You are on page 1of 65

Pendahuluan Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita.

Aspek ini selalu ada dan semakin hari kebutuhan akan hal ini semakin berkembang sejalan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang serta menstimulasi kemampuan kognitif pada anak didik.Begitu besarnya peran kognitif dalam perkembangan hidup yang akan datang,maka banyak metode yang dikembangkan sebagai cara mentranSfer ilmu yang tepat sesuai dengan usianya sehingga menghasilkan pemahaman yang maksimal bagi anak didik. Pendidikan pada usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui pengalaman belajar yang diperohlehnya dari lingkungan,melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Salah satu cara anak agar proses belajar mereka memperoleh pengetahuan adalah melalui kegiatan bermain sambil belajar.Dengan bermain dan belajar, seorang anak dapat memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru.Bemain dan belajar bagi mereka juga merupakan sarana dalam mengembangkan berbagai ketrampilan sosialnya.Kegiatan bermain dan belajar akan mengembangkan otot dan melatih gerakan motorik mereka di dalam menyalurkan energi mereka yang berlebih. Dengan demikian seorang anak akan menemukan bahwa merancang suatu hal baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan dan pada akhirnya anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif. Vygotsky dalam Naughton ( 2003;46 ) percaya bahwa bermain membantu perkembangan kognitif anak secara langsung, tidak sekedar sebagai hasil pengembangan kognitif seperti yang dikemukakan oleh Piaget. Peranan guru sebagai orang terdekat anak di sekolah harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dan menjadi pribadi yang disukai anak. Peran guru sebagai teman, model, motivator dan fasilitator akan menjadikan anak senang datang ke sekolah dan menjadikan proses belajar jadi bermakna. Oleh karena itu dituntut kematangan yang mempersyaratkan willingnes and ability, baik secara intelektual maupun pada kondisi yang prima.Profesionalisasi seperti ini harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Sedangkan metode merupakan bagian strategi kegiatan. Setiap guru PAUD ,TK/RA menggunakan metode sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya metode berfungsi secara optimal.Di dalam memilih metode, guru PAUD, TK/RA perlu memiliki alasan yang kuat dan perlu memperhatikan karaterstik tujuan dan karateristik anak yang dibinanya. Sesuai dengan karakteristik, tidak semua metode mengajar sesuai dan cocok digunakan pada program kegiatan anak di PAUD, TK/RA,seperti metode ceramah, kurang cocok karena menuntut anak memusatkan perhatian dalam waktu cukup lama, padahal rentang waktu perhatian anak relatif singkat. Metode yang dapat digunakan dalam pengembangan kognitif di PAUD, TK/RA, adalah: Bermain, pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, mengucapkan syair, percobaan/eksperimen,bercerita,karyawisata dan dramatisasi. Karena merupakan rangkaian proses pengembangan kognitif anak, maka evaluasi harus dilakukan. Evaluasi diadakan dengan tujuan yang didasarkan pada penghargaan (ukuran keberhasilan) setiap individu yang berbeda sehingga evaluasi harus dilakukan berdasarkan ukuran keberhasilan yang berbeda pula.Melalui evaluasi dapat ditentukan tingkat ketercapaian tujuan. II. Permasalahan Salah satu tugas yang cukup sulit bagi guru PAUD,TK/RA adalah ketika harus merencanakan, mendisain dan mengadakan pusat sumber belajar yang sesuai dengan metode pengembangan kognitif yang tepat untuk tingkat kemampuan anakanak yang berbeda dalam satu kelas.Hal ini tentunya sangat berhubungan pada pembelajaran yang berpusat pada anak. Kenyataan di lapangan tidak semua guru mempunyai pemahaman yang sama dalam menginterpretasikan metode pengembangan kognitif pada AUD.Dimana strategi yang diberikan bersifat monoton. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam makalah ini dirumaskan sebagai berikut : Bagaimana mengembangkan kognitif anak di PAUD, TK/RA menurut pendapat Vigotsky? Metode apakah yang dapat digunakan untuk pengembangan kognitif anak TK/RA. Mengapa strategi kegiatan di TK/RA diarahkan untuk lebih menekankan aktivitas anak didik dibandingkan aktivitas guru. Komponen apa yang harus ada dalam melaksanakan evaluasi keberhasilan anak didik, terutama dalam pengembangan kocnitif. III. Pembahasan

A.TUJUAN DAN MACAM-MACAM PENGEMBANGAN KOGNITIF PENDAPAT VYGOTSKY Lev Vygotsky dikenal sebagai a socialcultural constructivist asal Rusia.Vygotsky dalam Brodova dan Deborah (1996;23) berpendapat bahwa pengetahuan tidak diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak.Vygotsky yakin bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipaksa dari luar karena anak adalah pembelajar aktif dan memiliki struktur psikolgis yang mengendalikan perilaku belajarnya. Selanjutnya melalui teori revolusi sosio kulturnya, Vygotsky mengemukakan bahwa manusia memiliki alat berpikir (tool of mind) yang dapat dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah, memudahkan dalam melakukan tindakan, memperluas kemampuan, melakukan sesuatu sesuai kapasitas alami (Brodova dan Deborah,1996;26). Vygotsky mengemukakan beberapa kegunaan dari alat berpikir manusia yaitu: Membantu memecahkan masalah, seseorang akan mampu mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapinya. Anak-anak akan mencoba memecahkan masalah dalam permainan yang sedang dikerjakan(mencari jejak). Memudahkan dalam melakukan tindakan, dengan alat berpikirnya setiap individu akan dapat memilih tindakan atau perbuatan seefektif dan seefisien mungkin dalam mencapai tujuan itu adalah cerminan dari berfungsinya alat berfikir. Memperluas kemampuan,melalui berbagai eksplorasi yang dilakukan seorang anak melalui panca inderanya, maka akan semakin banyak hal yang akan ia ketahui. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya, alat berpikir berkembang secara alami, mengikuti apa yang terjadi di sekitarnya. Semakin banyak stimulasi yang diperoleh anak saat berinteraksi dengan lingkungan, maka akan semakin cepat berkembang fungsi pikirnya. Prinsip dasar dari Vygotsky adalah bahwa anak melakukan proses ko-konstruksi membangun berbagai pengetahuannya tidk dapat dipisahkan dari konteks sosial dimana anak tersebut berada. Pengetahuan juga berasal dari lingkungan budaya. Pengetahuan yang berasal dari budaya biasanya didapatkan secara turun temurun melalui orang-orang yang berada di sekitar. Pengetahuan dibangun oleh anak berdasarkan kemampuannya memahami perbedaan berdasarkan kesamaan yang tampak. Vygotskly mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang terus dimengerti dari latar sosial budaya dan sejarahnya yaitu pada asal- usul tindakan sadarnya dan dari iteraksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya. Manusia sebagai makhluk individu mempunyai alat berpikir yang tidak dimiliki oleh mahluk hidup lain.

Peningkatan kualitas kognitif berasal dari kehidupan sosialnya, bukan sekedar dari individu itu sendiri. Teori Vygotsky lebih tepat dsebut sebagai pendekatan kokonstruktivisme yaitu suatu proses membangun pengetahuan baru secara bersmasama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya. Vygotsky percaya bahwa kognitif tertinggi yang berkembangsat anak berada di sekolah yaitu saat terjadinya interaksi antara anak dan guru. Pengetahuan yang diberikan secara terpaksa akan memberikan dampak yang berharga bagi anak. Menurut Vygotsky, bantuan eksternal yang diberikan guru dapat dihilangkan apabila anak tampak telah berkembang secara konsisten.Bntuan dapat diberikan saat anak beraktivitas atau mengerjakan tugas, seperti: 1. Memotivasi atau mendapatkan minat anak yang berhubungan dengan tugas. 2. Mempermudah tugas agar anak-anak mudah mengatur dan menyelesaikannya. 3. Mmberikan beberapa arahan dengan tujuan membantu agar anak fokus dalam mencapai tujuannya. 4. Secara jelas menunjukkan perbedaan antara pekerjaan anak anak dengan standar atau penyelesaian yang diinginkan guru. 5. Memberi contoh dengan jelas serta menetapkan harapan dari aktivitas yang ditampilkan (stuyf,2007;3-5). Terdapat perbedaan Vygotsky dengan Piaget, wlaupun mereka berdua sama-sama menekankan/menfokuskan pada peran bahasa dan pengalaman bersosialisasi dalam perkembangan kognitif anak.Berkaitan dengan perkembangan kognitif melalui pengalaman bersosialisasi ,Vygotsky menekankan pada kemampuan bahasa terutama pada kecepatan berbicara. Sedangkan Piaget lebih menekankan pada eksplorasi sensomotor bayi. Vygotsky memandang bermain sebagai kegiatan sosal. Pada awalnya anak- anak bermain secara solitary(secara sendiri-sendiri), seiring dengan kematangan kognitif anak dan berkurangnya egosentris,permainan anak lebih sosial. IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN VYGOTSKY Kebiatan pembelajaran berdasarkan teori belejar Vygotsky antara lain: Menyusun balok Diharapkan anak dapat membangun imajinasinya tentang bentuk dan ruang

memanipulasi bangunan dari balok-balok yang telah tersedia. Menyampaikan cerita Menyampaikan cerita biasanya memberikan keuntungan dalam Mengembangkan bahasa dan kreativitas.Vygotsky juga menggunakan hal itu untuk mendorong ketajaman ingatan, berpikir logis dan pengendalian diri. Permainan dramatik Merupakan kegiatan mengungkapkan seluruh fungsi mental tinggi,pengendalian diri dan berbagai permainan simbolik. Penulisan jurnal Anak melakukan komunikasi dengan orang lain melalui berbagai ungkapan secara tertulis. Berikut ini adalah contoh pemilihan metode dihubungkan dengan karakteristik tujuan. Metode yang dapat mengembangkan kognitif anak agar dapat berpikir, menalar,mampu menarik kesimpulan dan membuat generalisasi. Caranya adalah dengan mengenali alam sekitarnya, mengenal orang dan benda-benda yang ada,mengenal tubuh tubuh dan memahami perasaan mereka sendiri dan berlatih mengurus diri mereka sendiri. Selain itu melatih anak menggunakan bahasa untuk berhubungan dengan orang lain, dan melakukan apa yang dianggap benar berdasarkan nilai yang ada dalam masyarakat (Hilderbrand,1986). Untuk pengembanganbahasa anak dapat menggunakan metode yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan berbbicara, mendengar,membaca dan menulis.Kita dapat memberikan kesempatan pada anak didik untuk memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan berbicara. Untuk mengembangkan kemampuan sosial,emosional anak dapat menggunakan metode yang menggerakkan anak untuk mengekspresikan perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan ecara verbal dan tepat. Pengembangan fisik anak dapat dikembangkan melalui metode-metode yang dapat menjamin anak tidak cedera. Oleh karena itu guru perlu menciptakan lingkungan yang aman dan menantang (Gordon dan Browne,1985).Bahan dan alat yang digunakan dalam keadaan baik,tidak menimbulkan perasaan takut dan cemas dalam menggunakannya. Sedangkan untuk pengembangan moral dan nilai-nilai agama dapat menggunakan

metode-metode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang didasari oleh nilai-nilai agama, sehingga anak dapat hidup sesua dengan ajaran agama yang dianutnya. Pengalaman belajar yang dapat diberikan adalah dengan memungkinkan terbentuknya kebiasaan kerja, menghargai waktu, kejujuran, kasih sayang dan kebiasaan memelihara lingkungan. Selain dari karakteristik tujuan yang telah disebutkan, karakteristik anak juga menentukan pemilihan metode. Perlu kta cermati bahwa anak AUD pada umumnya adalah anak yangselalu bergerak, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, senang bereksperimen dan keinginan mengekspresikan diri secara kreatif, mempunyai imajinasi dan senang berbicar. Vigotsky mengatakan manusia dilahirkan dengan seperangkat fungsi kognitif dasar yakni kemampuan memperhatikan, mengamati dan mengingat (Dworetsky, 1990).Kebudayaan akan mentranformasikan kemampuan tersebut dalam bentuk fungsi kognitif yang lebih tinggi yterutama dengan mengadakan hubungan masyarakat dan melalui proses pembelajaran serta penggunaan bahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Guilford (Hildebrand,dalam Moeslihatoen,1996) untuk membantu pengembangan kognitif, anak perlu dibekali pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan observasi dan mendengarkan dengan tepat. Macam-macam metode pengembangan kognitif yang dapat digunakan untuk pengembangan kognitif di PAUD, TK/RA. 1.Bermain Bermain adalah kegiatan yang ank-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anakbermain adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesty,1990;196-197). Anak usia dini tidak membedakan bermain,belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapu mereka memiliki kesempatan. Piaget dalam Mayesty(1990;42)mengatakan bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepusan bagi diri seseorang . Sedangkan Parten dalam Dokket an Fleer(2000;14) memandang bahwa kegiatan bermain adalah sarana sosialisasi. Diharapkan dalam bermain memberi kesempatan anak bereksplorasi ,menemukan, mengekspresikan,perasaan, berekreasi dan belajar secara menyenangkan.Selain itu kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta lingkungan dimana ia hidup. Bermain pada anak merupakan kegiatan yang dapat disamakan dengan bekerja pada orang dewasa. Bermain memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pengaruh perkembangan anak.

