Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 2,6 milyar pekerja dan tenaga kerja yang terusmenerus berkembang. Sekitar 75% nya merupakan pekerja di negara sedang berkembang yang risiko di tempat kerjanya jauh lebih parah. Setiap tahun terdapat sekitar 250 juta kasus cedera akibat kerja yang mengakibatkan 330.000 kematian.1 Jika kita masukkan juga kasus penyakit akibat pekerjaan, kira-kira 1,1 juta orang di seluruh dunia meningeal setiap tahunnya. Setiap tahun sekitar 160 juta kasus baru penyakit terkait pekerjaan terjadi di seluruh dunia. Semua perkiraan itu tentu saja berada di bawah angka sebenarnya karena laporan dari berabgai wilayah di dunia tidak dapat reliabel.1 Tenaga manusia sebagai salah satu faktor produksi di perusahaan, merupakan satu kesatuan biologis yang mempunyai peran sama dengan faktor produksi lainnya (dana permodalan, alat produksi, dan sebagainya). Karena itu pemeliharaan dan pengembangan tenaga manusia, memerlukan perhatian khusus di samping perhatian terhadap faktor produksi lainnya. Tanpa pemeliharaan dan pengembangan tenaga manusia, pemeliharaan dan pengembangan faktor produksi lainnya, tidak akan punya arti apa-apa ditinjau dari produktivitas kerja di perusahaan.2 Kecelakaan kerja pada manusia bukan terjadi, tapi disebabkan oleh kelemahan di sisi majikan, pekerja, atau keduanya. Akibat yang ditimbulkannya dapat memunculkan trauma bagi keduanya: bagi pekerja, cedera dapat berpengaruh terhadap pribadi, keluarga, dan kualitas hidupnya, sedangkan bagi majikan, berupa kerugian produksi, waktu terbuang untuk penyelidikan, dan yang terburuk biaya untuk proses hukum.3
II. Pembahasan
Seorang pekerja laki-laki usia 35 tahun sedang memperbaiki dinding gedung lantai 2. Pada saat memperbaiki, stager yang dipijak patah dan terjatuh . Saat itu pekerja tidak memakai tali pengaman. la mengalami patah paha kanan dan memerlukan tindakan operasi. Dokter perusahaan membuat laporan kejadian untuk mengurus klaim kepada JAMSOSTEK.
faktor secara berurutan yang digambarkan sebagai lima domino yang berdiri sejajar, yaitu: kebiasaan/situasi, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tak aman (hazard), kecelakaan, serta cidera. Heinrich mengemukakan, untuk mencegah terjadinya kecelakaan, kuncinya adalah dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat. Misalnya, dengan membuang hazard, satu domino di antaranya. Birds (1967) memodifikasi teori domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan yaitu: manajemen, sumbcr penyebab dasar, gejala, kontak, dan kerugian. Dalam teorinya, Birds itu mengemukakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan mulai memperbaiki manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Praktek di bawah standar atau unsafe acts dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan manajemen.6
Gambar. 13
Beberapa contoh tipikal penyebabnya adalah: Situasi kerja - pengendalian manajemen yang kurang - standar kerja yang minim - tidak memenuhi standar perlengkapan yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi. Kesalahan orang - keterampilan dan pengetahuan yang minim - masalah fisik atau mental - motive yang minim atau salah pencrnpatan - perhatian yang kurang Tindakan tidak aman
- tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui - mengambil jalan pintas - menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja. Kecelakaan - kejadian yang tidak terduga - akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya - terjatuh - terhantam mesin atau material yang jatuh, dan sebagainya. Cedera/kerusakan - terhadap pekerja: sakit dan penderitaan & kehilangan pendapatan kehilangan kualitas hidup - terhadap majikan: kerusakan pabrik, pembayaran kompensasi kerugian produksi, kemungkinan proses pengadilan.2
b. Teori Multiple Causation Teori ini menyebutkan bahwa kecelakaan kerja terjadi karena adanya banyak penyebab. Penyebab kecelakaan tersebut adalah kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan tindakan yang tidak aman (unsafe action).7
c. Teori Gordon Menurut Gordon (1949), Kecelakaan terjadi karena adanya kontak diantara 3 (tiga) hal yaitu korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan dan lingkungan yang kompleks. Untuk itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab terjadinya kecelakaan, harus diketahui karakteristik dari korban kecelakaan, perantara dan lingkungan secara detail.7
d. Teori Domino Terbaru Teori Domino yang terbaru berkembang sekitar tahun 1969. Dalam teori tersebut diungkapkan bahwa penyebab terjadinya kecelakaan adalah adanya ketimpangan manajemen. Teori tersebut merupakan pengembangan dari Teori Heinrich yang menunjukkan bahwa manajemen juga ikut berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan kerja.7
