You are on page 1of 9

1 3

Bab

BUDAYA POLITIK

Tujuan Instruksional a. Menjelaskan Pengertian b. Menyebutkan Btk. Bud. Politik c. Menguraikan Tipe bud. Politik di Indonesia

Pokok Bahasan Budaya Politik I.Bahan Bacaan ( Budaya Politik) a. Kantaprawira Rusadi, Dr, 2004, Sistem Politik Indonesia, suatu model pengantar, Sinar Baru Algensindo, Bandung. b. Rahman. A, Syahrial, MA, Dkk, 2000, Sosiologi dan Politik, Ghalia Indonesia, Jakarta. c. Masoed Mohtar dan Andrew Mac Colin, 2000, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. II.Pertanyaan Kunci a. Menjelaskan Pengertian b. Menyebutkan Btk. Bud. Politik c. Menguraikan Tipe bud. Politik di Indonesia III. Tugas

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. Abdurachman M.Si SISTEM POLITIK INDONESIA

A. PENGERTIAN DAN DEFINISI Budaya politik merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat, dengan ciri-ciri yang lebih khas.. Istilah budaya politik meliputi maslah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijaksanaan pemerintah, kegitan partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasan yang memerintah. Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial, kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Maka budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat. Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat, namun setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti antara masyarakat umum dengan para elitnya. Seperti juga di Indonesia menurut Benedict R. OG Anderson bahwa kebudayaan Indonesia cenderung membagi secara tajam antara kelompok elite dengan kelompok massa. Menurt Almond dan powell berpendapat bahwa budaya politik merupakan dimensi psikologi dari sistem politik, yang mana budaya politik bersumber dari perilaku lahiriah dari mansuia yang bersumber pada penalaran-penalaran yang sadar. Konsep budaya politik adalah terdiri dari sikap, keyakinan, nilai-nilai dan keterampilan yang sedang berlaku bagi seluruh anggota masyarakat, termasuk pada kebiasaan yang hidup dalam masyarakat. Pembahasan mengenai budaya politik (political culture) seharusnya bersamaan dengan struktur politik (political structure) karen berhubungan dengan fungsi konversi (conversation functions) dan kapabilitas (capabilities) sistem. Maksud pembahasan tentang budaya politik adalah mengenal atribut atau ciri pokok untuk menguji fenomena politik kontemporer berupa : proses politik dan proses perkembangan/perubahan (change), dan bahkan mutasi (mutation) sosial. Beberapa definisi budaya politik dapat kita lihat sebagai berikut: a. Budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh anggota suatu sistem politik. b. Roy Macridis : Budaya politik sebagai tujuan bersama dan peraturan yang harus diterima bersama. c. Samuel Beer : Budaya politik sebagai salah satu konsep dari empat variabel penting dalam analisa politik menyangkut di dalamnya nilai-nilai keyakinan, sikap dan emosi tentang bagaimana pemerintahan harus dilaksanakan dan tentang apa yang harus dilakukan pemerintah. d. Robet Dahl : Kebudayaan politik sebagai salah satu faktor yang menjelaskan pola-pola yang berbeda mengenai pertentangan politik. Unsur budaya politik yang penting menurut Dahl adalah : orientasi pemecahan masalah, apakah pragmatis atau rasionalistis. Orientasi terhadap aksi bersama apakah mereka bersifat kerjasama atau tidak (ko-operative atau non ko-operative). Orientasi terhadap sistem politik, apakah mereka setia atau tidak. Orientasi terhadap
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