Menurut Dearden(hetherimgton and Parke,1997;481) bermain merupakan pekerjaan nonserius dan segalanya ada dalam itu sendiri yang memberikan kepuasan pada anak. Bermain mempunyai makna penting bagi pertumbuhan anak. Frank dan Farida caplan (Hildebrand,1986;55-56) mengemukakan ada enam belas nilai bermain bagi anak: Bermain membantu pertumbuhan anak Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela. Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasi Bermain mempuhyai unsur petualang di dalamnya Bermain meletakkan perkembangan bahasa Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan pribadi Bermain memberi kesempatan untuk menguasi diri secara fisik. Bermain memperluas minat pemusatan perhatian Bermain merupakan cara anak menyelidiki sesuatu Belajar merupakan cara anak mempelajari peran orang dewasa Bermain merupakan cara sinamis untuk belajar Bermain menjernihkan pertimbangan anak Bermain dapat distruktur secara akademis Bermain merupakan kekuatan hidup Bermain merupakan sesuatu yang essensial bagi kelestarian hidup manusi 2. Metode pemberian tugas Metode pemberian tugas ialah suatu cara penyajian kegiatan yang telah ditentukan dan anak dapat mempertanggungjawabkan sesuai petunjuk langsung dari guru.Ditinjau dari teori belajar Vygotsky pemberian tugas yang cocok adalah pemberian tugas kelompok, dimana anak bisa bersosialisasi dengan teman sekelompok,mau berbagi, mau bertanya, serta belajar untuk bekerjasama tanpa harus berharap pada kemampuan orang lain atau sebaliknya. 3. Metode demonstrasi Adalah suatu penyajian kegiatan pembelajaran dengan penjelasan lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan suatu proses tertentu yang kemudian diikuti atau dicoba oleh anak didik.Metode demonstrasi juga bisa diartikan suatu cara memperagakan atau mempertunjukkan sesuatu atau proses kejadian atau peristiwa. Guru dituntut mendemonstrasikan sesuatu harus jelas, alat peraga harus dipersiapkan lebih dulu,agar pada saat mendemonstraskantidak terhambat atau terganggu.

Ada dua fungsi dalam metode ini: 1. Dapat digunakan untuk memberikan illustrasi dalam menjelaskan Informasi pada anak 2. Dapat membantu meningkatkan daya pikir anak TK/RA terutama Daya pikir dalam meningkatkan kemampuan mengenal,mengingat, Berpikir konvergen dan evaluatif. Berpikir konvergen ialah kemampuan menggunakan informasi yang diperoleh dan yang disimpan untuk menerima satu jawaban benar. Contoh anak PAUD,TK/RA sudah mengenal konsep bilangan 2. Informasi ini digunakan untuk menjawab pertanyaan berapa kaki ayam? Berpikir divergen ialah dari informasi yang diperoleh mencari sesuatu yang baru menemukan jawaban benar.Contoh anak PAUD,TK/RA telah mengetahui konsep bilangan 2. Konsep ini digunakan untuk menjawab pertanyaan: Sebutkan binatang yang memiliki kaki 2 , kemudian dapat menjawab pertanyaan lebih banyak kaki ayam apa sapi? Sedang berpikir evaluatif artinya adalah anak dapat memberikan kesimpulan,penilaian, penemuan,pemecahan masalah dan berusaha memperbaiki kesalahannya.contoh ucapan anak yang bertanya: Bu guru, sayapunya kucing yang lucu,bersih dan sehat karna saya selalu rajin memberi makan dan memandikannya. Ungkapan tersebut dapat diambil kesimpula bahwa dengan makan yang cukupserta menjaga kebersihan dapat hidup bersih dan sehat. 4. Metode tanya jawab Metode tanya jawab ialah suatu cara penyajian pembelajaran dengan dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya.Guru harus berusaha agar anak aktif memberi jawaban atu keterangan bukan guru yang memberi keterangan. Metode bercakap-cakap ini sangat bermanfaat bagi anak PAUD,TK/RA sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan guru agar anak berani mengungkapkan pendapat serta berani berbicara di depan umum.Selain itu metode ini mengandung manfaat belajar yaitu mewujudkan kemampuan berbahasa secara reseptif dan ekspresif. 5.Metode mengucapkan syair

Metode mengucapkan syair yaitu suatu cara menyampaikan sesuatu melalui syair yang menarik yang dibuat guru untuk sesuatu, agar dapat dipahami anak. 6. Metode eksperimen/ percobaan Adalah suatu cara anak melakukan berbagai percobaan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya,guru sebagai fasilitator,alat berbagai percobaan sudah dipersiapkan oleh guru. Dalam metode ini anak dapat menemukan sesuatu berdasarkan pengalamannya. 7.Metode bercerita Metode bercerita adalah cara menyampaikan sesuatu dengan bertutur atau memberikan penerangan atau penjelasan secara lisan melalui cerita.Cerita harus menarik,dengan tujuan yang ingin dicapai,dengan gerak gerik yang wajar dan intonasi yang bervariasi. 8. Metode karya wisata Usman dan SetiawatI(2001;131) mengemukakan bahwa metode karya wisata adalah suatu cara penyajian pembelajaran dengan membawa anak didiklangsung kepada objek tertentu untuk dipelajari, yang terdapat di luar kelas, dengan bimbingan guru.Metode karya wisata juga bisa diartikan kunjungan langsung ke objek- objek di sekitar anak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sehubungan dengan teori belajar menurut Vygotsky, metode karya wisata jelas sesuai, karena dengankarya wisata anak belajar bernteraksi dengan orang lain danlingkungan. 9.Dramatisasi Salah satu metode yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran di PAUD,TK/RA adalah bermain peran. Metode dramatisasi/ bermain peran adalah cara memahami sesuatu melalui peranperan yangdilakukan oleh tokoh atau benda-benda di sekitar anak, sehingga anak dapat memahami sesuatu sambil berimajinasi. B. EVALUASI PENGEMBANGAN KOGNITIF Evaluasi adalah suatu cara untuk mengukur kemajuan, pelaksanaan, keberhasilan dan perkembangan kognitif dan masalahnya yang berkaitan dengan hasil yang diharapkan pada anak.

Evaluasi sebagai bagian dari proses pendidikan, merupakan proses pemantauan dan asesmen terhadap kemajuan da perkembangan anak.Evaluasi adalah analisis sistematis data anak untuk memahami keefektifan suatu program yang diberikan dan untuk mengetahui pengaruh program tersebut terhadap anak.Evaluasi merupakan proses meringkas dan menginterpretasi data serta membuat penilaian profesional berdsarkan informasi yang diperoleh. Evaluasi sifatnya menyeluruh, mencakup pengukuran yang obyektif dan profesonal tentang performansi dan perkembangan anak. Sedangkan asesmen adalah proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar anak dan perkembangan anak. Asesmen harus bersifat otentik, berpusat pada anak dan mengembangkan seluruh aspek fsik, psikis, sosial dan sebagainya.Asesmen dilakukan secara reguler yang merupakan bagian dari pembelajaran kelas.Asesmen dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan program yang sesuai dengan perkembangan anak. Proses asesmen dilakukan secara individual dengan cara membandingkan perkembangan anak sat ini dan sebelumnya.Dalam asesmen perlu dipertimbangkan adanya perbedaan dalam perkembangan, pengalaman dan budaya anak. C. ALAT EVALUASI Dalam evaluasi pengembangan kognitif anak TK/RA terdapat berbagai macam alat evaluasi yang dapat digunakan, antara lain: a.observasi b.catatan anekdot (anecdotal record) c.kumpulan kerja anak(portofolio) c.asesmen kinerja d.asesmen kemampuan(performance assesment) e.asesmen diri(self assesment) Berkut adalah contoh kegiatan dan alat evaluasi yang digunakan: 1.Observasi pada saat kegiatan berlangsung NO

Nama Anak

Mengelompokkan benda sejenis

Mengelompokkan benda yang sama warnanya

Menghitung kepingan bunga

keter Dibantu

Tanpa dibantu

Dibantu

Tanpa dibantu

Dibantu

Tanpa dibantu 1

Rosy

Cukup 2

Noval

Kurang 3

Ela

Kurang 4

Femas

Cukup 2. Catatan Anekdot Tanggal

Nama Anak

Komentar 5 Peb 2009

Zaky

Banyak bertanya tentang satu topik 11 Peb 2009

Rahma

Tidak mau bergabung dengan teman untuk sekian kalinya dengan alasan pusing 6 Maret 2009

Nabil

Beberapa kali keluar kelas dan bermain sendiri di playground sendiri 10 April 2009

Aisy

Menangis sepanjang kegiatan karena krayonnya tertukar sama Rifki 3. Kumpulan Kerja Anak (portofolio) Berikut ini adalah contoh hasil kerja anak usia 4 tahun yang dapat didokumentasikan dalam portofolio. Gamgar/ tulisan anak berikut ini dapat dijadikan bukti keterampilan anak dalam berbagai aspek perkembangan. 4.Assesmen Kinerja Mulai gradasi nomor 1sampai 5 dari kurang sekali sampai baik sekali

NO

Pengembangan

Kegiatan

Assesmen

Ket 1

5 1

Fisik

Munggunting Menjiplak Merobek Memantulkan bola

IV. Kesimpulan Vigotsky mengatakan bahwa jalan pikiran anak harus dimengerti dari latar belakang sosial budaya dan sejarahnya.Artinya untuk memahami pikiran anak bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik otak dan di kedalam jiwanya, akan tetapi dari asal- usul tindakan sadarnya dan dari interaksi sosial yang dilatari sejarahnya hidupnya (Moll & Greenberg,1990).

K Kelompok B Kompetensi Dasar : Kognitif


Anak mampu memahami konsep sederhana, memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari 1. Hasil Belajar : Anak dapat memahami benda di sekitarnya menurut bentuk, jenis dan ukuran Indikator Mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri-ciri tertentu. Misal: menurut warna, bentuk, ukuran, jenis, dll Menunjuk dan mencari sebanyak-banyaknya benda, hewan, tanaman, yang mempunyai warna, bentuk,ukuran atau menurut ciri-ciri tertentu Mengenal perbedaan kasar-halus, berat-ringan, panjang-pendek, jauh dekat, banyak sedikit, sama-tidak sama, tebal tipis Membedakan macam-macam suara Memasangkan benda sesuai dengan pasangannya, jenisnya, persamaannnya, dll Menyebutkan dan menceritakan perbedaan dua buah benda

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Menunjukkan kejanggalan suatu gambar Menyusun benda dari besar-kecil atau sebaliknya Hasil Belajar : Anak dapat memahami konsep-konsep sains sederhana Indikator Mencoba dan menceritakan tentang apa yang terjadi jika: warna dicampur, proses pertumbuhan tanaman, balon ditiup lalu dilepaskan, benda-benda dimasukkan ke dalam air (terapung, melayang, tenggelam), benda-benda dijatuhkan (gravitasi), benda-benda didekat Mengungkapkan sebab akibat. Misalnya: mengapa sakit gigi?, mengapa kita lapar?, dll Mengungkapkan asal mula/terjadinya sesuatu Hasil Belajar : Anak dapat memahami bilangan Indikator Membilang/menyebut urutan bilangan dari 1 sampai 20 Membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 10 Menbuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda Menghubungkan/ memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10 (anak tidak disuruh menulis) Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit Hasil Belajar : Anak dapat memahami bentuk geometri Indikator Membuat bentuk-bentuk geometri Mengelompokkan benda-benda tiga dimensi (benda-benda sebenarnya) yang berbentuk geometri (lingkaran, segitiga, segiempat) Memasangkan bentuk geometri dengan benda tiga dimensi yang bentuknya sama (lingkaranbola, segiempat-balok) Hasil Belajar : Dapat memecahkan masalah sederhana Indikator Menyusun kepingan puzzel menjadi bentuk utuh (lebih dari 8 kepingan) Mengerjakan maze (mencari jejak) yang lebih kompleks (3-4 jalan) Hasil Belajar : Anak dapat memahami ukuran Indikator Mengukur panjang, dengan langkah, jengkal, lidi, ranting,penggaris, meteran, dll Membedakan berat benda dengan timbangan (buatan atau sebenarnya) Mengisi dan menyebutkan isi wadah (1 gelas, 1 botol, dll) dengan air, pasir, biji-bijian, beras, dll Hasil Belajar : Anak dapat memahami konsep waktu Indikator Menyatakan waktu yang dikaitkan dengan jam Mengetahui jumlah hari dalam satu minggu, satu bulan, dan mengetahui jumlah bulan dalam satu tahun Menceritakan kegiatan sehari-hari sesuai dengan waktunya. Misalnya: waktu tidur, waktu makan, waktu sekolah, dll Menggunakan konsep waktu (hari ini, nanti, sekarang, kemarin, besok, dll)

8. Hasil Belajar : Anak dapat memahami konsep-konsep matematika sederhana Indikator Menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan dengan benda sampai 10 Memperkirakan urutan beikutnya setelah melihat bentuk lebih dari 3 pola yang berurutan. Misal merah,putih,biru, merah, putih,biru,merah,, Meniru pola dengan menggunakan berbagai benda

KURIKULUM TK KELAS A KOGNITIF DAN PSIKOMOTORIK


KOGNITIF KOMPETENSI DASAR Anak mampu mengenal berbagai konsep sederhana dalam kehidupan seharu-hari HASIL BELAJAR Anak dapat mengenal benda disekitarnya menurut bentuk jenis dan ukuran Anak dapat mengenal konsep-konsep sains sederhana Anak dapat mengenal bilangan Anak dapat mengenal bentuk geometrik Anak dapat memecahkan masalah sederhana Anak dapat mengenal ukuran Anak dapat mengenal konsep waktu Anak dapat mengenal konsep-konsep matematika sederhana INDIKATOR Mengelompokan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak.misalnya: menurut warna bentuk ukuran,jenis dll Menunjuk sebanyak-banyaknya benda,hewan,tanaman,yang mempunyai warna,bentuk atau ukuran atau menurut ciri-ciri tertentu Mengenal kasar halus,berat ringan, panjang pendek,jauh dekat,banyak sedikit,sama tidak sama Mencari lokasi tempat asala suara Memasangkan benda sesuai dengan pasangannya Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika warna dicampur,proses pertumbuhan tanaman(biji-bijian,umbi-umbian,batang-batangan),balon di tiup lalu dilepas,benda-benda dimasukan ke dalam air(terapung,melayang,tenggelam) benda-benda yang dijatuhkan(grafitasi) percobaan dengan magnet,mengamati dengan kaca pembesar,mencoba dan membedakan bermacam-macam rasa bau dan suara Membilang atau menyebut urutan bilangan dari 1 sampai 10