e. Teori Reason Reason menyatakan bahwa kecelakaan terjadi karena adanya lubang dalam system pertahanan. Sistem pertahanan yang dimaksud adalah pelatihan dan prosedur yang mengatur kelamatan dan kesehatan kerja.7
f. Teori Frank E Bird Peterson Kecelakaan terjadi karena adanya kontak dengan suatu sumber energy seperti mekanis, kimia, kinetic, fisis yang dapat mengakibatkan cedera pada manusia, alat maupun lingkungan. Selanjutnya teori ini dikembangkan oleh Derek Viner (1998) melalui Konsep Energi. Konsep ini menyebutkan bahwa kecelakaan terjadi akibat energi yang lepas dan mengenai si penerima. Seperti kita ketahui bersama bahwa energy di ala mini tersaji dalam beberapa bentuk misalnya mekanis, kimia, kinetic, radiasi, dan lain-lain. Cedera terjadi karena energy yang mengenai penerima melebihi ambang batas kemampuan penerima.7
b. Penyebab tidak langsung (1) Fungsi manajeinen proyek. (2) Kondisi pekerja4 a. Faktor Manusia5 Umur/usia usia muda relative lebih mudah terkena kecelakaan kerja dibandingkan dengan usia lanjut yang mungkin dikarenakan sikap ceroboh dan tergesa-gesa. Pengkajian usia dan kecelakaan akibat kerja menunjukkan angka kecelakaan pada umumnya lebih rendah dengan bertambahnya usia, tetapi tingkat keparahan cedera dan penyembuhannya lebih serius.
Jenis Kelamin Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada pada laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik laki-laki adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-rata sekitar 30% lebih rendah dari laki-laki. Tugas yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki-laki mempunyai waktu reaksi lebih cepat daripada perempuan.
Koordinasi Otot Koordinasi otot berpengaruh terhadap keselamatan pekerja. Diperkirakan kekakuan dan reaksi yang lambat berperan dalam terjadinya kecelakaan kerja.
Kecenderungan Celaka Konsep popular dalam penyebab kecelakaan adalah accident prone theory. Teori ini didasarkan pada pengamatan bahwa ada pekerja yang lebih besar mengalami kecelakaan dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri yanga ada dalam pribadi yang bersangkutan (ILO,1979)
Pengalaman Kerja Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan kerja bertambah baik sesuai dengan usia, maka kerja atau lamanya bekerrja di tempat yang bersangkutan.
Tingkat Pendidikan Pensisikan formal dan pendidikan non-formal akan mempengaruhi peningkatan pengetahuan pekerja dalam menerima informasi dan perubahan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job requirements pada seorang pekerja adalah: 1. Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik tentang pekerjaan). 2. Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam mengerjakan suatu pekerjaan). 3. Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam suatu pekerjaan).
Kelelahan Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri. Kelelahan merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya penurunan fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan pada organ di luar kesadaran. Kelelahan disebabkan oleh berbagai hal, antara lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin tanpa variasi, lingkungan kerja yang buruk serta adanya konflik. b. Faktor lingkungan5 Lokasi/tempat kerja Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat itu. Disain di lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Tempat kerja yang baikapabila lingkungan kerja aman dan sehat.
Perlatan dan perlengkapan Proses produksi adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah penting dalam perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai dengan apa yang diproduksinya. Pada dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-bagian kritis yang dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu: 1. Bagian-bagian fungsional 2. Bagian-bagian operasional Bagian-bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan denga jalan mengubah konstruksi, member alat perlindungan. Peralatan dan perlengkapan yang dominan menyebabkan kecelakaan kerja, antara lain: 1. Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan. 2. Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif.
3. Peralatan/perlengkapan dengan temperature tinggi ataupun terlalu rendah. 4. Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya. 5. Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi. 6. Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung, dll.
Shift kerja Menurut National Occupational Health and Safety Committee, shift kerja adalah bekerja di luar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat termasuk hari libur dan bekerja mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau lebih. Shift kerja malam biasanya lebih banyak menimbulkan kecelakaan kerja dibandingkan dengan shift kerja siang, tetapi shift kerja pagi-pagi tidak menutup kemungkinan dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.
