You are on page 1of 3

Mahi Ghiyast A. Ekonomi lingkungan 040811167 PENCEMARAN DI LAUT KARENA OIL SPILL, DISENGAJA ATAU TIDAK?

Pencemaran laut akibat minyak bumi yang tumpah ini termasuk dalam episodic pollution, yaitu pencemaran yang terjadi pada hanya pada kurun waktu tertentu akibat suatu accident. Berbeda bila kasus pencemaran pada cerobong asap ataupun emisi kendaraan yang terjadi terus menerus yang disebut continous pollution. Kasus pencemaran laut karena oil spill menjadi isu pokok diseluruh dunia, terutama kasus yang terjadi Di Amerika Serikat, tepatnya Di Teluk Meksiko. BP platform pengeboran minyak, Deepwater Horizon, meledak dan menyebabkan tumpahan minyak dilaut mencapai 25.000 barel dan menyebar disekitar teluk meksiko. Pada kasus di dalam negri, Kebocoran sumur minyak milik perusahaan PTT Exploration and Production (PTTEP) yang dioperasikan bersama antara perusahaan Australia, Thailand, dan Norwegia mencemari perairan Laut Timor. akibat ledakan kilang minyak Montara tersebut, minyak merembet hingga memasuki Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia. Dari kesekian pencemaran laut yang menyebabkan kerugian materil cukup besar tersebut, apakah seluruhnya dikatakan kecelakaan ataukah memang disengaja? Untuk itu perlu melakukan pengidentifikasian dari kasus yang terjadi. Beberapa kasus memang murni tidak disengaja, salah satunya faktor alam seperti apa yang terjadi pada kapal Odyssey pada tahun 1988 di Off Nova Scotia, Kanada. Odyssey adalah kapal tanker minyak yang tenggelam di lepas pantai Nova Scotia, Kanada pada tanggal 10 Nopember 1988. Saat itu, kapal terperangkap dalam badai Atlantik Utara dan dipecah oleh pada papan ledakan dan tercatat menumpahkan 1.023.809 barel minyak mentah. pada kasus Tumpahan Minyak akibat Perang Teluk pada tahun 1991 di Kuwait, pasukan Irak menyerbu Kuwait dan menumpahkan muatan kapal tanker ke Teluk Persia, tragedi ini termasuk murni disengaja. Lalu bagaimana untuk kasus oil spill di teluk meksiko dan tumpahan minyak di laut timor? Atau kasus terbaru sebanyak 550 kiloliter (KL) minyak jenis Marine Fuel Oil (MFO) tumpah di Dermaga Kotabaru, Kalimantan Selatan tersebut disengaja atau tidak? Untuk itu perlu dilakukan analisis benefit-cost terhadap masing-masing kasus. Untuk lebih memudahkannya, maka perlu melihat suatu produksi minyak bumi dalam sudut pandang benefit-cost dari pengusaha/otoritas yang mengelola bisnis tersebut. Pengusaha merupakan seseorang yang berusaha memaksimalkan profit dengan meminimalkan setiap biaya. Oleh karena itu pengusaha juga akan mengkalkulasi seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya accident yang menyebabkan minyak dapat tumpah ke laut. Biaya pencegahan ini termasuk biaya perawatan untuk alat pengeboran dan kapal tanker pengangkut minyak mentah, atau biaya penelitian agar cara pengeboran dapat meminimalkan kebocoran minyak bumi dengan menerapkan teknik-teknik hasil penelitian tersebut. Tidak masalah jika biaya pencegahan tersebut lebih kecil dari keuntungan yang diterima, Tapi jika biaya pencegahan yang dikeluarkan lebih besar, terutama untuk perusahaan yang berorientasikan pada profit, bukan pada lingkungan, kemungkinan perusahaan

