You are on page 1of 86

PENGARUH AKREDITASI SEKOLAH DAN PERSEPSI GURU MENGENAI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Akuntansi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Slamet Umi Nur Barokah 3364000020

JURUSAN EKONOMI FAKULTAS ILMU SOSIAL 2005

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada : Hari Tanggal : Rabu : 28 Desember 2005

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. H. Achmad Slamet, M.Si NIP. 131570080

M. Khafid, S.Pd, M.Si NIP. 132243641

Mengetahui Ketua Jurusan Ekonomi

Drs. Kusmuriyanto, M.Si NIP. 131404309

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan didepan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada: Hari Tanggal : Rabu : 22 Februari 2006

Penguji Skripsi

Drs. Sugiharto, M.Si NIP. 131286682

Anggota I

Anggota II

Dr. H. Achmad Slamet, M.Si NIP. 131570080

M. Khafid, S.Pd, M.Si NIP. 132243641

Mengatahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES

Drs. Sunardi, MM NIP. 130367998

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 10 Oktober 2005

Slamet Umi Nur Barokah NIM. 3364000020

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO 1. Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar (QS. Al Baqarah : 153) 2. Kemampuan menyikapi kesulitan dengan benar adalah awal untuk mendapatkan kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS. Al Insyroh : 6)

Karya ini kupersembahkan kepada : 1. Ibu dan Bapak tercinta yang senantiasa mendoakanku 2. Kakak dan Adekku tersayang 3. Aan Yoga yang selalu menyayangi dan mendukungku. 4. Almamaterku, Universitas Negeri Semarang

PRAKATA

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi (studi kasus di SMA se-Kabupaten Banjarnegara). Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. H. A.T. Soegito, SH. MM Rektor Universitas Negeri Semarang 2. Drs.Sunardi, MM selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial 3. Drs. Kusmuryanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi 4. Dr. H. Achmad Slamet, M.Si. Selaku pembimbing I yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, bantuan, dan dorongan dalam penulisan skripsi ini 5. M. Khafid, S.Pd, M.Si. Selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, bantuan, dan dorongan dalam penulisan skripsi ini 6. Drs. Subur dan seluruh staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara yang telah memberikan bantuan baik waktu, tenaga dan informasi demi terselesaikannya skripsi ini. 7. Bapak/Ibu guru mata pelajaran ekonomi di SMA se-Kabupaten Banjarnegara yang bersedia mengisi angket mengenai kegiatan supervisi kepala sekolah.

8. Ibu dan Bapak, kakak dan adik-adikku tersayang, Aan Yoga W, dan semua keluarga besar ibu dan bapak yang telah memberi motivasi sehingga terselesaikanya skripsi ini. 9. Sahabat-sahabatku Arti, Rina, Kamti, Yani, Mona, Fatur, dan teman-teman kost laras atas bantuan dan supportnya. 10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis tidak akan melupakan jasa baik dan semoga Allah SWT membalas amal dan budi baiknya dengan balasan yang setimpal. Mudah-mudahan apa yang penulis tuangkan dalam skripsi ini dapat menambah informasi dan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 10 Oktober 2005

Penilis

SARI Slamet Umi Nur Barokah. 2005. Pengaruh Akreditasi Sekolah dan Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Dr. H. Achmad Slamet, M.Si, M. Khafid, S.Pd, M.Si. Kata Kunci : Akreditasi Sekolah, Supervisi Kepala Sekolah, Prestasi Belajar. Prestasi belajar mata pelajaran ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah. Dengan peringkat akreditasi yang baik dan supervisi kepala sekolah yang baik diharapkan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi akan semakin baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis mengenai tingkat pengaruh akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi baik secara parsial maupun simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah SMA se-Kabupaten Banjarnegara yang sudah diakreditasi dengan ukuran populasi sebesar 7 sekolah. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah akreditasi sekolah(X1), persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah (X2) dan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi (Y). Metode pengumpulan data dengan menggunakan angket dan dokumentasi, Metode analisis data yang digunakan dengan analisis deskripstif, analisis regresi sederhana, dan analisis regresi ganda. Berdasarkan hasil penelitian, besarnya pengaruh akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi sebesar 94% dengan koefisien korelasi sebesar 0,968, besarnya pengaruh persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi sebesar 47% dengan koefisien korelasi sebesar 0,467, selanjutnya besarnya pengaruh akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi sebesar 95%. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi baik secara parsial maupun simultan. Disarankan agar sekolah yang memperoleh peringkat akreditasi B berusaha untuk memperoleh peringkat akreditasi A, dan kepala sekolah diharapkan selalu meningkatkan kegiatan supervisinya dengan melaksanakan kegiatan supervisi sesuai dengan jadwal yang sudah tersusun, merumuskan tujuan supervisi dengan jelas, menyusun format observasi, berunding dan bekerjasama dengan guru, mengamati guru mengajar dan menyimpulkan hasil supervisi kunjungan kelas secara musyawarah.

