Professional Documents
Culture Documents
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH UIN SUNAN KALIJAGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
2012
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
Hakim sebagai corong Undang-undang memiliki peranan yang amat besar dalam penegakan hukum di Indonesia. Seorang Hakim
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
Profil pribadi
Nama Ttl Email Twitter FB No. HP Education : : : : : : : Didik mashadi (Dimas) Palembang, 24 maret 1945 Elhaddy.03@gmail.com @Diemasha Didi Mashadi 08562599943 SD N 3 Rotan Mulya, Mesuji Raya, Palembang . SLTP N 3 Sumbu Sari, Mesuji Raya, Palembang. SMA Subulussalam Sriwangi SS III Belitang OkuTimur Palembang 20 UI Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010 Fakultas Syariah dan Hukum (Islamic Family law) : Sp3. Rotan Mulya, kec. Mesuji Raya, kab. Ogan Komering Ilir, Palembang Sum-Sel. 30681
Alamat
1
Hakim berasal dari kata : - sama artinya dengan qadhi
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
1. Pengertian Hakim
yang berasal dari kata - artinya memutus. Sedangkan menurut bahasa adalah orang yang bijaksana atau orang yang memutuskan perkara dan menetapkannya. Adapun pengertian menurut Syar'a Hakim yaitu orang yang diangkat oleh kepala Negara untuk menjadi hakim dalam menyelesaikan gugatan, perselisihan-perselsihan dalam bidang hukum perdata oleh karena penguasa sendiri tidak dapat menyelesaikan tugas peradilan .
2
Sedangkan menurut undang-undang Republik Indonesia nomer 48
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa yang dimaksud dengan hakim adalah hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
4 5 6 7
peradilan tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut . Dengan demikian dapat diartikan Hakim adalah orang yang diangkat oleh penguasa untuk menyelesaikan perkara, dikarenakan penguasa tidak mampu melaksanakan sendiri semua beban tugasnya, sebagaimana Rasulullah SAW, mengangkat beberapa orang sahabatnya untuk menjadi hakim bertugas menyelesaikan perkara di antar warganya di beberapa tempat atau wilayah kekuasaan Islam pada saat itu
3
Menjadi hakim hukumnya fardu kifayah jika tidak ada orang yang
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
sanggup untuk menjadi hakim. Dan disunahkan apabila jika memang dirinya lebih pantas dibandingkan dengan oarng lain yang juga layak
bekapasitas untu menjadi hakim, Sebaliknya jika orang lain lebih layak menjadi hakim maka kita makruh hukumnya menjadi hakim. Hukumnya mubah apabila didapatkan orang lain sama kelayakannnya untuk menjadi hakim, dan haram hukumnya manakala ,memang tidak mempunyai kapasitas kemampuan untuk menjadi hakim. Meminta untuk menjadi hakim hukumnya ada lima (5) : wajib, mubah, mustashab, makruh dan haram.
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
1) 2) 3) 4) 5)
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
Selanjutnya menurut Yahya Zakaria Al-Ansari, hakim hendaklah ahli dalam masalah kesaksian, yaitu: 1) Beragama Islam; 2) Mukalaf; 3) Merdeka; 4) Laki-laki; 5) Bersifat adil; dan 6) Mendengar, melihat, dapat berbicara dan menguasai masalah peradilan. Menurut UU. Nomor 7 Tahun 1989: 1) Warga negara Indonesia; 2) Beragama Islam; 3) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 4) Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
3
4 5 5
6
7
5) Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanya atau bukan seseorang yang terlibat langsung ataupun tak langsung dalam "Gerakan Kontra Revolusi G.30.S/PKI", atau organisasi terlarang yang lain; 6) Pegawai negeri; 7) Sarjana syari'ah atau sarjana hukum yang menguasai hukum Islam; 8) Berumur serendah-rendahnya 25 (dua puluh lima) tahun; 9) Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela. Kesemua persyaratan itu menunjukkan suatu perpaduan antara produk pemikiran fuqaha dengan ketentuan yang berlaku secara umum bagi hakim pada pengadilan tingkat pertama.