akan mengabaikan biaya tersebut. Sebagai contoh, sebuah perusahaan dibidang penambangan minyak bumi memiliki sebuah kapal tanker untuk mengangkut hasil minyak mentah ke tempat pengolahaan atau penyulingan minyak. Jika biaya pemeliharaan kapal, termasuk periksa rutin, penggantian komponen yang sudah berkarat, dll, jika biaya perawatan selama setahun lebih besar daripada biaya membeli kapal tanker baru, atau mungkin biaya perawatan kapal lebih besar daripada biaya treatment akibat minyak yang tumpah kelaut, maka perusahaan memilih untuk tidak melakukan perawatan dan kemungkinan dari resiko terjadinya oil spill semakin besar. Untuk masing-masing kasus yaitu tumpahan minyak di Teluk Meksiko, Perairan Timor, maupun Dermaga Kotabaru di kalimantan selatan, disengaja atau tidaknya dapat dilihat dari proporsi besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pencegahan oil spill terhadap keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan yang bertanggung jawab atas accident tersebut. Jika proprosi biaya pencegahan oil spill terhadap total keseluruhan pengeluaran perusahaan termasuk besar, maka perusahaan tersebut memang berusaha untuk menjaga lingkungan dari pencemaran. Dengan melihat tingkah laku perusahaan ini, kita bisa menyimpulkan seberapa besar kepedulian perusahaan akan kelestarian lingkungan. Dengan mengamati tingkah laku ini termasuk analisis valuation method dengan pendekatan revealed preferences, yaitu dengan teknik hedonic estimation, teknik ini merupakan salah satu dari berbagai cara dalam mengidentifikasi apakah pencemaran disengaja atau tidak. Walaupun perusahaan sudah maksimal dalam pencegahaan oil spill, kemungkinan terjadinya minyak tumpah tetap masih ada. Ketika hal tersebut terjadi, maka kerugian yang ditanggung oleh perusahaan tak dapat dihindari. Tetapi kerugian yang dihitung oleh perusahaan termasuk accounting loss, yaitu perhitungan kerugian yang hanya memasukan unsur explicit. Unsur explicit ini adalah dampak kerugian yang dirasakan secara langsung, yaitu termasuk biaya oprasional penambangan, biaya kehilangan minyak akibat tumpah kelaut, biaya bagi para nelayan dan petani budidaya rumput laut, dan biaya penghilangan minyak di laut dengan menggunakan kimia dispersants, booming, terbatas untuk menangani luka bakar dengan minyak di permukaan dan menuju ke pantai. Tetapi Perusahaan tidak memperhatikan unsur implisit dari pencemaran tersebut. Unsur implisit tersebut terdapat pada economic loss, yaitu dampak kerugian yang dirasakan secara tidak langsung dan tidak bisa diukur dengan uang, unsur implisit ini termasuk pemulihan ekosistem yang sulit atau bahkan tidak bisa kembali seperti semula, keindahan pantai sebagai pusat rekreasi menjadi tercemar atau bau menyengat yang keluar dari minyak yang menyelimuti laut tersebut merugikan masyarakat sekitar. Akibat dari pencemaran ini beberapa pihak telah memikirkan bagaimana cara mengganti sumber daya minyak dengan sumber daya lain yang ramah lingkungan, salah satunya menggunakan bahan bakar dari minyak biji jarak. Para ilmuan atau pengamat alam berpendapat bahwa segala kegiatan yang secara langsung dapat merusak lingkungan, seperti pencemaran yang melewati baku mutu lingkungan harus dicegah atau sebisa mengkin kegiatan tersebut dilarang.

Berbeda dengan pandangan para ekonom yang berpendapat bahwa kegiatan yang dapat merusak lingkungan diperbolehkan dikarenakan untuk tujuan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut, yaitu kehidupan manusia yang lebih baik. Kita bisa membayangkan jika di dunia tidak diperbolehkan mengeksplorasi dan mengambil minyak bumi, salah satunnya mungkin kemajuan transportasi tidak seperti sekarang. Sehingga ekonom berpendapat kerugian yang didapat dari kegiatan tersebut harus tidak lebih besar dari manfaatnya, kegiatan tersebut tidak menjadi masalah jika tidak mengurangi welfare seluruh masyarakat. Oleh karena itu tidak masalah jika mengambil sumber daya minyak, tetapi kita harus melihat seberapa besar kebutuhannya, untuk keseimbangan antara pemakaian sekarang dan warisan dimasa mendatang, dan terpenting untuk kelestarian lingkungan, baik karena usaha pencarian minyak mentah ataupun pemakaian minyak yang telah diolah.

You might also like