Sumber kecelakaan Sumber kecelakaan merupakan asal dari timbulnya kecelakaan, bisa berawal dari jenis perlatan/perlengkapannya, berawal dari faktor human error, dimana sumber dari jenis kecelakaan merambat ke tempat-tempat lain, sehingga menimbulkan kecelakaan kerja.
4. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga kerja dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengola-hannya, landasan tempat kerja, lingkungan kerja dan cara-cara melakukan pekerjaan tersebut. Unit ksclamatan kerja merupakan suatu unit yang bertanggung jawab atas tempat, alat, mesin, pesawat, yang aman bagi tcnaga kerja, dan sesuai dengan kondisi kerja, juga bertanggung jawab dalam penyediaan alat keselamatan/pengaman/pelindung yang cocok serta menycnangkan bagi tenaga kerja. Tujuan keselamatan kerja, antara lain: Melindungi hak keselamatan tenaga kerja dalam/selama melakukan pekerjaan untuk kesejahtcraan hidup serta peningkatan produksi dan produktivitas nasional. Mcnjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. Memelihara sumber produksi serta menggunakannya dengan amat dan ber-dayaguna (efisien)2 Selain itu, ada beberapa alasan pentingnya memperhatikan masalah keselamatan dalam bekerja, yaitu : Kemanusiaan Membiarkan terjadinya kecelakaan keja tanpa berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini dikarenakan
kecelakaan yang terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi korbannya, misalnya kematian, luka/cedera berat maupun ringan, tetapi juga mengakibatkan penderitaan bagi keluarga korban jika korban meninggal atau cacat. Oleh karena itu, pengusaha mempunyai kewajiban untuk melindungi pekerjanya dengan cara menyediakan lapangan kerja yang aman. Ekonomi Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian ekonomi seperti kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya pengobatan, biaya santunan kecelakaan dan sebagainya. Oleh karena itu, dengan melakukan langkah-langkah pencegahan kecelakaan maka selain dapat mencegah terjadinya cedera pada pekerja, kontraktor juga dapat menghemat biaya yang hams dikeluarkan. UU dan peraturan UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah atau suatu organisasi bidang kesehatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih banyak kecelakaan yang terjadi, makin meningkatnya pembangunan dengan penggunaan teknologi modern. Nama baik perusahaan Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi yang baik dapat empengaruhi
kemampuannya dalam bersaing dengan perusahaan lain. Menururt Ir Christiawan, reputasi atau citra perusahaan juga merupakan sumber daya penting terutama bagi industri jasa, karena berhubungan dengan kepercayaan dari pemberi tugas/pemilik proyek (Christiawan, 1992). Prestasi keselainatan kerja perusahaan mendukung reputasi perusahaan itu, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi keselainatan kerja yang baik akan memberikan keuntungan pada perusahaan secaratidak langsung.4
terbuang untuk mencari tenaga kerja pengganti, untuk membersihkan lokasi pekerjaan dan untuk memberikan pertolongan, dan sebagainya. Selain itu biaya tak langsung yang timbul juga dapat berupa penurunan kualitas pekerjaan, penurunan produktivitas pekerja, dan penurunan nama baik perusahaan. Besarnya biaya tak langsung dapat mencapai 4-7 kali biaya langsung. Oleh karena itu, terlihat bahwa kecelakaan kerja berpengaruh terhadap biaya, waktu, mutu pekerjaan, produktivitas pekerja dan nama baik perusahaan.4
10
d) Evaluasi risiko Evaluasi risiko dilakukan untuk membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam proses analisi risiko dengan criteria evaluasi sesuai dengan model analisis yang digunakan. e) Penanganan risiko Penanganan atau pengendalian risiko dilakukan dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi. f) Monitoring dan review Monitoring dilakukan dengan mengkaji ulang tingkat risiko serta efektifitas program penanganan risiko yang telah dilakukan. g) Komunikasi dan Konsultasi Komunikasi antara manajemen dan pekerja untuk mendapatkan masukan mengenai implementasi pengelolaan risiko di tempat kerja guna perbaikan sistem pengelolaan risiko tersebut. Penilaian Resiko8 Pada dasarnya, penilaian risiko adalah cara-cara yang digunakan majikan untuk dapat mengelola dengan baik risiko yang dihadapi oleh pekerjanya dan memastikan bahwa kesehatan dan keselamatan mereka tidak terkena risiko pada saat bekerja. Regulasi Manajemen (Management Regulations) menempatkan tanggung jawab khusus di pundak majikan untuk :
Mengidentifikasikan bahaya yang berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja pekerjanya. Melakukan penilaian risiko yang 'sesuai dan mencukupi' terhadap bahaya yang teridentifikasi. Memutuskan apa yang 'sesuai dan mencukupi' itu berdasarkan situasi dan kondisi operasinya. Menentukan lingkup penilaian: semua perlengkapan, baik yang sedang dipakai maupun yang baru material dan substansi. Lebih memprioritaskan perlindungan terhadap seluruh angkatan kerja ketimbang perorangan. Mempertimbangkan segala risiko dari kegiatan operasional yang dapat mempengaruhi orang yang bukan pekerja seperti agen dan para pekerja kontrak, kontraktor, tamu, dan mereka yang datang karena tugas seperti tukang pos, karyawan perusahaan utilitas, supir pengantar, dan sebagainya. Mengangkat seorang penilai: - untuk melakukan penilaian-penilaian - yang mempunyai pengetahuan tentang : * proses-proses kerja * perundang-undangan kesehatan dan keselamatan kerja * standar kesehatan dan keselamatan kerja terbaru untuk industri.