7
Secara umum persyaratan hakim pada semua badan peradilan
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
adalah sama. Hal itu terlihat dalam tujuh dari semua persyaratan, yang juga harus dipenuhi oleh calon hakim pada Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha Negara. Sedangkan syarat beragama islam dan sarjana syariah hanya berlaku bagi calon hakim pada pengadilan di lingkungan Peradilan Agama, yang erat hubungannya
kekhususan badan peradilan itu di Indonesia, yang berwenang mengadili perkara perdata tertentu menurut hukum Islam di kalangan orang-orang yang beragama Islam.
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
A
D. Tugas dan fungsi Hakim
F
G
Membantu mencari keadilan (Pasal 5 ayat (2) UU. No. 14/1970); Mengatasi segala hambatan dan rintangan (Pasal 5 ayat (2) UU. No. 14/70); Mendamaikan para pihak yang bersengketa (Pasal 30 HIR/ Pasal 154 Rbg); Memimpin persidangan (Pasal 15 ayat (2) UU. 14/1970); Memeriksa dan mengadili perkara (Pasal 2 (1) UU. 14/1970); Meminitur berkas perkara (184 (3), 186 (2) HIR); Mengawasi pelaksanaan putusan (Pasal 33 (2) UU. 14/1970);
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
viii. Memberikan pengayoman kepada pencari keadilan (Pasal 27 (1) UU. 14/1970); ix. Menggali nilai-nilai hokum yang hidup dalam masyarakat (Pasal 27 (1) 14/70); x. Mengawasi penasehat hokum b). Tugas non yustisial i. Tugas pengawasan sebagai hakim pengawas bidang; ii. Turut melaksanakan hisab, rukyat dan mengadakan kesaksian hilal; iii. Sebagai rokhaniawan sumpah jabatan; iv. Memberikan penyuluhan hokum; v. Melayani riset untuk kepentingan ilmiah; vi. Tugas-tugas lain yang diberikan kepadanya
F
G
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
C
hakim adalah menegakkan kebenaran
oleh terdakwa, melainkan dari itu harus diselidiki dari latar belakang perbuatan terdakwa. Artinya hakim pengejar kebenaran materil secara mutlak dan tuntas.
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
D
Di sini terlihat intelektualitas hakim yang akan teruji
F
G
atau tidak.
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
KESIMPULAN
Hakim adalah sebagai pejabat Negara yang diangkat oleh kepala Negara sebagai penegak hukum dan keadilan yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang telah diembannya meneurut undang-undang yang berlaku. Hakim merupakan unsur utama di dalam pengadilan. Menjadi hakim hukumnya fardu kifayah jika tidak ada orang yang sanggup untuk menjadi hakim. Dan disunatkan apabila jika memang dirinya lebih pantas dibandingkan dengan orang lain yang juga layak bekapasitas untuk menjadi hakim, Sebaliknya jika orang lain lebih layak menjadi hakim maka kita makruh hukumnya menjadi hakim. Hukumnya mubah apabila didapatkan orang lain sama kelayakannnya untuk menjadi hakim, dan haram hukumnya manakala ,memang tidak mempunyai kapasitas kemampuan untuk menjadi hakim .
F
G
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
F
G
Syarat seseorang untuk menjadi hakim itu harus memnuhi kriteria-kriteria yang telah di tentukan oleh para fuqoha dan ketentuan yang aa dalam undang-undang. 1. Tugas hakim Peradilan agama sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman mempunyai tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia (Pasal 1 dan 2 UU. No.14/1970) .
a) b)
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
F
G
2. Fungsi Hakim Fungsi hakim adalah menegakkan kebenaran sesunggyuhnya dari apa yang dikemukakan dan dituntut oleh para pihak tanpa melebihi atau menguranginya terutama yang berkaitan dengan perkara perdata, sedangkan dalam perkara pidana mencari kebenaran sesungguhnya secara mutlak tidak terbatas pada apa yang telah dilakukan oleh terdakwa, melainkan dari itu harus diselidiki dari latar belakang perbuatan terdakwa. Artinya hakim pengejar kebenaran materil secara mutlak dan tuntas.
AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
REFERENSI : Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalam islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu 1993). T.M. Hasi Ash-Shiddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Bandung: Al-Ma`arif, tt.) Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Mesir: Mustafa al-Babi al- Halabi, 1960), II: 460 Abu Yahya Zakaria Al-Ansari, Fathul Wahab bi Syarh Manhaj atThulab, (Singapura:Syirkah Nur As-Saqafah al-Ilamiyah, tt. ) Drs. H.A. Muktiarto,SH. Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008). Undang-Undang RI No 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman