You are on page 1of 116

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH

KEMBANG ANAK DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY


PADA ANAK USIA TIGA SAMPAI LIMA TAHUN
DI TK ASSYIFA TANJUNG RASA KIDUL
PATOK BEUSI SUBANG
JAWA BARAT
2008



SKRIPSI

















Oleh :
CIPTA ARY NUGRAHA
04.03.0059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2008

i

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH
KEMBANG ANAK DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY
PADA ANAK USIA TIGA SAMPAI LIMA TAHUN
DI TK ASSYIFA TANJUNG RASA KIDUL
PATOK BEUSI SUBANG
JAWA BARAT
2008


SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global
Yogyakarta















Oleh :
CIPTA ARY NUGRAHA
04.03.0059


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2008


ii
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH
KEMBANG ANAK DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY
PADA ANAK USIA TIGA SAMPAI LIMA TAHUN
DI TK ASSYIFATANJUNG RASA KIDUL
PATOK BEUSI SUBANG
JAWA BARAT
2008










Yogyakarta, 31 Oktober 2008
Telah disetujui Dosen Pembimbing :



Pembimbing





Nina Pamela Sari, S.Kep, Ns







iii
Skripsi ini Telah Dipertahankan Dan Disahkan di Depan Dewan Penguji Jurusan
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta
Tanggal : 15 Desember 2008

Yang terdiri dari :
Ketua



Nina Pamela Sari, S.Kep, Ns

Anggota I Anggota II



Nelisvida Puspita Dewi, S.Kep, Ns Arita Murwani, S.Kep



Mengetahui
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Surya Global Yogyakarta




Dwi Suharyanta, ST, MM, M.Kes
NIP. 13.03.03.0806





iv
Motto Motto Motto Motto


Kamu Tidak akan pernah bahagia
jika kamu terus menerus mencari makna kebahagiaan itu
kamu tidak akan pernah hidup
jika kamu mencari makna hidup
(Albert Camus)

Jangan hidup dimasa silam,
Jangan bermimpi tentang masa depan
Konsentrasikan pikiranmu untuk masa kini
(Buddha)

Kata kata mempunyai kekuatan baik
untuk merusak maupun menyembuhkan
ketika kata kata benar dan baik
kata kata itu dapat mengubah dunia
(Buddha)

Let us rise up and be thankfull
For if we didnt learn a lot today, At least we learned a little
And if we didnt learn a little, At least we didnt get sick
At least we didnt die, so let us all be thankfull
(Buddha)

Keagungan terbesar bukan tercapai
karena tidak pernah gagal
namun karena selalu bangkit setiap kita jatuh
(Confucius)

The Time for action now
Its never too late to do something
(Carl Sandburg Author)

Jika kita benar benar dapat memahami masalah itu
jawaban akan muncul darinya,
karena jawaban tidak pernah terlepas dari pertanyaan
(J. Krishnamurti)

v
Persembahan Persembahan Persembahan Persembahan

Alhamdulillah penulis bersyukur pada ALLAH SWT yang telah
memberikan taufik serta hidayahnya, yang senantiasa mengiringi perjalanan
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini dengan lancar. Karya tulis ini
penulis persembahkan untuk :

Bapak dan ibu yang tersayang, yang telah membesarkan, membimbing
dan setiap saat memberikan dorongan dan semangat baik berupa material
maupun doa yang tak henti hentinya hingga karya tulis ini selesai.
Kakak - kakakku yang tercinta, terima kasih atas dukungannya
Kekasih hatiku, Lia Yulianti yang selalu memberikan semangat,
dorongan dan selalu menemani serta memberikan canda dan tawanya
sampai karya tulis ini selesai
Keluarga Rembang, terima kasih atas dukungan dan semangatnya
Teman teman Kost Griya Widya yang tidak bisa disebut satu satu
terima kasih atas semangat dan dorongannya
Teman teman B Kp, terima kasih atas persahabatan yang kalian
berikan selama ini.
H. Muhammad Wasul selaku Bapak kost Griya Widya yang telah
memberikan tempat selama dalam mengerjakan skripsi ini.
Almamaterku










vi
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat ALLAH SWT, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul "Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Anak
Dengan Reaksi Sibling Rivalry Pada Anak Usia 3 5 Tahun Di TK Assyifa
Tanjung Rasa Kidul Patok Beusi Subang 2008.
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini, dibuat sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya
Global Yogyakarta.
Dalam proses penyelesaian karya tulis ini banyak pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama
kepada yang terhormat :
1. Dwi Suharyanta, ST, MM, M.Kes. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Surya Global Yogyakarta.
2. Nina Pamela Sari, S.Kep, Ns, selaku dosen pembimbing dan Ketua Dewan
Penguji, terima kasih telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Nelisvida Puspita Dewi, S.Kep, Ns, selaku Anggota I Dewan Penguji,
terima kasih atas saran sarannya.
4. Arita Murwani, S.Kep, selaku Anggota II Dewan Penguji, terima kasih
atas saran sarannya.
5. H. Mochamad. Rofik, ST, MM. selaku dosen wali B/KP.
6. Junaedi, selaku Kepala Sekolah Taman Kanak Kanak Assyifa yang telah
memberikan izin guna penelitian untuk skripsi ini.
7. Guru guru Sekolah Taman Kanak Kanak Assyifa yang telah banyak
membantu dalam penelitian ini.
8. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini.

vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini, masih jauh dari sempurna oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
untuk perbaikan dan penyempurnaan penyusunan skripsi ini pada generasi
berikutnya dan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua,
bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya untuk meningkatkan
wawasan dan pengetahuan dibidang Ilmu Keperawatan Anak.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb



Yogyakarta, Desember 2008


Penulis

























viii
DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...............................ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................iii
HALAMAN MOTTO.................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................xii
INTISARI ..................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 6
E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 7
F. Keaslian Penelitian ............................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan.....................................................................................12
1. Pengertian pengetahuan..............................................................12
2. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan.......................14
3. Cara mengukur pengetahuan ......................................................16
B. Tumbuh Kembang Anak ..................................................................17
1. Pengertian tumbuh kembang ......................................................17
2. Faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang ...............19
3. Kebutuhan dasar anak ................................................................21
4. Ciri ciri tumbuh kembang anak................................................29
5. Anamnesis tumbuh kembang anak .............................................29
6. Tahap tahap tumbuh kembang anak.........................................31
7. Perkembangan anak ...................................................................39
C. Reaksi Sibling Rivalry......................................................................47
D. Kerangka Konsep.............................................................................53
E. Hipotesis..........................................................................................54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.................................................................................55
B. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................55
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................57
D. Variabel Penelitian ...........................................................................57
E. Hubungan Antar Variabel .................................................................59

ix
F. Definisi Operasional .........................................................................59
G. Tehnik Pengumpulan Data................................................................60
H. Instrumen Penelitian.........................................................................61
I. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................63
J. Pengolahan dan Metode Analisis Data..............................................68
K. Jalannya Penelitian ...........................................................................71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil TK Assyifa Tanjung rasa Kidul Patok Beusi Subang ...........73
B. Profil Responden.............................................................................73
C. Analisis Data...................................................................................77
D. Pembahasan ....................................................................................80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.....................................................................................86
B. Saran ..............................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




























x
DARTAR TABEL

Tabel 1. Kisi Kisi Kuesioner Penelitian Tingkat Pengetahuan
Ibu Tentang Tumbuh Kembang................................................... 62
Tabel 2. Kisi Kisi Cheklist Penelitian Reaksi Sibling Rivalry dan
Distribusi item pertanyaan favorable dan unfavorable ................. 63
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan umur ibu ................................................................. 74
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan jenjang pendidikan.................................................. 74
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan jenis pekerjaan........................................................ 75
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan jumlah anak ............................................................ 75
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan umur anak............................................................... 76
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin anak .................................................. 76
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Tumbuh Kembang Anak di TK Assyifa...................................... 77
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Intensitas Sibling Rivalry
pada Anak Usia 3-5 Tahun di TK Assyifa .................................. 78
Tabel 4.9. Tabel Silang Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Tumbuh Kembang Anak dengan Intensitas Sibling Rivalry
pada Anak Usia 3-5 Tahun di TK Assyifa .................................. 79
Tabel 4.10. Ringkasan Hasil Analisis Korelasi Sperman Rho ........................ 80





















xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Konsep Penelitian..............................................................53
Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel .............................................................59











































xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 3. Data Penelitian
Lampiran 4. Karakteristik Responden
Lampiran 5. Analisis Korelasi Sperman Rho
Lampiran 6. Ijin Penelitian
Lampiran 7. Lembar Permohonan dan Persetujuan menjadi responden






































xiii
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH
KEMBANG ANAK DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY
PADA ANAK USIA TIGA SAMPAI LIMA TAHUN
DI TK ASSYIFATANJUNG RASA KIDUL
PATOK BEUSI SUBANG
JAWA BARAT
2008

Oleh :
CIPTA ARY NUGRAHA
NIM : 04.03.0059


Anak adalah generasi penerus sebagai tumpuan harapan bangsa. Aspek
tumbuh kembang pada anak merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan
secara serius. Salah satu permasalahan yang timbul dalam proses tumbuh
kembang anak adalah munculnya kecemburuan pada saudara baik kakak atau adik
(Sibling Rivalry). Ibu harus memberikan pola pengasuhan yang tepat yaitu dengan
asuh, asah dan asih sehingga dapat menekan reaksi Sibling Rivalry pada anak.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dengan reaksi Sibling
Rivalry pada anak. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimen
dengan pendekatan cross sectional dilakukan di TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul,
Patok Beusi, Subang, Jawa Barat pada bulan Juli Agustus 2008. Pengumpulan
data untuk tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak meggunakan
kuesioner dan untuk reaksi sibling rivalry menggunakan cheklist. Analisa korelasi
menggunakan korelasi Spearman Rho.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan
ibu tentang tumbuh kembang anak dalam kategori cukup baik (53,4%), sebagian
besar reaksi Sibling Rivalry anak usia 35 tahun dalam kategori sedang (70%).
Hasil analisis korelasi Spearman Rho koefisien korelasi sebesar - 0,478 (sig.P
0,008 < 0,05) artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
ibu tentang tumbuh kembang anak dengan reaksi Sibling Rivalry pada anak usia
35 tahun. Jika semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang
anak maka reaksi Sibling Rivalry pada anak dapat ditekan seminimal mungkin.

Kata Kunci : Pengetahuan, tumbuh kembang, sibling rivalry,

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah tumpuan harapan bangsa sebagai generasi penerus.
Tumbuh kembang anak merupakan proses utama yang hakiki dan khas pada
anak dan merupakan sesuatu yang penting bagi seorang anak. Agar anak bisa
menjadi penerus dan mempunyai potensi sumber daya yang tangguh maka
proses tumbuh kembang anak harus dapat berjalan seoptimal mungkin.
Penyimpangan gangguan dan kelainan yang terjadi dalam proses tumbuh
kembang anak akan sangat merugikan dan kelak dikemudian hari akan
menjadi hambatan untuk mencetak sumber daya manusia (Soetjiningsih,
1998).
Guna melindungi pertumbuhan dan perkembangan anak, PBB
mengeluarkan Deklarasi Hak Asasi Manusia pada tanggal 19 Oktober 1959
dimana anak berhak mendapatkan cinta dan perlindungan serta kesempatan
bermain dan rekreasi (Soetjiningsih, 1998).
Aspek tumbuh kembang pada anak merupakan salah satu aspek yang
harus diperhatikan secara serius, karena hal tersebut merupakan aspek yang
menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik
maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini,
terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit,


2
berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan
perkembangannya (Nursalam, 2005)
Ketika anak masih dalam tahap tumbuh kembang, anak sangat
membutuhkan perhatian ekstra dari ibu. Anak menghadapi masalah yang
sangat menganggu dirinya yaitu kehadiran anggota baru (adik) atau gangguan
dari kakaknya yang juga menuntut perhatian dari ibu dengan cara bersaing.
Hal ini yang menjadi penyebab pertengkaran antar saudara. Bila anak merasa
tidak menerima perhatian, disiplin, respon atau perlakuan yang sama seperti
saudaranya maka anak akan menjadi marah dan iri terhadap saudaranya
(IDAI, 2002).
Ibu sebagai pengasuh terdekat dengan anak harus mengetahui lebih
banyak proses tumbuh kembang anak dan faktor yang mempengaruhi proses
itu. Pengertian, kesadaran dan kemampuan ibu dalam menangani merupakan
faktor yang sangat menentukan dalam pembentukan kualitas anak
(Dharmanto, 1991). Untuk menunjang tumbuh kembang yang optimal dari
anak pengasuh atau ibu harus mengetahui kebutuhan dasar dari anak yang
meliputi kebutuhan fisik biomedis (Asuh) termasuk didalamnya pangan dan
gizi, kebutuhan emosi dan kasih sayang (Asih) dan kebutuhan akan stimulus
mental (Soetjiningsih, 2000).
Pengetahuan dari ibu akan sangat berpengaruh dalam memperlakukan
anak apabila sikap mereka menguntungkan hubungan ibu dan anak akan lebih
baik dari pengetahuan yang kurang (Hurlock, 1998). Agar ibu dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik maka ibu perlu memahami tingkatan


3
perkembangan anak, menilai pertumbuhan dan perkembangan anak serta
mempunyai motivasi yang kuat untuk memajukan pertumbuhan dan
perkembangan anak (Anwar, 2000).
Banyak permasalahan yang sering timbul oleh karena itu memberikan
perhatian lebih pada anak yang lain, sehingga akan menimbulkan reaksi
sibling. Perasaan yang sering ditampakkan oleh anak yang lebih kecil (adik)
adalah cenderung untuk menarik diri, suka marah sedangkan kakak cenderung
bertindak berlebihan. Secara fisik hal yang sering terjadi adalah ngompol,
sakit kepala, dan keluhan fisik lainnya, perubahan dalam penampilan sekolah,
ketakutan akan sekolah, permasalahan tidur, ketakutan terluka, depresi dan
menderita kegelisahan keterpisahan yang akhirnya berdampak pada perilaku
negative pada diri anak (Wongs, 1999).
Beberapa faktor yang menyebabkan anak melakukan sibling rivalry
pada adik atau kakaknya bisa disebabkan itu kurang komunikasi dalam
keluarga, kesibukan ibu, pengaruh dari program acara televisi, dan salah
satunya bisa karena tingkat pengetahuan ibu. Bagaimanapun juga, persaingan
antar saudara kandung (sibling rivalry) dalam keluarga tidak dapat dihindari.
Namun, naluri keibuan, kasih sayang dan kepekaan anda sebagai orang tua
akan sangat membantu meminimalkan perasaan cemburu dan permusuhan
diantara mereka, sehingga akan timbul perasaan empati dan kesediaan sikap
untuk berbagi dengan saudaranya yang lain (Soekanto, 1998)
Sesuai dengan UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 dalam hal


4
pendidikan prasekolah. Departemen Pendidikan Nasional memberikan
pembinaan terhadap Taman Kanak-Kanak (TK), bersama-sama Departemen
Agama memberikan pembinaan terhadap Raudlatul Athfal (RA), serta
bersama-sama Departemen Sosial memberikan perhatian secara khusus
terhadap anak dibawah usia sekolah (TK) dan anak usia TK yang belum
terlayani pada lembaga TK yang ada, maka melalui Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 051 / 0 / Tahun 2001 telah dibentuk Direktorat
baru di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional yang diberi nama
Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) (Pikiran-rakyat. com, 2005).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di TK Assyifa Tanjung
Rasa Kidul Patok Beusi Subang Jawa Barat, tanggal 10 11 Juni 2008
didapatkan data yaitu dari 48 siswa TK Assyifa terdapat 33 orang tua siswa
mengeluhkan anaknya sering bertengkar dengan kakak atau adiknya. Dari
hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada 33 orang ibu tersebut
didapatkan bahwa sebagian besar orang tua siswa memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup ini dibuktikan dengan menjawab pertanyaan tentang
tumbuh kembang anak dengan 4 indikator pertanyaan yaitu tentang pengertian
tumbuh kembang anak, tahap perkembangan anak, faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak, Peran ibu dalam perkembangan anak
(kebutuhan asah, asih, asuh). Peran ibu dalam perkembangan anak yang
meliputi kebutuhan asah, asih, dan asuh akan sangat mempengaruhi terjadinya
rekasi sibling rivalry. Dilihat dari tekhnologi yang sudah berkembang
informasi tentang reaksi sibling rivalry pada anak dan tumbuh kembang


5
mudah didapat baik melalui media visual misalnya televisi, majalah, dan
penyuluhan kesehatan. Dari hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang
anak dengan reaksi sibling rivalry pada anak usia 3 5 tahun di TK Assyifa
Tanjung Rasa Kidul Patok Beusi Subang Jawa Barat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat hubungan
tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dengan reaksi sibling
rivalry pada anak usia 3 5 Tahun di TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul Patok
Beusi Subang Jawa Barat 2008 ?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dengan reaksi sibling
rivalry pada anak usia 3 5 tahun di TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul
Patok Beusi Subang Jawa Barat 2008.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak
di TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul Patok Beusi Subang Jawa Barat
2008.


6
b. Diketahuinya reaksi sibling rivalry pada anak usia 3 5 tahun di TK
Assyifa Tanjung Rasa Kidul Patok Beusi Subang Jawa Barat 2008.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul Patok Beusi Subang Jawa Barat
Dapat memberikan masukan dan memberikan pertimbangan untuk
penanganan pada anak yang mengalami sibling rivalry sehingga dapat
membantu ibu dalam menghadapinya, sehingga tercipta generasi yang
baik dan anak tidak mengalami sibling rivalry lagi.
2. Bagi STIKES Surya Global Yogyakarta
Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber kepustakaan dalam
menambah wawasan keilmuan terutama dalam hal pentingnya
pengetahuan tentang tumbuh kembang anak dalam kaitannya dengan
reaksi Sibling Rivalry pada anak.
3. Bagi Orang tua yang mempunyai anak usia 3 5 tahun
a. Menambah pengetahuan ibu akan pentingnya pengetahuan tentang
tumbuh kembang anak dengan reaksi sibling rivalry.
b. Menambah pengetahuan ibu tentang bagaimana reaksi sibling rivalry
dan cara penanganannya.
c. Ibu-ibu tahu bagaimana upaya yang harus dilakukan bila anak
mengalami reaksi sibling rivalry




7
4. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman yang
nyata dalam penelitian dan menambah wawasan serta pengetahuan
khususnya tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh
kembang anak dengan reaksi sibling rivalry pada anak
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Obyek Masalah
Yang menjadi obyek masalah dalam penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dengan reaksi sibling
rivalry, karena pengetahuan ibu sangat penting dan akan sangat
mempengaruhi cara dan upaya dalam penanganan reaksi sibling rivalry
pada anak dan bagaimana reaksi sibling rivalry pada anak, dimana tingkat
pengetahuan akan berbanding terbalik dengan reaksi sibling rivalry pada
anak. Peneliti tidak melakukan pembatasan pada tingkat pendidikan dan
pekerjaan ibu
2. Lingkup Responden
Subjek penelitian yang diambil adalah anak yang sekolah di TK
ASSYIFA Tanjung Rasa Kidul Patok Beusi Subang Jawa Barat. Semua
ibu-ibu yang anaknya sekolah di TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul Patok
Beusi Subang Jawa Barat baik yang laki-laki maupun perempuan, peneliti
tidak melakukan pembatasan umur karena jumlah anak yang sekolah
adalah 48 anak dan kesemuanya usia rata-rata prasekolah (3 5 tahun)
jadi penulis mengambil semua sebagai populasi.


8
3. Lingkup Tempat
Lokasi penelitian di TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul Patok Beusi
Subang Jawa Barat, dimana lokasi ini diambil karena banyak anak yang
mengalami reaksi sibling rivalry, selain itu karena kurang tahunya ibu
tentang bagaimana dan cara penanganannya.
4. Lingkup Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2008.
5. Lingkup Materi
Penelitian ini terkait dengan ilmu Keperawatan anak dengan
menekankan pada aspek perkembangan psikososial dari reaksi sibling
anak karena setelah melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu ada
sekitar 33 anak dari jumlah 48 anak siswa yang sering mengalami sibling
dengan kakak atau adiknya.

F. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan oleh peneliti,
peneliti belum mendapatkan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan
ibu dengan kejadian sibling rivalry pada anak namun peneliti menemukan
beberapa penelitian tentang sibling rivalry yaitu :
1. Penelitian dari Indah Setiawati dan Anita Zulkaida (2007) yang diberi
judul Sibling Rivalry Pada Anak Sulung Yang Diasuh Oleh Single
Father. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan pedoman
umum dan observasi non partisipan serta triangulasi subyek dengan


9
significant other, subjek penelitian ini adalah 2 anak sulung, perempuan,
berusia 8 dan 9 tahun, Diasuh oleh single father. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa secara umum kedua objek mengalami sibling rivalry,
bentuk sibling rivalry terlihat dari perilaku fisik (memukul, mencubit,
membanting pintu, verbal (memaki) maupun non verbal (melotot,
cemberut) ketika marah. Namun demikian, kadar sibling rivalry diantara
kedua subjek berbeda, dimana sibling rivalry pada subjek pertama bersifat
lebih agresif dibandingkan dengan subjek kedua.
2. Penelitian dari Febrianita (2007) yang diberi judul Studi Perbedaan
Kecenderungan Sibling Rivalry Ditinjau Dari Persepsi Anak Terhadap
Pola Asuh Orang Tua Penelitian ini merupakan tipe penelitian penjelasan
(eksplanatory research) dan tipe penelitian komparatif. Variabel dalam
penelitian ini adalah persepsi pola asuh orang tua sebagai variabel bebas
dan kecenderungan sibling rivalry sebagai variabel tergantungnya.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri V
Airlangga Surabaya, dengan sampel siswa kelas IV, V dan VI sebanyak
54 responden dengan kriteria rentang usia 9-12 tahun, hanya memiliki
seorang saudara kandung dan tinggal di keluarga kecil. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner persepsi pola asuh orang tua dan kecenderungan
sibling rivalry. Data dikumpulkan adalah sebanyak 15 anak
mempersepsikan pola asuh orang tua otoriter, 29 anak mempersepsikan
demokratis dan 10 anak mempersepsikan pola asuh orang tua permisif
kemudian dianalisis dengan teknik Analisis Varian (Anova) satu jalur


10
yang memperoleh hasil F = 0,387 dengan p = 0,681 Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil diterima atau "tidak ada
perbedaan kecenderungan sibling rivalry antara anak yang mempunyai
persepsi pola asuh orang tua jenis otoriter, demokratis dan permisif
3. Penelitian dari Jeny Leonawati yang diberi judul Kontribusi Sibling
Rivalry Terhadap Perilaku Agresi Pada Anak Usia Sekolah. Dalam
penelitian ini peneliti memfokuskan diri untuk meneliti anak sekolah yang
berumur 9-10 tahun dari saudara kandung (adik) yang berjenis kelamin
sama, yaitu perempuan dengan perempuan dan laki-laki dengan laki-laki
maupun dengan jenis kelamin yang berbeda yaitu perempuan dengan laki-
laki. Teknik pengumpulan data dengan metode angket yaitu skala sibling
rivalry dan skala perilaku agresi dengan teknik analisis data menggunakan
regresi sederhana. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Sibling
Rivalry memberikan kontribusi signifikan terhadap Perilaku Agresi pada
anak sekolah. Kontribusi yang diberikan dinyatakan oleh hasil R square
sebesar 9,5 % dan masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi
secara keseluruhan di luar Sibling Rivalry yaitu sebesar 90,5 %. Hal ini
memberikan gambaran bahwa perilaku agresi tidak hanya diberi
kontribusi oleh Sibling Rivalry tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya
seperti serangan, rasa frustasi, imitasi terhadap orang tua, akibat tayangan
televisi, amarah, faktor biologis, kesenjangan generasi, faktor lingkungan,
peran model kekerasan, frustasi, dan proses pendisiplinan yang keliru.


11
Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah sama
sama meneliti masalah sibling rivalry. Perbedaan pada penelitian ini dengan
penelitian penelitian tersebut diatas adalah tempat penelitian, waktu
penelitian, sampel penelitian yaitu anak ibu yang mempunyai anak usia 3
tahun yang bersekolah di TK Assyifa, metode penelitian yaitu pada uji
statistik, pada penelitian ini menggunakan analisis Korelasi Spearman Rho,
varibel terikat pada penelitian ini yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang
tumbuh kembang anak dan materi yang akan diteliti. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh
kembang dengan reaksi sibling rivalry anak usia pra sekolah.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah segala
sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Hal yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak
dengan sibling rivalry, pengetahuan merupakan hasil tahu setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertutup melalui panca indra
manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
dimana sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2003).
Pengetahuan merupakan disiplin ilmu, dimana ilmu dapat
meningkatkan kualitas hidup manusia. Berarti semakin meningkatnya
pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal termasuk
pemahaman ibu tentang tumbuh kembang yang semakin baik sehingga
dapat meningkatkan tingkat pengetahuan ibu (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang mencakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
diketahui sebelumnya, termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat


13
kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh
karena itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menguraikan.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang subyek yang diketahui dan mengintepretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang obyek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah
dipelajari pada suatu riil. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi lain.
d. Analisis (analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
kedalam komponen-komponen tetap masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu


14
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi
formulasi yang sudah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian
itu berdasarkan suatu kriteria ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Langevelt (Notoatmodjo, 2003) pendidikan adalah setiap
usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak,
yang tertuju pada kedewasaan jasmani akan dapat tercapai apabila badan
telah mencapai kesempurnaan dalam perkembangan atau anak telah
mencapai batas pertumbuhan sedang kedewasaan mental atau psikis akan
dapat tercapai bila anak telah dapat pengalaman yang berarti dalam
lingkungan keluarga atau masyarakat.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan :
a. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan adalah upaya untuk memberikan
pengetahuan, sehingga terjadi perubahan prilaku positif yang
meningkat.




15
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih
banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam
memenuhi kebutuhan yang meliputi sifat dan kepercayaan.
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat non formal.
e. Sosial ekonomi
Tingkat pengetahuan seseorang untuk memproduksi makanan
dan besarnya penghasilan merupakan predikator yang cukup sensitif
terhadap pertumbuhan anak
Menurut Suhardjo (2005), pendidikan dapat mengubah
pengetahuan karena dalam proses disampaikan informasi bahan atau
materi pendidikan sedemikian rupa, sehingga tujuan pendidikan misalnya
tingkat pengetahuan tercapai. Penyuluhan dengan berbagai metode dan
media dapat mengubah pengetahuan. Sumber informasi pengetahuan
diperoleh dari berbagai sumber misalnya di Posyandu, radio dan televisi.
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan
informasi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih
baik mempertahankan tradisi-tradisi, sehingga sulit menerima informasi
baru.


16
Perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan, dimana
kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor diluar
tingkah laku. Kemudian tingkah laku manusia akan terbentuk oleh tiga
faktor, yaitu :
a. Faktor Predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.
b. Faktor Pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik yang tersedia
tidaknya fasilitas, sarana kesehatan.
c. Faktor-faktor Pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas kesehatan yang lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.(Notoatmodjo, 2003).
3. Cara Mengukur Pengetahuan
Berdasarkan pengertian pengetahuan yang dikemukakan oleh
Bloom dan Skinner, maka pengukuran pengetahuan dapat diketahui
dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan apa apa yang
diketahuinya dalam bentuk bukti atau jawaban baik lisan maupun tulisan
(Notoatmodjo, 1997).
Pertanyaan (test) dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan
secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Pertanyaan subyektif, contoh pertanyaan essay.
b. Pertanyaan obyektif, contoh pertanyaan pilihan ganda, bentuk salah
dan pertanyaan menjodohkan.


17
Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan subyektif
khususnya dengan pilihan ganda lebih disukai atau dijadikan sebagai alat
pengukuran karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang
akan diukur dan lebih cepat dinilai.

B. Tumbuh Kembang Anak
1. Pengertian Tumbuh Kembang
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan intra seluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
dalam arti sebagian atau keseluruhan dan dapat diukur (Tanuwidjaya,
2002).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dan sulit diukur (Tanuwidjaya, 2002).
Tumbuh kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh
hasil interaksi antara faktor genetik, herediter, dan konstitusi dengan faktor
lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh positif bagi
tumbuh kembang anak, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar
tertentu (Soetjiningsih, 2000)
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan. Sebagai hasil dari proses pematangan, disini
menyangkut adanya proses difrensiasi dari sel sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga


18
masing-masing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan
berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau individu. Walaupun
demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.
Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung
pada potensi biologisnya (IDAI, 2002).
Tingkat tercapainya potensi biologi seseorang, merupakan hasil
berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio-
psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda
beda yang memberikan ciri tersendiri pada anak (Soetjiningsih, 1998).
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan
berkesinambungan dalam diri individu dari lahir sampai mati (the
progressive and continuous change in the organism from birth to death).
Pengertian dari perkembangan adalah perubahan perubahan yang
dialami individu atau organisme yang menuju tingkat kedewasaannya dan
kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah).
Pengertian sistematis, progresif, dan berkesinambungan adalah
sebagai berikut :
a. Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat
saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian


19
bagian organisme (fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan
yang harmonis.
b. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat,
dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun
kualitatif (psikis).
c. Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi
organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan tidak
terjadi secara kebetulan dan meloncat-loncat. (Soetjiningsih, 1998).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
a. Faktor Dalam
1) Genetika
Faktor genetis akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan
kematangan tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga modal dasar
dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang, yaitu :
a) Perbedaan Ras, Etnis, Atau Bangsa
Tinggi badan orang eropa akan berbeda dengan orang
Indonesia bangsa lainnya, dengan demikian postur tubuh tiap
bangsa berlainan.
b) Keluarga
Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau
perawakan pendek.




20
c) Umur
Masa pranatal, masa bayi, dan masa Remaja merupakan tahap
yang mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan dengan
masa lainnya.
d) Jenis Kelamin
Wanita akan mengalami masa pubertas lebih dahulu
dibandingkan dengan laki laki.
e) Kelainan Kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya
syndrome down
2) Hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat
janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang
cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon
pertumbuhan somatotripin yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary. Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar
tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang,
gigi, dan otak.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu :




21
1) Faktor pra natal
a) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin,
terutama selama trimester akhir kehamilan.
b) Mekanis. Posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan congenital, misalnya club foot.
c) Toksin, zat kimia, radiasi
d) Kelainan endokrin
e) Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual.
f) Kelainan immunologi
g) Psikologis ibu
2) Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstrasi atau forceps dapat
menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko
terjadinya kerusakan jaringan otak.
3) Faktor pasca natal
Seperti halnya pada masa prenatal, faktor yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis /
kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia, endokrin,
sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat
obatan
3. Kebutuhan Dasar Anak
Menurut Soetjiningsih (2000) kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang secara garis besar dikelompokkan kedalam 3 kelompok, yaitu :


22
a. Kebutuhan fisik biomedis (Asuh)
b. Kebutuhan akan kasih sayang / emosi (Asih)
c. Kebutuhan latihan / rangsang / bermain (Asah)
Untuk membesarkan anak hendaknya tetap berpegangan pada
falsafah asuh, asih, dan asah sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang seoptimal mungkin (Soetjiningsih, 2000).
a. Kebutuhan akan fisik biomedis (asuh)
1) Nutrisi yang adekuat dan seimbang
Pemberian nutrisi yang mencukupi pada anak harus sudah
dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi
yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus
diupayakan pemberian ASI eksklusif, yaitu pemberian ASI saja
sampai anak berumur 4 6 bulan. Sejak berumur enam bulan,
sudah waktunya anak diberikan makanan tambahan atau makanan
pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan ini penting untuk
melatih kebiasaan makan yang baik dan untuk memenuhi
kebutuhan yang mulai meningkat pada masa bayi dan prasekolah,
karena pada masa ini Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi
sangat pesat, terutama pertumbuhan otak.
2) Perawatan kebutuhan dasar
a) Imunisasi
Pemberian imunisasi pada anak adalah hal yang sangat
penting. Guna mengurangi angka morbiditas dan mortalitas


23
terhadap berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi yang lengkap pada anak seperti : TBC,
polio, campak, dan sebagainya.
b) Morbiditas
Seorang ibu perlu tahu upaya deteksi dini pengobatan
dini, pengobatan dini yang tepat pada anak sehingga anak akan
terindar dari bahaya, penyakit yang menyerang anak dan orang
tua khususnya ibu akan bertindak dengan cepat dan tepat
dalam memberikan pertolongan pada anak. Anak yang sehat
akan dapat tumbuh dengan baik dan optimal dalam tumbuh
kembangnya.
3) Pakaian
Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman
dipakai. Karena aktivitas anak lebih banyak, hendaknya Pakaian
terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat.
4) Perumahan
Dengan memberikan tempat tinggal yang layak maka hal
tersebut akan membawa anak untuk bertumbuh dan berkembang
secara optimal. Tempat tinggal yang layak tidak berarti rumah
yang berukuran besar, tetapi bagaimana upaya kita mengatur
rumah menjadi sehat, cukup ventilasi serta terjaga kebersihan dan
kerapiannya, tanpa memperdulikan berapapun ukurannya.



24
5) Higiene diri dan sanitasi lingkungan
Kebersihan pada badan dan lingkungan yang terjaga berarti
sudah mengurangi tertularnya berbagai penyakit infeksi. Selain
itu, lingkungan yang bersih memberikan kesempatan pada anak
untuk melakukan aktivitas bermain secara aman.
6) Kesegaran jasmani
Aktivitas olah raga dan rekreasi digunakan untuk melatih
kekuatan otot otot tubuh dan membuang sisa sisa metabolisme,
selain itu juga membantu meningkatkan motorik anak, dan aspek
perkembangan yang lainnya. Aktivitas olah raga dan rekreasi bagi
anak balita merupakan aktivitas bermain yang menyenangkan.\
b. Kebutuhan akan emosi / kasih sayang (asih)
Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang dapat dimulai
sejak dini mungkin. Bahkan, sejak anak berada dalam kandungan,
perlu diupayakan kontak psikologi antara ibu dan anak, misalnya
dengan mengajak berbicara / mengelusnya setelah lahir, upaya
tersebut dapat dilakukan dengan mendekapkan bayi ke dada ibu segera
setelah lahir. Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara ibu /
orang tua dengan anak sangatlah penting, karena berguna untuk
menentukan perilaku anak dikemudian hari, merangsang
perkembangan otak anak, serta merangsang perhatian anak terhadap
dunia luar. Oleh karena itu, kebutuhan asih ini meliputi :



25
1) Kasih sayang orang tua
Anak yang hidup dalam keluarga yang rukun, bahagia dan
sejahtera, yang memberikan perlindungan, bimbingan anak akan
merasa tenang, aman senang sehingga anak dapat tumbuh
kembang secara optimal. Dengan kondisi yang seperti ini anak
tidak merasa cemas, takut akan kehilangan dan ditinggalkan oleh
ibu.
Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing
anak dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti
memanjakan atau tidak pernah memarahi, tetapi bagaimana orang
tua menciptakan hubungan yang hangat dengan anak, sehingga
anak merasa aman dan senang.
2) Rasa aman
Seorang anak yang diterima oleh ibu dengan baik, anak
merasa aman bahwa kepentingannya juga mendapat perhatian
ibu.Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak
akan memberikan rasa aman bagi anak untuk melakukan aktivitas
sehari harinya.
3) Harga Diri
Setiap anak akan merasa tempat dan kedudukannya dalam
keluarga, keinginan apa yang diungkapkan mendapat perhatian
dari ibu.Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya.
Apabila anak diacuhkan, maka hal ini dapat menyebabkan frustasi.


26
4) Kebutuhan akan sukses
Setiap anak akan merasa apa yang diharapkan dari dirinya
dapat dilakukan sendiri dan anak akan merasa sukses akan apa
yang telah dilakukan sesuai keinginan dan harapan ibu, namun ibu
janganlah memaksakan apa yang tidak dapat dilakukan sehingga
anak tidak akan merasa kecewa, kehilangan kepercayaan dirinya
dan anak akan menjadi rendah diri dalam bergaul dengan teman-
temannya. Anak perlu diberikan kesempatan untuk berkembang
sesuai dengan kemampuan dan sifat-sifat bawaannya. Tidak pada
tempatnya jika orang tua memaksakan keinginannya untuk
dilakukan oleh anak tanpa memperhatikan kemauan anak.
5) Mandiri
Kemandirian perlu ditanamkan dalam diri anak sehingga
anak tidak akan selalu tergantung pada ibu dan diharapkan ibu
jangan terlalu menuntut lebih dari kemampuan anak dalam
kemandiriannya. Anak perlu waktu untuk belajar memahami
kemandirian dan persoalan yang ada. Agar anak menjadi pribadi
yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih untuk tidak
bergantung pada lingkungannya. Dalam melatih anak untuk
mendiri tentunya harus menyesuaikan dengan kemampuan dan
perkembangan anak.




27
6) Dorongan
Akan perlu dukungan dari orang-orang sekitarnya terutama
ibu apabila anak tidak dapat menghadapi situasi atau masalah yang
dihadapi. Dorongan yang diberikan bukan merupakan bantuan
yang seutuhnya tapi berupa langkah-langkah yang harus diambil
oleh anak sehingga anak akan dapat belajar dengan baik dalam
mengatasi persoalan yang dihadapi.
Dalam melakukan aktivitas, anak perlu memperoleh
dukungan dari lingkungannya. Apabila orang tua sering melarang
aktivitas yang akan dilakukan, maka hal tersebut dapat
menyebabkan anak ragu-ragu dalam melakukan setiap
aktivitasnya. Selain itu, orang tua perlu memberikan dukungan
agar anak dapat mengatasi stressor atau masalah yang dihadapi.
7) Kebutuhan mendapat kesempatan dan pengalaman
Bila seorang anak diberi kesempatan dan dorongan maka
anak akan belajar untuk mendapat pengalaman dalam
mengembangkan sifat-sifat yang dimilikinya guna menunjukan
kemampuan yang dimilikinya.
8) Rasa memiliki
Kebutuhan anak akan memiliki sesuatu walaupun kecil itu
wujudnya harus mendapat perhatian dari ibu sehingga anak akan
menghargai bahwa itu miliknya bukan milik orang lain jadi dalam


28
diri anak akan timbul rasa memiliki terhadap apa yang dipunya
oleh anak.
Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki
terhadap barang-barang yang dipunyainya, sehingga anak tersebut
akan mempunyai rasa tanggung jawab untuk memelihara
barangnya.
c. Kebutuhan akan stimulus (asah)
Merupakan cikal bakal untuk proses pembelajaran pada anak :
pendidikan akan pelatihan. Yang dimaksud dengan stimulus adalah
perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa latihan atau
bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak
mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi.
Stimulus mental akan sangat menunjang perkembangan
mental-psikososial anak, antara lain : sifat agamis, moral, budi luhur,
kepribadian, kecerdasan, kemandirian, ketrampilan, dan sebagainya.
Menurut tempat yang di dapatkannya, asah (pendidikan) dibagi
menjadi :
1) Pendidikan informal (rumah dalam keluarga)
2) Pendidikan formal (SD, SLTP, SLTA, PT dan sebagainya)
3) Pendidikan non formal (masyarakat, kelompok pengajian, kegiatan
sekolah) (Tanuwidjaya, 2002).


29
4. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
Soetjiningsih (2002) menjelaskan bahwa pada umumnya
pertumbuhan mempunyai ciri ciri tertentu, yaitu :
a. Perubahan proporsi tubuh
Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan
dewasa, pada usia 2 tahun, besar kepala hampir seperempat dari
panjang keseluruhan, kemudian secara berangsur-angsur proporsinya
berkurang.
b. Hilangnya ciri ciri lama dan timbulnya ciri ciri baru
Yang ditandai dengan lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi
permanent, hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbulnya tanda
seks sekunder, dan perubahan lainnya.
c. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur
Yang ditandai dengan adanya masa-masa tertentu, yaitu masa prenatal,
bayi, dan adolensia, dimana terjadi pertumbuhan cepat dan masa pra
sekolah dan masa sekolah, dimana pertumbuhan berlangsung lambat.
5. Anamnesis Tumbuh Kembang Anak
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam anamnesis tumbuh
kembang anak, adalah sebagai berikut :
a. Anamnesis Faktor Prenatal Dan Perinatal
Merupakan faktor yang penting untuk mengetahui perkembangan
anak. Anamnesis harus menyangkut faktor resiko untuk terjadinya
gangguan perkembangan fisik dan mental anak, termasuk faktor resiko


30
untuk buta, tuli, palsi serebralis, dll. Anamnesis juga menyangkut
penyakit keturunan dan apakah ada perkawinan antar keluarga.
b. Kelahiran Prematur
Harus dibedakan antara bayi prematur (SMK = Sesuai Masa
Kelahiran) dan bayi dismatur (KMK = kecil Masa Kehamilan) dimana
telah terjadi retardasi pertumbuhan intrauterine. Pada bayi prematur,
karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran normal maka harus
diperhitungkan periode pertumbuhan intrauterine yang tidak sempat
dilalui tersebut. Contoh : bayi lahir 3 bulan (umur kehamilan 6 bulan),
kalau bayi ini dilakukan pemeriksaan 6 bulan setelah lahir, maka dia
tidak bisa dibandingkan dengan bayi usia 6 bulan, tetapi harus dengan
bayi usia 3 bulan (setelah koreksi 3 bulan masa pertumbuhan
intrauterin yang tidak sempat dilaluinya). Sedangkan pada post-matur,
masih belum jelas apakah keterlambatan lahirnya tersebut. Karena
pada post-matur sering disertai dengan insufisiensi plasenta, sehingga
dirasa tidak perlu diperhitungkan berapa lama dia post-matur.
c. Anamnesis Harus Menyangkut Faktor Lingkungan Yang
Mempengaruhi Perkembangan Anak
Misalnya untuk meneliti perkembangan motorik anak, harus
ditanyakan berat badanya, karena erat hubungannya dengan
perkembangan motorik tersebut. Untuk menanyakan kemampuan
menolong diri sendiri, misalnya makan, berpakaian, dll. Harus pula


31
ditanyakan apakah ibu memberikan kesempatan pada anak untuk
belajar itu.
d. Penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan malnutrisi
e. Anamnesis Kecepatan Pertumbuhan Anak
Merupakan informasi yang sangat penting yang harus ditanyakan pada
saat pertaman kali datang. Anamnesis yang teliti tentang Milestone
perkembangan anak, dapat mengetahui tingkat perkembangan anak
tersebut. Tidak selalu perkembangan anak mulus seperti pada teori,
ada kalanya perkembangan normal sampai umur tertentu, kemudian
mengalami keterlambatan. Ada juga yang mulainya terlambat, atau
karena sakit, perkembangan terhenti yang kemudian normal kembali.
Dapat juga perkembangan yang langsung pesat, misalnya pada
perkembangan bicara.
f. Pola Perkembangan Anak Dalam Keluarga
Anamnesis tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena
ada kalanya perkembangan motorik dalam keluarga tersebut dapat
lebih cepat/lambat, demikian pula dengan perkembangan bicara atau
kemampuan mengontrol buang air besar/kecil.
6. Tahap-tahap Tumbuh Kembang Anak
Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai
tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu.
Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian pada masa
anak-anak (Nursalam, 2005).