11
Memberikan waktu kepada penilai untuk melakukan penilaian selama jam kerja. (Penilai bisa merupakan penyelia atau penanggung jawab yang sudah mendapatkan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja.) Jika mempekerjakan lima pekerja atau lebih, catatlah hasil penilaian risiko tersebut.
Bahaya (hazard) - sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian/kelukaan. Probabilitas Risiko kemungkinan bahwa bahaya dapat menyebabkan kerusakan atau
kerugian/kelukaan Berbahaya (danger) - keadaan yang berisiko. Tingkat risiko (extent of risk) - ukuran jumlah orang yang mungkin terkena pengaruh dan tingkat keparahan kerusakan atau kerugian/kelukaan, yaitu berupa konsekuensi.
Strategi Sasaran penilaian risiko adalah mengidentifikasi bahaya sehingga tindakan dapat diambil untuk menghilangkan, mengurangi, atau mengendalikannya sebelum terjadi kecelakaan yang dapat menyebabkan cedera atau kerusakan.
Untuk mencapai sasaran tersebut dan untuk mengefektifkan serta dapat menjalankan menjalankan penilaian risiko, kita perlu mclakukan pendekatan yang sistematis. Langkahlangkah berikut merupakan pendekatan yang logis dan sistematis: 1. Mendefinisikan tugas atau proses yang akan dinilai. 2. Mengidentifikasi bahaya. 3. Menghilangkan atau mengurangi bahaya hingga minimum. 4. Mengevaluasi risiko dari bahaya residual. 5. Mengembangkan strategi-strategi pencegahan. 6. Menjalankan pelatihan metode-metode kerja yang baru. 7. Mengimplementasikan upaya-upaya pencegahan. 8. Memonitor kinerja. 9. Melakukan kajian ulang secara berkala dan membuat revisi jika perlu.
7. Investigasi Kecelakaan
Menurut peraturan menteri tenaga kerja PER.03/MEN/1998 BAB II tentang tata cara pelaporan kecelakaan, pasal 2 ayat 1 mnyebutkan bahwa pengurus atau pengusaha wajib
12
melaporkan kecelakaan kerja yang dimaksud terdiri dari kecelakaan kerja, kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan limbah san kejadian berbahaya lainnya.9 Sasaran3 Menentukan penyebab kecelakaan sehingga kejadian serupa dapat dicegah. Tidak untuk mencari kambing hitam. Mendapatkan informasi untuk laporan ke pihak yang berwenang. Mendapatkan informasi untuk pihak asuransi yang entah itu: - membantu penyelesaian atau penolakan proses pengadilan sehubungan dengan klaim yang diajukan korban - untuk mengajukan klaim atas kerusakan pabrik, perlengkapan, dan sebagainya. Mendapatkan informasi untuk badan-badan hukum lainnya, misalnya manfaat jaminan sosial. Penyebab kecelakaan3 Adalah kejadian atau keadaan sebelum insiden yang menyebabkan cedera atau kerusakan. Penyebab langsungbagian atau komponen yang secara aktual menyebabkan cedera atau kerusakan. Akar penyebabtindakan atau kegiatan yang menyebabkan kontak dengan penyebab langsung. Analisis akar penyebab kecelakaan melibatkan pemeriksaan urut-urutan kejadian dan pengambilan keputusan yang mengarah ke kecelakaan dan pengidentifikasian tindakan yang tak langsung yang memicu rangkaian kejadian tersebut.
