinggi termasuk anak-anak muda. Di Yunani sering terjadi pederastik (yang berasal dari kata ) yaitu hubungan antara pria tua dengan pria yang lebih muda. Pria yang lebih tua menginginkan pria yang lebih muda. Hubungan ini dikomersialkan, biasa dilakukan dan merupakan suatu kesenangan sensual5. Sebenarnya hubungan seperti ini tidak diizinkan, tetapi tetap dilaksanakan karena tidak ada tindakan secara hukum. Pada saat itu di Yunani, kesukaan dan kepuasan seksual sangat merajalela. Bahkan pimpinan dan para raja yang homoseksual dianggap tidak menjadi masalah bagi mereka. Karena itu, orang Yahudi yang hidup bersama orang Yunani pada waktu itu sangat menolak keadaan seperti itu. Bagi mereka yang penting adalah kesejahteraan keluarga, heteroseksual dan perkembangan kekeluargaan yang sesuai dengan peraturan-peraturan hukum. Pasti sangat sulit bagi orang Yahudi yang hidup di tengah-tengah orang Yunani yang bermoral demikian. Penilaian terhadap homoseksual merupakan hal yang sangat sulit, karena: Banyak orang yang melakukan homoseksual disebabkan stress.
5

Sensual adalah hal memuaskan perasaan.

JURNAL TEOLOGI STULOS

137

Mungkin orang tersebut pernah dipenjara. Orang-orang yang di penjara berada dalam satu ruangan sempit dengan teman satu penjara yang berjenis kelamin sama dalam waktu yang lama. Di dalam keadaan stress, keadaan seperti ini bisa menimbulkan homoseksual. Dengan perkembangan pikiran modern yang lepas dari deontologist Alkitab, ada yang menerima homoseksual sebagai life style yang bisa diterima. Hal ini merupakan ekspresi pemberontakan manusia terhadap batas-batas hukum yang ditentukan Allah. Pada tahun 1967 di Inggris homoseksual dilegalisir dan ada toleransi terhadap mereka. Pihak psikiatri menganggap homoseksual bukan abnormal mereka menerimanya. Dengan demikian orang-orang homoseksual berpendapat bahwa pihak medis mendukung mereka. Dalam hal ini kita juga tidak bisa lepas dari liberalisme yang ingin lepas dari moral yang lama, menginginkan kehidupan bebas, tetapi bebas dalam nafsu. dan menganggap homoseksual adalah a natural alternative life style. Bahkan the gay fellowship menganggap bahwa seksualitas manusia adalah karunia Allah untuk memperkaya dan mengekspresikan kasih secara mendalam. Cinta kasih tidak akan diperkaya hanya dalam heteroseksual, dan homoseksual justru mengekspresikan kasih khusus karena merupakan karunia khusus. Hal ini mereka terima dan hormati. Apakah perspektif Alkitab tentang homoseksual. Mengapa Allah melarang homoseksual? Pasti Allah mempunyai tujuan. Setiap kali Allah memberikan larangan pasti ada sebabnya. Perjanjian Lama banyak menceritakan tentang homoseksual, ada 4 bagian Alkitab yang membicarakan hal ini. Misalnya di Kejadian 19:1-13, Hakim-Hakim 19; Imamat 18:12 dan Imamat 20:13. Di dalam Kejadian 19:1-13, ada perkataan, supaya kami pakai mereka (ayat 5), dalam bahasa Ibrani adalaha yada yang sebenarnya berarti kenal, jadi terjemahan dalam bahasa Indonesia kurang tepat. Perkataan yada dalam Perjanjian Lama 300 lebih dipakai untuk arti mengenal, ada 10 kali dipakai untuk arti hubungan sex tetapi tidak pernah dalam arti homoseksual. Cerita tentang Sodom dan Gomora juga dibicarakan dalam Yesaya 1:10-12, dalam ayat ini masalah Sodom dan Gomora tidak ada dihubungkan dengan homoseksual. Begitu juga dalam Yeremia 23:14 dan Yehezkiel 16:49-51, masalah Sodom dan Gomora tidak dihubungkan dengan homoseksual. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah sebenarnya kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Sodom dan Gomora? Ada