32
Hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai untuk
mempersiapkan diri guna menghadapi duapertiga masa kehidupan
berikutnya. Oleh karena itu, upaya untuk mengoptimalkan tumbuh
kembang pada awal-awal kehidupan bayi dan anak adalah sangat penting.
Pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak berbeda-beda, tetapi ada
patokan umur tertentu untuk mencapai kemampuan tersebut sering disebut
dengan istilah milestone (Moersinowati 2002 dalam Nursalam 2005).
Berikut ini akan dibahas secara umum pencapaian tumbuh
kembang secara normal pada masa pranatal, neonatal, bayi, balita, dan
prasekolah (Nursalam, 2005) :
a. Masa Pranatal
Kehidupan pada masa prenatal dilkelompokkan menjadi dua periode,
yaitu :
1) Masa embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan
delapan minggu. Ovum yang telah dibuahi akan dengan cepat
menjadi suatu organisme yang berdeferensiasi secara pesat untuk
membentuk berbagai system organ tubuh.
2) Masa fetus yang dimulai sejak kehamilan 9 minggu sampai
kelahiran. Masa fetus ini terbagi menjadi dua. Yang pertama
adalah masa fetus dini (usia 9 minggu sampai trimester dua),
dimana terjadi percepatan pertumbuhan dan pembentukan manusia
sempurna, serta alat tubuh mulai berfungsi. Yang kedua adalah
masa fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai dengan


33
pertumbuhan tetap yang berlangsung cepat disertai dengan
perkembangan fungsi-fungsi. Pada masa akhir ini juga terjadi
transfer immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta.
Pada 9 bulan masa kehamilan, kebutuhan bayi bergantung
sepenuhnya pada ibu. Oleh karena itu, kesehatan ibu sangat
penting untuk dijaga dan faktor faktor resiko terjadinya kelainan
bawaan/gangguan penyakit pada janin yang dapat berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangannya perlu dihindari.
b. Masa Neonatal
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan, perubahan
sirkulasi darah, serta mulai berfunfsinya organ-organ tubuh. Saat lahir,
berat badan normal dari bayi yang sehat berkisar antara 3.000-3.500
gram, tinggi badan sekitar 50 cm, dan berat otak sekitar 350 gram.
Selama sepuluh hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan
sekitar sepuluh persen dari berat badan lahir, kemudian berat badan
bayi akan berangsur-angsur mengalami kenaikan.
Pada masa neonatal ini, refleks-refleks primitife yang bersifat
fisiologis akan muncul. Diantaranya adalah refleks moro, yaitu refleks
merangkul, yang akan menghilangkan pada usia 3-5 bulan, refleks
mengisap (sucking refleks), refleks menoleh (rooting refleks), refleks
mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck refleks) dan refleks
memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilangkan pada usia
6-8 tahun. Refleks-refleks tersebut terjadi secara sistematis dan seiring


34
dengan bertambahnya usia refleks-refleks itu akan menghilang. Fungsi
pendengaran dan penglihatan pada masa neonatal ini juga sudah mulai
berkembang.
c. Masa bayi
Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara
cepat. Pada umur 5 bulan, berat badan anak sudah 2 kali lipat badan
lahir, sementara pada umur 1 tahun, beratnya sudah 3 kali lipat.
Sedangkan untuk panjang badan, pada umur 1 tahun sudah menjadi
satu setengah kali panjang berat badan lahir. Pertambahan lingkar
kepala sudah mencapai 50 %. Oleh karena itu, diperlukan pemberian
gizi yang baik, yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi
seimbang.
Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi
bola mata untuk mengikuti suatu objek, membedakan seseorang
dengan benda, senyum naluri dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman
dan kasih sayang yang cukup mendukung perkembangan yang optimal
pada masa ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha mengangkat
kepala. Jika tidur terlentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan
kepala kesamping.
Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan
menoleh kekiri-kanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak
mampu membalikkan badan dari posisi telentang ketelungkup dan
sebaliknya, berusaha meraih benda-benda disekitarnya untuk


35
dimasukkan kemulut. Anak mampu tertawa lepas pada suasana yang
menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan
cerewet/menangis pada suasana tidak menyenangkan.
Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada
posisi telungkup untuk menjangkau benda- benda disekitarnya. Sekitar
usia Sembilan bulan, anak bergerak merayap atau merangkak, dan
mampu duduk sendiri tanpa bantuan. Apabila dibantu berdiri, anak
anak berusaha untuk melangkah sambil berpegangan. Koordinasi jari
telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga anak dapat mengambil
benda dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing akan membuatnya
cemas (stranger anxity), demikian juga perpisahan dengan ibu.
Anak senang sekali bermain ci-luk-ba. Pada usia 9 bulan 1
tahun, anak mampu melambaikan tangan, bermain bola, memukul-
mukul mainan, dan memberikan benda yang dipegang bila diminta.
Berdasarkan teori psikososial Erikson (Nursalam, 2005), anak
berada tahap percaya vs tidak percaya (trus vs mistrust), sehingga
lingkungan, dalam hal ini orang tua yang memberikan perhatian dan
kasih sayang yang cukup, akan menumbuhkan rasa percaya diri anak.
Sedangkan teori psikosepsual Sigmund Freud (Nursalam 2005) anak
berada pada fase oral, sehingga segala sesuatu yang harus
memperhatikan keamanan dan kebersihan makanan maupun
permainan anaknya.


36
Masa ini merupakan perkembangan interaksi yang menjadi
dasar persiapan untuk menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan
untuk memperoleh perkembangan interaksi yang positif dapat
menyebabkan terjadinya kelainan emosional dan masalah sosialisasi
pada masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan hubungan yang
mesra antara ibu (orang tua) dan anak.
d. Masa Balita
Pada masa ini, pertumbuhan fisik anak relative lambat
dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya
berjalan cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan
sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai belajar jalan.
Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan
berpegangan. Sekitar usia enam belas bulan, anak mulai belajar berlari
diawasi, karena dalam beraktivitas anak tidak memperhatikan bahaya.
Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi besar dibanding
dengan masa sebelumnya dimana lebih banyak berinteraksi dengan
keluarga. Anak lebih banyak menyelidiki benda disekitarnya dan
meniru apa yang diperbuat oleh orang lain. Ia mungkin akan
mengaduk-aduk tempat sampah, laci, atau lemari pakaian,
membongkar maianan dan lain-lain. Benda-benda yang
membahayakan hendaknya disimpan ditempat yang lebih aman.
Pada masa ini, anak bersifat egosentris, yaitu mempunyai sifat
keakuan yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap


37
sebagai miliknya. Apabila anakmenginginkan mainan kepunyaan
temannya, sering ia akan merebutnya karena dianggap miliknya.
Teman dianggap sebagai benda mati yang dapat dipukul, dicubit atau
ditarik rambutnya apabila menengkelkan hatinga. Anak kadang-
kadang juga berprilaku menolak apa saja yang akan dilakukan
terhadap dirinya (self defense), misalnya menolak mengenakan baju
yang sudah diediakan orang tuanya dan akan memilih sendiri pakaian
yang disukainya.
Menurut Erikson (Nursalam,2005), anak berada pada fase
mandiri vs malu/ragu-ragu (otonomi vs doubt). Hal ini terlihat dengan
berkembangnya kemampuan anak yaitu, dengan belajar untuk makan
atau berpakaian sendiri. Apabila orang tua tidak mendukung upaya
anak untuk belajar mandiri, maka hal ini dapat menimbulkan rasa
malu/ rasa ragu akan kemampuannya, misalnya orang tua yang selalu
memanjakan anaknya dan mencela aktivitas yang telah dilakukan oleh
anak. Pada masa ini, sudah sampai waktunya anak dilatih buang air
besar atau buang air kecil pada tempatnya (toilet training). Anak juga
dapat menunjukan beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua kata, dan
mengulang kata-kata baru.
Pada masa ini, anak perlu dibimbing dengan akrab, penuh kasih
sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak tidak mengalami
kebingungan. Jika orang tua mengenal kebutuhan anak, maka anak


38
berkembang perasaan otonominya sehingga anak dapat
mengendalikan otot-otot dan rangsangan lingkungan.
e. Masa Prasekolah akhir
Pertumbuhan gigi susu sudah lengkap pada masa ini. Anak
kelihatan lebih langsing. Pertumbuhan fisik juga relatif pelan, naik
turun tangga sudah dapat sendiri, demikian pula halnya dengan berdiri
dengan satu kaki secara bergantian atau melompat. Anak mulai
berkembang super egonya (suara hati) yaitu merasa bersalah bila ada
tidaknya yang keliru.
Menurut teori Erikson (Nursalam, 2005), pada usia tersebut
anak berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs quality).
Pada masa ini, anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya
imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala
sesuatu disekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua
mematikan inisiatif anak, maka hal tersebut akan membuat anak
merasa bersalah. Anak belum mampu membedakan hal yang abstrak
dengan konkret, sehingga orang tua sering menganggap bahwa anak
berdusta, padahal anak tidak bermaksud demikian. Sedangakan
menurut teori Sigmund Freud (Nursalam, 2005), anak berada pada
fase phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin
perempuan dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasikan figure
atau perilaku orang tua sehingga mempunyai kecenderungan untuk
meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya.


39
Anak juga mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar,
menulis, dan mengenal angka serta bentuk/warna benda. Pada tahap
ini, orang tua perlu mulai mempersiapkan anak untuk masuk sekolah.
Bimbingan, pengawasan, pengaturan yang bijak, perawatan kesehatan,
dan kasih sayang dari orang tua serta orang-orang di sekelilingnya
sangat diperlukan oleh anak (Nursalam, 2005).
7. Perkembangan Anak
Frankenburg dkk 1981 (Soetjiningsih, 1998), melalui DDST
(Denver Development Screening Test) mengemukakan 4 parameter
perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak :
a. Personal Social (kepribadian/tingkah laku social).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya
b. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar,
memegang suatu benda, dll.
c. Language (Bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah, dan berbicara spontan



40
d. Gross motor (Perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
Ada juga yang membagi perkembangan balita ini menjadi 7 aspek
perkembangan seperti pada buku petunjuk program BKB (Bina Keluarga
dan Balita) yaitu perkembangan :
a. Tingkah laku sosial
b. Menolong diri sendiri
c. Intelektual
d. Gerakan motorik halus
e. Komunikasi pasif
f. Komunikasi pasif
g. Gerakan motorik kasar
Pada prinsipnya cara membagi aspek perkembangan anak tersebut diatas
sama saja, hanya penjabarannya yang berbeda. Frankenbrug membagi
lebih sederhana, sedangkan yang pada program BKB tersebut lebih
dijabarkan lagi.
Banyak milestone perkebangan anak yang penting, tetapi
dibawah ini akan disajikan beberapa milestone pokok yang harus kita
ketahui dalam mengetahui taraf perkembangan seorang anak (yang
dimaksud dengan milestone perkembangan adalah tingkat
perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu. Misalnya :




41
4-6 minggu :
a. Tersenyum sopan
b. Dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemudian
12-16 minggu :
a. Menegakan kepala, tengkurap sendiri
b. Menoleh kearah suara
c. Memegang benda yang ditaruh ditangannya
20 minggu :
Meraih benda yang didekatkan kepalanya
26 minggu :
a. Dapat memindahkan benda dari sutu tangan ketangan lainnya
b. Duduk, dengan bantuan kedua tangannya kedepan
c. Makan biscuit sendiri
9-10 bulan :
a. Menunjuk dengan jari telunjuk
b. Memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk
c. Merangkak
d. Bersuara da...da...
13 bulan :
a. Berjalan tanpa bantuan
b. Mengucapkan kata kata tunggal
Dengan kita mengetahui berbagai milestone pokok ini, maka kita
dapat mengetahui apakah seorang anak perkembangannya terlambat


42
ataukah masih dalam batas-batas normal.Kalau ada kecurigaan, kita dapat
melakukan tes skrining, antara lain DDST. Sehingga deteksi dini dan
intervensi dini dapat dilakukan, agar tumbuh kembang anak dapat lebih
optimal.
Perkembangan mental (SKALA YAUMIL MIMI) (IDAI, 2002)
Gerakan gerakan kasar dan halus, emosi, social, perilaku, bicara :
a. Perkembangan balita
1) Sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan selanjutnya
yakni prasekolah, sekolah, akil balik dan remaja
2) Untuk perkembangan yang baik dibutuhkan :
a) Kesehatan dan gizi yang baik daripada ibu hamil, bayi dan
anak prasekolah.
b) Stimulasi/rangsangan yang cukup dalam kualitas dan kuantitas
3) Keluarga dan KIA-KB mempunyai perna yang penting dalam
pembinaan fisik, mental sosial anak balita
b. Dari lahir sampai 3 bulan
1) Belajar mengangkat kepala
2) Belajar mengikuti obyek dengan matanya
3) Melihat kemuka orang dengan tersenyum
4) Bereaksi terhadap suara/bunyi
5) Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran,
dan kontak.
6) Menahan barang yang dipegangnya


43
7) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
c. Dari 3 6 bulan
1) Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan
bertopang tangan
2) Mulai belajar meraih benda benda yang ada dalam jangkauannya
atau diluar jangkauannya
3) Menaruh benda benda dimulutnya
4) Berusaha memperluas lapangan pandangan
5) Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
6) Mulai berusaha mencari benda benda yang hilang.
d. Dari 6 9 bulan
1) dapat duduk tanpa dibantu
2) dapat tengkurep dan berbalik sendiri
3) dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
4) memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
5) memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
6) bergembira dengan melempar benda benda
7) mengeluarkan kata kata yang tanpa arti
8) mengenal anggota anggota keluarga dan takut kepada orang
asing / lain
9) Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi
sembunyian



44
e. Dari 9 12 bulan
1) dapat berdiri tanpa bantuan
2) dapat berjalan dengan dituntun
3) menirukan suara
4) mengulang bunyi yang didengarnya
5) belajar menyatakan satu atau dua kata
6) Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi
sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda
benda kemulutnya.
7) Berpartisipasi dalam permainan
f. Dari 12 18 bulan
1) Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
2) Menyusun 2 atau 3 kotak
3) Dapat mengatakan 5 10 kata
4) Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa cemburu dan rasa bersaing
g. Dari 18 24 bulan
1) naik turun tangga
2) menyusun 6 kotak
3) menunjuk mata dan hidungnya
4) menyusun dua kata
5) belajar makan sendiri
6) menggambar garis dikertas atau pasir
7) mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil


45
8) menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang orang
yang lebih besar
9) memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain dengan
mereka
h. Dari 2 3 Tahun
1) belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
2) membuat jembatan dengan 3 kotak
3) mampu menyusun kalimat
4) mempergunakan kata kata saya, bertanya, mengerti kata kata
saya, bertanya,, mengerti kata kata, yang ditujukan kepadanya
5) menggambar lingkaran
6) bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya
lingkungan lain diluar keluarganya
i. Dari 3 4 tahun
1) berjalan jalan sendiri mengunjungi tetangga
2) berjalan pada jari kaki
3) belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
4) menggambar garis silang
5) menggambar garis silang
6) menggambar orang hanya kepala dan badan
7) mengenal 2 atau 3 warna
8) bicara dengan baik menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya
9) banyak bertanya


46
10) bertanya bagaimana anak dilahirkan
11) mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang
12) mendengarkan cerita cerita
13) bermain dengan anak lain
14) menunjukkan rasa sayang kepada saudara saudaranya
15) dapat melaksanakan tugas tugas sederhana
j. Dari 4 - 5 tahun
1) melompat dan menari
2) menggambar orang tersiri dari kepala, lengan, dan badan
3) menggambar segi empat dan segi tiga
4) pandai bicara
5) dapat menghitung jari jarinya
6) dapat menyebut hari hari dalam seminggu
7) mendengar dan mengulang hal hal penting dan cerita
8) minat kepada kata baru dan artinya
9) memprotes bila dilarang apa yang diingininya
10) mengenal 4 warna
11) memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar
dan kecil
12) menaruh minat kepada aktifitas orang dewasa





47
C. Reaksi Sibling (Sibling Rivalry)
Sibling Rivalry yaitu konflik atau perselisihan yang terjadi antar anak
atau perselisihan antar kakak dan adik (Indonesia media.com, 2003). Sibling
Rivalry akan muncul pada anak yang melihat atau merasakan yang
dipengaruhi oleh adik atau kakak yang mempunyai kebutuhan yang istimewa.
Anak akan banyak mengalami rasa kesepian, ketakutan dan kekhawatiran
sehingga muncul reaksi yang paling utama dari anak yaitu kemarahan,
penolakan, kecemburuan dan rasa bersalah yang sangat berlebihan dari anak
(Kozier, 1995).
Sibling Rivalry mengarah pada kecemburuan terhadap saudara
kandung laki laki maupun perempuan, Menurut Milman & Schaefer (1989),
perasaan itu muncul ketika anak merasa bahwa kasih sayang dan perhatian
orang tuanya tidak lagi diberikan kepadanya karena telah terbagi dengan
kakak atau adik. Hal ini sesuai dengan pendapat Cholid (2004) bahwa sibling
rivalry adalah perasaan permusuhan dan cemburu antara saudara kandung
dimana kakak atau adik bukan sebagai teman berbagi tetapi sebagai saingan
bagi dirinya.
Dikalangan anak sibling rivalry lebih beraneka ragam. Menurut
Harlock (1978), pada sibling rivalry ada dua macam reaksi :
1. Bersifat langsung, yang dimunculkan dalam bentuk perilaku agresif
mengarah ke fisik, seperti menggigit, memukul, mencakar, melukai, dan
menendang atau usaha yang dapat diterima secara sosial untuk
mengalahkan saingannya.