Membilang dengan menunjuk benda(mengenal konsep bilangan dengan benda-benda)sampai 5 Menunjukan urutan benda untuk bilangan sampai 5 Menghubungkan / memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 5(anak tidak disuruh menulis) Menunjukan 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya,yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit Menyebutkan kembali benda-benda yang dilihatnya Menyebut dan menunjuk bentuk-bentuk geometrik Mengelompokan bentuk-bentuk geometrik(lingkaran,segitiga,segiempat) Menyebutkan dan menunjuk kan benda-benda yang berbentuk geometrik Mengerjakan maze(mencari jejak) yang sederhana Menyusun kepingan puzzel menjadi bentuk utuh(4-6 keping) Mengukur panjang dengan langkah dan jengkal Menimbang benda dengan timbangan buatatan Mengisi wadah dengan air,pasir,biji-bijian beras dll Menyatakan dan membedakan waktu(pagi,siang malam) Mengetahui nama-nama hari dalam satu minggu bulan,dan tahun Menyebutkan hasil penambahan(menggabungkan dua kumpulan benda)dan pengurangan(memisahkan kumpulan benda dengan benda sampai 5 Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk zola yang berurutan,misal merah,putih merah,putih,merah PSIKOMOTORIK KOMPETENSI DASAR Anak mampu melakukan aktivitas fisik,secara koordinasi dalam rangka kelenturan, keseimbangan,dan kelincahan HASIL BELAJAR Dapat menggerakkan jari tangan untuk melenturkan otot dan koordinasi Dapat menggerakkan lengannya untuk kelenturan otot dan koordinasi Dapat menggerakkan badan dan kaki dalam rangka keseimbangan dan koordinasi INDIKATOR Mengurus dirinya sendiri dengan dedikit bantuan misalnya:makan,mandi,menyisir rambut mencuci dan melap tangan mengikat tali sepatu Membuat berbagai bentuk dengan menggunakan plastisin,playdough/tanah liat Menciplak dan meniru membuat garis tegak,datar,miring,lengkung dan lingkaran Meniru melipat kertas sederhana(1-6 lipatan) Menjahit jelujur 10 lubang dengan tali sepatu Menggunting bebas Merobek bebas Menyusun menara dari kubus minimal 8 kubus Membuat lingkaran dan segi empat Memegang pensil(belum sempurna) Menangkap dan melempar bola dari jarak kira-kira 1-2 meter Memantulkan bola besar(diam ditempat) Memantulkan bola besar sambil berjalan/bergerak

Melambungkan dan menagkap kantong biji Berjalan maju pada garis lurus,berjalan di atas papan tulis,berjalan berjinjit Berjalan mudur dan kesamping pada garis lurus sejauh 1-2 meter Meloncat dari ketinggian10-30 cm Memanjat dan bergantung Berdiri di atas satu kaki selam 10 detik Berlari sampai melompat Menendang bola dengan terarah Merayap dan merangkak lurus ke depan Bermain dengan simpai(bebas melompat dalam simpai, merangkak dalam terowongan dari simpai dll Menirukan berbagai gerakan binatang/hewan Menirukan gerakan tanaman yang terkena angin(sepoi-sepoi dan anginkencang) Naik sepeda roda dua(belum seimbang) Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar Berbahasa KOMPETENSI DASAR Anak mampu mendengarkan ,berkomunikasi secara lisan memiliki pembendaharaan kata dan mengenal simbol-simbol yang dapat mendengarkan dan membedakan bunyi suara bunyi bahasa dan mengucapkannya melambangkannya HASIL BLAJAR Dapat mendengarkan dan memahami kata dan kalimat sederhana Dapat berkomunikasi/ berbicara secara lisan Memperkaya kosa kata yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari meliputi kata benda,kata kerja,kata sifat,kata keterangan waktu Dapat mengenal bentuk-bentuk simbol sederhana(pra menulis) Dapat menceritakan gambar(pra membaca) Mengenal bahwa ada hubungan antara bahasa lisan dengan tulisan (pra membaca) INDIKATOR Menyebutkan berbagai bunyi/suara tertentu Menyebutkan kembali 3-4 kata Menyebutkan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama misal kaki kaki atau suku kata akhir yang sama misalnya nama sama dll Melakukan 2-3 perintah secara sederhana Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana Menyebutkan nama diri,nama orang tua, jenis kelamin,alamat rumah secara sederhana Menceritakan pengalaman /kejadian secara sederhana Menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi secara sederhana Bercerita menggunakan kata ganti aku,saya Menunjukan gerakan-gerakan misalnya:duduk,jongkok,berlari,makan,melompat menangis,senang.sedih, dll Menyebutkan waktu(pagi,siang,malam)

Membuat berbagai macan coretan Membuat gambar dan coretan9tulisan) tentang cerita mengenai gambar yang di buatnya Bercerita tentang gambar yang di sediakan atau yang dibuat sendiri Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri sederhana(2-4 gambar) Menghubungkan gambar/benda dengan kata Membaca gambar yang memiliki kata/kalimat sederhana Menceritakan isis buku walaupun tidak sama tulisan dengan yang di ungkapakan Menmghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya SENI KOMPETENSI DASAR Anak mampu mengekspresikan diri dengan menggunakan berbagai media/bahan dalam berkarya seni melalui kegiatan eksplorasi HASIL BELAJAR Dapat menggambar sederhana Dapat mewarna sederhana Dapat menciptakan sesuatu dengan berbagai media Dapat mengekspresikan diri dalam bentuk gerak sederhana Dapat menyanyi dan memainkan alat musik sederhana Dapat menampilkan sajak sederhana INDIKATOR Menggambar bebas dengan berbagai media {pensiwarna,krayon arang} Menggambar bebas dan bentuk lingkaran dan segiempat Menggambar orang dengan lengkap dan sederhana [belum proporsional] Stempel atau mencetak dengan berbegai media (pelepah pisang,batang pepaya,karet busa,dll) Mewarnai bentuk gambar sederhana Mewarnai bentuk-bentuk geometrik dengan ukuran besar Mencoret dengan manik-manik Mencipta 2 bentuk bangunan dari balok Mencipta 2 bentuk dari kepingan bentuk geometrik Diposkan oleh Misi di 05:12 0 komentar Date: Sabtu, 19 Desember 2009

KURIKULUM TK KELAS A
Jenis-jenis penilaian terhadap anak didik: 1. Portofolio, yaitu penilaian berdasarkan kumpulan hasil kerja anak yang dapat menggambarkan sejauh mana keterampilan anak berkembang, 2. Unjuk kerja(performance), yaitu penilaian yang menuntut anak untuk melakukan tugas dalam perbuatan yang dapat diamati misalnya praktek menyanyi, olahraga, memperagakan sesuatu dan lain-lain. 3. Penugasan(Project), yaitu tugas yang harus dikerjakan yang memerlukan waktu yang relatif lama dalam pengerjaannya, misalnya percobaan penanaman biji.

4. Hasil Karya(Product) yaitu hasil kerja anak setelah melakukan suatu kegiatan KELAS A A. PENGEMBANGAN KEBIASAAN Moral, Nilai-nilai agama, sosial, Emosional dan kemandirian KOMPETENSI DASAR Anak mampu Mengucapkan bacaan doa/ lagu-lagu keagaman, meniru gerakan beribadah dan mengikuti aturan serta dapat mengendalikan emosi HASIL BELAJAR Dapat berdoa dan menyanyikan lagu-lagu keagamaan secara sederhana. Dapat mengenal bermacam ragam agama. Mengenal ibadah secara sederhana menurut keyakinannya. Mengenal dan menyayagi ciptaan tuhan Memiliki sopan santun dan mengucap salam Mulai tumbuh disiplin diri Mulai dapat bersikap/berprilaku saling hormat menghormati Bersikap ramah Timbulnya sikap kerjasama dan persatuan Mulai dapat menunjukan rsa percaya diri Mulai menunjukan kepedulian Dapat menjaga kebersihan diri dan mengurus dirinya sendiri Dapat menjaga lingkungan Mulai dapat mengendalikan emosi yang wajar dan mengendalikan tindakan dan perasaanya Berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan Mulai dapat menjaga keamanan diri sendiri Mulai dapat bertanggung jawab INDIKATOR Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan. Menyanyikan lagu-lagu keagamaan yang sederhana Menyebutkan tempat-tempat ibadah. Menyebutkan hari-hari besar agama. Meniru kegiatan pelaksanaan kegiatan ibadah secara sederhana. Menyebutkan waktu beribadah. Menyebutkan ciptaan-ciptaan Tuhan misalnya manusia,bumi,langit,tanaman,hewan. Tidak menggangu teman yang sedang melakukan kegiatan/melaksanakan ibadah. Meminta tolong dengan baik,mengucapkan salam Selalu bersikap ramah. Berterimakasih jika memperoleh sesuatu Melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah. Mengikuti aturan permainan. Mau mengalah.

Mendengarkan orang tua/teman berbicara. Berbahasa sopan dalam berbicara. Tidak lekas marah atau membentak-bentak. Mudah bergaul/berteman. Dapat/suka menolong teman. Saling membantu sesama teman. Mamou mengerjakan tugas sendiri. Menunjukkan kebanggaan terhadap hasil kerjanya Menggunakan barang orang lain dengan hati-hati Mau membagi miliknya,misalnya makanan,mainan dll Meminjamkan miliknya dengan senag hati Membersihkan diri sendiri dengan bantuan misalnya:menggosok gigi,mandi,buang air,dll Mengurus dirinya sendiri dengan sedikit bantuan misalnya : berpakaian sendiri,makan sendiri dll Mengembalikan mainan pada tempatnya setelah di gunakan Membuang sampah pada tempatnya Membantu membersihkan lingkungan Mau berpisah dengan ibu tanpa menangis Sabar menunggu giliran Berhenti bermain pada waktunya Dapat dibujuk tidal cenggeng Mau menerima tugas Mengerjakan tugas sampai selesai Mengenal dan menghindari benda-benda berbahaya Mengenal dan menghindari obat-obatan yang berbahaya Melaksanakan tugas yang diberikan guru Mengetahui bara ng milik sendiri dan milik orang lain Diposkan oleh Misi di 05:01 0 komentar Date: Label: Kurikulum

LAGU-LAGU TK ISLAM PUTRA RINJANI NAHDLATUL WATHAN DASAN BARU DESA SUNTALANGU KECAMATAN SUELA LOMBOK TIMUR . TAHUN PELAJARAN 2009
Slamat sore Bu Slamat sore Pak Disini . Akan menyanyikan/ membacakan.. yang berjudul . ASSALAMUALAIKUM ASSALAMUALAIKUM WAALAIKUMUSSALAM BEGITU SEHARUSNYA BILA KITA BERJUMPA SELAMAT DAN SEJAHTERA

BAGI KITA SEMUA BERTEMU DIMANA SAJA UMMAT ISLAM SEDUNIA PASTI MEMBERI SALAM BILA SEDANG BERJUMPA PASTI MEMBERI SALAM BILA AKAN BERPISAH KAMI INI TK ISLAM KAMI INI TK ISLAM TK ISLAM PUTRA RINJANI AYO KAWAN MASUK TK ISLAM JADI SENANG DAN GEMBIRA BANYAK TEMAN BANYAK KAWAN ADA BESAR ADA KECIL BUNG EREK EREK BUNG EREK EREK WALIOOO.. TK PALING INDAH TAMAN KANAK KANAK PALING INDAH TEMPAT KITA BERMAIN ADA AYUNAN KUDA KUDAAN PELOSOTAN LARI LARIAN KEJAR KEJARAN ADA MENANGIS DAN ADA TERTAWA HA HA HA HA ANAK ANAK SENANG IBU GURU SENANG IBU BAPAK JUGA IKUT SENANG ANAK ANAK SENANG IBU GURU SENANG KAKEK NENEK JUGA IKUT SENANG SLAMAT SORE BU SLAMAT SORE PAK. SLAMAT SORE SEMUA SLAMAT SORE BU SLAMAT SORE PAK SLAMAT SORE MERDEKA

PANCASILA

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA 2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB 3. PERSATUAN INDONESIA 4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN 5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA SOLAWAT NAHDLATAIN DOA SEBELUM TIDUR

DOA BANGUN TIDUR

DOA MASUK WC

DOA KELUAR WC

DOA SEBELUM MAKAN

DOA SESUDAH MAKAN

SATU ITU SATU SATU ITU SATU SEPERTI JARUM DAN PAKU DUA ITU DUA SEPERTI BEBEK MANDI DIKALI TIGA ITU TIGA SEPERTI BURUNG TERBANG DILANGIT ANGKA EMPAT KURSI DILIPAT ANGKA LIMA ANGSA BERENANG

ANGKA ENAM MEMANCING IKAN ANGKA TUJUH CANGKUL PAK TANI ANGKA DELAPAN TELUR BERTINGKAT ANGKA SEMBILAN TONGKAT KAKEK KU ANGKA SEPULUH SEPERTI JARUM DAN TELUR

BERHITUNG DALAM 3 BAHASA BAHASA INDONESIA SATU DUA TIGA EMPAT LIMA ENAM TUJUH DELAPAN SEMBILAN SEPULUH BAHASA INGGRIS ONE TWO THREE FOUR FIVE SIX SEVEN EIGHT NINE TEEN BAHASA ARAB WAHIDUN SATU ISNANI DUA SALASATUN TIGA ARBAATUN EMPAT KHAMSATUN LIMA SITTATUN ENAM SABATUN TUJUH SAMANIATUN DELAPAN TISATUN SEMBILAN ASARATUN SEPULUH DOA UNTUK ORANG TUA

AKU ANAK INDONESIA AKU INI ANAK INDONESIA BADAN SEHAT JIWAPUN KUAT AKU RAJIN BELAJAR MENUNTUT ILMU

UNTUK MASA DEPANKU GOTONG ROYONG ITU SEMBOYANKU HIDUP DAMAI CITA-CITAKU MENURUT ORANG TUA TIDAK BOLEH MEMBANTAH AKU INI ANAK INDONESIA AKU CINTA INDONESIA TANAH AIR NAN JAYA HIDUP MAKMUR SENTOSA BERSATULAH BANGSAKU KAWAN BARU HAI KAWAN DENGARKANLAH CERITAKU KU PUNYA TEMAN YANG BARU SETIAP HARI SELALU BERJUMPA BERMAIN SAMBIL MENUNTUT ILMU SENANGNYA DI SEKOLAH TIADA PERNAH SUSAH BERMAIN TIADA LELAH AYOLAH KAWAN SEMUA SEIA DAN SEKATA BERSAMA TEMANKU YANG BARU

NAMA-NAMA BULAN NASIONAL JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER NAMA-NAMA BULAN ISLAM MUHARRAM, SHAFAR, RABIUL AWAL, RABIUL AHIR, JUMADIL AWAL, JUMADIL AKHIR, RAJAB, SYABAN, RAMADHAN, SYAWAL, ZUL QAIDAH, ZUL HIJJAH.