138

ETIKA KRISTEN

banyak kejahatan yang dilakukan mereka, tetapi masalah homoseksual tidak dibicarakan. Di dalam Perjanjian Baru, masalah Sodom dan Gomora juga ada dibicarakan bahkan Tuhan Yesus juga menyinggung masalah ini. Namun tidak menyinggung masalah homoseksual. Di dalam Perjanjian Baru, yang menyinggung masalah Sodom dan Gomora dalam hubungannya dengan homoseksual adalah Yudas 1:7. Di dalam ayat ini disebutkan ada hubungan daging yang tidak wajar. Berdasarkan keterangan dari ayat-ayat tersebut, diduga bahwa sebenarnya Lot melanggar peraturan daerah setempat. Sebagai pendatang asing dia menerima orang asing di rumahnya tanpa sepengetahuan penduduk setempat. Sebenarnya mereka mengadakan peraturan seperti itu untuk mencegah orang-orang asing yang mempunyai niat jahat terhadap kota mereka. Itulah sebabnya penduduk setempat mendatangi Lot dan mengatakan bahwa pendatang itu harus mereka ketahui, mereka ingin mengenal (yada) mereka. Jadi masalahnya belum tentu hal ini menyangkut homoseksual. Kita tidak bisa memastikan hal ini ada hubungan dengan homoseksual kecuali di dalam kitab Yudas. Di dalam Imamat 18:22 dan 20:13, jelas dibicarakan masalah homoseksual. Orang yang melakukan homoseksual dikenakan hukuman mati. Mengapa orang homoseksual sampai dihukum mati? Homoseksual adalah suatu kekejian di hadapan Allah (Roma 1:26-27). Di dalam I Korintus 6:9-10, disebutkan berbagai macam kejahatan sex, antara lain pemburit. Di dalam bahasa Yunani dipakai perkataan (invert: pasif dalam gender) sedangkan (pervert: aktif dalam gender). Paulus sangat jelas di dalam membicarakan masalah sex ini karena sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan tentang sex.

Hubungan dengan Penciptaan Di dalam Kejadian 1, baik pria maupun wanita adalah imago dei, hal ini mengajarkan ekualitas pria dan wanita. Sedangkan di dalam Kejadian 2, pria dan wanita saling melengkapi. Di dalam Kejadian 2:23-24, perkataan daging (basar) disebutkan 3 kali. Hawa diambil dari daging Adam, berarti merupakan bagian dari Adam sendiri, bukan sesuatu yang asing bagi dirinya. Lalu dia dikembalikan kepada Adam. Artinya, kesatuan dari pria dan wanita dalam pernikahan bukan hanya kesatuan secara fisik/ seksual, tetapi kesatuan dari dua pribadi/eksistensi yang dikembalikan

JURNAL TEOLOGI STULOS

139

menjadi satu sehingga saling melengkapi. Tuhan tidak memberikn orang yang lain, juga tidak ada orang yang sama jenisnya dengan dia. Tuhan memberikan seseorang yang berbeda dari dia, tetapi yang menjadi satu dengan dia. Di dalam pernikahan Tuhan memberikan kesatuan di antara yang berbeda jenis kelamin, bukan kepada yang sama jenis kelaminnya. John Stott mengatakan hal ini merupakan suatu misteri yang mendalam, di dalam keintiman yang Tuhan kehendaki. Sehingga di dalam alienasi di dunia ini, mereka mengalami the rich created oneness of human being. Hal ini jelas antara pria dan wanita. Tujuan pernikahan tidak terpenuhi di dalam homoseksual. Pernikahan yang Tuhan kehendaki adalah kesatuan antara dua individu yaitu pria dan wanita dan merupakan kesatuan sosial, karena harus meninggalkan orang tuanya. Pernikahan merupakan suatu berkat dan sukacita dari Allah, diketahui oleh semua orang dan terbuka. Sedangkan hubungan homoseksual berusaha tersembunyi karena tidak wajar dilakukan di dalam masyarakat. Pernikahan adalah hubungan heteroseksual, permanent dan digenapkan dalam hubungan seksual tanpa ada rasa malu dan bersalah. Salah satu tujuan pernikahan adalah untuk memperoleh anak/keturunan, sedangkan hubungan homoseksual tidak bisa menghasilkan anak. Sejak tahun 1970 terjadi peningkatan permissive society dan segala peledakan yang negatif seperti pornografi. Pornografi muncul di dalam banyak mass media, terutama melalui film, video dan buku bahkan melalui computer. Apa yang dapat kita lakukan dalam keadaan seperti ini? Kita harus menyadari bahwa selama ini kita terlalu puas dengan keadaan gereja kita sendiri, asal dalam keadaan menyenangkan. Namun kita harus menyadari bahwa keadaan demikian tidak cukup bagi kita. Kita harus memikirkan tanggung jawab yang lebih besar. Kita harus memikirkan untuk menempatkan orang-orang Kristus yang sungguh-sungguh duduk di tempat-tempat penting yang dapat memberikan nilai positif bagi masyarakat. Gereja juga harus mempunyai kesadaran dan tanggung jawab untuk membina keluarga-keluarga, sehingga orangtua bisa mendidik anak-anaknya dengan nilai-nilai kekristenan. Kita juga bisa memberikan tulisan-tulisan positif di media massa, yang bisa dibaca oleh banyak orang.