orang lain, apakah mereka dipercaya atau tidak. e. Lucian Pye melihat budaya politik terlebih pada aspek perkembangan politik di negara berkembang, dengan indikator pokok menyangkut wawasan politik, bagaimana hubungan antara tujuan, dan cara standar untuk penilaian aksi-aksi politik serta nilai-nilai yang menonjol bagi aksi politik. f. Finer : lebih menekankan pada aspek legitimasi peraturan-peraturan, lembaga politik serta prosedur. g. Budaya politik adalah aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri idee, pengetahuan, adat istiadat, tahayul dan mitos. Kesemuanya dikenal dan diakui oleh sebagaian besar masyarakat. Budaya politik tersebut memberikan rasional untuk menolak atau menerima nilai-nilai dan norma lain. h. Budaya politik dapat dilihat dari aspek doktrin dan aspek generiknya. Yang pertama menenkankan pada isi atau materi, seperti sosialisme, demokrasi atau nasionalisme. Yang kedua aspek generik yang menganalisa bentuk, peranan, dan ciri-ciri budaya politik, seperti militan, utopis, terbuka atau tertutup. i. Hakekat dan ciri budaya politik yang menyangkut masalah nilai-nilai adalah prinsip yang dasar melandasai suatu pandanagan hidup yang berhuibungan dengan masalah tujuan. j. Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma, yaitu sikap terbuka dan tertutup, tingkat militansi seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan masyarakat. Pola kepemimpinan (konformitas atau mendorong inisiatif kebebasan), sikap terhadap mobilitas (mempertahankan status quo atau mendorong mobilitas, prioritas kebijaksanaan ( menekankan ekonomi atau politik) Istilah budaya politik selalu inherent pada setiap masyarakat yang terdiri dari sejumlah individu yang hidup dalam sistem politik tradisional, transnasional, maupun modern. Untuk tujuan pembelajaran ini kita dapat menganggap budaya politik sebagai hal yang berhubungan dengan lingkungan perasaan dan sikap dimana sistem politik itu berlangsung yang termasuk di dalamnya faktor tradisi, kenangan sejarah, motif, norma perasaan, dan simbol, atau secara lebih tegas sebagaimana yang digambarkan Almond dan Verba menyangkut aspek : a. Orientasi Kognitif : pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik, peranan dan segala kewajibannya serta input, dan outputnya. b. Orientasi Afektif : kecenderungan emosi dan perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para aktor dan penampilannya. c. Orientasi Evaluatif : pertimbangan terhadap sistem politik menyangkut keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. Oleh karena itu istilah kebudayaan politik adalah bagian dari kebudayaan suatu masyarakat. Dalam kedudukannya sebagai sub kultur, kebudayaan politik dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat secara umum. Kebudayaan politik menjadi penting untuk dipelajari karena ada dua alasan :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

Pertama : sikap warga negara terhadap orientasi politik yang menentukan pelaksanaan sistem politik. Sikap dan orientasi politik sangat mempengaruhi bermacam-macam tuntutan, hal yang diminta, cara tuntutan itu diutarakan, respon dan dukungan terhadap golongan elit politik, respons dan dukungan terhadap regim yang berkuasa. Kedua : dengan mengerti sifat dan hubungan antara kebudayaan politik dan pelaksanaan sistemnya, kita akan lebih dapat menghargai cara-cara yang lebih membawa perubahan sehingga sistem politik lebih demokratis dan stabil. Persepsi dan pemahaman soal budaya politik sering diberi arti sebagai peradaban politik (political civilization) yang digandeng dengan prestasi dalam bidang peradaban dan teknologi. Oleh karena itu budaya politik merupakan persepsi manusia, pola sikapnya terhadap berbagai masalah politik dan peristiwa politik terbawa pula ke dalam pembentukan struktur dan proses kegiatan politik masyarakat maupun pemerintah. Karena itu sistem politik itu merupakan interrelasi antara manusia yang menyangkut soal kekuasaan aturan dan wewenang. Hubungan budaya politik dan perilaku politik (political behavior), Robert K Carr merumuskan bahwa perilaku politik adalah suatu telaahan mengenai tindakan manusia dalam situasi politik. Situasi politik sendiri sangat luas cakupannya antara lain respons emosional berupa dukungan atau tuntutan (supply or demand) maupun sikap apatis terhadap pemerintah dan kebijakan publik dan lain-lain. Tindakan dan pola perilaku indivisu sangat ditentukan oleh pola orientasi umum (common orientation patterns) yang nampak secara jelas sebagai cerminan budaya politik. Dengan demikian cerminan budaya politik merupakan alat pembentuk konsep (conceptual tool) yang sangat berharga, yang dapat menghubungkan atau mempertemukan telaahan tentang individu dalam lingkungan politik dengan sistem politik sebagai kesatuan.
2. Bentuk-Bentuk Budaya Politik

Tipe Budaya Politik 1. Budaya Politik Parokial (parochial political culture) : Menyangkut budaya yang terbatas pada wilayah atau lingkup yang kecil, sempit misalnya yang bersifat provincial. Karena wilayah yang terbatas acapkali pelaku politik sering memainkan perannya seiring dengan peranan ekonomi, keagamaan, dan lain-lain. Karena terbatasnya diferensiasi, maka tidak terdapat peranan politik yang bersifat khas dan berdiri sendiri. Yang menonjol dalam budaya politik perochial adalah kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan/kekuasaan politik dalam masyarakat. 2. Budaya Politik Kaula/subyek : anggota masyarakat mempunyai minat perhatian, mungkin juga kesadaran terhadap sistem sebagai keseluruhan terutama pada aspek outputnya. Kesadaran masyarakat sebagai aktor dalam politik untuk memberikan input politik boleh dikatakan nol. Posisi sebagai kaula merupakan posisi yang pasif dan lemah. Mereka menganggap dirinya tidak berdaya

