You are on page 1of 28

PEMAHAMAN DASAR TENTANG PERILAKU KONSUMEN RUMAH

SAKIT

A. PERILAKU KONSUMEN

Pada mulanya pemasar dalam upaya mencapai pemahaman

yang layak mengenai konsumen dilakukan kontak langsung dengan

konsumen, tetapi pertumbuhan perusahaan dan pasar menggeser

keputusan manager pemasaran dan kontak langsung konsumen ke riset

konsumen. Perusahaan mulai banyak mengeluarkan dana untuk

penelitian guna mempelajari konsumen tentang apa yang sebenarnya

dibutuhkan dan diinginkan.

Suatu pertanyaan penting adalah bagaimana tanggapan

konsumen terhadap rangsangan program pemasaran yang

dilaksanakan perusahaan? Perusahaan yang betul-betul memahami

bagaimana memberikan tanggapan terhadap suatu program pemasaran

akan mempunyai keuntungan besar melebihi pesaing-pesaingnya.

Setiap Konsumen dalam membeli produk mempunyai perilaku

yang berbeda. Untuk mempelajari perilaku konsumen dapat

menggunakan kotak hitam pembeli.

1
Gambar 2.2
Model Perilaku Konsumen

Rangsangan dari Luar Kotak Hitam Pembeli Tanggapan


Pembeli
Lingkungan Pemasaran Karakteristik Proses Pilihan Produk
Pembeli Keputusan
Pembeli
Ekonomi Produk Kebudayaan Masalah Pilihan Merek
Teknologi Harga Informasi Pilihan Disain
Politik Distribusi Sosial Evaluasi Saat Pembelian
Budaya Promosi Keputusan Jumlah
Pembelian
Fisik IndividuPerilaku Pilihan Tempat
Purna Beli
Gambar 2.2 Sumber : Pemasaran dan Kasus. Irawan dkk (1996)

Salah satu tugas pokok bagian pemasaran adalah menentukan

siapa yang mengambil keputusan dalam membeli barang/jasa. Untuk itu

harus dibedakan berbagai peran yang dimainkan orang dalam

keputusan pembelian sebagai berikut :

1. Siapa yang mengambil inisiatif dalam pembelian (inisiatoar)

2. Siapa yang mempengaruhi atau memberi nasehat dalam pembelian

(influencer)

3. Siapa yang mengambil keputusan membeli meliputi apa, bagaimana

dan dimana membelinya (decider)

4. Siapa yang melakukan pembelian (buyer)

5. Siapa yang menggunakan produk (user).

B. PROSES PEMBELIAN

Untuk melihat perbedaan perilaku konsumen yang satu dengan

yang lain perlu dipertimbangkan berbagai tahap proses pembelian. Ada

2
lima tahap proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen yaitu

pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif,

pembuatan keputusan membeli, dan perilaku setelah membeli. Dalam

kondisi tertentu konsumen bisa melompati beberapa tahap mungkin juga

urutannya tidak sesuai dengan urutan tersebut.

1. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah.

Pembeli menyadari adanya perbedaan antara keadaan sebenarnya

dan keadaan yang digunakan. Kebutuhan dapat digerakkan oleh

rangsangan dari dalam diri atau dari luar pembeli. Para pemasar perlu

menegnai berbagai hal yang dapat menggerakkan kebutuhan atau

minat tertentu konsumen. Dengan menghimpun sejumlah informasi

dari sejumlah konsumen, para pemasar dapat mengenal rangsangan

yang lebih sering dilakukan dan cukup efektif untuk membangkitkan

stratedi pemasaran yang akan menggerakan minat konsumen.

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin

akan atau mungkin tidak mencari informasi yang lebih banyak lagi.

Andaikata konsumen berusaha menghimpun informasi lebih

banyak, hal penting bagi pemasar adalah sumber-sumber informasi

pokok yang akan diperhatikan konsumen dan pengaruh relatif

setiap informasi terhadap rangkaian keputusan membeli. Sumber-

sumber informasi konsumen terbagi menjadi empat kelompok :

2.1 Sumber pribadi, meliputi : keluarga, teman, tetangga, kenalan

3
2.2 Sumber Niaga, meliputi : iklan petugas penjualan, penjualan,

pameran.

2.3 Sumber umum, meliputi : media masa, organisasi konsumen.

2.4 Sumber pengalaman, meliputi : pernah menangani, menguji,

memakai

Pemasar perlu mengidentifikasi sumber-sumber tersebut

dengan cerman dan menilai pentingnya masing-masing bagi

konsumen sasaran.