140

ETIKA KRISTEN

Pornografi

Sejak tahun 1970 terjadi peningkatan permissive society dan segala peledakan yang negatif seperti pornografi. Pornografi muncul di dalam banyak mass media, terutama melalui film, video dan buku bahkan melalui computer. Apa yang dapat kita lakukan dalam keadaan seperti ini? Kita harus menyadari bahwa selama ini kita terlalu puas dengan keadaan gereja kita sendiri, asal dalam keadaan menyenangkan. Namun kita harus menyadari bahwa keadaan demikian tidak cukup bagi kita. Kita harus memikirkan tanggung jawab yang lebih besar. Kita harus memikirkan untuk menempatkan orang-orang Kristus yang sungguh-sungguh duduk di tempat-tempat penting yang dapat memberikan nilai positif bagi masyarakat. Gereja juga harus mempunyai kesadaran dan tanggung jawab untuk membina keluarga-keluarga, sehingga orangtua bisa mendidik anak-anaknya dengan nilai-nilai kekristenan. Kita juga bisa memberikan tulisan-tulisan positif di media massa, yang bisa dibaca oleh banyak orang. Juga dikatakan bahwa pornografi tidak merusak walaupun di dalam materi-materi ini yang diutamakan dan yang digambarkan adalah kebencian, permusuhan dan kejahatan. Mereka menginginkan kebebasan untuk mengekspresikan diri. Ada yang mengatakan pornografi tidak boleh dilarang karena akan menghambat kebebasan ekspresi seseorang dalam suatu negara demokrasi. Apakah pendapat seperti ini benar? Jelas hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dan norma-norma lama (Alkitab) yang mau diserang. Kebebasan yang diberikan kepada kita bukan untuk hal yang negatif tetapi untuk hal yang positif. Apakah pornografi itu ada dalam materinya (lukisan, patung tulisan) atau di dalam pikiran orang yang melihat atau membacanya? Pornografi terdapat di dalam keduanya, baik materinya maupun pikiran orang tersebut. Di dalam Filipi 4:8 dikatakan, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Melalui pekerjaan yang dilakukan seseorang akan menjadi nyata apa yang ada dalam pikirannya (Roma 8:5-6). Di dalam Kolose 3:1-2 disebutkan, ...carilah perkara yang di atas, pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Di dalam memikirkan hal positif diperlukan disiplin yang tinggi. Ada berbagai respon terhadap pornografi yang berkembang antara