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

mempengaruhi atau mengubah sistem dan oleh karena itu menyerah saja pada kepada segala kebijakan dan keputusan para pemegang jabatan. Sikap masyarakat pada umumnya menerima saja sistem itu, bersifat patuh (obedient), dan loyal. Tetapi sikap anggota masyarakat yang pasif bukan berarti secara potensial harus diabaikan. 3. Budaya Politik Partisan : anggota masyarakat memiliki kesadaran secara utuh bahwa mereka adalah aktor politik. Oleh karena masyarakat dalam budaya politik partisan dapat menilai dengan penuh kesadaran baik sistem sebagai totalitas, input dan output maupun posisi dirinya sendiri. Masyarakat dalam budaya ini memiliki sikap yang kritis untuk memberikan penilaian terhadap sistem politik dan hampir kepada semua aspek kekuasaan. 4. Budaya Politik campuran (mixed political cultures) yaitu gabungan karakteristik tipe-tipe kebudayaan politik yang murni yang diuraikan di atas. 3. Budaya Politik Indonesia Penelaahan terhadap politik di Indonesia harus memperhatikan peranan budaya politik karena ternyata mempunyai refleksi pada pelembagaan politik dan bahkan pada proses politik. Dengan demikian pembangunan politik Indonesia dapat pula diukur berdasarkan keseimbangan atau harmoni yang dicapai antara lain oleh budaya politik dengan pelembagaan politik yang ada atau yang akan ada. Konstalasi tentang budaya politik di Indonesia dapat ditelaah melalui beberapa variable : a. Konfigurasi sub kultur di Indonesia. Fenomena pluralisme di Indonesia di satu pihak menjadi mozaid dan keindahan tetapi dilain pihak menjadi sumber konflik. Oleh karenanya upaya nation building melalui character building harus menjadi pilihan. b. Budaya politik Indonesia yang bersifat parochial kaula di satu pihak dan budaya politik partisan dipihak lain, disatu pihak massa masih ketinggalan dalam menggunakan hak dan dalam memikul tanggung jawab politiknya yang disebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme, ikatan primordial, sedangkan dilain pihak kaum elitnya dan sekelompok massa lain sunggung-sungguh merupakan partisan yang aktif yang kira-kira disebabkan oleh pendidikan. Jadi jelas terlihat bahwa kebudayaan politik Indonesia merupakan mixed political culture yang diwarnai oleh besarnya pengaruh kebudayaan parochial kaula. c. Sifat ikatan primordial yang masih kuat berakar yang dikenal melalui indikatornya berupa sentiment kedaerahan, kesukuan, keagamaan, perbedaan pendekatan terhadap keagamaan tertentu : puritanisme dan non puritanisme. Fenomena ini masih kuat terlihat dalam gerakan kaum elite untuk mengeksploitasi masyarakat dengan menyentuh langsung pada sub kultur tertentu dengan tujuan rekrutmen politik. d. Kecenderungan budaya politik Indonesia yang masih diwarnai dengan sikap paternalisme dan sifat patrimonial; sebagai indikatornya : bapakisme, asal bapak senang dan lain-lain. Di Indonesia budaya politik tipe parochial kaula
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