3. Penilaian Alternatif

Beberapa konsep dasar tertentu membentuk memperjelas

proses penilaian konsumen. Perama adalah sifat-sifat produk. Kita

beranggapan bahwa konsumen memandang suatu produk sebagai

himpulan sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu. Kedua, konsumen mungkin

mengkaitkan bobot pentingnya ciri-ciri yang berbeda dengan ciri-ciri

yang sesuai. Pembedaan dapat dibuat antara pentingnya suatu ciri

dengan penonjolannya. Ciri-ciri yang menonjol adalah ciri-ciri yang

masuk dalam benak konsumen ketika dia diminta untuk

mempertimbangkan ciri-ciri suatu produk. Ketiga, konsumen

mungkin mengembangkan seperangkat kepercayaan merek di

mana setiap merek menonjolkan setiap ciri. Seperangkat

kepercayaan yang dipegang Perusahaan sehubungan dengan

merek-merek tertentu disebut citra merek. Keempat, konsumen

dianggap memiliki sebuah fungsi kemanfaatan untuk setiap ciri.

Fungsi ini menggambarkan bagaimana konsumen mengharapkan

4
kepuasan yang dapat diperoleh dari suatu produk dengan tingkat

alternatif yang berbeda-beda bagi setiap ciri. Kelima, sikap

konsumen terhadap beberapa pilihan merek terbentuk melalui

prosedur penilaian. Konsumen ternyata menerapkan prosedur

penilaian yang berbeda untuk membuat satu pilihan diantara sekian

banyak ciri-ciri obyek.

4. Keputusan membeli

Tahap penilaian keputusan menyebabkan konsumen

membentuk pilihan diantara beberapa merek yang tergabung dalam

perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk maksud

untuk membeli dan cenderung membeli merek yang disukainya.

Terhadap keputusan membeli ada dua faktor penting yang sering

mencampuri konsumen dalam keputusannya. Pertama, adalah

sikap orang lain. Seberapa jauh sikap orang lain akan mengurangi

alternatif yang disukai seseorang tergantung pada intensitas sikap

negatif pihak lain terhadap pilihan alternatif konsumen, dan motivasi

konsumen tunduk pada keinginan orang lain. Faktor kedua adalah

yaitu faktor situasi yang tak terduga mungkin muncul dan

mengubah maksud pembelian. Keputusan konsumen untuk

mengubah, menangguhkan atau membatalkan keputusan membeli

banyak dipengaruhi oleh persepsi terhadap resiko.

Faktor lain yang memiliki pengaruh mendasar terhadap

perilaku konsumen dalam pembelian yakni faktor sosial budaya

dalam bentuk penilaian sub budaya dan kelas sosial pembeli.

5
Setiap budaya memiliki kelompok-kelompok sub budaya lebih kecil

yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk setiap

anggotanya.

5. Perilaku setelah pembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami

beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen juga

akan melakukan beberapa kegiatan setelah membeli produk yang

akan menarik bagi para pemasar. Tugas para pemasar belum

selesai setelah produk dibeli oleh konsumen, namun akan terus

berlangsung hingga periode waktu setelah pembelian. Perusahaan

harus selalu mengadakan pemantauan terhadap konsumen yang

telah membeli produk sehingga mampu mengantisipasi jika terjadi

perubahan permintaan maupun tanggapan lainnya atas produk

yang diperoleh demi kelangsungan pelanggan serta terjadinya

pembelian ulang dalam jangka waktu yang lama.

C. Tanggapan Individu terhadap Keputusan Pembelian

Istilah tanggapan di dalam kamus bahasa Inggris disebutkan

minimal dalam dua terminologi yaitu sebagai ‘to answer’ dan ‘reaction’

yakni sebagai jawaban atas reaksi dari faktor rangsangan yang

diterimanya. Seorang mengambil keputusan membeli produk dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang bersifat individu yaitu nilai, motivasi, persepsi,

belajar, kepercayaan, sikap, kepribadian dan citra diri.

6
Nilai adalah kemampuan suatu produk untuk memberikan

kepuasan orang akan membeli produk bila dipandang bahwa produk

tersebut akan mempunyai nilai lebih tinggi dibanding harganya.

Motivasi atau motif yang artinya suatu keadaan dalam pribadi

seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-

kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif pada seseorang akan

mewujudkan tingkah laku yang diarahkan pada tujuan untuk mencapai

sasaran kepuasan. Jadi motif bukan sesuatu yang dapat diamati tetapi

merupakan hal yang dapat disimpulkan karena dapat disaksikan.

Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan perbuatan. Dua

orang yang mengalami dorongan yang sama dalam situasi yang sama,

mungkin akan mengalami sesuatu yang berbeda karena mereka

menanggapi situasi yang berbeda-beda. Perubahan masalah ini dimulai

dari gagasan bahwa kita semua menerima obyek rangsangan melalui

penginderaan, yakni informasi melalui lima alat indera kita yaitu

penglihatan, pendengaran, pembauan, perabaan dan perasaan. Namun

demikian kita masing-masing menanggapi, mengorganisasi dan

menafsirkan informasi sensoris ini menurut cara masing-masing sebagai

individu. Namun demikian keputusan konsumen dalam pembelian masih

dipengaruhi oleh dua faktor lainnya yaitu faktor sosial dan kebudayaan.

7
A. PERILAKU KONSUMEN DAN PROSES PEMBELIAN

1. Keinginan Pelanggan Rumah Sakit

a. Persepsi dan Harapan Pelanggan Rumah Sakit

Menurut Gilson, dkk (1994) dalam tesis Atit Hadiati (2002),

yang menjadi elemen penting dalam menentukan harapan

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan:

1. Kemanjuran obat, keterjangkauan biaya, tidak membutuhkan

waktu yang lama dalam proses perawatan.

2. Memperoleh obat merupakan faktor yang terpenting yang

mendasari pola pemanfaatan pelayanan kesehatan.

3. Pandangan yang menyeluruh mengenai penampilan, seperti

sikap petugas yang baik, kecakapan petugas, dan hubungan

petugas dengan pasien.

4. Persepsi masyarakat terhadap kualitas sarana dan prasarana

yang meliputi jarak yang dapat dicapai, keadaan gedung, ruang

tunggu, privasi, dan kelengkapan peralatan medis.

5. Persepsi masyarakat terhadap kualitas proses yang meliputi

keterampilan petugas, kecukupan staf, biaya perawatan, dan

penjelasan pengobatan.

Dalam konsep model kualitas yang dikemukakan oleh

Parasuraman, Zeithmal dan Berry (1990) yang dikenal dengan

servqual model menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhi

persepsi dan harapan pasien terhadap jasa pelayanan, yaitu:

1. Pengalaman dari teman ( word of mouth )

2. Kebutuhan atau keinginan ( personal need )

8
3. Pengalaman masa lalu saat menerima jasa pelayanan ( past

experience)

4. Komunikasi melalui iklan/ pemasaran ( external

communications to customer ).

2. Faktor yang Berhubungan dengan Keputusan Pelanggan Rumah

Sakit

Di dalam masyarakat terdapat bermacam macam kelompok

yang mempunyai perbedaan yang menggambarkan nilai dan kekuatan

kelompok tersebut. Perbedaan ini akan mempengaruhi persepsi dan

harapan pasien. Menurut Anderson (1974) dalam buku Notoatmodjo

dkk (1989) terdapat tiga kategori utama yang mempengaruhi

pelayanan kesehatan, yaitu:

- Karakteristik Predisposisi

Menggambarkan bahwa setiap individu individu mempunyai

kecenderungan yang berbeda beda dalam menggunakan

pelayanan kesehatan. Hal ini karena ada ciri ciri demografi seperti

jenis kelamin, umur, dan status marital, karena struktur sosial,

seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan dan lain lain serta

keyakinan bahwa pelayanan dapat menolong proses kesembuhan

penyakit.

- Karakteristik Pendukung

Penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada sangat

tergantung pada kemampuan konsumen untuk membayar.

- Karakteristik Kebutuhan

9
Teori pemanfaatan pelayanan kesehatan berkaitan erat dengan

permintaan akan pelayanan kesehatan oleh konsumen. Permintaan

akan pelayanan kesehatan justru selama ini yang meningkat. Hal ini

dikarenakan penduduk sudah benar benar mengeluh sakit serta

mencari pengobatan. Faktor faktor yang mempengaruhi permintaan

pelayanan kesehatan diantaranya adalah pengetahuan tentang

kesehatan, sikap terhadap fasilitas kesehatan dan pengalaman

terhadap kemampuan fasilitas kesehatan tersebut.