JURNAL TEOLOGI STULOS

141

lain: 1. Ada yang berpendapat bahwa gereja harus mempertimbangkan moral secara baru, artinya harus mempunyai pandangan yang baru terhadap moral. Banyak orang Kristus menolak otoritas Alkitab dan menggantikannya dengan pandangan/nilai yang lain. 2. Pemerintah mengadakan penelitian-penelitian pornografi dari sudut politik. Pornografi sering digabungkan dengan kekerasan, yang mengakibatkan keresahan di dalam masyarakat. Sehingga secara politik negara memikirkan bagaimana caranya supaya keresahan seperti ini tidak terjadi di dalam masyarakat. 3. Pihak hukum mencoba untuk memberikan peraturan-peraturan yang baru dalam bidang moral. Diadakan tindakan yang keras terhadap pelanggar moral. 4. Pihak ilmu-ilmu sosial juga membahas hal ini, tetapi dalam konteks kepentingan ekonomi dan dari sudut keuntungan dan keuangan. Dari sudut materi memang pornografi mendapatkan keuntungan yang besar, sehingga dalam masyarakat sering terjadi permissive. Akhirnya segala hal yang dahulu tidak diijinkan di dalam masyarakat, menjadi diijinkan. Pada masa sekarang pornografi tidak lagi disebut sebagai pornografi, tetapi disebut sebagai suatu tulisan erotik. Erotik ini biasanya digabung dengan hal-hal lain, misalnya dengan kekerasan, tindakan jahat dan serangan-serangan yang sifatnya agresif. Di dalam tindak kriminal kita sering menyaksikan perkosaan disertai dengan tindakan kekerasan. Dengan kombinasi ini maka norma-norma di dalam masyarakat yang selama ini ada, yaitu menghormati dan menghargai hubungan seksual (karena merupakan tindakan kasih yang paling intim dan mulia), justru ditolak dalam pornografi. Hal ini jelas menyerang standard norma kesusilaan dalam masyarakat. Ini dilakukan dengan mengeksploitasikan wanita sebagai alat pemuas nafsu pria, dengan demikian wanita didehumanisasikan. Jadi hanya dianggap berguna sebagai sarana seksual. Lebih dari itu, pornografi merupakan penulisan cabul, berasal dari perkataan porneia () yang berarti cabul dan grafein () yang berarti menuliskan atau melukiskan. Dari istilah/ perkataannya saja sudah menggambarkan maksudnya dan hal ini jelas kita tolak. Dalam pornografi terjadi suatu eksploitasi dari

142

ETIKA KRISTEN

dorongan-dorongan biologis, sehingga nilai yang Tuhan berikan kepada sesuatu hal menjadi diturunkan. Pornografi menurunkan nilai seksualitas padahal sesungguhnya Tuhan memberikan nilai yang mulia dan baik bagi seksualitas. Dalam pornografi tidak mungkin seseorang akan mendapatkan pengertian yang lebih mendalam tentang situasi politik, negara, sosial dalam masyarakat. Dalam pornografi tidak mungkin terdapat hal seperti ini, karena pornografi adalah iklan yaitu untuk menjual sesuatu, bukan mengkomunikasikan sesuatu. Sikap (estetika) yang ada dalam pornografi mempunyai world view yang rusak karena yang digambarkan di dalamnya bertentangan dengan yang diberikan Tuhan kepada kita. Di dalam pornografi yang utama sekali digerakkan adalah perasaan (emosi), bukan pikiran. Tujuan seni adalah untuk menyadarkan dan mendewasakan pemikiran dan pengertian penonton/pengamat karya seni, juga menyadarkan akan kebutuhan dan keadaan masyarakat. Beban ini ingin disalurkan kepada masyarakat sebagai tanda bahwa dia ikut bertanggung jawab terhadap masyarakat. Ada juga yang menganggap pornografi sebagai suatu lelucon. Pornografi dianggap sebagai sesuatu yang dapat menghibur dan sesuatu yang ditertawakan. Sehingga nilai seksualitas jelas sangat direndahkan. Pornografi tidak akan pernah bisa menjadi suatu seni karena seni bertujuan untuk meningkatkan suatu nilai atau mutu kehidupan. Seni tidak mempunyai tujuan jahat dan buruk, justru mempunyai nilai/tujuan mulia dan indah. Sedangkan pornografi justru menurunkan nilai. Seni akan selalu mempunyai tujuan yang indah, tetapi pornografi mempunyai tujuan yang lain. Sifat pornografi seperti iklan yang selalu mendorong seseorang untuk melakukannya. Atraksi terhadap pornografi biasanya ditujuan terhadap golongan remaja dan pemuda, tetapi juga termasuk orang-orang dewasa. Seorang seniman adalah seorang yang ingin menyatakan diri kepada orang yang melihat hasil karyanya (kepada masyarakat). Jadi bukan untuk menggerakkan orang yang melihat hasil karyanya, hanya menyatakan perasaan dan world-view-nya. Melalui seni, seseorang ingin mengikutsertakan orang lain ikut ambil bagian dalam apa yang dirasakan dan dipikirkannya. Dia hanya mau mengkomunikasikan dirinya, tetapi bukan untuk menggerakkan orang lain. Kita sebagai penonton/pengamat mempunyai identifikasi terhadap seniman tersebut. Misalnya ada sebuah karya seni Picasso berupa lukisan wajah seorang wanita yang letak kedua pipinya tidak sama, yang satu lebih tinggi dari