Penyebab cedera atau kerusakan adalah tindakan atau proses yang menyebabkan cedera atau kerusakan aktual. Penyelidikan3 Oleh siapa? - Diawali penyelia yang memberitahukan kepada penasehat keselamatan kerja. - Perwakilan keselamatan kerja - catat hak mereka. - Penasehat keselamatan kerja. - Surveyor/tenaga ahli dari pihak asuransi jika klaim terhadap majikan mungkin atau sudah dibuat. - Inspektur yang berwenang jika cedera atau kecelakaan harus dilaporkan kepada pihak berwenang. - Polisi jika terjadi korban jiwa.
13
Kapan? - Segera setelah orang yang terluka kembaii dari klinik P3K atau dipindahkan untuk menjalani perawatan medis. - Sebelum lokasi kecelakaan dimasuki orang lain. Prosedur Mendatangi lokasi dan mencatat detail-detail yang penting. Mengambil gambar/foto. Mengukur bagian dan area yang relevan. - Memeriksa kondisi pabrik dan perlengkapan - menyiapkan pengujian jika diperlukan - Menanyai para saksi * idealnya sendirian namun boleh disertai perwakilannya saja jika diminta * menekankan bahwa sasaran penyelidikan ialah pada pengungkapan penyebab kecelakaan * bukti-bukti harus didapat langsung dan bukan menurut penuturan - Memeriksa catatan pelatihan yang pernah diberikan kepada pekerja yang menjadi korban. - Menanyai korban sesegera mungkin tanpa menimbulkan tekanan. - Menganalisis informasi dan menyiapkan laporan. - Jika klaim sudah masuk, pihak asuransi akan menyelidiki dan menanyai para saksi namun tidak menanyai pihak penuntut. - Jika penyelidikan dilakukan oleh inspektur yang berwenang, sural pernyataan bisa dimintakan dari para saksi, termasuk korban. - Dalam kasus korban jiwa, polisi melakukan penyelidikan untuk menentukan penyebab kematian dan apakah telah terjadi tindakan kriminal sebelumnya. Meminta keterangan Jika diperlukan untuk meminta keterangan, arahnya harus ditetapkan dengan jelas, misalnya untuk menentukan penyebab kecelakaan Laporan permintaan keterangan ini diberikan untuk majikan maupun pekerja sehingga 'tidak ditutup-tutupi' pada saat terjadi gugatan Jika sasaran permintaan keterangan ini adalah untuk menolak klaim, ini harus jelas dinyatakan dan dipahami oleh orang-orang yang terlibat, tatkala catatan dan laporan menjadi 'rahasia'. Informasi yang akan dikumpulkan Rincian tapakpemilik, alamat, departemen/seksi/bengkel Proses atau operasi yang bersangkutan, termasuk rincian setiap pabrik yang terlibat
14
Tanggal dan waktu kecelakaan Data rinci pribadi korban (mungkin didapat dari data personalia) Informasi pelatihan yang pernah diberikan kepada korban Pekerjaan yang sedang dilaksanakan pada saat kecelakaan * Apakah sudah mendapat izin? * Apakah prosedur yang benar sudah diikuti? * Apakah alat Pelindung terpasang di tempat?, dll Rincian cedera yang dialami. Laporan Menganalisis hasil penyelidikan dan informasi yang diperoleh Mempersiapkan laporan yang menggambarkan keadaan kecelakaan dan kemungkinan penyebab-penyebabnya Membuat saran agar kejadian serupa tidak terulang.
Tujuan Investigasi Tujuan investigasi kecelakaan kerja menurut ICAM Investigation Guidline adalah sebagai berikut; Menentukan fakta di sekitar lokasi kejadian. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi dan penyebab dasar kecelakaan. Melihat kecukupan prosedur dan program pengendalian yang sudah ada Merekomendasikan tindakan pencegahan dan perbaikan. Melaporkan temuan dalam rangka untuk membagi pelajaran dari kecelakaan. Tidak menyalahkan satu pihak.10
15
Identifikasi potensi bahaya Sebelum kejadian; penilaian risiko (lihat sebelumnya) dan inspeksi keselamatan kerja. Setelah kejadian; penyelidikan kecelakaan (lihat sebelumnya) Nyaris; menerapkan prosedur pelaporan kecelakaan yang nyaris terjadi.