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita ketahui, tanpa

menghiraukan dari mana datangnya pengetahuan tersebut. Jadi

pada hakikatnya apa saja yang kita ketahui walaupun dari

mimpi atau berkhayal sekalipun, itu merupakan pengetahuan.

Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain

panca indra, pikiran, wahyu dan intuisi. Notoatmodjo dalam

buku Ilmu Kesehatan Masyarakat mengemukakan bahwa

pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,

yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

didasari oleh pengetahuan, penelitian. Rogers (1974)

10
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yakni :

- Awareness (kesadaran)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

- Interest (merasa tertarik)

Terhadap stimulus atau obyek tersebut, disini sikap sudah

mulai timbul.

- Evaluation (menimbang-nimbang)

Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

Disini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

- Trial (mencoba)

Dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

- Adoption (adopsi)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

b. Sikap

Pengertian Attitude itu dapat diterjemahkan dengan kata sikap

terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan sikap

pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh

kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap

obyek tadi. Robbins berpendapat, sikap (attitudes) ini

merupakan sesuatu yang kompleks, yang bisa didefinisikan

11
sebagai pernyataan-pernyataan evaluatif, baik yang

menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan atau

penilaian-penilaian mengenai obyek, manusia atau peristiwa-

peristiwa.

12
Sikap yang kompleks ini dapat lebih mudah dimengerti

dengan mengenal adanya tiga komponen yang berbeda dalam

setiap sikap tertentu yaitu komponen kognitif, affektif dan

kecenderungan perilaku. Komponen - komponen ini

menggambarkan kepercayaan, perasaan dan rencana tindakan

dalam berhubungan dengan orang lain.

Komponen-komponen tersebut adalah :

- Komponen kognitif

Komponen kognitif dari sikap tertentu berisikan

informasi yang dimiliki seseorang tentang orang lain atau

benda (obyek dari sikapnya). Informasi ini bersifat deskriptif

dan tidak termasuk derajat kesukaan atau ketidaksukaannya

terhadap obyek tersebut. Informasi ini bisa benar atau tidak

benar, yang penting pada komponen kognitif dari sikap

tertentu ini adalah kepercayaan bahwa informasi tersebut

benar.

- Komponen affektif

Komponen affektif dari sikap tententu berisikan

perasaan-perasaan seseorang terhadap obyeknya.

Komponen ini melibatkan evaluasi dan emosi dan sering

diekspresikan sebagai perasaan suka atau tidak suka

terhadap obyek dari sikapnya. Komponen affektif dari sikap

tertentu merupakan reaksi terhadap komponen kognitif.

- Komponen kecenderungan

13
Perilaku dari sikap tertentu berisikan cara yang

direncanakan seseorang untuk sebelumnya, kognitif dan

affektif, akan mempengaruhi cara dalam merencanakan

tindakan tertentu terhadap obyek tersebut.

Tetapi banyak kecenderungan perilaku yang berbeda, tergantung

dari kepercayaan dan perasaan masing-masing individu.

Konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen kognitif,

perasaan sebagai komponen affektif, dengan perilaku sebagai

komponen konatif seperti itulah yang menjadi landasan dalam

penyimpulan sikap melalui observasi perilaku yang dicerminkan

oleh jawaban terhadap skala sikap.

Namun tidak berarti ada hubungan sistematis yang langsung

antara sikap dengan perilaku karena sikap tidaklah merupakan

determinan satu-satunya bagi perilaku.

Uraian diatas menunjukkan sikap manusia itu sangat

kompleks karena masing-masing dari ketiga komponen yang

terlibat tersebut dapat saling mempengaruhi dan menyulitkan oleh

karena itu sangatlah penting untuk mengerti perbedaan antara

ketiga komponen sikap tersebut dan mengerti pengaruh

organisasi terhadap perubahan sikap.

14
a. Pembentukan Sikap

Terbentuknya sikap sosial menurut Azwar (1988) adalah

berdasarkan adanya interaksi sosial yang dialami oleh

individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih dari pada

sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu

sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial

terjadi saling mempengaruhi diantara individu yang satu

dengan yang lain yang turut mempengaruhi pola perilaku

masing-masing individu sebagai anggota masyarakat.

Dalam interaksi sosialnya, seorang konsumen bereaksi

membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek

psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap konsumen adalah :

- Pengalaman pribadi konsumen

Pengalaman seorang konsumen akan membentuk

dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus

sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar

terbentuknya sikap.

Untuk dapat mempunyai tanggapan dan

penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman

yang berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah

penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif

ataukah sikap negatif akan tergantung pada berbagai

faktor lain.