48
2. Bersifat tidak langsung, yang bersifat lebih halus sehingga sukar untuk
dikenali, seperti mengompol, pura pura sakit, menangis dan menjadi
nakal.
Reaksi sibling rivalry pada anak dapat diekspresikan dengan berbagai
macam antara lain dengan cara agresif (memukul, dan melukai), dan regresi
(suka mengompol, dan menjadi kolokan (manja), rewel) ataupun dengan
berekspresi memandangi kakak atau adik dengan tajam, menggunakan bibir,
menangis, serta menjadi pendiam (Priatna & Yulia, 2006). Digambarkan pula
oleh Gibbens (1947) bahwa anak biasanya mengungkapkan dengan hal hal
yang tidak diduga-duga seperti merebut makanan atau mainan adiknya dengan
paksa, menggigit, mencakar, memarahinya, membentak bahkan ada kakak
yang memaki adiknya dengan kasar.
Menurut Wong (1999), perhatian yang diberikan oleh ibu pada adik
atau kakak yang punya kebutuhan istimewa akan menimbulkan perasaan
tersinggung, cemburu dalam diri anak sehingga anak akan mendistorsikan
atau membiaskan perasaan mereka terhadap rasa kehilangan dalam dirinya,
namun ada anak yang mempunyai kesulitan dan menyelesaikan kondisi ini
yaitu dengan mengeluarkan keluhan yang sangat berlebihan yaitu :
1. Anak menjadi suka mengompol.
2. Anak suka mengeluh sakit kepala.
3. Anak mengalami perubahan dalam penampilan disekolah.
4. Anak menjadi takut untuk sekolah.


49
5. Anak mengalami gangguan dalam tidur dan terjadi perubahan dalam pola
tidurnya.
6. Anak menjadi takut terluka.
7. Anak mengalami gangguan depresi dan menderita kegelisahan akan
perpisahan.
Anak pada masa prasekolah ini merupakan tahap awal anak dalam
memahami rasa kesendirian dan ketidakmampuan dengan mengatasi
semuanya sendiri, anak belajar untuk mengembangkan rasa sosial dalam
dirinya namun pada masa ini anak sering mengalami kegagalan yaitu terjadi
pengrusakan proses pembelajaran disekolah dan perilaku yang tidak dewasa
dari anak yaitu anak tidak bisa toleran terhadap kedisplinan dan standar umum
yang dipaksakan emosi anak menjadi sangat labil (Wongs, 1999).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sibling rivalry yaitu
karakter atau temperamen anak mempengaruhi hubungannya dengan
saudaranya. Ada anak yang sensitive, gampang marah, dan jengkel atau susah
beradaptasi. Bila anak dalam keadaan capai, lapar atau bosan anak akan
menjadi gampang tersinggung dan anak yang memiliki kelemahan, kurang
terampil dalam bahasa atau interaksi sosial biasanya akan sangat mudah sekali
mengalami konflik dengan saudaranya disamping itu sarana yang disediakan
oleh orang tua seperti televisi ternyata juga sangat berpengaruh sekali
terhadap pembentukan karakter dalam diri anak (Indonesia Media.com, 2003).
Faktor penyebab sibling rivalry antara lain karena orang tua membagi
perhatian kepada orang lain, mengidolakan anak tertentu pengliharaan rasa


50
kesal orang tua serta kurangnya pemahaman diri (Mulyadi, 2000). Sedangkan
menurut Priatna & Yulia (2006) menyebutkan faktor penyebab sibling rivalry
adalah faktor internal dan faktor eksternal yaitu :
1. Faktor internal
Faktor yang tumbuh dan yang berkembang dari dalam diri anak itu
sendiri, seperti temperamen, sikap masing masing anak dalam mencari
perhatian orang tua, perbedaan usia dan jenis Kelamin, ambisi anak untuk
mengalahkan anak yang lain.
2. Faktor eksternal
Faktor yang disebabkan karena sikap orang tua yang salah dalam
mendidik anak anaknya, seperti sikap membanding bandingkan,
adanya anak emas diantara anak lain.
Kedatangan anggota baru atau adik adiknya menjadi subsistem yang
sangat nyata untuk terjadi sibling rivalry dan mempunyai seorang adik atau
kakak sangatlah penting. Hubungan ini berfungsi sebagai laboratorium untuk
anak dalam mengembangkan hubungan keterampilan interaksi sosial anak,
dimana anak akan saling bertemu dengan teman sebaya, anak anak akan
saling belajar memberi dukungan, memerah, marah, bernegoisasi, bekerja
sama, saling meniru satu sama lain. Dalam hubungan dengan saudara kandung
anak akan mulai belajar meniru berbagai peran yang ada guna memasuki
dunia luar diluar lingkungan keluarga, dalam menciptakan hubungan ini anak
akan saling terbuka dan secara jujur akan timbul ketidakcocokan dan anak


51
akan sangat sulit dalam pengungkapan perasaan, bekerja sama serta bersaing
dengan teman sebaya (Minuchin dalam Friedman 1998).
Perasaan sibling rivalry biasanya terjadi pada 2 anak atau lebih yang
usianya berdekatan. Sibling rivalry biasanya lebih lazim terjadi ketika jarak
usia anak antara 1 3 tahun. Sibling rivalry akan lebih terlihat ketika umur
mereka 3 5 tahun pada anak anak dan terjadi lagi pada umur 8 12 tahun
pada usia sekolah, dan pada umumnya, sibling rivalry lebih sering terjadi pada
anak yang berjenis kelamin sama dan khususnya perempuan (Milman &
Schaefer, 1981).
Menurut Bakwin & Bakwin (1972), sibling rivalry cenderung menjadi
lebih sering ketika anak yang lebih tua (kakak) usianya antara 2 4 tahun
ketika adik dilahirkan, karena pada usia ini anak menjadi sadar akan kasih
sayang orang tuanya.
Orang tua adalah kunci yang mungkin mempengaruhi sibling rivalry,
namun orang tua pula yang dapat memperkecil terjadinya sibling rivalry.
Menurut Menurut Milman & Schaefer (1981) ada beberapa peran orang tua
untuk menghindari sibling rivalry didalam keluarga antara lain :
1. Memberikan cinta dan perhatian yang adil pada anak
2. Mempersiapkan anak yang lebih tua terhadap kelahiran adik baru
3. Memperhatikan protes anak terhadap kesalahan orang tua
4. Memberikan hukuman sesuai dengan kesalahan anak
5. Sharing antara orang tua dengan anak


52
Menurut Shahriza dkk (2004) hal yang dapat dilakukan orang tua
untuk memperkecil sibling rivalry, antara lain : mempersiapkan anak akan
kelahiran adik, introspeksi diri, menanamkan pendidikan pada diri anak,
diskusi dengan anak dan memberikan sanksi yang sesuai.





















53
D. Kerangka Konsep



















Keterangan :
: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti


Gambar 2.1. Skema Konsep Penelitian
Faktor faktor yang
mempengaruhi pengetahuan :
- Tingkat pendidikan
- Informasi
- Budaya
- Pengalaman
- Sosial budaya
Tingkat Pengetahuan Ibu

Tumbuh Kembang Anak

Kebutuhan dasar Anak yaitu :
1. Kebutuhan Asah
2. kebutuhan Asih
3. Kebutuhan Asuh

Anak usia 3-5 tahun

Sibling Rivalry
Anak usia 3-5 tahun

Dua macam Reaksi :
1. langsung (Perilaku agresif fisik,
seperti mencakar, menggigit dan
mengalahkan saingannya)
2. Tidak langsung (Bersifat lebih halus
seperti mengompol, menangis)

Faktor Eksternal :
sikap orang tua yang salah
dalam mendidik anak
seperti :
1. Sikap membandingkan
Anak
2. Adanya anak emas.

Faktor Internal :
1. Tempramen anak
2. Sikap anak dalam
mencari perhatian
orang tua
3. Perbedaan usia dan
jenis Kelamin
4. Ambisi anak
Faktorfaktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang Anak :
1. Faktor dalam
a. Genetik
Perbedaan ras, etnik, atau
bangsa, Keluarga, Umur,
Jenis kelamin, Kelainan
kromosom
b. Hormon
2. Faktor Lingkungan
a. faktor pre natal
b. faktor kelahiran
c. faktor pasca natal


54
E. Hipotesis
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak
dengan reaksi sibling rivalry pada anak usia 3-5 tahun di TK Assyifa Tanjung
Rasa Kidul Patok Beusi Subang Jawa Barat.

55
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimen
dengan menggunakan rancangan pendekatan cross sectional yaitu pengukuran
variabel yang diperoleh dalam waktu yang bersamaan (Arikunto, 1998).
Berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang
anak dan reaksi sibling rivalry.

B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002).
Penelitian ini dilakukan di TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul Patok Beusi
Subang Jawa Barat. Sebagai populasi penelitian adalah seluruh orangtua
siswa TK Assyifa yang berjumlah 48 orang.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2002), sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Sesuai dengan kriteria yang ditentukan maka sampel
diambil sebanyak 30 orangtua murid TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul
Patok Beusi Subang Jawa Barat yang merupakan jumlah sampel minimum
yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang disyaratkan.



56
3. Metode Penentuan Sampel
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non
probability sampling yaitu teknik yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel dengan teknik purposive sampling (sampel bertujuan)
karena adanya tujuan tertentu dari peneliti (Nursalam, 2003). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik
purposive sampling yaitu dengan menentukan jumlah responden sesuai
dengan kriteria yang ditentukan. Dalam memilih subjek penelitian yang
akan dijadikan sampel, peneliti mengacu pada 2 kriteria yaitu :
a. Kriteria Inklusi
1) Ibu bisa baca tulis
2) Ibu yang mempunyai anak umur 3 5 tahun di TK Assyifa
3) Ibu bersedia menjadi responden
4) Ibu yang mendampingi anaknya saat sekolah
b. Kriteria Eksklusi
1) Ibu yang mempunyai anak dalam keadaan sakit
2) Ibu yang mempunyai anak yang apatis
3) Ibu yang mempunyai anak kelainan genetik.
4) Anak yang didampingi oleh pengasuh anak.
5) Ibu yang mempunyai anak usia < 3 tahun dan > 5 tahun




57
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul Patok
Beusi Subang Jawa Barat, adapun waktu yang digunakan pada bulan Juli
Agustus 2008.

D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang bila berubah akan
mengakibatkan perubahan lain dan variabel terikat. Variabel independen
(bebas) pada penelitian ini adalah Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Tumbuh Kembang Anak.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel independen (bebas) yaitu Reaksi Sibling
Rivalry Pada Anak Usia 3 5 Tahun
3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu yaitu variabel yang mengganggu hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen, variabel pengganggu
dalam penelitian ini adalah :
a. Komunikasi dalam keluarga kurang
Komunikasi ini bersifat sangat fleksibel dalam keluarga sehingga
peneliti tidak dapat mengendalikan karena masing-masing keluarga


58
punya ciri-ciri tersendiri untuk berkomunikasi dengan anggota
keluarga terutama dengan anak-anak.
b. Kesibukan ibu
Peneliti tidak dapat membatasi aktivitas ibu karena selalu aktif pada
Kesibukan sehari-hari namun ibu diharapkan dapat meluangkan waktu
untuk mendampingi anak dalam keseharian.
c. Program televisi
Program acara televisi tidak dapat dikendalikan oleh peneliti namun
peneliti mengharapkan ibu selalu mendampingi anak saat
menyaksikan program acara televisi dan memberikan bimbingan.
d. Genetika
Peneliti mengendalikan dengan cara memilih sampel yang sesuai yaitu
anak pra sekolah (3 5 tahun)
e. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga tidak dapat dikendalikan karena lingkungan
keluarga mereka beraneka ragam.
Variabel pengganggu dalam penelitan ini dikendalikan (tidak diteliti)



59
E. Hubungan antar Variabel








Gambar 3.1. Hubungan Antar Variabel
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

F. Definisi Operasional
1. Pengetahuan Ibu tentang Tumbuh Kembang Anak
Pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak adalah nilai yang
dianut oleh ibu tentang perubahan anak dari masa bayi berubah menjadi
anak yang lebih besar dan memiliki kemampuan yang lebih, dimana anak
akan banyak mengalami perubahan dari segi fisik maupun tingkat
penyesuaian terhadap lingkungan serta anak berkembang dan tumbuh
sehat sesuai dengan, jenis kelamin dan tingkatan umur sebagaiaman
Variabel Bebas :
Tingkat pengetahuan
ibu tentang tumbuh
kembang anak
Variabel Terikat :
Reaksi sibling rivalry
pada anak usia 3-5
tahun
Variabel Pengganggu :
- Komunikasi dalam
keluarga kurang
- Kesibukan ibu
- Program TV
- Genetika
- Lingkungan keluarga


60
termuat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Skor hasil persentase di
intepretasikan sebagai berikut :
Baik : Apabila jumlah jawaban bernilai benar 76 100 %
Cukup : Apabila jumlah jawaban bernilai benar 56 75 %
Kurang baik : Apabila jumlah jawaban bernilai benar 40 55 %
Tidak baik : Apabila jumlah jawaban benilai benar < 40 %
Skala pengukuran : ordinal
2. Reaksi Sibling Rivalry
Reaksi sibling rivalry adalah pertengkaran pada anak akibat
cemburu pada kakak atau adik dan anak tidak mendapat perhatian dari
orang tuanya sehingga anak merasa tersisihkan dari keluarga dan anak
akan melampiaskan dengan bentuk kemarahan, memukul, mengompol,
tidak mau bergaul dengan kakak atau adiknya, menyendiri. Skor hasil
diintepretasikan sebagai berikut :
Tinggi : skor ( + 1,0.) X
Sedang : skor ( 1,0.) X < ( + 1,0.)
Rendah : skor X < ( 1,0.)
Skala pengukuran : ordinal

G. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan
sejumlah pertanyaan yang disusun berupa kuesioner yang bersifat tertutup.
Lembar kuesioner dibagikan dan diisi oleh responden dengan cara :


61
1. Mengisi identitas responden dan identitas anak
2. Responden menjawab pertanyaan-pertanyaan informative tentang apa
yang telah diketahui dan didengar mengenai tumbuh kembang anak.
3. Kuesioner lalu dikumpulkan kembali
4. Kuesioner telah diisi akan dicocokkan dengan kunci masing-masing
jawaban.