TOK TOK TOK BERI SALAM TOK TOK TOK BERI SALAM ASSALAMUALAIKUM BILA KAU MASUK RUMAH

TUNTUNAN RASULULLAH HAI HAI HAI ANAK SOLEH TAK BOLEH MARAH-MARAH KALAU KAU SUKA MARAH TIDAK DISAYANG ALLAH HAI HAI HAI ANAK MANIS JANGAN SUKA MENANGIS KALAU KAU SUKA NANGIS AIR MATANYA HABIS HAI HAI HAI ANAK SOMBONG APALAGI BERBOHONG KALAU SOMBONG DAN BOHONG TAK ADA YANG MENOLONG

"ummi" Eli Maslikhah


kekayaan bukanlah terletak pada banyaknya hitungan satu dua harta yang kita miliki tapi kekayaan yang sejati adalah berada didalam hati sejauh mana ketundukkan kita pada Illahi Robbi.....

Senin, 15 November 2010

MENARA CERDAS PTK


UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA MENARA CERDAS DI KELOMPOK A TK/ RA BAITURRAHMAH SUKOHARJO

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Mengikuti Lomba Karya Ilmiah Inovatif Pembelajaran Guru Tingkat Provinsi Tahun 2009

Oleh : ELI MASLIKHAH, S.Pd.I

UPT DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SUKOHARJO

SURAT PERNYATAAN Nomor :

Yang bertandatangan di bawah ini ; Nama : Eli Maslikhah, S.Pd.I NIP : 150359738 Pangkat/Gol : II c Unit Kerja : RA Baiturrohmah Menyatakan bahwa Karya Tulis Judul UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA MENARA CERDAS DI KELOMPOK A TK/ RA BAITURROHMAH SUKOHARJO adalah Asli dan Karya sendiri Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Kroya, 15 September 2009 Mengesahkan , Yang Menyatakan Kepala TK/RA Baiturrohmah

Andi Sri Sultinah, M.Ag Eli Maslikhah, S.Pd.I NIP. 150359738

ABSTRAK Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisa dan mengetahui hasil upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini melalui penggunaan alat peraga menara Cerdas di kelompok A TK/RA Baiturrahmah Sukoharjo. Adapun Kemampuan Kognitif yang akan ditingkatkan adalah melalui kegiatan mengenal warna, mengenal angka, mengurutkan warna, memasangkan jumlah benda dengan angka, mengelompokkan benda yang sama dan sejenis,membedakan besar kecil, meneruskan pola setelah melihat pola sebelumnya, mengenal bentu geometri dan membedakan benda yang kasar dan halus. Metode yang digunakan adalah dengan cara pengamatan secara langsung kepada anak yang sedang memainkan alat peraga menara cerdas sesuai dengan tugas yang diberikan guru. Hasil pengamatan ini dituangkan dalam bentuk tabel yang kemudian dianalisa mengunakan teknik deskriptif untuk mengukur gejala yang muncul. Populasinya adalah seluruh siswa kelompok A TK/RA Baiturrahmah Sukoharjo. Disebabkan sampel kurang dari seratus maka diambil semua sehingga sampel yang digunakan 100%. Metode pembelajaran yang digunakan adalah dengan cara praktek langsung . Berdasarkan hasil penelitihan yang diperoleh anak mampu menunjukan peningkatan kognitif. Pada awal sebelum penelitian kemampuan kognitif anak yang belum optimal mencapai 75% sedangkan setelah pembelajaran dengan menggunakan menara cerdas terlihat peningkatan yang signifikan yaitu anak yang mampu sebanyak 30% sedangkan anak yang mencapai optimal sudah mencapai 70%.

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Karena rahmatNya maka penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dengan judul UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA MENARA CERDAS DI KELOMPOK A TK/RA BAITURROHMAH SUKOHARJO Adalah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menanamkan dan mengembangkan kognitif anak didik dalam rangka menyiapkan generasi anak bangsa cerdas yang menguasai ilmu pengetahuan dan tehnologi. Hal ini perlu dilakukan sejak dini, pada saat mereka berada pada tahap perkembangannya yang relatif sangat peka. Perlakuan-perlakuan dan permainan-permainan yang mengacu pada pengembangan kognitif akan membawa mereka ke arah perkembangan selanjutnya. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Andi Sri Sultinah, S.Ag, M.Ag kepala RA Baiturrahmah Sukoharjo yang telah memberi kesempatan untuk mengikuti perlombaan ini Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih perlu disempurnakan untuk penelitian selanjutnya. Akhirnya semoga penulisan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Kroya, 10 September 2008 Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL i KATA PERNYATAAN ii ABSTRAK iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Fokus Masalah 2

C. Tujuan Penelitian 2 D. Manfaat Penelitian 3 E. Definisi Istilah 3 BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 5 B. Kerangka Berpikir 10 C. Teknik Ananlisa Data 12 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Setting Penelitian dan Subyek Penelitian 14 B. Rancangan Penelitian 14 C. Kegiatan 15 D. Tindakan Kelas 16 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitiuan 17 B. Pembahasan 21 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 23 B. Saran 23 C. Implimentasi/Rekomendasi 24 D. Penutup 24 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Kanak-Kanak merupakan pendidikan pra sekolah yang menggunakan metode pembelajaran dengan model belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar. Pendidikan usia dini harus memperhatikan perkembangan anak dimana pada usia pra

sekolah anak mengalami usia peka, anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensinya. Pada masa ini anak mengalami pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap menerima respon stimulan yang diberikan lingkungan. Dalam kehidupan manusia, masa usia dini adalah 0 sampai 6 tahun adalah masa yang sangat berpengaruh sehingga pada masa ini sangat tepat untuk meletakkan dasar pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosi, konsep diri, disiplin, seni, moral dan nilai-nilai agama. Kemampuan Kognitif yang disampaikan di Taman Kanak-Kanak membutuhkan kreativitas pendidik sebab apabila disampaikan dengan monoton dan tidak menarik maka akan menimbulkan kejenuhan pada anak. Untuk itu peran alat peraga untuk menunjang kegiatan pembelajaran di TK sangatlah penting. Berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak haruslah dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan tersebut misalnya, mengenal berbagai warna, memperkirakan urutan selanjutnya setelah anak melihat warna sebelumnya, membilang 1-10 angka, mengelompokan sesuai dengan bentuknya, warnanya atau mengenal bentuk geometri. Sebagai upaya untuk meningkatkan kwalitas pendidikan utamanya untuk peningkatan kognitif anak maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA MENARA CERDAS DI KELOMPOK A TK/RA BAITURRAHMAH SUKOHARJO B. Fokus Masalah Dari gambaran uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa apakah penggunaan alat peraga menara cerdas dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak di kelompok A TK/RA Baiturrahmah Sukoharjo C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan karya ilmiah ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kogniti anak usia dini kelompok A di TK/RA Baiturrahmah. Disamping itu juga untuk menambah pengetahuan bagi guru. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak diantaranya : 1. Secara teoritik Diharapkan penelitian ini memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia pendidikan khususnya yang berkecimpung dibidang pendidikan Taman Kanak-Kanak 2. Secara praktis Merupakan masukan bagi guru dan calon guru dalam hal mengadakan kegiatan pembelajaran terutama dibidang kognitif E. Definisi Istilah 1. Pengertian kognitif

Menurut Yuliani Nurani Sujono dalam bukunya Metode Pengembangan Kognitif (2007:1.3) menyebutkan bahwa Kognitif adalah suatu proses berfikir yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar. 2. Anak Usia Dini Yang dimaksud dengan anak usia dini menurut Depdiknas Kurikulum Hasil Belajar Pendidikan Usia Dini Jakarta 2002 hlm 3-4 adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional). 3. Menara cerdas Merupakan alat peraga yang akan digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif, menara ini dilengkapi dengan balok-balok dan kartu gambar, berbagai bentuk geometri, benda kasar dan halus dan musik untuk relaksasi.

BAB II KERANGKA TEORITIS KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 1. Kemampuan kognitif Kognitif berhubungan dengan intelegensi. Kognitif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan potensi atau daya untuk memahami sesuatu, sedangkan intelegensi lebih bersifat aktif yang merupakan aktualisasi atau perwujudan dari daya-daya atau potensi tersebut berupa aktivitas atau perilaku. Kognitif adalah suatu proses berpikir yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. (Yuliani Nuriani Sujono 2007: 1.3) Menurut teori Primary Mental Abilities yang dikemukakan oleh Thurstone

berpendapat bahwa kognitif merupakan penjelmaan dari kemampuan primer yaitu kemampuan berbahasa, mengingat, nalar, pemahaman ruang, bilangan, menggunakan kata-kata, menggunakan kata-kata, mengamati dengan cermat dan cepat (Yuliani Nuriani Sujono 2007: 1.7) Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu mengeksploitasi terhadap dunia sekitar melalui pancaindranya sehingga dengan cerdas yang didapatnya tersebut anak akan dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia seutuhnya. Proses kognisi meliputi berbagai aspek seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan masalah. Untuk itu seorang guru penting untuk mengembangkan kemampuan kognitif pada anak sebagai berikut: 1. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang ia lihat, dengar dan rasakan sehingga anak akan memiliki pemahaman yang utuh dan koperehensif 2. Agar anak mampu melatih ingatanya terhadap semua peristiwa dan kejadian yang pernah dialamimya 3. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa yang lain 4. Anak mampu memahami berbagai simbol yang tersebar di dunia sekitarnya. 5. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran baik yang terjadi melalui proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah (percobaan) 6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya sehingga pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2007:1.25-1.27) faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kognitif dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut : a. Faktor Keturunan Bahwa sesungguhnya manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Para ahli psikologi berpendapat bahwa taraf intelegensi 75-80% merupakan warisan atau keturunan. Pembawaan ditentukan oleh ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. b. Faktor Lingkungan Teori lingkungan atau empiris dipelopori oleh John Locke yang berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa. Menurut pendapatnya perkembangan manusia sangat ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan teori tersebut perkembangan taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan cerdas diperolehnya dari lingkungan hidupnya. c. Kematangan Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).

d. Pembentukan Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembagan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja dan pembentukan tidak sengaja. e. Minat dan Bakat Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi . Sedangkan bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. f. Kebebasan Kebebasan yaitu kebebasan manusia berpikir divergen (menyebar) yang berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Kemampuan Kognitif yang akan ditingkatkan adalah melalui kegiatan mengenal warna, mengenal angka, mengurutkan warna, memasangkan jumlah benda dengan angka, mengelompokkan benda yang sama dan sejenis, membedakan besar kecil, meneruskan pola setelah melihat pola sebelumnya, 2. Anak Usia Dini Yang dimaksud dengan anak usia dini menurut Depdiknas Kurikulum Hasil Belajar Pendidikan Usia Dini Jakarta 2002 hlm 3-4 adalah kelompok manusia yan berusia 0 - 6 tahun (di Indonesia berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional). Sedangkan menurut Mansyur anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan, intelegensi, sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan anak. Dalam penelitian ini penulis menitik beratkan pada kelompok A yang berkisar umur antara 4-5 th 3. Menara cerdas Alat peraga adalah semua benda dan alat yang bergerak maupun tidak bergerak yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, bermain dan bekerja disekolah agar dapat berlangsung dengan teratur, efektif dan efisien sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai. Alat peraga menara cerdas dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak, alat peraga yang terdiri kotak-kotak yang disusun sedemikain rupa supaya dapat digerakan, kemudian laci untuk menyimpan kartu dan benda-benda pendukung lainnya yang akan digunakan untuk bermain sambil belajar. Kotak-kotak diwarnai kuning, biru, merah, hijau, agar lebih menarik laci juga dilengkapi dengan musik untuk relaksasi. B. Kerangka Berfikir

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 1. Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada anak didik kelompok A di RA Baiturrahmah Sukoharjo yang berjumlah 20 anak. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak utamanya dalam hal mengenal warna, mengurutkan warna, mengenal angka, dan relaksasi dengan mendengarkan musik. Pelaksanaan itu sendiri dilaksanakan antara pertengahan bulan Juli sampai bulan September 2009 2. Variabel yang diteliti Ada tiga variabel yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini yaitu: a. Variabel input Penelitian ini terfokus pada anak b. Variabel proses Dalam hal ini adalah proses pembelajaran berhitung, mengenal warna,mengenal angka, mengenal bentuk geometri, mendengarkan musik, mengurutkan warna setelah melihat tiga pola dengan menggunakan alat peraga menara cerdas c. variabel output yaitu hasil dari pembelajaran yaitu anak mengalami peningkatan kognitif 3. Rencana Tindakan Rencana tindakan adalah bekerjasama dengan guru kelompok A dengan model yang direncanakan melalui satu siklus namun apabila ternyata dalam silklus pertama kurang optimal maka dilanjutkan dengan siklus II. Siklus itu sendiri terdiri dari rencana tindakan, pelaksanakan kegiatan observasi dan evaluasi. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Ket: P = Rencana tindakan O = Observasi T =Tindakan R = Releksi atau Evaluasi 4. Observasi Observasi adalah pengamatan atau peninjauan secara cermat (Tim Penyusun Kamus). Tehnik ini digunakan untuk mengumpulkan data dan mengamati secara langsung pelaksanakan kegiatan dengan menggunakan alat peraga menara cerdas 5. Tahap refleksi Pada tahap ini penulis mengolah kembali permasalahan yang telah dianalisa secara bersama-sama. Dari hasil analisa dan observasi ini merupakan bahan pertimbangan

dalam menentukan jenis tindakan lain dalam siklus ini. C. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul, untuk menganalisis data penulis menggunakan teknik analisa deskriptif dengan teknik prosentase untuk mengukur frekuensi gejala yang muncul dengan rumus :