15
Akan tetapi tak adanya pengalaman sama sekali

dengan suatu obyek psikologis cenderung akan

membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut.

- Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar konsumen merupakan salah satu

diantara komponen sosial yang dapat mempengaruhi

sikap seorang konsumen. Pada umumnya individu

cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau

searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

keinginan berafiliasi dan keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

Ada beberapa cara dimana seseorang

dapat/berusaha mengubah perilaku orang lain : jika

sebuah kelompok memberikan tekanan (pressure)

kepada seseorang maka proses ini sering disebut

“pengaruh sosial”. Jika sebuah kelompok berusaha

mempengaruhi perilaku kelompok, kita menyebutnya

sebagai “kepemimpinan”. Jika sebuah kelompok

berusaha mempengaruhi kelompok lain, proses ini sering

digambarkan sebagai “tawar menawar (bargaining)”. Yang

terakhir adalah “kekuatan sosial”, yaitu situasi dimana

seseorang berusaha untuk mengubah perilaku orang lain.

16
- Pengaruh kebudayaan

Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis

pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya

karena kebudayaan pulalah yang memberi corak

pengalaman individu-individu yang menjadi anggota

kelompok masyarakat asuhannya.

- Media massa

Berbagai bentuk madia massa mempunyai pengaruh

dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar

pengaruh interaksi individual secara langsung, namum dalam

proses pembentukan dan perubahan sikap konsumen,

peranan media massa tidak kecil artinya.

- Lembaga pendidikan dan agama

17
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai

sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep

moral dalam diri seseorang. Pemahaman akan baik dan

buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang

tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari

pusat keagamaan serta ajaran-ajaran-Nya. Konsep moral

dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan,

maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya

kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan

sikap seseorang terhadap sesuatu hal.

3. Tahap Proses Memilih Rumah Sakit

Proses membeli dari konsumen ada beberapa tahap, yaitu:

a. Keinginan dan kebutuhan apa yang mendorong pelanggan

untuk menggunakan suatu jasa. (need arousal)

b. Apakah pelanggan mengumpulkan informasi berkaitan dengan

kebutuhan yang dirasakan. (information Gathering)

c. Bagaimana pelanggan mengevaluasi alternatif.(decision

evaluation )

d. Bagaimana pelanggan memanfaatkan jasa rumah sakit.

(decision execution)

e. Bagaimana sikap pelanggan setelah memanfaatkan jasa rumah

sakit. (post decision assessment)

B. ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DAN STRATEGI PEMASARAN

18
1. Perilaku konsumen dn Strategi Produk (PRODUC )

Kepuasan konsumen adalah konsep penting dalam konsep

pemasaran dan penelitian konsumen. Sudah menjadi pendapat umum

bahwa jika konsumen merasa puas dengan sutau produk atu jasa ,

mereka cenderung akan terus membeli dan menggunakannya serta

memberitahu orang lain tentang pengalaman yang menyenagkan

dengan produk tersebut. Salah satu pendekatan yang banyak dipakai

adalah pendekatan dari Oliver dengan paradigma ketidakcocokan.

Pendekatan ini memandang ketidakpuasan terhadap produk atau

merek sebagai hasil dari dua variabel kognitif lainnya yaitu variabel

harapan pembelian dan variabel ketidakcocokan. Harapan

prapembelian ( prepurchase expectations) adalah kepercayaan

tentang kinerja suatu produk yang diperkirakan akan muncul; variabel

ketidakcocokan ( disconfimation) adalah perbedaan antara harapan

pra pemebelian dan persepsi pasca pembelian. Harapan pra

pembelian dapat dipenuhi ketika kinerja produk sesuai dengan apa

yang diharapkan dan tidak cocok ketika yang terjadi sebaliknya. Ada

dua jenis ketidakcocokan: Ketidakcocokan negatif (negative

discomfirmation) terjadi ketika kinerja produk kurang dari apa yang

diharapkan ; dan ketidakcocokan positif (positive disconfirmation)

terjadi ketika kinerja produk ternyata lebih baik dari yang diharapkan.

Satu keunggulan dari pendekatan Oliver karena sudah

mengintegrasikan konsep kepuasan dengan sikap membeli konsumen.

a. Strategi Produk

19
Strategi produk didisain untuk mempengaruhi konsumen baik jangka

pendek maupun jangkan panjang. Untuk jangka pendek, stratgi

produk baru akan didisain untuk mempengaruhui konsumen agar mau

mencoba produk ; sedangkan untuk jangka panjang strategi produk

didisain untuk mengembangkan loyalitas merekdan mendapatkan

pangsa pasar yang besar.