H. Instrumen Penelitian
1. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Anak
Instrumen yang digunakan untuk penelitian adalah kuesioner berupa
30 butir pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang
tumbuh kembang anak dengan indikator yaitu : pengertian tentang tumbuh
kembang, tingkat perkembangan anak, peran ibu dalam perkembangan
anak, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, kebutuhan
asuh pada anak, kebutuhan asih pada anak, kebutuhan asah pada anak dari
pertanyaan kuesioner tersebut diberi skor. Terdapat tiga alternatif jawaban
dalam setiap butir pertantaan. Berdasarkan sejumlah pertanyaan pada
kuesioner tersebut kemudian diberi skor 1 apabila jawaban benar dan bila
jawaban salah diberi skor 0.
Berikut ini adalah tabel kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data tentang tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh
kembang.



62
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Tumbuh Kembang Anak
N
o
Indikator No item Jumlah
1.

2.


3.


4.
Pengertian tentang tumbuh kembang

Tahap Perkembangan Anak


Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak

Peran ibu dalam perkembangan anak
a. kebutuhan asuh
b. kebutuhan asih
c. kebutuhan asah
1,2,3

5,6,7,8,9,
10,11,12,
13,19,20,

23,24,25, 26,27


4,16,17,18,
14,15,28, 29,30
21, 22,
3


11


5


4
5
2
Jumlah 30

2. Reaksi Sibling Rivalry
Instrumen yang digunakan untuk penelitian adalah cheklist yang
berjumlah 30 pertanyaan, dengan alternatif jawaban sering, kadang-kadang
dan tidak pernah. Metode pengumpulan data untuk reaksi sibling rivalry
dengan menggunakan checklist untuk pertanyaan favorable jawaban sering
diberi skor 3, karang-kadang diberi skor 2 sedangkan jawaban tidak
pernah diberi skor 1, demikian sebaliknya untuk pertanyaan unfavorable
jawaban sering diberi skor 1, karang-kadang diberi skor 2 sedangkan
jawaban tidak pernah diberi skor 3.
Berikut ini adalah tabel kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data tentang tingkat reaksi sibling rivalry :




63
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Variabel Reaksi Sibling Rivalry
Item Pertanyaan
Aspek Indikator
No F UF
Jumlah
Perilaku sibling
rivalry

Fisik
Verbal
Non verbal
1,2,3
4,5,6
7,8
1,2,3
4,5
7,8
-
6
-
3
3
2
Faktor penyebab
sibling rivalry



Tempramen
Cari perhatian
Perbedaan usia
Ambisi
Dibandingkan
Anak emas
9,10
11,12
13,14
15,16
17,18
19,20
9,10
11,12
13
-
17,18
19,20
-
-
14
15,16
-
-
2
2
2
2
2
2
Peran orang tua Diperkenalkan
Introspeksi diri
Pendidikan
Diskusi
Sanksi
21,22
23,24
25,26
27,28
29,30
-
-
-
-
-
21,22
23,24
25,26
27,28
29,30
2
2
2
2
2
Jumlah 16 14 30
Keterangan : F = Favourable, UF = Unvafourable

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas dan reliabilitas atau sering disebut dengan uji coba
instrumen dilakukan dengan tujuan agar diperoleh distribusi nilai hasil yang
mendekati normal sehingga nantinya akan mendapatkan sejauh mana alat ukur
(kuesioner) yang telah disusun memenuhi validitas dan reliabilitas
(Notoadmojo, 2002: 129).
Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan di TK Pertiwi pada
bulan Juli 2008 kepada 20 ibu-ibu yang mempunyai anak usia 3- 5 tahun,
selanjutnya butir pertanyaan yang valid itulah yang digunakan dalam
pengambilan data penelitian.




64
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas instrumen yaitu keadaan yang menggambarkan tingkat
instrument tersebut mampu mengukur apa yang diukur (Arikunto, 2002).
Validitas yang diuji pada instrumen ini adalah validitas internal yaitu
berupa validitas butir. Uji validitas untuk yang digunakan pada penelitian
ini adalah dengan analisis butir.
a. Variabel tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak
Sering kali dalam berbagai macam test, skor terhadap jawaban
setiap soal atau item hanya terdiri atas angka 1 dan 0. Angka seperti itu
sama saja dengan kategori benar atau salah (dikotomi). Dalam kasus
yang salah satu variabelnya hanya terdiri atas dua macam, yaitu 1 dan
0, perhitungan koefisien korelasinya dilakukan dengan komputasi
koefisien korelasi point-biserial. (Azwar, 2006). Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :
rpb= ( ) | | | | ) 1 /( / p p Sx Mx Mi
Keterangan :
Mi = Mean skor X dari seluruh subyek yang mendapat angka 1
pada variabel dikotomi i
Mx = Mean skor dari seluruh subyek
Sx = Deviasi standar skor X
i = Skor pada variabel dikotomi
p = Proporsi subyek yang mendapat angka 1 pada variabel
dikotomi


65
Hasil uji validitas terhadap butir-butir pertanyaan yang digunakan
dalam penelitian diperoleh nilai korelasi terendah 0,179 (butir nomor
10) dan tertinggi 0,789 (butir nomor 25), sehingga terdapat dua butir
pertanyaan dinyatakan gugur (butir nomor 10 dan 19), sehingga secara
keseluruhan terdapat 28 butir yang valid. Hal tersebut dikarenakan
korelasi hitung lebih besar dari korelasi tabel (0,44).
b. Variabel reaksi sibling rivalry pada anak usia 3-5 tahun
Cara menguji validitas instrument (kuesioner) variabel reaksi
sibling rivalry pada anak menggunakan rumus Product Moment dari
Pearson (Arikunto, 2002) karena skala pengukuran menggunakan
skala Likert (1, 2, 3) dengan rumus sebagai berikut:
( )( )
( ) { } ( ) { }




=
2 2 2 2
xy
r
Keterangan:
N : jumlah kuesioner
X : skor pertanyaan
Y : skor total
XY : skor pertanyaan di kali skor total
Untuk mengetahui apakah hasil pengujian valid atau tidak,
maka angka korelasi atau r hitung harus kita bandingkan dengan r tabel
pada 5% dengan tingkat kepercayaan 95 % dengan n = 20 yaitu
didapat hasil r tabel sebesar 0,44. Jika r hitung > r tabel, maka butir
soal dianggap valid.


66
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan diperoleh koefisien
korelasi hitung tertinggi sebesar 0,660 (butir nomor 28) dan koefisien
korelasi hitung terrendah sebesar 0,376 (butir nomor 11), dengan
demikian hanya terdapat satu butir pertanyaan yang memiliki nilai
koefisien korelasi lebih kecil dari koefisien korelasi tabel (0,44), yaitu
butir nomor 11 dinyatakan gugur (hasil selengkapnya ada pada lampiran).
Untuk selanjutnya menggunakan 29 butir pertanyaan yang valid untuk
pengambilan data penelitian dengan membuang butir pertanyaan yang
gugur.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu
intrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Artinya, dapat dipercaya, jadi dapat
diandalkan (Arikunto, 2006 : 178). Menurut Ghozali (2005) bahwa
kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai Alpha
Cronbach minimal 0,6.
a. Variabel tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak
Bila suatu test berisi item-item yang berisi skor dikotomi
sedangkan jumlah itemnya sendiri tidak begitu banyak, kadang-kadang
membagi test menjadi dua bagian tidak dapat menghasilkan bagian
yang stara, sedangkan membagi test menjadi lebih dari dua belahan
akan mengakibatkan jumlah item dalam setiap belahan terlalu sedikit.
Bila belahan hanya berisi sedikit item, komputasi reliabilitasnya tidak


67
dapat menghasilkan estimasi yang cermat. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah membelah test tersebut menjadi sebanyak jumlah
itemnya sehingga setiap belahan berisi hanya satu item saja. Kemudian
estimasi reliabilitasnya dilakukan melalui formula alpha yang
disesuaikan, yang dikenal dengan nama formula Kuder-Richardson-20.
(Azwar, 2006).
Rumus formula Kuder-Richardson-20 adalah sebagai berikut:
= 20 KR
(

1 k
k
( )
(
(

2
1
1
X
s
p p

Keterangan :
k = banyaknya item dalam test
2
X
s
= varians skor test
p = proporsi subyek yang mendapat angka 1 pada suatu item, yaitu
banyaknya subjek yang mendapatkan angka 1 dibagi oleh
banyaknya seluruh subjek yang menjawab item tersebut
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh tingkat keandalan sebesar
0,907 dengan demikian kuesioner pengetahuan ibu tentang tumbuh
kembang anak yang diuji dinyatakan reliabel.
b. Variabel Reaksi Sibling Rivalry pada anak usia 3-5 tahun
Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas pada
penelitian ini adalah rumus alpha yaitu:


68
( )
)

=

2
2
11
1
1 st
st
k
k
r

Keterangan :
r
11
: reliabilitas instrument
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
b
: jumlah varians butir
: varians total
Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa koefisien Alpha
Cronbach yang dihasilkan sebesar 0,9050 dimana koefisien tersebut
lebih besar dari 0,6, dengan demikian instrumen penelitian untuk
variabel reaksi sibling rivalry dinyatakan reliabel.

I. Pengolahan dan Metode Analisis Data
1. Metode pengolahan data
Pengolahan data ini menggunakan komputerisasi dengan
menggunakan SPSS for Windows dan dinilai dengan :
a. Editing (penyunting)
Yaitu meneliti kembali data yang telah terkumpul untuk tahap
selanjutnya.
b. Koding (pengkodean)
Yaitu memberi tanda kode untuk memudahkan pengolahan data.
Memberikan kode jawaban dengan cara angka atau kode lain yaitu 1
untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Kode


69
diberikan disebelah kanan daftar pertanyaan sesuai dengan jawaban
yang diberikan responden.
c. Tabulating (tabulasi)
Yaitu data Disusun dalam bentuk tabel kemudian di analisis.
2. Metode Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini berupa pendeskripsian
data secara kuantitatif yang menggambarkan sesuatu kejadian dalam
bentuk tabel, grafik dan kalimat-kalimat, dimana untuk membuat data
tersebut mengharuskan peneliti untuk melakukan pengukuran terhadap
keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrumen penelitian
lalu mengujinya dengan pengunaan uji statistik. (Riwidikdo, 2007: 9).
Dalam penelitian ini analisis univariat berdasarkan persentase yang
dihasilkan dari proses perhitungan yang telah dilakukan pada awal
proses pengolahan data dan disajikan dalam bentuk tabel. Seluruh
jawaban dari responden akan dianalisis sesuai skor kemudian dibuat
prosentase (Arikunto, 2006:281) sebagai berikut :
% 100 =
n
x

Keterangan :
P : persentase
x : jumlah nilai yang didapat dari seluruh item pertanyaan
n : jumlah nilai keseluruhan item pertanyaan


70
Hasil tersebut kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat
kualitatif untuk menghasilkan kategori pelayanan konseling dari bidan
kemudian ditarik kesimpulannya.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
hubungan antara dua variabel yang meliputi variabel bebas dan
variabel terikat. Adapun alat analisis data yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel yang berbeda tersebut,
adalah korelasi spearman rho. Rumus ini digunakan mengingat skala
data yang dipergunakan adalah skala data ordinal dan disusun dalam
kategori. Untuk mengetahui hubungan antara variabel tingkat
pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dengan reaksi sibling
rivalry menggunakan uji Korelasi Spearman Rho. Adapun rumus yang
digunakan untuk uji hipotesis dengan uji Korelasi Spearman Rho
adalah :
( ) 1
6
1
2
2

=

n n
b
i


Keterangan :
: koefisien korelasi spearman rank
bi : beda antara jenjang setiap subyek
n :jumlah anggota sample
Interpretasi hasil jika hitung > tabel maka hipotesis diterima
atau dengan kata lain Ho ditolak artinya ada hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dengan reaksi sibling


71
rivalry pada anak usia 3 5 tahun di TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul
Patok Beusi Subang Jawa Barat.

J. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan
studi pendahuluan di TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul Patok Beusi Subang
Jawa Barat. Tahap ini meliputi penyusunan dan seminar proposal serta
pengurusan surat izin penelitian.
2. Tahap Uji Coba
Meliputi uji validitas dan uji reliabilitas, dilakukan sebelum
penelitian hal ini bertujuan untuk mengetahui kuesioner dan cheklist yang
peneliti susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur.
Rencana uji coba instrumen akan dilakukan di TK Pertiwi Tanjung Patok
Beusi Subang Jawa Barat.
3. Tahap Analisa Data
Setelah Pengumpulan data selanjutnya dilakukan penyuntingan dan
kemudian dilanjutkan dengan penabulasian dan pengelompokkan data
yang mana pada tahap ini hasil pada penelitian akan dianalisa
menggunakan uji hipotesis yang telah ditetapkan.
4. Tahap Penyajian Hasil Penelitian
Setelah data dianalisis, dilakukan pembahasan tentang
karakteristik responden, gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang


72
tumbuh kembang dan gambaran reaksi sibling rivalry pada anak di TK
Assyifa Tanjung Rasa Kidul Patok Beusi Subang Jawa Barat.

73
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Kanak-kanak (TK) Assyifa. TK Assyifa
merupakan salah satu TK yang terdapat di wilayah Kelurahan Tanjung Rasa
Kidul, Kecamatan Patok Beusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat. TK Assyifa
berdiri pada tanggal 22 Februari 2007, menempati area lahan seluas 300 m
2

yang dibangun secara gotong-royong oleh warga sekitar. TK Assyifa memiliki
3 ruangan yaitu dua ruang kelas dan satu ruang guru. Jumlah murid TK
Assyifa pada tahun 2007 berjumlah 40 anak dengan dua orang pengajar, pada
tahun 2008 jumlah anak didik meningkat menjadi 48 anak dan memiliki 3
orang pengajar.
TK Assyifa hingga saat ini memiiki 5 orang tenaga pengajar yang
terdiri dari kepala sekolah, 3 orang guru dan satu orang pesuruh. Murid TK
Assyifa dibagi dalam dua kelas yaitu kelas A sebanyak 20 anak dan kelas B
terdiri dari 28 anak. TK Assyifa dilengkapi dengan fasilitas tempat bermain
yang cukup seperti ayunan, prosotan, jungkat-jungkit dan sebagainya.