Setelah tes untuk mengukur kemampuan anak dalam memahami permainan selanjutnya dilaksanakan Mencari rata-rata hasil anak . Menyimpulkan kemampuan rata-rata anak dengan mengggunakan kriteria sangat baik, baik dan cukup

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Setting Penelitian dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Raudhatul Athfal Baiturrahmah Sukoharjo dengan subyek penelitian adalah peserta didik kelompok A pada semester I yang berjumlah 20 anak B. Rancangan Penelitian Sebelum melakukan penelitian penulis membuat rancangan penelitian yaitu menyesuaikan beberapa indikator dalam kurikulum untuk pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif. Adapun indikator tersebut adalah 1. Membilang, menyebut urutan bilangan 1-10 2. Membedakan dan mengumpulkan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama,

lebih banyak dan lebih sedikit 3. Mengenal warna 4. Memasangkan jumlah benda dengan angka 5. Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dari 3 pola. 6. Mengenal bentuk-bentuk geometris (segitiga, segiempat,lingkaran) 7. Membedakan besar kecil 8. Mengenal kasar dan halus 9. Mengelompokan benda yang sama sesuai warna atau bentuknya 10. Mendengarkan musik sebagai relaksasi C. Kegiatan Tahap kegiatan merupakan proses tindak lanjut yang berkesinambungan dari proses perencanaan. Kegiatan yang dilaksanakan adalah: 1. Guru mengenalkan angka yang terdapat di balok yaitu angka 1-10 (lampiran gambar 1) 2. Guru mengenalkan warna yaitu merah, kuning, biru yang terdapat di balok (Lampiran gambar 2) 3. Anak mengurutkan angka diatas karpet (lampiran gambar 3) 4. Anak memasukan balok angka ke menara dimulai dari angka yang terkecil sampai yang terbesar (Lampiran gambar 4) 5. Menghitung angka 1-10 (Lampiran gambar 5) 6. Membentuk satu warna garis lurus biru atau kuning atau merah (lampiran gambar 6) 7. Membuat pola setelah melihat 2 pola sebelumnya (merah kuning, merah kuning..)lampiran gambar 7 8. Anak mengambil kartu huruf dan berbagai bentuk geometri dari dalam laci menera cerdas kemudian mencari gambar yang sesuai dengan angka yangdibalok dimulai daari jumlah yang terkecil kkemudian menempelkan kartu bergambar ke balok yang sesuai dengan angka yang tertera dibalok (lampiran gambar 9-13) 9. Guru mengenal bentuk geometri (gambar 14) 10. Guru mengenalkan benda besar dan kecil 11. mengenalkan kasar dan halus 12. mengenalkan benda menurut warna atau bentuknya D. Tindakan Kelas Anak-anak bersama guru menerapkan pembelajaran kemampuan kognitif dengan menara cerdas. Peneliti mengamati interaksi antara guru dengan anak. Setelah kegiatan selesai diadakan tanya jawab dan anak menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Kemudian guru menganalisa hasil dari kegiatan dengan menggunakan tabel pada siklus I . Dari hasil tabel akan terlihat apakah masih perlu atau tidak diadakan tindak lanjut dengan menggunakan siklus II

BAB IV HASIL PENELITIAN A. HASIL PENELITIAN 1. Kemampuan Kognitif Sebelum Penelitian Kondisi awal pengembangan kemampuan kognitif anak terlihat kurang menggembirakan. Dilihat dari antusias ketika mengikuti kegiatan pembelajaran utamanya dibidang kognitif. Hal ini disebabkan alat peraga yang kurang variatif dan kurangnya kemampuan guru untuk memancing minat anak. Penilaian dalam pengamatan ini menggunakan simbol sebagai berikut Simbol adalah nilai sangat baik atau sudah mampu Simbol V adalah nilai baik atau mampu Simbol O adalah nilai kurang atau belum mampu Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap peserta didik kelompok A yang berjumlah 20 anak diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 1 Datar nama anak kelompok A dan Kemampuan Kogniti sebelum penelitian RA Baiturrahmah Sukoharjo NO NAMA Hasil Pengamatan OVO 1 Adi Nugroho 0 2 Aulia Sulung Pangayom 0 3 Azzahra Aiskhasari 0 4 Bagas Satriyo abdi V 5 Cendekia Rauf Tinriza 0 6 Choirul Nisa Rahmawati V 7 Dhino Raka 8 Dinda Tiyas 0 9 Eryana shafa 0 10 Rachrizal Zakariya V 11 M.Rarri Afriyansyah 0 12 Naswa aditya 0 13 Naufalino Ferdiyan 0 14 Onik Dwi Widatama 0 15 Rahma azra Calista V 16 Riaqi Nur Aini 0 17 Satrio Pinandhika 0

18 Syaiful Aziz 0 19 Vacum Akhsan 0 20 Ramadhan Arya dhani 0 Analisa berdasar skor menggunakan tehnik analisa data deskrptif untuk mengukur frekuensi gejala yang muncul adalah 1. Nilai = 1/20 x 100% = 5 % 2. Nilai v = 4/20 x 100% = 20 % 3. Nilai 0 = 15/20 x 100% = 75 % Dari tabel diatas menunjukkan kemampuan kognitif anak belum optimall ditunjukan dengan nilai O masih 75% dari 20 anak 2. Kemampuan Kognitif Setelah Penelitian Hasil penelitian setelah anak menggunakan menara cerdas adalah sebagai berikut: Tabel II Hasil dari pengamatn per indikator No Absen Hasil Pengamatan per indikator kognitif 1 2 3 4 5 6 7 8 Hasil akhir 1VvvVvv 2v 3vVvVvV 4v 5vvvvv 6 7vv 8vvVvvvv 9 10 v v v 11 v V v v V v V 12 13 V v 14 v V v v v v 15 v 16 v v 17 18 V 19 v v 20 v v v v v v Keterangan indikator 1. mengenal angka dan mengurutkan angka 1-10 2. mengenal warna 3. memasngkan jumlah benda dengan angka

4. memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dari 2 pola 5. mengenal bentuk geometris 6. membendakan besar kecil 7. mengenal kasar halus 8. mengelompokan benda yang sama sesuai warna atau bentuknya Tabel III Hasil Akhir Pengamatan pada siklus I NO NAMA Rangkuman hasil dari tabel II VO 1 Adi Nugroho V 2 Aulia Sulung Pangayom 3 Azzahra Aiskhasari V 4 Bagas Satriyo abdi 5 Cendekia Rauf Tinriza V 6 Choirul Nisa Rahmawati 7 Dhino Raka 8 Dinda Tiyas V 9 Eryana shafa 10 Rachrizal Zakariya 11 M.Rarri Afriyansyah V 12 Naswa aditya 13 Naufalino Ferdiyan 14 Onik Dwi Widatama V 15 Rahma azra Calista 16 Riaqi Nur Aini 17 Satrio Pinandhika 18 Syaiful Aziz 19 Vacum Akhsan 20 Ramadhan Arya dhani V Pada tabel setelah dilaksanakan kegiatan dengan menara cerdas adalah sebagai berikut 1. Nilai = 14/20 x 100% = 70 % 2. Nilai v = 6/20 x 100% = 30 % 3. Nilai 0 = 0/20 x 100% = 0 C. PEMBAHASAN Setelah melihat dan membandingkan diantara kedua tabel terlihat bahwa pada awal sebelum penelitian kemampuan kognitif anak yang belum optimal mencapai 75% sedangkan setelah pembelajaran dengan menggunakan menara cerdas terlihat peningkatan yang signifikan yaitu anak yang mampu (v) sebanyak 30% sedangkan anak yang mencapai optimal sudah mencapai 70%. Disebabkan hasil sudah optimal lebih dari 50% maka penulis tidak perlu

menggunakan siklus II sebagai lanjutan dari siklus I Dari data diatas menunjukkan bahwa penggunakan alat peraga menara cerdas dapat meningkatkan kemampuan kognitif. 1. Anak mampu mengenal warna biru merah kuning dan biru yang terdapat dalam balok menara 2. Anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat urutan warna dengan cara memutar balok agar warna berurutan 3. Anak mampu membilang jumlah gambar yang ada dibalok menara dan menempelkan angka yang sesuai dengan jumlah gambar yang terdapat dibalok. 4. Anak dapat menghitung angka dari satu sampai sepuluh 5. Anak mampu mengenal berbagai bentuk geometri dan mengambilnya dari dalam laci 6. Anak mampu mengumpulkan dan mengelompokan benda yang sama. 7. Anak mampu membedakan kasar dan halus

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satu cara yang peneliti ajukan adalah dengan menggunakan sebuah alat peraga yang sederhana dengan bahan-bahan bekas yang sudah tidak terpakai dapat dimanfaatkan. Dari penelitian diatas menunjukkan bahwa menara cerdas mampu meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini di kelompok A RA/TK baiturrahmah kabupaten Sukoharjo. Dari siklus pertamapun anak sudah menunjukkan kemampuan yang luar biasa sehingga tidak dibutuhkan lagi siklus yang kedua. B. Saran Ada beberapa yang perlu diperhatikan mengenai kegiatan yang menggunakan alat peraga menara cerdas ini bahwa kegiatan ini tetap memerlukan pendampingan guru supaya berjalan lebih efektif dan lancar Kemudian bentuk menara cerdas yang besar lebih memudahkan anak dalam mengenal berbagai hal secara mudah namun tingginya menara kadang menyulitkan anak untuk itu peran guru dalam membantu pelaksanaan masih dibutuhkan. C. Implikasi/Rekomendasi Menara cerdas merupakan alat peraga pendidikan yang dibuat dari bahan bekas dengan nilai ekonomi yang rendah, namun dengan sentuhan seni maka alat peraga ini akan menjadi alat perga yang menarik.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif alat peraga inii dibutuhkan oleh sekolah untuk itu penulis merekomendasikan agar tiap TK dan RA mempunyai alat perga ini sebab dengan harga yang murah dan mudah dibuat tiap sekolah pasti mampu untuk mewujudkannya D. Penutup Demikian penelitian ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba karya ilmiah inovasi pembelajaran bagi guru TK/RA dengan harapan untuk menambah wawasan dan terhitung sebagai prestasi tingkat propinsi.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV, Rineka Cipta, Jakarta, 1998. Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta Nurani,Yuliani Metode Pengembangan Kognitif 2007 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 1995. Sudjiono, Anas, Metodologi Riset dan bimbingan Skripsi Rajawali Jakarta 1990 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta, 1989. Diposkan oleh elimaslikhah di 20:57 0 komentar:

Minggu, 21 November 2010

KEMAMPUAN DAN KREATIVITAS ANAK PRA SEKOLAH


BAB I PENDAHULUAN Pembinaan proses pendidikan atau belajar sejak usia dini merupakan upaya strategis bagi pengembangan sumberdaya manusia. Soejiarto (1996) mengatakan memulai

pembinaan pendidikan pada usia taman kanak-kanak dipandang terlambat, pembinaan pendidikan harus dimulai sejak usia 0 tahun. Masa-masa semenjak kelahiran hingga tiga tahun merupakan masa yang spesial dalam kehidupan anak. Belajar adalah proses memperoleh berbagai kecakapan , keterampilan dan sikap. Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri penting yang membedakan dari jenis-jenis makhluk lain, itu memberikan manfaat bagi individu dan juga masyarakat. Bagi individu dalam kebudayaan kita, kemampuan untuk belajar secara terus menerus memberikan sumbangan bagi pengembangan berbagai ragam gaya hidup. Bagi masyarakat, belajar memainkan peranan penting dalam penerusan kebudayaan berupa kumpulan pengetahuan ke generasi baru. Hal ini memungkinkan temuantemuan baru berdasarkan perkembangan di waktu sebelumnya.Umumnya, orang tidak tahu teknik mana yang haus digunakan untuk memunculkan ide baru, atau cara mengembangkan bakat yang alami. Mereka belum pernah menjalani pelatihan, atau tidak punya latar belakang kreativitas apapun. Di Indonesia sesungguhnya telah terdapat beragai upaya untuk menangani pembinaan anak sejak usia pra-sekolah namun jumlah dan jangkauannya masih sangat terbatas. Taman kanak-kanak hanya menjangkau kurang dari 20% anak usia taman kanak-kanak. Sedangkan penitipan anak dan kelompok bermain belum menjangkau 1% anak usia di bawah 5 tahun (Soedjiono, 1996). Kenyataan ini cukup memprihatinkan karena kita ketahui bahwa semakin banyak perempuan yang bekerja di luar rumah. Masalah yang dihadapi para ibu yang mempunyai anak balita adalah memperoleh pengasuh pengganti yang dapat dipercaya untuk mengasuh, merawat, dan mendidik anaknya. Usia pra-sekolah sangat membutuhkan keleluasaan untuk bermain dan pengembangan berbagai fungsi psikologik, sambil bermain anak dapat belajar. Bermain merupakan bagian penting dalam pendidikan anak menuju perkembangan normal sesuai dengan kodrat anak. BAB II PEMBAHASAN A. KEMAMPUAN ANAK PRA SEKOLAH Anak usia prasekolah memiliki kemampuan perkembangan yang lebih baik dari usia sebelumnya. Rangsang berbagai keterampilan dan kreativitas yang dimilikinya agar kelak ia tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, mandiri dan bijak. Berikut sejumlah aspek perkembangan anak usia 3-5 tahun. KETERAMPILAN MOTORIK Dalam teori perkembangan anak, keterampilan motorik berkoordinasi dengan otak. Jadi, amat memengaruhi kemampuan kognitif (berpikir). Contoh, bila mereka terampil menggambar, menggunting atau menempel, maka gerakan-gerakan halus ini kelak akan membantu anak lebih mudah belajar menulis. Anak-anak SD yang sangat kaku memegang pensil dan tulisannya tak beraturan, bisa jadi akibat kemampuan motorik halusnya tak dilatih dengan baik sewaktu kecil.Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul

dituntut hanya mengandalkan imajinasinya. Misal, menggambar bebas, mencipta mobil balap dari lego atau membangun rumah dari balok-balok aneka warna. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil melempar bola. KETERAMPILAN KREATIVITAS Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda mati sebagai benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain juga turut meyakininya. Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak mulai membedakan antara khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga jangan membiarkan anak untuk terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan. KETERAMPILAN BAHASA Pada usia 4 tahun, anak mulai dapat merangkai kata lebih banyak lagi. Di usia ini ada sekitar 1.000 sampai 1.500 kata yang sudah dapat diucapkannya. Seiring dengan pertumbuhannya, kata yang dimilikinya akan terus bertambah. Salah satu bentuk kalimat umum yang paling sering digunakan anak-anak adalah kalimat bertanya. Ini sejalan dengan tahapan perkembangan kognitifnya yang selalu ingin tahu tentang segala hal. Itu sebabnya, mereka cenderung ceriwis karena banyak bertanya dan koleksi kata-katanya pun semakin banyak. Kadang kata-kata yang diucapkannya masih terdengar lucu. Hingga banyak orang tua sangat suka mendengar perkataan-perkataan mereka. KETERAMPILAN EMOSI Salah satu tolok ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Di sini, pengendalian emosi merupakan kuncinya. Kapan dan dalam situasi apa dia bisa mengekspresikan emosinya, serta kapan dia mesti bersabar. Ketidakmampuan mengendalikan emosi, terutama emosi negatif seperti marah, bisa menghambat interaksi anak dengan lingkungannya. Untuk anak usia prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan emosinya. Saat kesal karena ayah tak memenuhi janji membelikan mainan, boleh-boleh saja ia melampiaskan rasa kesalnya. Entah dengan sikap cemberut atau bahkan menangis. Hanya saja pelampiasan rasa kecewa tersebut jangan sampai kebablasan. Contoh, anak boleh marah, tapi jangan sampai

mengamuk apalagi merusak barang-barang yang ada di rumah. Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan ucapan, semisal, Itu mainan saya. Ayo kembalikan!, atau dengan mengambil kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun. KETERAMPILAN SOSIAL Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu. Kemampuan bersosialisasi harus terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin. Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan curhat. Sedini mungkin orang tua mesti membukakan jalan baginya. Mulailah ketika usia anak menginjak batita, saat anak sudah bisa dikenalkan pada sebayanya, apakah itu sepupu, tetangga, atau anak-anak di kelompok bermain. Silaturahmi antar keluarga pun sangat efektif membina sosialisasi anak. KETERAMPILAN MORAL Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak usia prasekolah masuk ke dalam berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sebagai bagian dari kelompok, anak prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan menyadari konsekuensinya bila tidak mengikuti aturan tersebut. Karena anak prasekolah belum mampu berpikir secara abstrak, mereka mendefinisikan perilaku baik dalam bentuk tindakan tertentu semisal, mematuhi omongan ibu atau membantu orang lain. Jika tidak melakukan hal-hal tersebut, mereka mengatakannya sebagai hal yang jelek.Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat peniruan. Itulah sebabnya, orang-orang dewasa harus menghindari melakukan hal-hal yang buruk, semisal bicara kasar, memukul, mencela, dan lain-lainnya di depan anak. KETERAMPILAN JENDER Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita yang dilihat dari penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut yang berbeda. Beberapa anak juga mulai memahami organ-organ tubuh yang berbeda pada pria dan wanita karena orang tua mereka mulai memperkenalkannya, entah lewat pengamatan langsung atau lewat buku-buku. Tetapi tidak semua anak di usia ini punya keterampilan membedakan melalui anatomi fisik/organ intim karena beberapa orang tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada anak mereka di usia prasekolah. Kemampuan membedakan jender juga dipelajari mereka lewat alat bermain dan peran-peran umum yang dimainkan ayah dan ibu. Misalnya, anak lelaki bermain bola dan anak perempuan bermain boneka. Ayah memperbaiki mobil, bertukang, sementara ibu berkebun dan memasak di dapur.Kemampuan jender anak usia prasekolah lebih banyak dikenalkan oleh orang tua dan anak usia prasekolah belajar

memerankan jender dengan meniru. Misalnya, anak lelaki meniru gaya pakaian ayahnya dan anak perempuan meniru cara berdandan ibunya. KETERAMPILAN BERMAIN Pengembangan kemampuan anak usia pra-sekolah dilakukan melalui kegiatan bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Ahmadi (19991: 69) memberikan pengertian Bermain adalah suatu perbuatan yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas dasar kehendak diri sendiri, bebas tanpa paksaan dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan kegiatan tersebut. Buchori (1978: 118) juga memberikan batasan bermain, yaitu gejala kodrati anak yang dapat diamati di mana ia hidup dengan latar belakang budaya apapun. Anak juga mulai mengenal permainan yang bersifat konstruktif. Yang paling umum adalah membuat benda dan menggambar. Selain itu, pengenalannya terhadap konsep bentuk dan warna juga sudah terasah sehingga ragam mainan yang dapat dimainkannya juga lebih banyak. Umpama bermain pasir, tanah, balok, cat, kertas, lem, melukis, dan lain-lain. Didukung oleh kemampuan bahasa dan bicaranya yang juga berkembang pesat, anak prasekolah mulai mengerti aturan permainan sederhana. B. FUNGSI BERMAIN BAGI ANAK Bermain secara umum telah diakui sangat penting bagi kesejahteraan manusia, baik bagi orang dewasa, terlebih bagi anak-anak. Menurut Spencer dalam Monks (1992), bermain mempunyai fungsi menyalurkan sisa-sisa energi. Menurut Isaac dalam Cohen (1977) bermain mempunyai tiga fungsi mayor yaitu:a.Mengarahkan pada penemuan, penalaran, dan pemikiran.b.Sebagai jembatan dalam hubungan sosial.c.Mengarahkan pada keseimbangan emosi.Sedangkan Harfley dalam Moeslichatoen (1999) menyebutkan delapan fungsi bermain, yaitu:a.Menirukan orang dewasa.b.Dapat memerankan kehidupan nyata dengan cara yang sungguh dan bersemangat.c.Untuk mengekspresikan hubungan dan pengalaman.d.Untuk mengekspresikan kebutuhan dan pengalaman.e.Membebaskan impuls-impuls yang tidak diterima.f.Dapat membalikkan peran yang diterima.g.Sebagai cermin pertumbuhan.h.Untuk memecahkan problem dan bereksperimen. C. PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRA-SEKOLAH Perkembangan bahasa berlangsung sejak bayi hingga akhir hayat. Bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang satu tahun, sebelum dapat mengucapkan suatu kata. Pada tahun pertama sejak kelahiran bayi mulai menoceh, bermain dengan bunyi seperti halnya bermain dengan jari-jari tangan dan jari-jari kakinya. Menginjak umur 6 bulan, bayi mulai mengerti makna dari bunyi-bunyi yang didengarnya. Pada usia sekitar 9 bulan bayi mulai menggunakan satu kata atau bunyi atau beberapa kombinasi bunyi untuk mengekspresikan idenya. Pada umur 1 hingga 2 tahun bahasa anak berkembang secara cepat. Anak mulai meniru orang dewasa di sekitarnya, mencontoh intonasi dan gesture pada saat orang

dewasa menggunakan bahasa. Anak mulai mengkombinasikan dua kata. Anak mulai dapat mengucapkan Ma, mimik yang berarti Mama saya minta minum. Pada tahap dua kata ini anak akan mulai mengenal berbagai makna kata tetapi belum dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin dan waktu terjadinya peristiwa. Pada akhir umur ketiga, anak-anak sudah dapat menggunakan sekitar 1000 kata dan dapat mengerti lebih dari itu. Beberapa kata digunakan untuk menjelaskan satu objek atau ide. Pada umur 3 hingga 4 tahun anak-anak menggunakan kombinasi kalimat yang lebih kompleks yang terdiri dari kata ganti, kata sifat, kata keterangan, kata ganti kepunyaan. Pada umur 4 hingga 5 tahun anak-anak telah mendapatkan hampir seluruh elemen bahasa orang dewasa. Kalimat-kalimatnya mencapai sekitar 3000 kata. Pada umur ini anak-anak mulai bercerita tentang kehidupannya, yang dikerjakan dan cara mengerjakannya, seolah-olah antara kata dan perbuatan menjadi satu kesatuan. Pada umur 5 sampai 6 tahun bahasa anak-anak dan orang dewasa telah sama. Hampir seluruh aturan gramatikal telah dikuasai, dan pola bahasanya telah kompleks. Anak-anak dapat membuat pertanyaan, pertanyaan negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Dengan adanya kemampuan atau ketrampilan yang telah dibahas di atas, hal itu menjadi modal bagi anak pra sekolah untuk meningkatkan kreativitasnya. Salah satu cara untuk meningkatkan kreativitas anak usia prasekolah adalah dengan bermain, adapun bentuk permainan yang meningkatkan kreativitas adalah permainan konstruktif, dimana anak diberi kebebasan untuk mengembangkan daya imajinasinya. Adapun permainan konstruktif yang digunakan adalah lego, puzzle dan plastisin. Tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas permainan konstruktif yang diberikan pada anak usia prasekolah terhadap usaha peningkatan kreativitas. Berikut akan dijelaskan mengenai kreativitas. D. PENGERTIAN KREATIVITAS Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai kreativitas dengan penekanan yang berbeda-beda seperti berikut ini : Barron mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru . Sesuatu yang baru di sini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya. Guilford menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif. Rogers mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam suatu tindakan . Hasil-hasil baru itu muncul dari sifat-sifat individu yang unik yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya. Dari definisi-definisi di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru, dan atau memodifikasi sesuatu

yang sudah ada sehingga manfaatnya bernilai lebih dibanding sebelumnnya. Ciri-ciri kepribadian kreatif Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat penting dan disukai mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan orang lain. Mereka pun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan dan ketekunan membuat mereka tidak putus asa dalam mencapai tujuan mereka. Utami Munandar ( 1992 ) mengemukakan ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut : Senang mencari pengalaman baru, memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit, memiliki inisiatif, memiliki ketekunan yang tinggi, cenderung kritis terhadap orang lain, berani menyatakan pendapat dan keyakinannya, selalu ingin tahu. Tahap-tahap Kreativitas Wallas ( Solso,1991 ) mengemukakan empat tahapan proses kreatif yaitu : Persiapan ( Preparation ). Pada tahap ini, individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Individu mencoba memikirkan berbagai alaternatif pemecahan masalah terhadap masalah yang dihadapi. Inkubasi ( Incubation ). Pada tahap ini, proses pemecahan masalah dierami dalam alam prasadar. Individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara waktu dari masalah yang dihadapinya, dalam pengertian tidak memikirkannnya secara sadar melainkan mengendapakannya dalam alam prasadar. Iluminasi ( Illumination ). Tahap ini sering disebut sebagai sebagai tahap timbulnya insight. Pada tahap ini sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru serta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan baru. Ini timbul setelah diendapkan dalam waktu yang lama atau bisa juga sebentar pada tahap inkubasi. Verifikasi ( Verification ). Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapakannya kepada realitas. Pada tahap ini pemikiran divergen harus diikuti dengan pemikiran konvergen. Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja. Penerimaan secara total harus diiikuti oleh kritik . Filsafat harus diikuti oleh pemikiran logis. Keberanian harus diikuti oleh sikap hati-hati. Imajinasi harus diikuti oleh pengujian terhadap realitas. Jadi pada tahap preparation, incubation, dan illumination adalah proses berpikir divergen yang menonjol maka dalam tahap verification yang lebih menonjol adalah proses berpikir konvergen. Mengajarkan kreativitas Menurut Klausmeir langkah-langkah yang diperlukan dalam pembentukan keterampilan memecahkan masalah berlaku pula untuk pembentukan kreativitas.

Sekolah dapat menolong siswa mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan sekaligus mengembangkan kreativitas. Dari hasail-hasil penelitian tentang kreativitas dapat dikemukakan asas-asas pengembangan kreativitas ( Klausmeier & Ripple,1971 ) sebagai berikut : Berekspresi. Mendorong ekspresi kreatif. Untuk mendorong penemuan-penemuan atau tingkah laku kreatif Torance ( 1965 ) mengemukakan saran-saran tentang apa yang dapat dilakukan guru terhadap siswanya sebagai berikut : Hargailah pertanyaanpertanyaannya, termasuk yang kelihatan aneh atau luar biasa; Hargailah gagasangagasan yang imaginatif dan kreatif; Tunjukkan pada siswa bahwa gagasan-gagasan itu bernilai; Kadang berikanlah kesempatan pada siswa untuk melakukan sesuatu tanpa ancaman akan dinilai; dan Masukkan faktor hubungan sebab akibat di dalam penilaian. Sifat sensitif dan peka terhadap persoalan, percaya pada diri sendiri dan fleksibel. Cara-cara mengembangkan kreativitas. BAB III KESIMPULAN Pendidikan prasekolah adalah tahun-tahun kritis dan asas kepada peringkat pendidikan selanjutnya serta menentukan kejayaan hidup seseorang individu. Kajian ini mengenai kesan prasekolah membuktikan bahwa pendidikan prasekolah dapat meningkatkan perkembangan kognitif, sosial dan personaliti kanak-kanak dan mempunyai dua kesan positif, yaitu jangka panjang dan pendek. Telah dijelaskan pendidikan itu adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak baik di luar dan di dalam sekolah dan berlangsung seumur hidup. Dan pengertian tersurat suatu pernyataan bahwa pendidikan berlangsung di luar dan di dalam sekolah. Pendidikan di luar sekolah dapat terjadi dalam keluarga dan di dalam masyarakat. Jadi pendidikan itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga kemudian diteruskan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Manusia sebagai makhluk hidup selalu ingin berkembang. Keinginan ini secara manusia tidak terbatas, akan tetapi kemampuan manusia yang membatasi keinginan tersebut. Oleh karena itu keinginan untuk berkembang berlangsung mulai dan lahir sampai meninggal dunia. Untuk mengembangkan diri itu manusia memerlukan bantuan. Karena keinginan untuk perkembangan itu berlangsung dari lahir sampai meninggal, maka kebutuhan untuk mendapatkan bantuan itu juga harus berlangsung seumur hidup. Dengan demikian, diharapkan anak pra sekolah menjadi aktif dalam lingkungan yang memupuk perkembangan keterampilan dan kemampuan baru. Kebutuhan sosial akan kreativitas dirasakan di mana-mana, dan tampak dalam sistem pendidikan, penggunaan waktu luang, pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan keluarga. Makna dari pengembangan kreativitas berkaitan dengan kualitas perwujudan diri, peningkatan kemampuan berpikir kreatif, kepuasan dalam mencipta, dan peningkatan kualitas hidup.