Definisi Bahaya - sesuatu yang berpotensi menyebabkan cedera/luka. Risiko - kemungkinan kecelakaan akan terjadi dan dapat mengakibatkan kerusakan. Kecelakaan - sebuah kejadian takterduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan. Nyaris - sebuah kejadian yang nyaris menyebabkan cedera atau kerusakan.3
Membuat Rekomendasi Investigasi kecelakaan harus mengidentifikasi rekomendasi tindakan pencegahan dan perbaikan. Ini bisa dilaksanakan dengan mengelompokkan semua kegagalan dan kekurangan yang sudah diidentifikasi menggunakan teori analisa penyebab kecelakaan yang sudah ditetapkan.9 Hierarchy Control atau Urutan Pengendalian Resiko9 Menurut Permenaker No. 5/MEN/1996 pengendalian kecelakaan kerja bisa dilakukan melalui 3 metode pengendalian kecelakaan kerja, yaitu: 1. Pengendalian teknis atau rekayasa (Engineering Control) Adalah melakukan rekayasa pada bahan dengan cara; Eliminasi, yaitu dengan cara menghilangkan sumber bahaya secara total. Substitusi, mengganti material maupun teknologi yang digunakan dengan material atau teknologi lain yang lebih aman bagi pekerja dan lingkungan. Minimalisasi, yaitu mengurangi jumlahpaparan bahaya yang ada di tempat kerja. Isolasi, memisahkan antara sumber bahaya dengan pekerja. Pengendalian teknis atau rekayasa diperkirakan dapat memberikan hasil atau efektifitas penurunan risiko sebesar 70%-90% (perubahan disain atau penggantian mesin dan 40%-70% pemberian batas atau barier). 2. Pengendalian Administrasi (Administratif Control) Yaitu pengendalian bahaya dengan kegiatan yang bersifat adminisrasi seperti pemberian penghargaan, trining dan penerapan prosedur.
16
3. Penggunaan alat pelindung diri (APD) Yaitu alat yang digunakan untuk melindungi pekerja agar dapat memproteksi dirinya sendiri. Pengendalian ini adalah alternatif terakhir yang dapat dilakukan bila kedua pengendalian sebelumnya belum dapat mengurangi bahaya dan dampak yang mungkin timbul.
17
Sekarang ini, K3 sebagaimana halnya aspek-aspek tentang pengaturan tenaga kerja, sedang berada pada fase 'kesejahteraan', terutama umumnya para buruh. Mungkin setelah tercapainya kestabilan politik, hukum, dan ekonomi, kita bisa memulai menginjakkan kaki ke fase produkti vitas kerja. Sedang fase toksikologi industri, cepat lambatnya dicapai tergantung kepada kemampuan untuk mengembangkan perindustrian pada umumnya. Penerapan pengaturan perundang-undangan dan pengawasan serta perlindungan para buruh merupakan prinsip dasar dalam sistem manajemen ini. Keselamatan dan Kesehatan kerja yang disesuaikan dengan 'sistem ergonomi' (penyesuaian beban kerja/alat kerja dengan kemampuan dan fisik pekerja), merupakan salah satu usaha untuk mencetak para buruh yang produktif dengan peningkatan SDM yang profesional dan andal. Agar para buruh (buruh pabrik, misalnya) berada dalam kondisi kesehatan dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya, maka mereka perlu mendapatkan keseimbangan yang menguntungkan dari faktor beban kerja, dan beban tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas kerja. Setiap pekerjaan bisa menjadi beban bagi pelakunya, Beban yang dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial. Seorang pekerja berat, seperti pekerja bongkar dan muat barang di pelabuhan, tentu lebih banyak beban fisiknya dari pada beban mental atau sosial. Sebaliknya, seorang pengusaha, mungkin beban mentalnya relatif lebih besar. Begitu pula petugas sosial, tentu lebih menghadapi beban-beban sosialnya. Dalam konteks ini, faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya: Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat ranibat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lain-lain. Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda-benda padat. Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh-tumbuhan. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja. Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan di antara pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya. Langkah-Langkah Penerapan SMK310 Setiap jenis Sistem Manajemen K3 mempunyai elemen atau persyaratan tertentu yang harus dibangun dalam suatu organisasi. Sistem Manajemen K3 tersebut harus dipraktekkan dalam semua bidang/divisi dalam organisasi. Sistem Manajemen K3 harus dijaga dalam
18
operasinya untuk menjamin bahwa sistem itu punya peranan dan fungsi dalam manajemen perusahaan. Untuk lebih memudahkan penerapan standar Sistem Manajemen K3, berikut ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan dan langkah-langkahnya. Tahapan dan langkah-langkah tersebut dibagi menjadi dua bagian besar: 1. Tahap Persiapan Merupakan tahapan atau langkah awal yang hams dilakukan suatu
organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah personel, mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan menetapkan kebutuhan sumber daya yang diperlukan. Adapun, tahap persiapan ini, antara lain: Komitmen manajemen puncak Menentukan ruang lingkup Menetapkan cara penerapan Membentuk kelompok penerapan Menetapkan sumber daya yang diperlukan 2. Tahap pengembangan dan penerapan Sistem dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang hams dilakukan oleh organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personal, mulai dari menyelenggarakan penyuluhan dan melaksanakan sendtri kegiatan audit internal serta tindakan perbaikannya sampai dengan melakukan sertifikasi.