Aspek kritis pada saat mendisain produk atau jasa baru

membutuhkan proses analisis hubungan antara konsumen dengan

produk. Hal ini berarti bahwa afeksi, kognisi, perilaku dan lingkungan

konsumen yang berkait dengan produk harus dipertimbangkan secara

seksama pada saat peluncuran produk baru, dan harus terus dipantau

di sepanjang siklus hidup suatu produk.

b. Karakateristik Konsumen

Dalam penganalisisan hubungan konsumen-produk harus

disadari bahwa konsumen itu memiliki variasi keinginan untuk

mencoba suatu produk baru. Berbagai jenis konsumen dapat

memngadopsi suatu produk baru pada tahapan siklus hidup yang

berbeda pula.

Biasanya karkateristik konsumen dapat dikelompokkan dalam

lima grup pengadopsi dengan karakteristik sebagai berikut : Inovator (

innovators) adalah mereka yang suka berpetualang dan mau

mengambil resiko; Pengadopsi Awal (early adopters) adalah mereka

yang dihormati dan seing mempengaruhi mayoritas awal; Mayoritas

Awal (early majority) mereka yang cenderung menghindari risiko dan

teliti dalam pembelian mereka; Mayoritas Akhir (late majority) adalah

20
mereka yang cenderung skeptis dan berhati-hati terhadap ide baru;

Pengekor (laggards) adalah mereka yang sangat tradisional dan

berpaku pada tata nilai mereka sendiri.

c. Karakteristik Produk

Dalam menganalisis hubungan konsumen-produk juga dirasakan

penting untuk mempertimbangkan karakteristik-karakteristik produk

yang ada. Beberapa pertanyaan penting dalam menganalisis

hubungan konsumen-produk berdasarkan karakteristik produk antara

lain :

­ Kompatibilitas (compatibility) yaitu seberapa dekat kecocokan

produk ini dengan kognisi, afeksi dan perilaku konsumen saat ini ?

­ Kemampuan untuk di uji coba (trialability) yaitu dapatkah konsumen

mencoba produk dalam kondisi yang terbatas dan dengan risiko

yang sekedil-kecilnya ?

­ Kemampuan untuk diteliti (obserability) yaitu apakah konsumen

sering melihat atau jika tidak dapat meraskan manfaat dari produk

ini ?

­ Kecepatan (speed) yaitu seberapa cepat konsumen dapat

merasakan manfaat produk ini ?

­ Kesederhanaan (simplicity) yaitu seberapa mudah konsumen

memahami dan menggunakan produk ini ?

­ Manfaat realtif (relative advantage) yaitu apa yang membuat produk

ini lebih baik dari apa yang ditawarkan pesaing ?

21
­ Simbolisme produk ( product symbolsm ) yaitu apa makna produk ini

bagi konsumen?

­ Strategi pemasaran (marketing strategy) yaitu apa peran dari

elemen bauran pemasaran lainnya dalam menciptakan manfaat

fungsional relatif atu yang berkaitan dengan citra ?

2. PERILAKU KONSUMEN DAN STRATEGI PROMOSI (PROMOTION)

Idealnya menejer pemasaran dapat mengembangkan suatu

strategi pemasaran yang koheren yang mengintegrasikan keempat

jenis promosi (Iklan, Promosi Penjualan, Penjualan Personal dan

Publisitas) menjadi bauran promosi yang efektif. Kontroversi terus

berkembang dalam pemasaran berkaitan dengan kepentingan relatif

antar periklanan versus promosi penjualan. Sebenarnya suatu trend

jangka panjag dapat muncul dimana periklanan tidak lagi menjadi

pusat bauran promosi suatu perusahaan. Ada bukti bahwa pengaruh

periklanan dalam mempengaruhi perilaku konsumen semakin

berkurang, yang disebabkan oleh semakin meningkatnya gaya hidup

sibuk serta meningkatnya tekanan pada penggunaan waktu yang

terbatas dari konsumen.