lebih mempunyai keselarasan untuk tumbuh dengan persepsi masyarakat terhadap obyek politik yang menyadarkan atau merindukan diri pada proses output dari penguasa. e. Dilema interaksi tentang introduksi modernisasi (dengan segala konsekuensinya) dengan pola-pola yang telah lama berakar sebagai tradisi dalam masyarakat. Yang menjadi persoalan adalah apakah pelembagaan dalam sistem politik Indonesia sudah siap menampung proses pertukaran (interchange) kedua variable ini. Budaya politik dengan kecenderungan miltan dan toleransi. Sistem ekonomi dengan teknologi yang kompleks menuntut kerjasama yang luas untuk memperpadukan modal dan keterampilan. Jiwa kerjasama dapat diukur dari sikap orang terhadap orang lain. Lebih banyak sikap tolerasi atau sifat militan. Jika pernyatan umum dari pimpinan masyarakat bernada sangat militan, maka hal itu dapat menciptakan ketegangan dan menumbuhkan konflik. Kesemuanya itu menutup jalan bagi pertumbuhan kerjasama. Pernyataan yang jiwa tolerasi hampir selalu mengundang kerja sama. Ciri-ciri kecendrungan militansi adalah perbedaan tidak dipandang sebagai usaha m,encari alternatih yang terbaik, tetapi dipandang sebagi usaha jahat dan menantang, bila terjadi kriris maka yang di cari adalah kambing hitamnya, bukan disebabkan oleh peraturan yang salah dan masalah yang mempribadi selalu sensitif dan membakar emosi. Sedangkan ciri-ciri kecenderungan toleransi, adalah pemikiran berpusat pada maslah atau idee yang harus dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar yang mana selalu membuka pintu untuk bekerja sama. Sikap netral atau krisis terhadap idee orang, tetapi bukan curiga terhadap orang. Sikap terhadap tradisi dan perubahan. Buadaya politik yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah lagi. Usaha yang diperluakan adalah intensifikasi dari kepercayaan, bukan kebaikan. Pola pikir demikian hanya memberikan perhatian apa yang selaras dengan mentalnya dan menolak atau menyerang hal-hal yang baru atau yang berlaianan, atau bertentangan. Budaya politik yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis terhadap tradisi, malah hanya berusaha memelihara kemurnian tradisi. Maka tradisi selalu dipertahankannya dengan segala kebaikan dan keburukan. Maka kesetiaan yang absolut terhadap tradisi tidak memungkinkan pertumbuhan unsur baru. Struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan sedia menerima apa saja yang dianggap berharga. Ia dapat melepaskan ikatan tradisi, kritis terhadap diri sendiri dan malah bersedia menilai kembali tradisi berdasarkan perkembangan masa kini. Tipe absolut dari budaya politik sering menganggap perubahan sebagai suatu yang membahayakan. Tiap perkembangan baru di anggap sebagai suatu
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

tantangan yang berbahaya yang harus dikendalikan. Perubahan dianggap sebagai penyimpangan. Tipe akomodatif dari budaya politik melihat perubahan hanya sebagai salah satu masalah untuk dipikirkan, maka perubahan mendorong usaha perbaikan dan pemecahan yang lebih sempurna. Pola kepemimpinan menuntut konformitas atau mendorong aktivitas. Di negara berkembang pemerintah diharapkan makin besar peranannya dalam pembangunan di segala bidang. Dari sudut penguasa, konformitas menyangkut tuntutan atau harapan akan dukungan dari rakyat. Modifikasi atau konpromi tidak diharapkan apalagi kritik. Apalagi pemimpin itu merasa dirinya penting, maka dia menuntut rakyat menunjukan kesetiaannya yang tinggi. Akan tetapi ada pula elite yang menyadari inisiatif rakyat yang menentukan tingkat pembangunan, maka elite itu sedang mengembangkan pola kepemimpinan inisiatif rakyat dengan tidak mengekang kebebasan. Suatu pemerintahan yamg kuat dengan disertai kepasifan yang kuat dari rakyat , biasanya mempunyai budaya politik bersifat agama politik , yaitu politik dikembangkan berdasarka ciri-ciri agama yang cendrung mengatur secara katat setiap anggota masyarakat . Budaya tersebut merupakan usaha percampuran politik dengan ciri-ciri keagamaan yang dominan dalam masyarakat tradisional dinegara baru berkembang . Menurut David Apter memberi gambaran tentang kondisi politik yang menimbulkan suatu agama politik disuatu masyarakat , yaitu kondisi politik yang terlalu sentralistis dengan peranan birokrasi atau militer yang terlalu kuat . Budaya politik para elit berdasarkan budaya politik agama tersebut dapat mendorong atau menghambat pembangunan karena masa rakyat harus menyesuaikan diri pada kebijaksanaan para elit politik . Berdasarkan sikap, nilai-nilai, informasi dan kecakapan politik yang dimiliki kita dapat digolongankan orientasi-oriesntasi warga negara terhadap kehidupan polititik dan pemerintahannya. Orang yang melibatkan diri dalam kegiatan politik, sekurangnya dalam perberian suara (voting) dan mencari informasi tentang kehidupan politik dapat dinamakan dengan budaya politik partisipan, sedangkan secara pasif patuh kepada pemerintah dan undang-undang dengan tidak ikut pemilu disebut budaya politik subyek. Golongan ketiga adalah orang-orang yang sama sekali tidak menyadari adanya pemerintahan dan politik disebut budaya politik parokial. Berdasarkan penggolongan diatas terdapat tiga model dalam kebudayaan politik. Pertama, masyarakat demokratik industrial dengan jumlah partisipan mencapai 4060% dari penduduk dewasa. Dalam sistem ini cukup banyak aktivis politik untuk menjamin adanya kompetisi partai-partai politik dan kehadiaran pemberian suara yang besar. Kedua, model sistem otoriter, disini jumlah industrial dan modrnis sebagian kecil, meskipun terdapat organisasi politik dan partisipan politik seperti mahasiswa, kaum intelektual dengan tindakan persuasif menentang sistem yang
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