Berikut ini langkah-lagkah spesifik dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 dalam suatu perusahaan; 1) Menyatakan komitmen Pernyataan koniitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapkan sebuah Sistem Manajemen K3 dalam organisasi/manajemen harus dilakukan oleh manajemen puncak. Penerapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa adanya komitmen terhadap sistem manajemen tersebut. Manajemen harus benar-benar menyadari bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan Sistem Manajemen K3.
2) Menetapkan cara penerapan Perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan untuk menerapkan Sistem Manajemen K3.Namun dapat juga tidak menggunakan jasa konsultan jika organisasi yang bersangkutan memiliki personel yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan mengarahkan orang.
19
3) Membentuk kelompok keija penerapan Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok kerja tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Hal ini penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung jawab terhadap unit kerja yang bersangkutan. 4) Menetapkan sumber daya yang diperlukan Sumber daya di sini mencakup orang/persone!, perlengkapan, waktu dan dana. Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi di luar tugas-tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan. 5) Langkah 5. Kegiatan penyuluhan Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan personal perusahaan. Oleh karena itu perlu dibangun rasa adanya keikutsertaan dari seluruh karyawan dalam perusahaan melalui program penyuluhan. 6) Peninjauan sistem Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan persyaratan yang ada da lam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat dilakukan melatui dua cara yaitu dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau pelaksanaannya. 7) Penyusunan Jadwal Kegiatan Setelah melakukan peninjauan sistem maka kelompok kerja dapat menyusun suatu jadwal kegiatan. 8) Pengembangan Sistem Manajemen K3 Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan Sistem Manajemen K3 antara lain mencakup dokumentasi, pembagian kelompok, penyusunan bagan alir, penulisan manual Sistem Manajemen K3, prosedur dan instruksi kerja. 9) Penerapan sistem Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota kelompok kerja kembali ke masing-masing untuk menerapkan sistem yang telah ditulis. 10) Proses sertifikasi Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Misalnya sucofindo melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05/Men/1996. Namun untuk OHSAS 18001:1999 organisasi bebas menentukan lembaga sertifikasi manapun yang diinginkan.12
20
No.:Kep.235/MEN/2003 Tentang Jenis-Jenis Pekerjaan Yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan Atau Moral Anak 11. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi R.I. No.: Kep.68/MEN/IV/2004 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
21
Mengenai K3 Umum dan SMK311 1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan Dan Kesehatan Kerja 3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: Kep.245/MEN/1990 tentang Hari Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mengenai Kecelakaan Kerja11 1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Per.03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan 2. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja R.I. No. : Kep. 84/BW/1998 Tentang Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan Mengenai Kesehatan Kerja11 1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per.02/MEN/1980 Tentang: Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. 2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. : Per.01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.: Per.03/MEN/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja 4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: KEPTS.333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja 5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Kep.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi R.I. No.: Kep.68/MEN/IV/2004 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
Hubungan OHSAS 18001 dan PERMENAKER 05/MEN/199610 Pada tahun 1991 BSI (British Standart Institution) dengan badan-badan sertifikasi dunia meluncurkan sebuah Standart Sistem Manajemen K3 yang diberi nama Occupational Health and
22