B. Profil Responden
1. Umur Ibu
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur ibu
dapat diketahui sebagai berikut :


74
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur Ibu
No. Umur Jumlah Persentase (%)
1 20-25 3 10
2 26-30 15 50
3 31-35 12 40
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2008 (Lampiran 4)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur termuda adalah ibu
berusia 24 tahun dan umur tertua berusia 35 tahun, sehingga rentang umur
responden adalah antara 24 hingga 35 tahun. Sebagian besar responden
berusia antara 26 hingga 30 tahun yaitu sejumlah 15 orang atau 50%.
2. Pendidikan Ibu
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenjang
pendidikan formal yang ditempuh oleh responden. Adapun distribusi
frekuensi karekteristik responden berdasarkan pendidikan ibu adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenjang Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Tamat SD 10 33,33
2 Tamat SLTP 10 33,33
3 Tamat SLTA 10 33,33
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2008 (Lampiran 4)
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki latar belakang pendidikan dalam proprosi yang sama
yaitu tamat SD, tamat SLTP dan tamat SLTA masing-masing sejumlah 10
orang atau 33.33%


75
3. Pekerjaan Ibu
Jenis pekerjaan yang responden lakukan sehari-hari adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1 IRT 22 73,3
2 Buruh 7 23,3
3 Wiraswasta 1 3,3
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2008 (Lampiran 4)
Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah
ibu rumah tangga, yaitu sejumlah 22 orang dari sejumlah 30 responden.
4. Jumlah Anak
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jumlah Anak
No. Jumlah anak Jumlah Persentase (%)
1 2 orang 20 66,7
2 3 orang 8 26,7
3 4 orang 2 6,6
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2008 (Lampiran 4)
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden memiliki anak 2 orang yaitu sejumlah 20 responden atau
66.7%
5. Umur Anak
Umur anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang
diamati berusia 3-5 tahun dan bersekolah di TK Assyifa sesuai dengan


76
kriteria inklusi yang disyaratkan. Adapun distribusi frekuensi umur anak
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur Anak
No. Umur Jumlah Persentase (%)
1 4 tahun 9 30
2 5 tahun 21 70
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2008 (Lampiran 4)
Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar anak yang
diamati tumbuh-kembangnya berusia lima tahun, yaitu sejumlah 21 orang
atau 70%.
6. Jenis Kelamin Anak
Distribusi frekuensi karekteristik responden berdasarkan jenis
kelamin anak yang diamati adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Anak
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-laki 17 56.7
2 Perempuan 13 43.3
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2008 (Lampiran 4)
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar
jenis kelamin anak yang diamati adalah laki-laki, yaitu sejumlah 17 anak
atau 56.7%.





77
C. Analisis Data
1. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Anak
Tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dapat
diketahui dengan mengukur pengetahuan dengan menggunakan 28 butir
pertanyaan dalam kuesioner. Setelah data diperoleh kemudian dilakukan
pengkategorian tingkat pengetahuan menjadi tidak baik, kurang baik,
cukup baik dan baik. Namun dalam penelitian ini tidak ada responden
yang memiliki tingkat pengetahuan tentang tumbuh kembang anak
termasuk dalam kategori baik. Adapun distribusi frekuensi tingkat
pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7.
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Tumbuh
Kembang Anak di TK Assyifa, Tanjung Rasa Kidul,
Patok Beusi, Subang, Jawa Barat Tahun 2008
No.
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah Persentase (%)
1 Tidak Baik 1 3.3
2 Kurang Baik 13 43.3
3 Cukup Baik 16 53.4
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2008 (Lampiran 5)
Berdasarkan tabel tersebut maka dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang tumbuh kembang
anak termasuk dalam kategori cukup baik, yaitu sejumlah 16 orang atau
53,4% dari sejumlah 30 responden.
2. Sibling Rivalry
Intensitas Sibling Rivalry pada anak usia 3-5 tahun dapat diketahui
berdasarkan tanggapan ibu tentang reaksi Sibling Rivalry dengan


78
menggunakan kuesioner. Setelah data diperoleh kemudian dilakukan
pengkategorian intensitas Sibling Rivalry menjadi tinggi, sedang dan
rendah. Adapun distribusi frekuensi reaksi Sibling Rivalry pada anak usia
3-5 tahun adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8.
Distribusi Frekuensi Intensitas Sibling Rivalry pada Anak Usia 3-5 Tahun
di TK Assyifa, Tanjung Rasa Kidul, Patok Beusi,
Subang, Jawa Barat Tahun 2008
No. Sibling Rivalry Jumlah Persentase (%)
1 Rendah 3 10
2 Sedang 21 70
3 Tinggi 6 20
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2008 (Lampiran 5)
Berdasarkan tabel tersebut maka dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden memiliki anak dengan intensitas sibling rivalry termasuk
dalam kategori sedang, yaitu sejumlah 21 orang atau 70% dari sejumlah 30
responden.
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sibling Rivalry
Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang
anak dengan reaksi Sibling Rivalry dapat diketahui baik secara deskriptif
maupun statistik. Analisis deskriptif dapat dilakukan dengan tabel silang
(cross tabulation) dan persentase dari kedua varibel tersebut sebagai
berikut :


79
Tabel 4.9.
Tabel Silang Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Anak
dengan Intensitas Sibling Rivalry pada Anak Usia 3-5 Tahun
di TK Assyifa, Tanjung Rasa Kidul, Patok Beusi,
Subang, Jawa Barat Tahun 2008
Sibling Rivalry
No.
Tingkat
Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi
Total
Jml 0 0 1 1 1 Tidak Baik
% 0 0 3.3 3.3
Jml 0 9 4 13 2 Kurang Baik
% 0 30 13.3 43.3
Jml 3 12 1 16 3 Cukup Baik
% 10 40 3.3 53.3
Jml 3 21 6 30
Total
% 10 70 20 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2008 (Lampiran 5)
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan termasuk dalam kategori cukup
baik, yaitu 53.3% serta memiliki anak dengan intensitas Sibling Rivalry
termasuk dalam kategori sedang, yaitu 70%, dengan demikian dari
sejumlah 53.3% atau 16 responden yang memiliki tingkat pengetahuan
tentang tumbuh kembang anak tersebut, sebagian besar memiliki anak
dengan intensitas Sibling Rivalry termasuk dalam kategori sedang. Untuk
mengetahui hubungan kedua variabel tersebut bermakna secara statistik
atau tidak, maka dilakukan analisis korelasi Spearman Rho dengan hasil
sebagai berikut :


80
Tabel 4.10.
Ringkasan Hasil Analisis Korelasi Spearman Rho
Variabel r hitung Sig.p Keterangan
Tingkat pengetahuan Ibu
tentang tumbuh kembang
anak dengan reaksi Sibling
Rivalry pada anak usia 3-5
tahun
-0,478 0,008
Sig. p 0,008 < 0,05
; ada hubungan
yang signifikan
Sumber : Data Primer Diolah, 2008 (Lampiran 5)
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai r hitung
sebesar -0,478 (arah negatif), pada signifikansi 0,008 dimana signifikansi
tersebut lebih kecil dari 5% (sig p. 0,008 < 0,05), dengan demikian ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh
kembang anak dengan reaksi Sibling Rivalry pada anak usia 3-5 tahun.
Arah hubungan yang negatif tersebut menandakan bahwa jika tingkat
pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak semakin baik, maka reaksi
Sibling Rivalry pada anak usia 3-5 tahun dapat ditekan (semakin rendah).

D. Pembahasan
1. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Tumbuh Kembang Anak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat pengetahuan tentang tumbuh-kembang anak termasuk
dalam kategori cukup baik, yaitu sejumlah 16 orang atau 53,3% dari
sejumlah 30 orang yang diteliti sebagai responden penelitian. Responden
lainnya diketahui bahwa 13 orang (43,3%) memiliki tingkat pengetahuan
dalam kategori kurang baik, serta 1 orang (3,3%) memiliki tingkat


81
pengetahuan dalam kategori tidak baik, dengan demikian masih banyak
pula responden yang tidak mengetahui tumbuh kembang anak.
Tingkat pengetahuan tentang tumbuh kembang anak termasuk dalam
kategori cukup baik tersebut artinya setelah dilakukan tes kemampuan
dengan menggunakan kuesioner, sebagian besar ibu memiliki pengetahuan
dalam kategori cukup baik dengan memiliki jawaban benar 56 hingga
75%. Empat indikator pengetahuan tentang tumbuh kembang anak yang
diteliti dalam penelitian ini yaitu pengertian tentang tumbuh kembang,
tahap perkembangan anak, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak dan peran ibu dalam mendukung perkembangan anak
yaitu kebutuhan asah, asih dan asuh.
Menurut Notoatmodjo (2003) semakin meningkatnya pengetahuan
dan pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal, dalam penelitian ini
adalah pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak, sehingga dapat
meningkatkan tingkat pengetahuan ibu. Hal tersebut dikarenakan dengan
pengetahuan yang baik maka akan pembentukan perilaku yang baik pula.
Selain itu menurut Notoatmodjo (1997) bahwa pengetahuan
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan,
informasi, budaya, pengalaman dan sosial ekonomi.
Pendidikan dapat mengubah pengetahuan karena dalam proses
disampaikan informasi bahan atau materi pendidikan sedemikian rupa,
sehingga tujuan pendidikan misalnya tingkat pengetahuan tercapai.
Penyuluhan dengan berbagai metode dan media dapat mengubah


82
pengetahuan. Sumber informasi pengetahuan diperoleh dari berbagai
sumber misalnya di posyandu, radio dan televisi. Tingkat pendidikan
sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi. Masyarakat
dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih baik mempertahankan
tradisi-tradisi, sehingga sulit menerima informasi baru (Suhardjo, 2005)
2. Reaksi Sibling Rivalry pada Anak Usia 3-5 Tahun
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki anak umur 3-5 tahun dengan intensitas reaksi Sibling Rivalry
termasuk dalam kategori sedang, yaitu sejumlah 21 orang atau 70%,
sedangkan responden lainnya menyatakan bahwa 6 anak (20%) memiliki
reaksi sibling rivalry dalam kategori tinggi serta 3 anak (10%) memiliki
reaksi sibling rivalry termasuk dalam kategori rendah, dengan demikian
kehadiran adik baru dalam keluarga menimbulkan reaksi sibling rivalry
pada kakak.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa reaksi sibling rivalry pada anak
usia 3-5 tahun termasuk dalam kategori sedang, yang artinya setelah
dilakukan pengamatan oleh orang tua (ibu) kemudian diperoleh data
pengukuran dengan menggunakan kuesioner, maka diketahui bahwa
sebagian besar ibu menyatakan bahwa reaksi sibling rivalry pada anak usia
3-5 tahun terletak di antara ( 1,0.) dan ( + 1,0.). Tiga indikator
reaksi sibling rivalry pada anak yang diteliti dalam penelitian ini yaitu
perilaku fisik, verbal dan non verbal, faktor penyebab dan peran orang tua.


83
Menurut Indonesiamedia.com (2008) Sibling Rivalry adalah konflik
atau perselisihan yang terjadi antar anak atau perselisihan antara kakak dan
adik. Lebih lanjut Kozier (1995) mengungkapkan bahwa anak akan
banyak mengalami kesepian, ketakutan dan kekhawatiran sehingga
muncul reaksi yang paling utama dari anak yaitu kemarahan, penolakan,
kecemburuan dan rasa bersalah yang sangat berlebihan pada anak.
Perasaan tersebut muncul ketika anak merasa bahwa kasih sayang dan
perhatian orang tuanya tidak lagi diberikan kepadanya karena telah terbagi
dengan kakak atau adik.
Menurut Harlock (1978), ada dua reaksi Sibling Rivalry yaitu reaksi
yang bersifat langsung dan tidak langsung. Reaksi langsung yang
dimunculkan dalam bentuk perilaku agresif mengarah ke fisik seperti
menggigit, memukul, mencakar, melukai dan menendang atau usaha yang
dapat diterima secara sosial untuk mengalahkan saingannya, sedangkan
reaksi yang bersifat tidak langsung bersifat lebih halus sehingga sukar
untuk dikenali seperti mengompol, pura-pura sakit, menangis dan menjadi
nakal.
Menurut Priatna dan Yulia (2006), menyebutkan bahwa faktor
penyebab Sibling Rivalry meliputi faktor internal (dalam diri anak) dan
eksternal (orang tua dan lingkungan), Reaksi sibling rivalry pada anak
dapat diekspresikan dengan berbagai macam antara lain dengan cara
agresif (memukul, dan melukai), dan regresi (suka mengompol, dan
menjadi kolokan (manja), rewel) ataupun dengan berekspresi memandangi


84
kakak atau adik dengan tajam, menggunakan bibir, menangis, serta
menjadi pendiam.
Beberapa faktor yang mempengaruhi Sibling Rivalry antara lain
karakter atau temperamen anak itu sendiri dalam hubungannya dengan
saudaranya seperti anak yang sensitif, gampang marah dan jengkel atau
susah beradaptasi (Indonesiamedia.com, 2008).
Faktor lainnya adalah karena orang tua membagi perhatian kepada
orang lain, mengidolakan anak tertentu, mengalihkan rasa kesal orang tua
serta kurangnya pemahaman diri, selain itu sarana yang diberikan oleh
orang tua seperti televisi ternyata juga sangat berpengaruh sekali terhadap
pembentukan karakter dalam diri anak (Mulyadi, 2000).
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Tumbuh Kembang Anak
dengan Reaksi Sibling Rivalry anak Usia 3-5 Tahun
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh-kembang anak dengan
reaksi Sibling Rivalry pada anak usia 3-5 tahun. Hasil analisis korelasi
Spearman Rho menunjukkan bahwa koefisien korelasi sebesar 0,478
dalam arah negatif (-0,478) dengan signifikansi 0,008 dimana signifikansi
tersebut kurang dari 5% (Sig. p 0.008 < 0.05), dengan demikian hipotesis
alternatif yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Arah hubungan
yang negatif tersebut menandakan bahwa jika tingkat pengetahaun ibu
tentang tumbuh-kembang anak semakin baik, maka dapat menekan
intensitas atau reaksi Sibling Rivalry pada anak usia 3-5 tahun.


85
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan salah satu
faktor predesposisi dalam mempengaruhi perilaku seseorang, dalam
penelitian ini adalah pengetahuan yang baik tentang tumbuh kembang
anak maka dapat menjadi salah satu faktor predesposisi bagaimana
menerapkan pendidikan anak di lingkungan keluarga, terutama dalam
merencanakan kehadiran saudara baru bagi anak sehingga nantinya tidak
menimbulkan konflik bagi anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pengetahuan tumbuh
kembang yang baik yang meliputi pemenuhan kebutuhan asuh, asih dan
asah, maka reaksi sibling rivalry pada anak dapat ditekan seminimal
mungkin. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Soetjiningsih (2000),
bahwa kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara garis besar
dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu kebutuhan fisik (asuh),
kebutuhan kasih sayang (asih) dan kebutuhan latihan (asah).

86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan
Ibu Tentang Tumbuh Kembang Anak Dengan reaksi Sibling Rivalry pada
anak umur 3-5 tahun di TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul Patok Beusi Subang
Jawa Barat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak sebagian besar
termasuk dalam kategori cukup baik (53,4%)
2. Intensitas reaksi Sibling Rivalry pada anak usia 3-5 tahun sebagian besar
termasuk dalam kategori sedang (70%)
3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
tumbuh-kembang anak dengan reaksi Sibling Rivalry pada anak usia 3-5
tahun. Hasil analisis korelasi Spearman Rho menunjukkan koefisien
korelasi sebesar 0,478 dalam arah negatif, dengan signifikansi 0,008 <
0.05 dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan dalam
penelitian ini diterima. Jika semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang
tumbuh-kembang anak, yang meliputi pola pengasuhan asuh, asih dan
asah, maka reaksi Sibling Rivalry pada anak dapat ditekan seminimal
mungkin.