JURNAL TEOLOGI STULOS

143

yang lain. Dalam hal ini Picasso ingin mengungkapkan akan situasi masa kini yang disaksikannya, terjadi ketimpangan/kepincangan di dalam masyarakat. Di satu pihak masyarakat sangat maju dalam bidang ilmu, sedangkan moral masyarakat mundur. Pornografi menjurus ke arah meningkatkan hiburan. Mengapakah hiburan diutamakan sekali, apakah yang terjadi dengan tugas pekerjaan sehari-hari? Sering tugas/pekerjaan yang dilakukan sehari-hari mematikan kreativitas manusia, misalnya pekerja pabrik atau penerima karcis jalan tol. Padahal Tuhan menghendaki pekerjaan bisa menciptakan kreativitas manusia. Bila pekerjaan menjadi hal yang membosankan maka mereka mencari hiburan setelah waktu kerja. Dalam hal ini sering pornografi dijadikan sebagai hiburan. Jadi pornografi bertujuan untuk menjual seksual, dengan pornografi dimaksudkan apa yang kamu lihat lakukanlah. Jadi pornografi merupakan bahaya moral dan juga psikis. Rusia sangat mengetahui bahwa bila suatu masyarakat rusak dan lemah mentalnya maka masyarakat tersebut tidak akan mempunyai kekuatan untuk menghadapi tantangan yang berat. Maka mereka memproduksi dan menjual pornografi dengan harga yang sangat muah ke negara-negara lain karena pornografi bisa membuat lemah mental masyarakat tersebut. Sikap masyarakat Amerika terhadap pornografi mulai berubah sejak 1970. Toleransi terhadap pornografi semakin diperluas. Di Amerika diadakan penelitian oleh pemerintah terhadap pornografi. Laporan yang dihasilkan mengatakan bahwa erotika dianggap tidak merugikan masyarakat, tidak melemahkan masyarakat, tidak berbahaya bagi moral masyarakat dan hal ini dikatakan secara juridis. Pornografi mempengaruhi pandangan masyarakat tentang seksualitas yang sebenarnya dan bagaimana sebenarnya seksualitas patut diekspresikan. Di dalam hal ini harga manusia diturunkan. Pandangan tentang relationship juga berubah, sehingga dipertanyakan apakah penting relationship yang mendalam, apakah tujuannya? Hal ini tentu menyangkut siapakah manusia, manusia diciptakan dengan tujuan apa sebagai gambar Allah. Kita diciptakan sebagai gambar Allah tentu untuk bisa mempunyai relationship yang mendalam baik dengan Allah maupun dengan sesamanya (Kejadian 1 dan 2), saling menolong, saling memperhatikan dan belajar untuk saling mengasihi. Sedangkan dalam pornografi tidak ada belajar saling mengasihi dan tidak ada hubungan cinta kasih. Hubungan di dalam pornografi hanya berupa hubungan fisik, pemuasan nafsu, sensasi jasmani dan bersifat sementara. Tidak ada