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ....i PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ....ii PENGESAHAN KELULUSAN. ..................................................................... ....iii PERNYATAAN .............................................................................................. ....iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. ....v PRAKATA..... ................................................................................................. ....vi SARI .............. ................................................................................................. ....viii DAFTAR ISI . ................................................................................................. ....ix DAFTAR TABEL ........................................................................................... ....xii DAFTAR GAMBAR. ...................................................................................... ....xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ....xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . ....................................................................... ....1 1.2 Perumusan Masalah . ............................................................... .... 4 1.3 Tujuan Penelitian . ................................................................... ....5 1.4 Kegunaan Penelitian . .............................................................. ....5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi. ............................... ....6 2.2 Akreditasi Sekolah. .................................................................. ....6 2.2.1. Konsep Dasar Akreditasi Sekolah................................ ....6

2.2.2. Tujuan dan Manfaat Akreditasi sekolah ...................... ....11 2.2.3. Prinsip-prinsip Dasar Akreditasi sekolah .................... ....15 2.3 Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah ............... ....17 2.3.1. Persepsi. ....................................................................... ....17 2.3.2. Hakikat Supervisi. ........................................................ ....21 2.3.3. Fungsi dan Tujuan supervisi ........................................ ....24 2.3.4. Proses dan Teknik supervisi......................................... ....27 2.3.5. Tipe-tipe Supervisi ....................................................... ....30 2.3.6. Supervisi Kunjungan Kelas.......................................... ....33 2.4 Kerangka Berfikir ................................................................... ....39 2.5 Hipotesis .................................................................................. ....42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi ................................................................................... ....43 3.2 Operasional Variabel Penelitian .............................................. ....43 3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................... ....46 3.4 Validitas dan reliabilitas .......................................................... ....46 3.5 Metode Analisis Data .............................................................. ....48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh akreditasi Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi ................................................................. ....55 4.2 Pengaruh Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi................... ...58

4.3 Pengaruh akreditasi Sekolah dan Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi.........................................................................................66 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ................................................................................ ....69 5.2 Saran ...................................................................................... ....70 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ....71 LAMPIRAN ..................................................................................................

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Nilai rata-rata ujian nasional mata pelajaran ekonomi....................... .....2 Tabel 2. Variabel penelitian ............................................................................. .... 45 Tabel 3. Hasil analisis data regresi mengenai pengaruh akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi ........................... ....55 Tabel 4. Peringkat akreditasi sekolah ............................................................. ....57 Tabel 5. Hasil analisis data regresi mengenai pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar ekonomi ................................................... ....58 Tabel 6. Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam merencanakan supervisi ............................................................................................ .... 60 Tabel 7. Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam merumuskan tujuan supervisi ............................................................................................ ... 61 Tabel 8. Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam merumuskan prosedur supervisi ............................................................................ .... 61 Tabel 9. Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam menyusun format observasi ........................................................................................... .... 62 Tabel 10.Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam berunding dan bekerjasama dengan guru.................................................................. ....62 Tabel l1.Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam mengamati guru mengajar. Tabel 12. Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam menyimpulkan hasil supervisi .................................................................................. ....64 63

Tabel 13. Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam mengkonfirmasi hasil supervisi untuk keperluan pengambilan langkah tindak lanjut ...65 Tabel 14. Hasil analisis data mengenai pengaruh akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi............................................................................................. ...66

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Paradigma Penelitian............................................................................41

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Data peringkat akreditasi sekolah dan prestasi belajar siswa di SMA se-Kabupaten Banjarnegara

Lampiran 2

Data angket persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah di SMA se-Kabupaten Banjarnegara

Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9

Analisis validitas dan reliabilitas tingkat kepentingan Analisis validitas dan reliabilitas tingkat kinerja Hasil Uji wilcoxon sighned rank test Analisis regresi antara X1 dengan Y Analisis regresi antara X2 dengan Y Analisis regresi antara X1 dan X2 terhadap Y Kuesioner penelitian

Lampiran 10 Surat ijin penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, dibutuhkan adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Hal ini karena jumlah penduduk yang semakin besar dan persaingan semakin ketat. Oleh karena itu dunia pendidikan dituntut untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan dan dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berprestasi tinggi. Upaya peningkatan kualitas pendidikan secara nasional merupakan salah satu agenda yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Upaya ini diarahkan agar setiap lembaga pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan kualitas kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau masyarakat yakni suatu jaminan bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi dan sesuai pula dengan harapan mereka. Apabila setiap lembaga penyelenggara pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan kualitas dan upaya ini dilakukan secara terus menerus, maka diharapkan mutu pendidikan secara nasional akan terus meningkat. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah salah satunya ditunjukan dengan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Salah satu fenomena yang terjadi di Kabupaten Banjarnegara, bahwa pencapaian prestasi belajar siswa yang ditunjukan dalam perolehan Nilai Ujian Nasional dalam 3 tahun terakhir mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat dalam tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2001/2002 2002/2003 2003/2004 Nilai Rata-rata 5,56 5,13 4, 73

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banjarnegara

Dari tabel 1 di atas dapat digambarkan bahwa pencapaian prestasi belajar siswa belum sesuai dengan harapan masyarakat dan hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus baik dari pihak sekolah maupun pemerintah. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan menurut Syafaruddin (2002:14) antara lain kurikulum, sumber daya ketenagaan, sarana dan fasilitas, manajemen sekolah, pembiayaan pendidikan dan kepemimpinan merupakan faktor yang perlu dicermati. Akreditasi sekolah termasuk dalam manajemen sekolah. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah mengeluarkan keputusan Nasional Menteri Pendidikan

Nomor 087/U/2002 tentang Akreditasi Sekolah. Dalam keputusan

tersebut dengan tegas menunjuk seluruh sekolah agar diakreditasi, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Sebelumnya Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 020/Kep/1983, menyebutkan bahwa akreditasi hanya untuk sekolah swasta. Akreditasi sekolah adalah suatu kegiatan penilaian

kelayakan dan kinerja suatu sekolah berdasarkan kriteria (standar) yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh badan diwujudkan dalam bentuk akreditasi sekolah yang hasilnya

pengakuan peringkat kelayakan. Adapun tujuan

akreditasi sekolah adalah

sesuai dengan keputusan Mendiknas

Nomor 087/U/2002

1. Memperoleh gambaran kinerja sekolah yang dapat digunakan sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan. 2. Menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan. Dengan adanya akreditasi sekolah diharapkan kualitas sekolah juga akan semakin baik, dan sekolah yang berkualitas akan menghasilkan lulusan yang baik dan memiliki prestasi belajar yang tinggi. Di Kabupaten Banjarnegara sudah ada 7 Sekolah Menengah Atas yang diakreditasi, dan hasil yang diperoleh cukup memuaskan dengan peringkat akreditasi A dan B. Selain akreditasi sekolah, supervisi kepala sekolah juga berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Kepala sekolah yang merencanakan dan melaksanakan program supervisi secara rutin sudah tentu akan berdampak positif bagi pengembangan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kepala sekolah sebagai supervisor dituntut untuk mampu bertindak sebagai peneliti, dalam arti dapat mengumpulkan data yang akurat tentang proses belajar mengajar, menganalisisnya dan selanjutnya tersebut dapat dilakukan misalnya dengan menarik kesimpulan. Peranan kegiatan observasi kelas secara

terencana, menjadi pendengar yang baik mengenai berbagai masalah yang disampaikan oleh guru kepadanya, dan berusaha untuk mengikuti perkembangan isu dalam bidang pendidikan dan pengajaran khususnya mengenai proses

belajar mengajar. Jadi secara teori akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan konteks di atas dapat dikemukakan bahwa dengan pencapaian peringkat akreditasi yang baik ternyata prestasi belajar yang diperolah siswa dalam ujian nasional belum tentu baik. Hal tersebut memotivasi peneliti untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu konsep mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, ke depan diharapkan siswa-siswa Sekolah Menengah Atas dapat mencapai prestasi belajar yang semakin baik.