Safety Management Systems (AHSAS 18001). OHSAS 18000 diterbitkan atas kerjasama organisasi-organisasi dunia, antara lain: 1. National Standards Authority of Ireland 2. South African Bureau of Standards 3. Japanese Standards Association 4. British Standards Institution 5. Bureaus Veritas Quality International 6. Det Norske Veritas 7. Lyoyds Register Quality Assurance 8. National Quality Assurance 9. SFS Certification 10. SGS Yarsley International Certification Services 11. Association Espanola de Normalization y Certification 12. International Safety Management Organization Ltd 13. SIRIM QAS Sdn Bdn 14. International Certification Services 15. The High Pressure Gas Safety Intitute of Japan 16. The Engineering Employers Federation 17. Singapore Productivity and Standards Board 18. Instituto Mexicano de Normalization y Certification
OHSAS 18000 yang sekarang kita kenal memiliki struktur yang rnirip dengan ISO 14001:1996. Dengan demikian OHSAS 18001 lebih mudah diintegrasikan dengan ISO 14000, walau dapat juga diintegrasikan dengan ISO 9000. Indonesia sendiri juga telah mengembangkan Sistem Manajemen K3 sejenis yang dikenal Permenaker 05/Men/1996. Berbeda dengan OHSAS 18000 yang sistem auditnya hampir sama dengan ISO 14000 atau ISO 9000 yang diaudit oleh badan sertifikasi manapun, maka khusus untuk Permenaker OS/Men/ 1996 yang merupakan penilaian penilaian kinerja hanya bisa diaudit oleh Sucofindo. Perbedaan lain dari OHSAS 18001 dan Permenaker 05/Men/1996 adalah Permenaker 0S/Men/1996 memiliki pembagian jumlah/jenis elemen untuk jenis perusahaan yang tergantung pada besar kecil perusahaan yang bersangkutan. Sedang persyaratan untuk OHSAS 18001 berlaku untuk semua jenis organisasi tanpa mempcrhatikan besar kecilnya perusahaan itu.
23
Penerapan Permenaker 05/Men/1996 dibagi menjadi tiga tingkatan: 1. Perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat risiko rendah hanis menerapkan sebanyak 64 kriteria. 2. Perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat risiko menengah hams menerapkan sebanyak 122 kriteria. 3. Perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat risiko tinggi hums menerapkan sebanyak 166 kriteria.
Keberhasilan pcnerapan Permenaker 05/Men/1996 di tempat kerja diukur sebagai berikut: 1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0-59 % dan pelanggaran peraturan perundangan (nonconformance) dikenai tindakan hukum. 2. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60-84 % diberikan sertifikat dan bendera perak. 3. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85-100% diberikan sertifikat dan bendera emas.
III. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah dijabarkan diatas, dapat kia ketahui bahwa salah satu faktor terjadinya kecelakaan kerja pada pria yang disebutkan dalam skenario tersebut adalah tidak mengikuti prosedur kerja yang seharusnya, yaitu memakai tali pengaman. Yang mana prosedurprosedur tersebut sudah tentu tertulis dalam sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada setiap perusahaan. Oleh sebab itu, berdasarkan hasil pembelajaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. McKenzie, F James. Kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dalam Kesehatan Masyarakat: Suatu Pengantar. Ed.4; Alih bahasa, Atik Utami, et all. Editor bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC, 2007. h.615 2. Dainur. Higine perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (hiperkes) dalam Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat; Editor: Jonathan Oswari. Jakarta: Widya Medika, 1995. h.71-2, 75-8 3. Ridley John. Kecelakaan dalam Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Ed.3. Jakarta: Erlangga, 2007. h. 113-8 4. Chundawan E. Kecelakaan Kerja dan Penerapan K-3 Dalam Pengoperasian Tower Crane pada Proyek Industri. Surabaya: Universitas Kristen Petra; 5. Okti FP. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia; 2008 6. Suardi R. Mengapa kesehatan dan keselamatan kerja (K3) penting? dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.3-8 7. Teori Kecelakaan Kerja. 25 Oktober 2011. Diunduh dari:
www.dinsosnakertrans.tulungagung.go.id. 2011 8. Ridley John. Tanggung jawab manajemen dalam Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Ed.3. Jakarta: Erlangga, 2007. h. 113-8 9. Mayendra O. Kecelakaan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia; 2009 10. Suardi R. Sistem manajemen K3 dan manfaat penerapannya dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.15-6, 23-34 11. Lestari MI, Efendi Y. Himpunan Peraturan Perundang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PortalK3,com
25
26