ada, tetapi sebagian besar jumlah rakyat hanya menjadi subyek yang pasif. Model Ketiga adalah sistem demokratis pra-industrial, dalam hanya terdapat sedikit sekali partisipan dan sedikit pula keterlibatannya kepada pemerintahan.

Kasus Budaya Politik :

Budaya Kultural Luntur dan Mengalami Degradasi


Padahal, Merupakan Identitas dan Aset Bangsa

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

Budaya kultural bangsa Indonesia secara lambat laun terus luntur, sekaligus mengalami degradasi. Padahal, di samping merupakan identitas suatu bangsa, budaya kultural juga merupakan aset yang harus dipertahankan dan terus dikembangkan. "Bahkan kekayaan budaya yang kita miliki merupakan aset bangsa dalam menunjang dunia kepariwisataan, seperti halnya negara-negara Asia lainnya. Namun sangat disayangkan justru sebaliknya generasi di kita malah semakin melupakan, dan hal ini pada akhirnya menimbulkan degradasi budaya," ujar mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, I Gde Ardika, dalam acara diskusi Budaya dan Pariwisata di Aula Barat ITB, Jalan Ganesha, Sabtu (12/2). Menurut Ardika, lunturnya budaya kultur bangsa yang tengah terjadi merupakan salah satu penyebab merosotnya dunia kepariwisataan di Indonesia. Kecenderungan yang terjadi saat ini, masyarakat lebih mementingkan kepentingan ekonomi hingga menyisihkan serta mengesampingkan kepentingan lainnya. Misalnya, keberadaan budaya. Hal lain yang juga luput dari perhatian pemerintah maupun masyarakat umumnya, adalah keberadaan alam sekitar. "Padahal, kebudayaan maupun alam merupakan modal utama dunia kepariwisataan," tegas Ardika. Kondisi itu semakin diperparah dengan para pelaku pariwisata yang tidak lagi menghormati alam dan budaya, sebagai sumber penting dalam kepariwisataan di Indonesia. "Mereka justru merusak alam dan budaya, yang berarti membunuh dunia kepariwisataan," ujarnya. Gelandangan kultural Hal senada dikatakan Deputi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Bidang Seni dan Film, Sri Hartanto. Menurutnya, bangsa Indonesia adalah bangsa gelandangan kultural karena telah banyak melupakan budaya lokal tradisional Indonesia. Menurut pandangan Sri Hartanto, hal itu disebabkan masyarakat Indonesia lebih senang dan mempelajari budaya baru (budaya barat-red.) dan melupakan budaya tradisionalnya masing-masing. "Namun sayang, yang dipelajari dari budaya barat itu hanya kulit luarnya. Akibatnya, budaya lokal makin tersingkirkan dan hilang secara perlahan," ujarnya. Padahal, lanjutnya, mempelajari budaya baik lokal maupun internasional harus secara mendalam dan tidak hanya kulit luarnya. Sebab bila hal itu terus terjadi maka bangsa Indonesia tidak akan pernah mengalami kemajuan. Untuk mengantisipasi hilangnya budaya tradisional Indonesia, menurut Sri Hartanto, pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tengah menggalakkan internalisasi nilai-nilai budaya luhur bangsa ke seluruh lapisan masyarakat. Dimulai dari kalangan masyarakat menengah ke bawah sampai masyarakat menengah ke atas. "Kita mulai dari dunia pendidikan dan pelaku wisata terlebih dahulu, yang kemudian disusul sampai ke seluruh lapisan masyarakat," katanya. Selain itu, upaya lainnya adalah pelestarian budaya tradisional di setiap daerah serta seleksi ketat budaya tradisional yang akan melakukan pementasan seni budaya di luar negeri. "Kita tidak mau mementaskan seni budaya Indonesia ke luar negeri yang belum benar-benar siap. Takut memengaruhi dan merugikan perkembangan seni budaya tradisi di negeri sendiri," tambah Sri Hartanto. (A-87)***

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. A. Rachman MM SISTEM POLITIK INDONESIA

You might also like