Faktor lain dari menurunnya pamor iklan adalah penurunan

kemampuan konsumen untuk mengingat iklan yang mereka lihat

sebelumnya. Pada sisi lain haerga juga menjadi pertimbangan yang

sangat penting dalam menentukan pilihan, yang selanjutnya

22
meningkatkan keefektivan promosi penjualan yang lebih sering

memakai cara pengurangan harga. Jenis promosi selain iklan akan

tersu dikembangkan sebagian karena mempertimbangkan semakin

tingginya biaya periklanan dan sebagian lagi karena adanya kebutuhan

untuk mentarget konsumen secara lebih tajam.

a. Pengembangan Strategi Promosi

Mengembangkan dan menerapkan strategi promosi yang efektif

adalah tugas yang rumit dan sulit. Ada empat kegiatan kunci dalam

mengelola strategi promosi : (1) menganalisis hubungan konsumen-

produk; (2) menentukan tujuan dan anggaran promosi ; (3) mendisain

dan menerapkan sebuah strategi promosi , dan (4) mengevaluasi

dampak dari strategi promosi.

Promosi dapat mempengaruhi afeksi, kognisi dan perilaku

konsumen, oleh karena itu strategi promosi daapat didisain untuk

memenuhi satu atau lebih dari tujuan-tujuan berikut ini :

□ Untuk mempengaruhi perilaku : mengubah atau memelihara

perilaku tertentu konsumen berkaitan dengan produk atu merek

( biasanya perilakupembelian)

□ Untuk memberi informasi: menciptakan pengetahuan,makna atu

kepercayan baru tentang produk atu jasa dalam ingatan konsumen

□ Untuk membujuk : mengubah kepercayaan, perilaku dan keinginan

konsumen terhadap produk atau merek

□ Untuk mentransformasikan tanggapan afeksi : memodifikasi citra,

perasaan dan emosi yang diaktifkan ketika konsumen

mempertimbangkan produk

23
□ Untuk mengingatkan : meningkatkan potensi aktivasi dari nama

merek atau beberapa makna produk lainnya.

b. Mengevaluasi Dampak dari Stategi Promosi

Mengevaluasi dampak dari strategi promosi adalah melakukan

perbandingan hasil yang didapat dengan tujuan yang ditetapkan.

Walaupun terlihat sederhana ,menentukan dampak dari suatu promosi

kadang kala tidak mudah pelaksanaannya. Hal ini karena sulit untuk

menentukan apakah perubahan dalam kesadaran merek atau dalam

perilaku pembelian dari konsumen disebabkan oleh strategi promosi

atau karena faktor lain.

Pengukuruan dampak dari sebuah iklan juga tidak mudah

dilakukan karena dampak langsung paling utama dari iklan adalah

pada tanggapan afeksi dan kognisi konsumen. Ada tiga kriteria umum

yang selama ini dipakai sebagaii indikator keefetivan iklan : penjulan ,

pengingatan dan persuasi.

3. PERILAKU KONSUMEN DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA

(PRICE)

Dari sudut pandang konsumen harga biasanya didefinisikan

sebagai apa yang harus diserahkan konsumen untuk membeli suatu

produk atau jasa. Ada empat jenis biaya dasar yang seing

dipertimbangkan konsumen dalam pembelian produk yaitu : uang,

waktu, kegiatan kognitif dan upaya perilaku. Cara sederhana untuk

mengungkapkan makan harga bagi konsumen adalah dengan cara

membandingkan biaya-biaya tersebut dengan nilai dan kegunaan

apapun yang diberikan produk. Diantara beberapa hal penting yang

24
perlu dipertimbangkan adalah sifat dari biaya konsumen dan hubungan

yang terjadi diantaranya. Bagi konsumen besarnya nilai uang dari

harga suatu produk seringkali hanya merupakan bagian dari total

harga dari suatu proses pertukaran atau transaksi .

Strategi penetapan harga mnejadi hal yang perlu diperhatikan

dalam tiga situasi berikut ini : (1) ketika harga suatu produk atu jasa

baru sedang ditetapkan; (2) ketika sedang mempertimbangkan

melakukan perubahan jangka panjang bagi suatu produk yang sudah

mapan; dan (3) ketika mempertimbangkan akan melakukan perubahan

harga jangka pendek.

Dalam pemrosesan informasi harga secara kognitif, konsumen

dapat membuat perbandingan antar harga yang ditetapkan dengan

sebuah harga atu rentang harga yang telah terbentuk dalam benak

konsumen untuk produk tersebut. Harga yang digunakan untuk

perbandingan ini disebut harga referensi internal (internal reference

price). Pada dasarnya referensi internal harga bertindak sebagai

pedoman dalam mengevaluasi apakah harga yang ditetapkan dapat

diterima konsumen atau tidak. Harga referensi eksternal (external

reference price) adalah perbandingan langsung dari harga yang

ditetapkan dengan harga lain yang disebutkan dalam iklan, label harga

dan lain-lain.