87
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan antara lain :
1. Bagi TK Assyifa, hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
salah satu bahan pertimbangan dalam memberikan pendidikan dengan
menanamkan pengertian pada anak betapa pentingnya kehadiran saudara
dalam keluarga sehingga anak bersikap baik terhadap kakak atau adiknya,
dengan demikian dapat menekan Sibling Rivalry pada anak tentunya
dengan memberikan pola pengasuhan asuh, asih dan asah karena sekolah
merupakan lingkungan pendidikan yang kedua bagi anak setelah keluarga.
2. Bagi STIKES Surya Global Yogyakarta, khususnya ilmu keperawatan
hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
kepustakaan dalam menambah wawasan keilmuan terutama dalam hal
pentingnya pengetahuan tentang tumbuh kembang anak dalam kaitannya
dengan reaksi Sibling Rivalry pada anak.
3. Bagi Orang tua, hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
tambahan pengetahuan dan wawasan dalam menerapkan pendidikan di
lingkungan keluarga khususnya masalah Sibling Rivalry pada anak
sehingga dengan pengetahuan tentang tumbuh kembang anak yang baik
yang meliputi pola asuh, asih dan asah, maka dapat memberi pengarahan
dan pengertian pada anak agar tidak terjadi Sibling Rivalry yang berat pada
anak karena dapat mengganggu tumbuh kembang anak.
4. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian sejenis,
hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan


88
referensi tentunya dengan memperhatikan kelemahan dan keterbatasan
penelitian ini. Misalnya melakukan penelitian dengan melibatkan variabel
lain yang berkaitan dengan intensitas reaksi Sibling Rivalry, melibatkan
variabel pengganggunya, menganalisis karakteristik responden
dihubungkan dengan reaksi Sibling Rivalry, melakukan penelitian dengan
membandingkan pada kelompok umur lainnya serta dapat menambah
jumlah responden dan lain sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, H.M (2000), Peran Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkatkan Kualitas
Tumbuh Kembang Anak, Medika 2 (26) : 104 111.

Arikunto, S., 2003, Prosedur Penelitian Suatu Pengujian Reabilitas, Edisi Revisi
V, Rineka Cipta, Jakarta.

Bakwin, Harry & Bakwin, Ruth. M. (1972). Behavior Disorder In Children, New
York: W.B Saunder Company.

Cholid, Nirmala.S. (2004). Mengenali Stres Anak Dan Reaksinya. Jakarta :
Nirmala.

Dharmawanto, R (1991), Peranan Gizi pada Tumbuh Kembang Balita, Majalah
Kedokteran Indonesia, Jakarta.

Friedman, Marilyn M.1998. Keperawatan Keluarga, Edisi 3, Jakarta, EGC.

Gibbens, J. (1947). The Care Of Children From One To Five, London : Portman
Square

Hurlock, Elizabeth.B (1998), Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.

Internet (2003). Http: /www.Indonesia Media Online Family Parenting.
Com/cetak/10/06/03/Reaksi Sibling Rivalry pada anak.

Internet, (2005) Http: /www.Pikiran Rakyat. Com/cetak/o4o3/15/0801, Html.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2002. Tumbuh Kembang Anak dan remaja
Pertama. Jakarta. Sagung Seto

Kozier, B. (1995). Fundamental Of Nursing Concepts, Process and practice and
prantice Fifth Edition, Addison Wesley Publishing Company California

Millman, Howard L & Schaefer, E. (1989). How To Help Children With Common
Problem. New York : Von Nostrandrein Hold

Mulyadi, Seto. (2000). Mengapa Mereka Cemburu. http://
google.com/siblingrivalry/indo-net, Dunia-Pemandu Internet Indonesia.
Html.

Notoatmodjo, S, (1997), Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : PT Rineka Cipta


Notoatmodjo, S (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat, edisi kedua, PT Rineka
Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.

Notoatmojo, S (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, edisi ketiga, Alfabeta,
Bandung.

Nursalam, M.Nurs (Hons), Susilaningrum, Rekawati, SST, Utami, Sri, S Kep,
(2005), Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan),
edisi pertama, Salemba Medika, Jakarta.

Priatna, Chollite & Yulia, A.(2006). Mengatasi Persaingan Saudara Kandung
Pada Anak Anak. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Riwidikdo, H. S.Kp. (2006), Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis
Data Dalam Penelitian Kesehatan, Media Cendikia Press, Jogjakarta.

Saifudin, Azwar, Drs, MA. (2008), Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

Shahriza, dkk. (2004), Kesehatan Lingkungan dan Keluarga, Kanisius, Yogyakarta.

Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soetjiningsih (2002), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Suganda, Tanuwidjaya (2002). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak Remaja, edisi
pertama, CV. Sagung Seto, Jakarta

Sugiyono, Prof.Dr. (2007), Statistika untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung.

Suherman, (2002). Perkembangan Anak, EGC, Jakarta

Suhardjo, 2005, Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Suliha, U, dkk. 2002. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC.

Wongs dan Whaley (1999). Nursing Care Of Infants and Children, Mosby. Inc
















LAMPIRAN





















HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH
KEMBANG ANAK DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY
PADA ANAK USIA TIGA SAMPAI LIMA TAHUN
DI TK ASSYIFA TANJUNG RASA KIDUL PATOK BEUSI
SUBANG JAWA BARAT
2008



KUESIONER IBU



A. IDENTITAS DIRI
1. Nama ibu : ...
2. Umur ibu :
3. Pendidikan ibu yang tertinggi (lingkari yang sesuai pendidikan terakhir
ibu)
0 : Tidak sekolah
1 : Tamat SD
2 : Tamat SLTP
3 : Tamat SLTA
4 : Tamat PT
4. Agama : .
5. Pekerjaan : ..
6. Jumlah anak : ..

B. IDENTITAS ANAK
1. Nama anak : ...
2. Umur anak :
3. Jenis kelamin :
4. Tanggal lahir :






C. PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG ANAK
Pilihlah jawaban yang menurut ibu benar dengan memberikan tanda silang
(X) pada salah satu jawaban yang tersedia.
1. Anak bertambah tinggi badannya, menurut ibu termasuk
a. Pertumbuhan
b. Perkembangan
c. Kenaikan
2. Anak menanyakan tentang acara di TV, menurut ibu termasuk..
a. Pertumbuhan
b. Perkembangan
c. Tambah kepandaian
3. Menurut ibu pentingnya mengetahui tumbuh kembang anak adalah
a. Untuk mengetahui anak mulai belajar meraih benda-benda
b. Untuk mengetahui keterlambatan dan kenaikan pada anak
c. Untuk mengetahui bakat dan minat anak
4. Peran ibu dalam perkembangan anak adalah.
a. Pengasuhan anak
b. Berprilaku baik pada anak
c. Menjadi contoh bagi anak
5. Anak mengendarai sepeda termasuk gerakan (motorik) apa
a. Halus
b. Sedang
c. Kasar
6. Anak bermain dengan teman sebayanya, menurut ibu perkembangan
dalam hal apa..
a. Perkembagan bermain
b. Perkembangan berbicara
c. Perkembangan bergaul
7. Anak menggoyangkan tangan (menari) mengikuti musik, menurut ibu
termasuk gerakan (motorik) apa.
a. Halus


b. Kasar
c. Baik
8. Anak dapat melakukan naik turun tangga biasanya terjadi pada usia.
a. 4 tahun
b. 18-24 bulan
c. 6 bulan
9. Anak usia 3-4 tahun menurut ibu gerakan motorik kasar adalah.
a. Menggambar garis lurus
b. Berjalan jinjit/pada jari kaki
c. Dapat melaksanakan perintah
10. Anak usia 3-5 tahun menurut ibu dalam perkembangan gerakan halus
contohnya..
a. Menggambar orang 3 bagian
b. Menaruh kubus
c. Mencoret-coret
11. Anak mampu bermain bola (menendang) menurut ibu dalam
perkembangan gerakan kasar biasa terjadi pada usia..
a. 2-3 tahun
b. 4-5 tahun
c. 6 tahun
12. Dalam mengasuh anak pada tahap perkembangan perlakuan ibu yang baik
adalah..
a. Menegakkan aturan yang ketat
b. Menegakkan aturan secara konsisten
c. Bersikap komando
13. Pengasuhan dalam perkembangan dengan perlakuan yang terlalu
melindungi dampaknya terhadap kepribadian..
a. Merasa aman
b. Percaya diri
c. Agresif


14. Perilaku ibu yang suka menghukum anak menyebabkan anak dalam
perkembangannya..
a. Penurut
b. Bersahabat
c. Berani
15. Pengasuhan anak dalam tahap perkembangan sebaiknya dimulai sejak
usia
a. Remaja
b. Masa kanak-kanak
c. Sejak anak dilahirkan
16. Tidak harmonisnya keluarga mempunyai pengaruh pada anak yang sangat
negatif pada tahap perkembangan anak, hal ini disebabkan oleh..
a. Kurangnya perhatian dan kasih sayang yang diberikan pada anak
b. Sikap ibu yang keras pada anak
c. Sikap ibu yang efektif
17. Menurut ibu yang terjadi pada anak usia 6-9 bulan pada tahap
perkembangan bergaul contohnya dalam hal
a. Tertawa melihat orang
b. Menangis bila didekati orang lain
c. Mengenal anggota keluarga dan takut pada orang lain
18. Anak bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya
lingkungan lain diluar keluarganya biasanya terjadi pada usia..
a. 2-3 tahun
b. 4 tahun
c. 5 tahun
19. Anak usia 3-4 tahun dapat kita lihat dalam hal apa dikeluarga.
a. Menunjukan rasa bersalah pada saudaranya
b. Menunjukan rasa sayang pada saudaranya
c. Menunjukan rasa cemburu pada saudaranya
20. Contoh perkembangan anak 3 - 4 tahun adalah..
a. Mengenal 2 3 warna


b. Melompat dan menari
c. Menggambar lingkaran
21. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang yang akan mempengaruhi
kecepatan dan kematangan tulang adalah termasuk faktor :
a. Genetik
b. Lingkungan
c. Asah
22. Peran Lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak adalah :
a. Peran perawatan penuh kasih sayang
b. Individu yang sehat
c. Tempat berlindung
23. Pengembangan kepribadian pertama kali pada anak sebaiknya dilakukan
dalam lingkungan :.
a. Keluarga
b. Sekolah
c. Masyarakat
24. Pendidikan yang baik pada anak terdapat di lingkungan :.
a. Keluarga
b. Sekolah
c. Masyarakat
25. Lingkungan keluarga yang baik adalah:.
a. kondusif
b. apatis
c. Egois
26. Yang termasuk kebutuhan asih adalah :
a. Nutrisi
b. Pakaian
c. Kasih Sayang
27. Ibu sering memaksakan kehendak diluar kemampuan anak, hal tersebut
bisa menyebabkan anak :.
a. Rendah diri


b. Mudah bergaul
c. kecewa
28. Peran ibu agar anak dapat mengatasi persoalan persoalan yang ada
adalah:.
a. Dorongan berupa langkah langkah penyelesaian
b. Memberikan kesempatan
c. Kemandirian






































CHEKLIS UNTUK
REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN

NO PERTANYAAN Sering Jarang Tidak
Pernah
1.


2



3


4


5


6



7


8


9



10



11



12


Apakah anak memukul
kakak atau adik dirumah.

Apakah anak berkelahi dengan
kakak atau adik dan teman dirumah
atau disekolah.

Apakah anak membanting pintu saat
marah

Apakah anak membentak adik atau kakak
saat marah kepada adik atau kakak

Apakah kakak atau adik mengeluarkan
kata kata yang tidak pantas saat marah

Apakah orang tua menegur ketika kakak
atau adik mengeluarkan kata kata yang
tidak pantas

Apakah anak melotot ketika marah
dengan kakak atau adik

Apakah anak menjadi pendiam setelah
bertengkar dengan kakak atau adik

Apakah kakak atau adik marah marah
atau berperilaku agresif ketika tidak
menemukan barang yang dicari

Apakah anak menjadi malas belajar
setelah bertengkar dengan kakak atau
adik

Apakah anak mencari perhatian ibu
dengan membuang barang atau mainan
bila ibu bersama kakak atau adik

Apakah anak berpura pura sakit untuk
mencari perhatian ibu bila ibu bersama
kakak atau adik



13


14


15


16


17


18



19


20


21



22

23


24


25


26


27


Apakah anak mengalah kepada kakak
atau adik

Apakah anak senang bermain dengan
kakak atau adik

Apakah ibu mengetahui persaingan anak
untuk mendapatkan perhatian

Apakah ibu membandingkan kakak atau
adik

Apakah anak terganggu dengan adanya
kakak atau adik

Apakah anak menunjukkan rasa
kecemburuan pada kakak atau adik saat
ibu membicarakan kakak atau adik

Apakah ibu lebih suka pada salah satu
anak

Apakah anak diperkenalkan oleh ibu akan
kelahiran adik

Apakah ibu memberi pengertian kepada
anak akan kehadiran adik dan peran
sebagai kakak.

Apakah ibu berlaku adil pada anak - anak

Apakah anak protes terhadap tindakan ibu
yang berlebihan

Apakah ibu mengajarkan anak untuk
bertanggung jawab kepada adiknya

Apakah ibu mendampingi anak ketika
sedang bermain dengan kakak atau adik.

Apakah Ibu mengajak diskusi kakak/adik


Apakah ibu memberikan kesempatan
pada anak untuk berpendapat



28


29
Apakah ibu memberikan toleransi sanksi
pada anak

Apakah ibu memberi sanksi kepada anak
sesuai dengan kesalahannya


Pengantar Kuesioner Pengumpulan Data Dalam Rangka Penyusunan Skripsi
Program Sarjana Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global
Yogyakarta 2008


Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Dengan hormat,
Dengan ini saya,
Nama : Cipta Ary Nugraha
Nim : 04.03.0059
Pendidikan : Mahasiswa semester XI
Alamat : Rembang, Jawa Tengah

Dalam rangka menyusun skripsi yang berjudul "Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Anak Dengan Reaksi Sibling
Rivalry Pada Anak Usia 3 5 Tahun Di Tk Assyifa Tanjung Rasa Kidul Patok
Beusi Subang Jawa Barat tahun 2008" dengan hormat mengaharapkan kesediaan
ibu ibu untuk menjadi responden penelitian dengan mengisi sejumlah
pertanyaan yang terlampir sejujur jujurnya sesuai dengan keadaan diri
sebenarnya, ikhlas dan tanpa prasangka. Jawaban yang diberikan hanya bertujuan
kepentingan ilmu pengetahuan tanpa ada maksud lain.
Atas kerjasama dan partisipasi ibu ibu, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.






(Cipta Ary Nugraha)






Surat Persetujuan Menjadi Responden Dalam Pengisian Kuesioner



Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Umur :
Alamat :


Menyatakan bersedia dengan sukarela menjadi responden dan menjawab
pertanyaan dengan sejujur jujurnya pada penelitian yang dilakukan oleh Cipta
Ary Nugraha yang berjudul "Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Tumbuh Kembang Anak Dengan Reaksi Sibling Rivalry Pada Anak Usia 3 5
Tahun Di TK Assyifa Tanjung Rasa Kidul Patok Beusi Subang Jawa Barat tahun
2008" Demikian surat ini pernyataan ini saya buat sebenar benarnya tanpa
pakasaan dari pihak manapun.





Responden


()

You might also like