1.2. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Sejauhmana pengaruh akreditasi sekolah terhadap pelajaran ekonomi? 2. Sejauhmana pengaruh persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi? 3. Sejauhmana pengaruh akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi? prestasi belajar mata

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan kenyataan yang terjadi, penelitian ini memiliki tujuan pengaruh: 1. Akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi. 2. Persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi. 3. Akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah ingin mendiskripsikan dan manganalisis mengenai tingkat

terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi.

1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi

penelitian sejenis maupun sebagai salah satu bahan pustaka dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkenaan dengan

akreditasi sekolah, persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah dan prestasi belajar. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat evaluasi bagi kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dalam meningkatkan prestasi belajar khususnya mata pelajaran ekonomi.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang

diperoleh dari kegiatan pemebelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi belajar mata pelajaran ekonomi yang diperoleh siswa yang ditunjukan dalam Nilai Ujian Nasional.

2.2. Akreditasi Sekolah 2.2.1. Konsep Dasar Akreditasi Sekolah Akreditasi sekolah, baik terhadap hasil dilakukan sebagai bentuk maupun upayanya, perlu

akuntabilitas kepada publik. Akreditasi sekolah atau lembaga independen yang kompeten untuk

dilakukan oleh pemerintah

menentukan kelayakan suatu sekolah dalam rangka penjaminan mutu kepada publik. Penentuan kelayakan suatu sekolah didasarkan atas hasil akreditasi Badan Akreditasi Sekolah (BAS).

Akreditasi sekolah adalah kinerja suatu sekolah

suatu kegiatan

penilaian kelayakan

dan

berdasarkan kriteria (standar) yang ditetapkan dan

dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional 087/U/2002. Berdasarkan pengertian tersebut, akreditasi sekolah dapat ditafsirkan

sebagai tindakan menilai tingkat kelayakan setiap sekolah melalui tindakan membandingkan keadaan sekolah menurut kenyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jika keadaan sekolah kenyataan lebih besar atau sama dengan

standar, maka sekolah yang bersangkutan dinyatakan terakreditasi. Sebaliknya, sebuah sekolah dinyatakan tidak terakreditasi jika keadaan sekolah menurut kenyataan lebih kecil dari pada standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian, hasil akreditasi dinyatakan dalam bentuk pengakuan terakreditasi dan tidak

terakreditasi. Sekolah yang terakreditasi

dapat diperingkat menjadi tiga

klasifikasi, yaitu amat baik, baik, dan cukup. Sementara sekolah yang nilainya kurang dari cukup dikategorikan belum terakreditasi. Mengacu pada pengertian akreditasi sekolah tersebut, maka perlu

dilakukan dua tindakan. Pertama, menetapkan standar akreditasi sekolah yang digunakan sebagai tolak ukur/kriteria. Mengingat sekolah sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling terkait, maka perlu ditetapkan terlebih dahulu standar dari masing-masing komponen sekolah tersebut. Kedua, menilai kinerja dan kelayakan sekolah melalui tindakan membandingan masing-masing

komponen sekolah

menurut kenyataan

dengan standar/kriteria yang telah

ditetapkan bagi masing-masing komponen sekolah. Hasil perbandingan secara keseluruhan komponen-komponen sekolah menurut kenyataan dengan standar akreditasi akan menentukan hasil akreditasi yang klasifikasinya dapat digolongkan menjadi terakreditasi(amat baik, baik, sekolah

cukup) atau tidak terakreditasi, sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik/masyarakat. Persyaratan sekolah yang

diakreditasi, yakni: (1) memiliki surat

keputusan kelembagaan unit pelaksana teknis (UPT) sekolah, (2) memiliki siswa pada semua tingkatan kelas, (3) memiliki sarana dan prasarana pendidikan, (4) memiliki tenaga kependidikan, (5) melaksanakan kurikulum nasional, (6) telah menamatkan peserta didik. Akreditasi dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Sekolah (BAS), yang