BAB IV KESIMPULAN http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/meningkatkan-kreativitas-anak-dalambelajar-matematika/ http://etd.eprints.ums.ac.id/852/ http://www.doyseta.co.cc/2010/05/meningkatkan-kemampuan-berbicaraanak.htmlhttp://beningembun-apriliasya.blogspot.com/2010/07/peningkatankemampuan-berbahasaanak.htmlhttp://mediasurviva.wordpress.com/2009/06/09/kemampuan-anak-prasekolah/

Abstrak : Tinjauan Nasikun dalam Siswatiningsih (1993) , menyebutkan bahwa dengan adanya arus modernisasi maka kekerabatan dalam keluarga berkurang pula. Untuk itu perlu dikembangkan institusi pengganti keluarga, tempat penitipan anak sebagai pengganti orang tua sementara dapat mendidik kecerdasan, keterampilan, dan ketaqwaan kepada anak balita yang dititipkan. Fuad Hasan (1998) juga mengatakan bahwa jenis layanan penitipan anak memang sangat bermanfaat bagi perkembangan anak, dan sebagai wahana pedagogik yang dapat menunjang perkembangan anak pada usia pra-sekolah. Bermain merupakan bagian penting dalam pendidikan anak menuju perkembangan normal sesuai dengan kodrat anak. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut maka tempat penitipan anak dapat digunakan sebagai wahana pembelajaran bahasa khususnya dalam peningkatan kosakata anak melalui prinsip-prinsip bermain sambil belajar. Perkembangan bahasa berlangsung sejak bayi hingga akhir hayat. Bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang satu tahun, sebelum dapat mengucapkan suatu kata. Jadi, bermain sambil belajar merupakan salah satu cara yang terbaik untuk mengoptimalkan kemampuan anak, termasuk kemampuan berbahasa. Kata Kunci : Perkembangan Bahasa, Pendidikan Pra-Sekolah, Kegiatan Bermain untuk Anak Pra-Sekolah

I.LATAR BELAKANG Arus globalisasi menjadikan kehidupan manusia menjadi begitu terbuka, persaingan ekonomi antar bangsa semakin ketat. Untuk dapat ikut dalam persaingan itu diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi yang harus dipersiapkan melalui pembinaan pendidikan. Pembinaan pendidikan sejak usia dini merupakan upaya strategis bagi pengembangan sumberdaya manusia. Soejiarto (1996) mengatakan memulai pembinaan pendidikan pada usia taman kanak-kanak

dipandang terlambat,pembinaan pendidikan harus dimulai sejak usia 0 tahun. Masamasa semenjak kelahiran hingga tiga tahun merupakan masa yang spesial dalam kehidupan anak. Di Indonesia sesungguhnya telah terdapat beragai upaya untuk menangani pembinaan anak sejak usia pra-sekolah namun jumlah dan jangkauannya masih sangat terbatas. Taman kanak-kanak hanya menjangkau kurang dari 20% anak usia taman kanak-kanak. Sedangkan penitipan anak dan kelompok bermain belum menjangkau 1% anak usia di bawah 5 tahun (Soedjiono, 1996). Kenyataan ini cukup memprihatinkan karena kita ketahui bahwa semakin banyak perempuan yang bekerja di luar rumah. Masalah yang dihadapi para ibu yang mempunyai anak balita adalah memperoleh pengasuh pengganti yang dapat dipercaya untuk mengasuh, merawat, dan mendidik anaknya. Kenyataan ini sesuai dengan tinjauan Nasikun dalam Siswatiningsih (1993) , menyebutkan bahwa dengan adanya arus modernisasi maka kekerabatan dalam keluarga berkurang pula. Untuk itu perlu dikembangkan institusi pengganti keluarga, tempat penitipan anak sebagai pengganti orang tua sementara dapat mendidik kecerdasan, keterampilan, dan ketaqwaan kepada anak balita yang dititipkan. Fuad Hasan (1998) juga mengatakan bahwa jenis layanan penitipan anak memang sangat bermanfaat bagi perkembangan anak, dan sebagai wahana pedagogik yang dapat menunjang perkembangan anak pada usia pra-sekolah. Berdasarkan uraian di atas nampak pentingnya pengembangan tempat penitipan anak dalam usaha membantu orang tua mengasuh anak, sekaligus mendidik kemampuan anak. Namun perlu diakui bahwa masih banyak tempat penitipan anak yang belum dapat mengganti peran ibu untuk mengasuh, mendidik, dan membimbing perkembangan anak. Fuad Hasan (1998) menyampaikan bahwa lembaga-lembaga pendidikan anak usia pra-sekolah termasuk tempat penitipan anak terkadang sengaja tidak sengaja menempatkan anak-anak asuhanya dalam situasu pemaksaan anak untuk melibatkan ke dalam proses belajar sedini mungkin. Dengan demikian tempat penitipan anak berubah menjadi lembaga pendidikan yang melancarkan kegiatan skolastik dan bersifat prestatif yang berakibat menyusutnya peluang anak untuk melibatkan diri dalam kegiatan bermain yang dinikmatinya sebagai suasana rekreatif. Sedangkan usia pra-sekolah sangat membutuhkan keleluasaan untuk bermain dan pengembangan berbagai fungsi psikologik, sambil bermain anak dapat belajar. Bermain merupakan bagian penting dalam pendidikan anak menuju perkembangan normal sesuai dengan kodrat anak. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut maka tempat penitipan anak dapat digunakan sebagai wahana pembelajaran bahasa khususnya dalam peningkatan kosakata anak melalui prinsip-prinsip bermain sambil belajar.

II.PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRA-SEKOLAH Perkembangan bahasa berlangsung sejak bayi hingga akhir hayat. Bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang satu tahun, sebelum dapat mengucapkan suatu kata. Pada tahun pertama sejak kelahiran bayi mulai menoceh, bermain dengan bunyi seperti halnya bermain dengan jari-jari tangan dan jari-jari kakinya. Menginjak umur 6 bulan, bayi mulai mengerti makna dari bunyi-bunyi yang didengarnya. Pada usia sekitar 9 bulan bayi mulai menggunakan satu kata atau bunyi atau beberapa kombinasi bunyi untuk mengekspresikan idenya. Pada umur 1 hingga 2 tahun bahasa anak berkembang secara cepat. Anak mulai meniru orang dewasa di sekitarnya, mencontoh intonasi dan gesture pada saat orang dewasa menggunakan bahasa. Anak mulai mengkombinasikan dua kata. Anak mulai dapat mengucapkan Ma, mimik yang berarti Mama saya minta minum. Pada tahap dua kata ini anak akan mulai mengenal berbagai makna kata tetapi belum dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin dan waktu terjadinya peristiwa. Pada akhir umur ketiga, anak-anak sudah dapat menggunakan sekitar 1000 kata dan dapat mengerti lebih dari itu. Beberapa kata digunakan untuk menjelaskan satu objek atau ide. Pada umur 3 hingga 4 tahun anak-anak menggunakan kombinasi kalimat yang lebih kompleks yang terdiri dari kata ganti, kata sifat, kata keterangan, kata ganti kepunyaan. Pada umur 4 hingga 5 tahun anak-anak telah mendapatkan hampir seluruh elemen bahasa orang dewasa. Kalimat-kalimatnya mencapai sekitar 3000 kata. Pada umur ini anak-anak mulai bercerita tentang kehidupannya, yang dikerjakan dan cara mengerjakannya, seolah-olah antara kata dan perbuatan menjadi satu kesatuan. Pada umur 5 sampai 6 tahun bahasa anak-anak dan orang dewasa telah sama. Hampir seluruh aturan gramatikal telah dikuasai, dan pola bahasanya telah kompleks. Anak-anak dapat membuat pertanyaan, pertanyaan negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat.

III.TEORI PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA 1.Teori Behavioristik Salah satu tokoh yang sangat terkenal dalam aliran Behavioristik adalah B.F.Skinner. Menurut para behaviorist, respon yang lebih kompleks dipelajari melalui aproksimasi berkelanjutan. Menurut Skinner proses tersebut berlangsung sebagai berikut: respon apapun yang telah mendekati perilaku standar dari suatu komunitas maka respons tersebut diberi penguatan atau reinforcement. Ketika hal itu sering muncul mendekati perilaku standar maka terus diberi penguat. Dengan cara demikian penguasaan

bentuk-bentuk verbal yang sangat kompleks dapat dicapai. Orang dewasa sebagai pengguna bahasa memberikan model tentang perilaku bahasa yang standar. Sebagai contoh, jika orang dewasa mengatakan saya minta minum kemudian ditirukan oleh anak minta minum, maka respon anak tersebut dapat diterima. Namun, secara bertahap orang dewasa akan mendorong agar anak dapat mengucapkannya secara lengkap apabila menghendaki minum. Kadang-kadang anak dapat mengucapkan bahasa secara lengkap seperti yang diucapkan orang dewasa. Dengan demikian, pada dasarnya bahasa adalah berdasarkan pada proses modeling, imitasi, praktik, dan reinforcement selektif. 2.Teori Genetik Menurut teori ini, belajar bahasa lebih merupakan proses instingtif daripada proses imitasi. Semua anak dilahirkan dengan memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa. Menurut teori genetik, bahasa anak pada dasarnya telah terstuktur. Akibatnya, anak memproses tata bahasa di sekitarnya, membuat kaidah yang diuji, kemudian merevisi kaidah berdasarkan feedback yang diterima. Dengan cara ini pembicaraan anak secara perlahan akan mendekati pembicaraan orang dewasa. 3.Teori Sosiokultural Teori sosio-kultural menekankan bahwa penguasaan pregmatik merupakan kenyataan yang interaktif. Para pengikut ini menekankan pentingnya lingkungan sosial di mana bahasa tersebut dibutuhan dan interaksi yang terjadi antara anak dan orang dewasa. Salah satu tokoh ini adalah Bruner. Menurutnya, bahasa dihadapi anak dalam interaksi yang benar-benar sangat teratur dengan ibu yang memiliki peran penting dalam mengatur kebahasaan yang dihadapi oleh sang anak. Pandangan ini kemudian melahirkan suatu teori interaksi antara ibu bayi dalam pemerolehan bahasa. Teori ini melihat bahwa penguasaan bahasa sebagai pelibatan ibu dan anak.

IV.PENDIDIKAN PRA-SEKOLAH Dalam Undang-undang RI Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikamn Nasional, pasal 12 ayat (2) menyebutkan selain jenjang pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diselenggarakan pendidikan pra-sekolah. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasai pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan azas penidikan seumur hidup. Menurut the National Association for the aeducation dalam Soemiarti Patmonodewo (1995: 37) istilah Pre school adalah anak antara usia toddler (1-3 tahun) dan usia masuk TK. Biasanya antara usia 3 (tiga) sampai 5

(lima) tahun. Sementara pengertian toddler adalah anak yang mulai berjalan sendiri sampai usia tiga tahun. Salah satu wadah yang paling tepat untuk memberikan pendidikan anak usia dini di tengah-tengah kesibukan kedua orang tua adalah tempat penitipan anak (TPA). 1.Hakikat Tempat Penitipan Anak dan Tujuannya Lutfia (1992: 2) menjelaskan bahwa tempat penitipan anak adalah lembaga yang dibentuk untuk mengatasi kesenjangan proses asuhan anak karena pelaksanaan tugas pekerjaan orang tuanya. Di dalam tempat penitipan anak dilaksanakan aktivitas mendidik, menjaga, merawat dan membimbing anak. Lebih lanjut Departemen Sosial RI menggariskan tempat penitipan anak sebagai lembaga sosial yang memberikan pelayanan kepada anak-anak balita yang dikhawatirkan akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya, karena ditinggalkan orang tua atau ibunya bekerja. Pelayanan ini diberikan dalam bentuk peningkatan gizi, pengembangan intelektual, emosional, dan sosial anak. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan hakikat tempat penitipan anak sebagai berikut: a.Lembaga penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah yang memberikan layanan berupa asuhan terhadap anak untuk mengembangkan intelektual, emosional, dan sosial anak. b.Proses pengasuhan dilaksanakan untuk mengatasi kesenjangan dalam mengasuh anak, karena dalam waktu yang bersamaan orang tua harus melaksanakan tugas pekerjaannya. c.Sebagai lembaga pelengkap asuhan anak, bukan pengganti asuhan orang tua. Adapun tujuan tempat penitipan anak menurut Jaidi (1992: 6), sebagai berikut: a.Membantu ibu-ibu untuk membantu ketenangan dan prestasi kerja yang optimal. b.Menghindarkan anak dari kemungkinan terlantar pertumbuhan dan perkembangannya. c.Menumbuhkan, meningkatkan dan memantapkan partisipasi masyarakat di mana penerimaan pelayanan berada. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan tempat penitipan anak adalah untuk membantu orang tua terutama dalam melaksanakan pendidikan bagi anak untuk melaksanakan pendidikan bagi anak untuk meletakkan dasar ke arah perkembangan yang wajar dan memberi kesempatan pada para orang tua agar dapat bekerja secara optimal. 2.Perananan dan Fungsi Tempat Penitipan Anak

Pramuwito (1997: 10) menjelaskan tempat penitipan anak sebagai lembaga kesejahteraan anak mempunyai mempunyai peranan sebagai berikut: a.Pelayanan kesejahteraan anak. b.Pusat informasi kesejahteraan sosial. c.Pusat konsultasi dalam melaksanakan usaha kesejahteraan anak-anak di keluarga. Sebagai tempat pelayanan sosial anak, tempat penitipan anak berfungsi membina kelangsungan hidup dan pertumbuhan anak serta memenuhi kebutuhan anak, baik kebutuhan fisik, mental, psikis, dan sosial. Sebagai pusat informasi kesejahteraan anak, tempat penitipan anak berfungsi memberikan informasi-informasi tentang kondisi sosial anak baik yang menyangkut kebiasaan, sifat, ingkah laku, hubungan sosial anak, serta penanganan anak-anak yang bermasalah secara profesional. Sebagai tempat konsultasi dalam melaksanakan usaha kesejahteraan anak, tempat penitipan anak berfungsi membantu memantapkan orang tua, agar dapat melaksanakan fungsi keluarga. Agar tempat penitipan anak dapat melaksanakan peran sesuai dengan fungsinya, maka sebaiknya tempat penitipan anak didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut: a.Sarana dan prasarana yang layak dimiliki. b.Tenaga yang berkualitas. c.Pelayanan yang profesional perencanaan, proses, metode. d.Pengelolaan yang mantap / baik.