4. PERILAKU KONSUMEN DAN STRATEGI SALURAN DISTIBUSI

(PLACE )

25
Titik awal untuk mendisain saluran distribusi yang efektif adalah

analisis hunbungan konsumen-produk , dimana paling tidak ada enam

pertanyaan mendasar yang perlu dipertimbangkan , yaitu :

­ Berapa besar potensi permintaan pasar tahunan ?

­ Berapakah potensi pertumbuhan jangka panjang dari pasar ?

­ Bagaimanakah persebaran geografis pasar ?

­ Pasar geografis manakah yang paling menjajikan untuk dimasuki ?

­ Dimana dan bagaimana konsumen membeli produk ini dan produk

sejenis lainnya ?

­ Apakah sistim distribusi dapat mempengaruhi afeksi, kognisi dan

perilaku konsumen sehingga dapat mencapai tujuan pemasaran ?

5. STRATEGI PEMASARAN JASA

Dalam jangka panjang strategi pemasaran jasa lebih menekankan

pada focus organisasi di masa depan ( sering disebut visi perusahaan).

Jangka menengah lebih focus pad pengukuran kepuasan pelanggan

sebagai dasar untuk perbaikan jasa, sedangkan jangka pendek

menekankan pada pemahaman terhadap tuntutan pelanggan. Dengan

demikian justru fungsi pemahaman pelanggan harus menjadi kegiatan

yang kontinyu karena setiap saat tuntutannya mengalami perubahan.

Konsekuensi dari fungsi tersebut, maka menejemen dituntut

untuk merumuskan strategi pemasaran agar dapat mencapai tujuan

pemasaran (sales, market share atau profit). Secara konsepsional,

strategi pemasaran jasa terdiri atas dua strategi utama yatiu strategi

pasar (market strategy) dan strategi bauran pemasaran (marketing mix

26
strategy). Pada strategi pasar tujuan utamanya adalah menentukan

segemen pasar yang akan dilayani (target market) dan pemposisian

pasar (market positioning).

Penentuan target market sangat penting mengingat tuntutan

pelanggan tidak sama, sehingga kalau tuntutan berbeda maka cara

melayaninya (oleh marketing mix) akan berbeda. Tujuan penting dalam

pemilihan target market adalah mencari pasar yang paling berpeluang

(tingkat persaingan yang relatif rendah). Dalam positioning intinya

adalah menempatkan marketing mix dengan tujuan untuk meraih

keunggulan bersaing (competitive advantages) di target market.

SUMBER REFERENSI

□ Simamora Bilson, Membongkar Kotak Hitam Konsumen, Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta, 2003

□ Chandra Gregorius, Strategi dan Program Pemasaran, Andi , Jogyakarta,2002

□ Peter Paul J & Jerry C, Olson, Consumer Behavior, Perilaku Konsumen dan
Strategi Pemasaran, Jilid 2, Ed. 4, Erlangga,Jakarta,1996

□ Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium, Prenhallindo,Jakarta, 2002

□ Umar Husein, Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2003

□ Usmara A (Editor), Strategi Baru Manajemen Pemasaran, Amara Books,


Jogyakarta, 2003

□ Mowen John C & Michael Minor, Perilaku Konsumen, Jilid 1, Edisi Kelima,
Erlangga, Jakarta, 2001

□ Irawan dkk, Pemasaran Prinsip dan Kasus, Edisi 2,BPFE, Yogyakarta, 1996

□ Cravens Davids W, Pemasaran Strategis, Jilid 2, Ed. Keempat, Erlangga,


Jakarta, 1996

□ Zithaml Valerie A & mary Jo Bitner, Services Marketing: Integrating Cutomer


Focus Across the Firm, McGraw-Hill Irwin, New York, 2003

□ Novi Syahrial, Drg, MARS, Mata Kuliah Manajemen Pemasaran: Analisis


Peluang Pasar Rumah Sakit, Universitas Indonesia, 2001.

27
□ Lumento Benyamin, Pasien, Citra, Peran dan Perilaku, Kanisius Yogyakarta,
1989.

□ Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara Edisi Ketiga,


Jakarta, 1996

□ Supranto J, Metode Riset Aplikasi dalam Pemasaran, Aneka Cipta, Jakarta 1997

28

You might also like