144

ETIKA KRISTEN

komitmen kesetiaan yang lama, juga tidak ada tanggung jawab. Dengan demikian nilai-nilai etika Kristen mau digeser dengan nilai-nilai lain. Pornografi sebenarnya sudah lama muncul, tetapi sekarang muncul pornografi anak. Sehingga terjadi penyelewengan seksual terhadap anak-anak. Pornografi dan perkembangannya seperti ini sangat ditentang oleh segala pihak, baik liberal maupun non liberal. Bukan hanya pihak Kristen yang menolak pornografi, bahkan Feminisme juga menolak pornografi karena pornografi merendahkan martabat dan eksistensi wanita. Pornografi juga bisa masuk ke dalam keluarga Kristen bahkan juga keluarga para pendeta. Bahkan tidak terkecuali pendeta itu sendiri. Pornografi di dalam keluarga sangat mengganggu sekali. Problem ini harus kita tangani secara berani. Perlu adanya tindakan sosial yang tegas untuk memulihkan pandangan masyarakat secara benar tentang pornografi. Pornografi mempunyai pengaruh terhadap pemikiran bawah sadar manusia, sehingga akhirnya manusia bisa diprogramkan, bisa digerakkan dan dimanipulasikan untuk melakukan apa yang dilihatnya. Akibat pornografi ini akan timbul kesulitan pada diri seseorang untuk mempunyai hubungan intim yang seumur hidup satu orang untuk satu orang. Jadi melemahkan kemampuan seseorang untuk mempunyai hubungan yang setia. Padahal kestabilan suatu keluarga sangat mempengaruhi kestabilan suatu bangsa. Di dalam pornografi tercipta mental yang konsumtif (non produktif) yaitu keinginan untuk melayani diri sendiri, mengabaikan orang lain dan masyarakat. Barang-barang yang tidak laku tidak dilihat apakah perlu atau tidak, yang penting laku tanpa melihat kebutuhannya. Dalam mental consumtif pihak wanita menjadi produk bagi pria. Dalam eksploitasi seksual melalui pornografi yang semakin brutal, akan muncul dorongan-dorongan destruktif. Pornografi juga sering digabungkan dengan obat-obat terlarang. Sering dalam hal ini terjadi hal-hal yang bersifat pribadi, intim dan hubungan yang mendalam berubah menjadi impersonal (dilakukan kepada semua orang), sehingga hanya memuaskan nafsunya saja. Hal ini menimbulkan banyak bahaya di dalam masyarakat. Apakah dasar kita untuk menolak pornografi? Kriteria apa yang kita butuhkan untuk menolak pornografi? Kita harus menilai pornografi dari sudut moral berdasarkan Firman Allah, karena merupakan nilai-nilai mutlak tentang yang baik dan yang buruk. Hal-hal yang sifatnya

JURNAL TEOLOGI STULOS

145

merusakkan tidak sesuai dengan Firman Allah. Lalu kita juga harus melihat efeknya terhadap masyarakat umum, apakah mempunyai efek yang positif atau negatif. Kita juga harus melihat estetikanya (keindahannya), kita tidak melihat judulnya tetapi sikap di belakang judul itu. Misalnya di fakultas kedokteran perlu sekali dipelajari bagian-bagian seksual manusia, tetapi hal ini tidak termasuk pornografi. Jadi kita harus melihat tujuan dan sikap di belakang judul itu. Ada yang berpendapat bahwa pornografi mempunyai nilai therapeutic (penyembuhan). Misalnya gangguan/hambatan hubungan seksual di dalam hubungan suami-istri, dianggap bisa disembuhkan dengan pornografi. Dalam hal ini kembali kita harus ingat bahwa tujuan yang baik juga harus dilakukan dengan cara yang baik pula. Tidak perlu kita meminjam cara Iblis untuk pekerjaan yang baik/positif. Hubungan suami-istri seperti ini sangat tergantung kepada world view mereka. Di dalam pernikahan harus ada hubungan yang erat antara suami dan istri. Jadi sebenarnya masalahnya relasi mereka yang harus diperbaiki. World View yang bagaimana yang kita miliki? Ada juga orang-orang yang pro pornografi. Ada yang berpendapat bahwa melalui pornografi segala larangan (tabu) tentang seksual pada moral yang lama dapat diatasi. Moral yang lama dianggap ketinggalan jaman/kuno, dikatakan kita harus jujur terhadap perasaan sendiri. Jadi sering tergantung pada selera masyarakat. Akibatnya kriminalitas akan tetap meningkat. Bila pornografi diberi keleluasaan untuk mempengaruhi masyarakat, maka penyakit di dalam masyarakat juga akan meningkat. Problem dalam masyarakat akan semakin meningkat.

KESIMPULAN Pemikiran Kristen sangat berperan untuk menghadapi tantangan di masa depan, terutama yang harus ada adalah pendidikan Kristen. Kita harus bisa mempengaruhi reaksi-reaksi dalam masyarakat terhadap situasi masa kini. Dalam hal ini diperlukan pendidikan dan pengajaran dari Tuhan, sangat dibutuhkan refleksi teologis yang mendalam tentang siapakah manusia dan tujuan Allah terhadap seksualitas.

146

ETIKA KRISTEN

You might also like