V.KEGIATAN BERMAIN UNTUK ANAK USIA PRA-SEKOLAH

1.Pengertian Bermain Pengembangan kemampuan anak usia pra-sekolah dilakukan melalui kegiatan bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Ahmadi (19991: 69) memberikan pengertian Bermain adalah suatu perbuatan yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas dasar kehendak diri sendiri, bebas tanpa paksaan dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan kegiatan tersebut. Buchori (1978: 118) juga memberikan batasan bermain, yaitu gejala kodrati anak yang dapat diamati di mana ia hidup dengan latar belakang budaya apapun. Selanjutnya Piaget yang dikutip oleh Hurlock (1985: 290) mengatakan Play consist of responses repeated purely for functional pleasure.. Dari ketiga pendapat tersebut bermain dapat diartikan sebagai perbuatan yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas kehendak sendiri secara alamiah, tanpa paksaan dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan pada waktu

mengadakan kegiatan bermain. 2.Fungsi Bermain Bagi Anak Bermain secara umum telah diakui sangat penting bagi kesejahteraan manusia, baik bagi orang dewasa, terlebih bagi anak-anak. Menurut Spencer dalam Monks (1992), bermain mempunyai fungsi menyalurkan sisa-sisa energi. Menurut Isaac dalam Cohen (1977) bermain mempunyai tiga fungsi mayor yaitu: a.Mengarahkan pada penemuan, penalaran, dan pemikiran. b.Sebagai jembatan dalam hubungan sosial. c.Mengarahkan pada keseimbangan emosi. Sedangkan Harfley dalam Moeslichatoen (1999) menyebutkan delapan fungsi bermain, yaitu: a.Menirukan orang dewasa. b.Dapat memerankan kehidupan nyata dengan cara yang sungguh dan bersemangat. c.Untuk mengekspresikan hubungan dan pengalaman. d.Untuk mengekspresikan kebutuhan dan pengalaman. e.Membebaskan impuls-impuls yang tidak diterima. f.Dapat membalikkan peran yang diterima. g.Sebagai cermin pertumbuhan. h.Untuk memecahkan problem dan bereksperimen. Vygotsky (dalam Robin, 1983) yang banyak meneliti perkembangan bahasa menyebutkan bahwa permainan menimbulkan pengertian tentang mana objek dan mana tindakan, kedua pengertian ini berkembang sejalan dengan keterampilan penggunaan bahasa. Piaget (dalam Rubin, 1983) terkenal dalam perkembangan kognitif menyatakan bahwa permainan mengembangkan intelektual anak, karena dalam bermain terjadi tambahan pengetahuan baru dari objek yang tidak terdapat di dalam struktur kognitifnya. Sarjono (1987) meyebutkan ada 6 fungsi yang dapat dikembangkan melalui bermain, yaitu mengembangkan fisiknya, panca inderanya, kemampuan berpikirnya, konsentrasinya, bahasanya, serta daya ingat dan kualitasnya secara keseluruhan. Dalam kaitan antara bermain dan perkembangan anak, ada beberapa hal yang mempunyai peranan penting bagi perkembangan aspek-aspek anak, antaralain adalah bentuk-bentuk permainan, alat permainan, dan tutor yang membimbing bermain. 3.Peran Tutor dalam Membimbing Bermain Anak Berkaitan dengan peran pembimbing bermain, Bjorkland (dalam Soemiarti, 1995: 89)

menyatakan ada lima peranan tutor yang perlu dipenuhi, yaitu: a.Sebagai Pengamat Dalam tugasnya sebagai pengamat, tutor harus mengamati (1) interaksi anak dengan anak lain, serta interaksi anak dengan benda-benda, (2) para tutor harus mengamati lamanya waktu anak bertahan dalam suatu permainan, dan (3) mengamati apakah ada anak yang mengalami kesulitan dalam bermain dan bergaul dengan teman sebayanya. b.Sebagai Elaborator Apabila anak-anak sedang bermain sebagai dokter, tutor perlu menyediakan alat-alat yang biasanya dipergunakan oleh dokter dalam bentuk miniatur. Bahkan tutor dapat berpura-pura menjadi pasiennya. Dalam melakukan tugasa elaborasi, tutor dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan merangsang anak mengembangkan daya pikirnya melalui peran yang sedang dilakukannya sebagai dokter. c.Sebagai Model Tutor yang menghargai nilai bermain selalu akan berusaha menjadi model dalam kegiatan bermain anak. Sebagai contoh: (1) tutor selalu mencari kesempatan ikut duduk bersama anak yang sedang bermain balok, dan ikut menempatkan salah satu atau dua balok dalam susunan bangunan yang dibuat amak. (2) Tutor juga dapat bergabung dalam permainana drama. Tujuannya memberikan model perilaku yang bermanfaa tentang bagaimana memasuki suatu kelompok bermain, atau memberikan respon-respon yang dapat membantu agar permainan dapat berlanjut atau berlangsung lancar. (3) kadang-kadang tutor dapat memberikan model perilaku agar suatu episode permainan dimulai atau kembali pada alur yang sebenarnya apabila permainan itu dianggap menyimpang dari tujuan semula dan membawa efek negatif. Contoh anak-anak yang memainkan peran-peran tertentu dari acara TV dapat memainkannya dengan saling mengajar dan saling menangkap tanpa tujuan yang jelas. Di sini tutor dapat mengajukan pertanyaan tentang tujuan dari peran-peran yang dibawakan anak-anak, serta mendemonsrasikan bagaimana peran itu dimainkan tanpa perlu berlari saling mengejar di dalam ruang. d.Sebagai Evaluator Tutor bertugas sebagai pengamat dan melakukan penilaian terhadap sejauh mana kegiatan bermain yang dilakukan anak-anak akan memenuhi kebutuhan masingmasing anak. Sebagai evaluator tutor bertigas mengenali apakah dalam kegiatan bermain, anak-anak mengembangkan aspek akademik, sosial, kecerdasan atau

jasmaninya. Dalam melakukan evaluasi kegiatan belajar melalui bermain harus dikaitkan dengan materi, lingkungan dan kegiatan yang telah dirancang dalam tujuan kurikulum, dan apabila diperlukan dapat dirubah tatanannya. e.Sebagai Perencana Tutor harus merencanakan suatu pengalaman-pengalaman baru agar anak-anak terdorong untuk mengembangkan minat mereka. Misalnya, ada orang tua anak, pekerjaannya sebagai penjual sepatu, orang tua tersebut diminta datang untuk berbagi pengalaman dengan anak tentang apa saja yang dilakukan selama bekerja sebagai penjual sepatu. Pada suatu kegiatan belajar melalui bermain, tutor menata kelas seolah-olah toko sepatu, kursi-kursi dan tempat pembayaran. Murid-murid diajak menyebutkan bermacam bentuk sepatu dan mungkin menggambar sepatu mereka masing-masing, serta kegiatan sejenis lainnya.

VI.APLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN Sesuai dengan teori behavioristik bahwa anak belajar bahasa melalui proses imitasi dengan bahasa orang lain. Pada usia dini, proses imitasi dilakukan di lingkungan terdekat yaitu keluarga. Akan tetapi, apabila kedua orang tuanya bekerja dan tidak memungkinkan merawat sendiri anaknya pada jam kerja, solusi terbaik adalah dengan menitipkan anak di tempat penitipan anak terdekat. Hal ini demi kelangsungan perkembangan fisik maupun psikisnya. Karena tempat penitipan anak merupakan lembaga resmi yang khusus menangani anak sekaligus mengasuh dan mendidiknya. Anak yang dititipkan di tempat penitipan anak, proses imitasinya didapat dari pengasuh (tutor) dan teman sepermainannya. Dalam hal ini, pengasuh atau tutor dapat memberikan stimulasi kemampuan berbahasa melaui kegiatan bermain sambil belajar. Stimulasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kosakata. Dengan pola pendidikan bermain sambil belajar, anak akan merasa nyaman dan senang dalam memahami kosakata-kosakata baru sehingga anak tidak merasa tertekan atau merasakan suatu paksaan. Anak yang mempunyai perbendaharaan kosakata yang banyak akan mamapu berbahasa dengan baik dan lancar. Vygostky yang dikutip oleh Fred Ebbeck (1998: 1) menyatakan bahwa bahasa dikuasai anak pertama kali secara kolaboratif bersama kaum dewasa, atau pasangan yang lebih kompeten. Kemudian diintelegensikan dan secara sadar digunakan sebagai alat berfikir dan alat kontrol. Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan kemampuan berbahasa anak, tutor selaku orang dewasa di tempat penitipan anak harus melakukan hal-hal di bawah ini: 1)Harus menjadi pendengar yang baik. 2)Biarkan anak melihat apa yang anda rasakan dengan cara mencocokkan apa yang

anda lakukan dengan ekspresi wajah anda. 3)Biarkan anak melihat apa yang anda maksudkan dengan cara mencocokkan apa yang anda lakukan dengan apa yang anda katakan. 4)Beraktinglah ketika anak mengartikan percakapan anda. 5)Bantulah anak memahami keseluruhan komunikasi dengan mengaitkan apa yang anda katakan dengan situasi nyata (Fred Ebbeck, 1998: 1). Hal tersebut di atas dapat dilakukan dengan bermain. Adapun alat-alat bermain yang sesuai dengan bentuk permainan menurut Atmodwirjo (1994/1995: 5) antara lain: 1)Perosotan, papan keseimbangan, alat memanjat, bersepeda untuk bentuk permainan di luar. 2)Boneka, topeng, dan benda-benda yang mempunyai fungsi serba macam untuk bentuk bermain imajinatif, dan bentuk bermain berpura-pura. 3)Alat masak, rumah-rumahan dan perabotannya, alat-alat untuk makan dan minum, dan sebagainya. 4)Balok-balok untuk bentuk bermain konstruktif. 5)Air, pasir untuk bentuk bermain dengan material alam. 6)Ungkapan kreatif untuk bentuk bermain seni. Beberapa alat permainan di atas dapat diaplikasikan pada pembelajaran berbahasa anak pra-sekolah. Misalnya: Bersepeda (untuk anak usia 4-5 tahun dengan sepeda roda tiga) Tutor mengajak anak bermain sepeda di luar rumah, sambil melihat dan memperhatikan berbagai benda atau pemandangan (objek baru) yang dilihatnya sambil menyebutkan namanya. Alat masak dan rumah-rumahan beserta perabotnya Tutor bermain masak-masakan dan rumah-rumahan bersama anak-anak. Tutor dapat membantu mengambilkan peralatan sambil menyebutkan namanya. Atau tutor menyuruh anak mengambil barang yang namanya telah disebutkan. Balok-balok (berwarna-warni) Dengan bermain balok, anak dapat belajar menyebutkan macam-macam warna dan bentuk. Ungkapan kreatif Tutor bermain drama bersama anak-anak. Tutor mengucapkan ungkapan-ungkapan kreatif kepada anak, agar anak dapat memahaminya dan menirukannya sebagai khasanah kosakatanya. Beberapa permainan di atas merupakan sebagian kecil contoh permainan yang dapat dilakukan oleh tutor maupun orang tua sebagai media pembelajaran bahasa dengan teknik bermain sambil belajar. Pada waktu bermain, anak merasa senang. Hal ini dapat memicu kerja otak dan menurunkan ketegangan syaraf anak sehingga anak dapat mencapai kondisi alfa yaitu kondisi terbaik untuk belajar. Dalam kondisi itu, seseorang atau anak akan mudah mengingat apa yang telah dipelajarinya daripada ketika kondisi syaraf tegang dan penuh paksaan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bermain sambil belajar merupakan salah satu cara yang terbaik untuk mengoptimalkan kemampuan anak, termasuk kemampuan berbahasa.

VII.SIMPULAN Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik simpulan bahwa pendidikan bahasa diperoleh anak sejak dalam kandungan dan berkembang pada tahun-tahun setelahnya. Pendidikan bahasa pada anak pra-sekolah sangat efektif apabila dilakukan dengan teknik bermain sambil belajar

VIII.DAFTAR PUSTAKA Aswarni Sudjud, 1998. DAP dan Paradigma Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Makalah Pendidikan Usia Dini. IKIP Yogyakarta. Atmodiwiryo, E.T, 1994/1995. Alat Bermain untuk Perkembangan Anak Taman Kanak-Kanak dalam Prinsip-prinsip Pendidikan Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. Fuad Hasan, 1998. Bermain Sebagai Hak Anak. Makalah Seminar Pendidikan Anak Usia Dini. IKIP Yogyakarta. Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Jardi, N. 1992. Masalah Penitipan Anak, dari Sejarah sampai Program. Makalah Perkembangan TPA. IKIP Yogyakarta. Monks, F.J, Knoers, A.M.P dan Haditono, S.R. 1992. Psikologi Perkembangan, Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pramuwito. 1997. Ujicoba Model Pengelolaan Taman Penitian Anak,Laporan Penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta. Sarjono, T.I. 1987. Peranan Alat Bermain dalam Perkembangan Anak, Rangsangan Dini Untuk Perkembangan Anak. Jakarta Pusat: Yayasan Jambangan Kasih. Siswatiningsih. 1993. Urgensi Layanan Bimbingan dan Konseling Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jurnal Ilmiah Kependudukan IKIP Muhammadiyah Yogyakarya Edisi 18 Maret 1993.

Soemiarti Parmonodewo, 1995. Pendidikan Pra Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

You might also like