merupakan badan non struktural yang bersifat independen. BAS terdiri atas BAS Nasional, BAS Provinsi, dan BAS Kabupaten/kota. Susunan organisasi BAS terdiri atas: (1) ketua merangkap aggota, (2) sekretaris merangkap anggota, dan (3) anggota. Anggota BAS sekurang-kurangnya 11 orang dan sebanyak-

banyaknya sesuai dengan keperluan serta berjumlah gasal. Ketua dan sekretaris BAS dipilih oleh dan dari anggota. BAS-Nasional melaksanakan sosialisasi mempunyai fungsi : 1. Perumusan kebijakan dan penetapan perangkat akreditasi sekolah mempunyai tugas merumuskan kebijakan dan

kebijakan tentang akreditasi sekolah. BAS-Nasional

2. Pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan perangkat akreditasi sekolah 3. Pemamtauan dan evaluasi pelaksanaan akreditasi sekolah 4. Pemberian rekomendasi tentang tindak lanjut hasil akreditasi 5. Pelaporan hasil akreditasi sekolah secara nasional 6. Pelaksanaan katatausahaan BAS-Nasional (Basnas 2003) BAS-Provinsi mempunyai tugas melakukan sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan akreditasi SLB, SMU, dan SMK. BAS-Provinsi mempunyai fungsi: 1. Pelaksanaan sosialisasi kebijakan tentang akreditasi SLB, SMU, dan SMK. 2. Pelaksanaan akreditasi SLB,SMU, dan SMK 3. Penetapan peringkat akreditasi, penerbitan sertifikat dan publikasi akreditasi SLB, SMU, dan SMK 4. Pelaporan hasil akreditasi sekolah tingkat provinsi. 5. Pelaksanaan ketatausahaan BAS-Provinsi (Basnas 2003) BAS-Kabupaten/kota mempunyai tugas melakukan sosialisasi koordinasi pelaksanaan akreditasi mempunyai fungsi: 1. Pelaksanaan sosialisasi kebijakan tentang akreditasi TK, SD, dan SLTP. 2. Pelaksanaan akreditasi TK, SD, dan SLTP 3. Penetapan peringkat akreditasi, penerbitan sertifikat dan publikasi akreditasi TK, SD, dan SLTP 4. Pelaporan hasil akreditasi sekolah tingkat Kabupaten/kota 5. Pelaksanaan ketatausahaan BAS-Kabupaten/kota (Basnas 2003) hasil dan hasil

TK,SD, dan SLTP. BAS-Kabupaten/kota

Hasil akreditasi sekolah dinyatakan dalam peringkat akreditasi sekolah. Peringkat akreditasi sekolah terdiri atas tiga klasifikasi sebagai berikut A (Amat baik), B (Baik), dan C (Cukup). Bagi sekolah yang hasil akreditasinya kurang dari C dinyatakan tidak terakreditasi. Peringkat akreditasi sekolah berlaku selama 4 (empat) tahun terhitung sejak ditetapkan peringkat akreditansinya. Sekolah diwajibkan permohonan akreditasi peringkat akreditasi mengajukan

ulang, sebelum 6 (enam) bulan masa berlakunya

berakhir. Sekolah yang menghendaki untuk diakreditasi

ulang dapat mengajukan permohonan sekurang-kurangnya setelah 1 (satu) tahun terhitung sejak ditetapkanya peringkat akreditasi. Sekolah yang peringkat

akreditasinya berakhir masa berlakunya dan telah mengajukan akreditasi ulang tetapi belum dilakukan akreditasi oleh BAS provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenanganya menggunakan maka sekolah yang bersangkutan masih tetap

peringkat akreditasi

terdahulu. Sekolah yang peringkat

akreditasinya telah berakhir masa berlakukanya dan menolak untuk diakreditasi ulang oleh BAS provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenanganya, maka peringkat akreditasi sekolah yang besangkutan dinyatakan tidak berlaku. Sekolah yang diakreditasi meliputi taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), sekolah menengah umum (SMU), sekolah luar biasa (SLB), dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Komponen sekolah yang dinilai dalam akreditasi (Basnas 2003) terdiri atas :

1. Kurikulum/proses belajar mengajar, meliputi proses belajar mengajar (perencanaan,

pelaksanaan kurikulum dan pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran). 2. Administrasi manajemen sekolah, meliputi perencanaan sekolah,

implementasi manajemen sekolah, kepemimpinan sekolah, pengawasan dan ketatalaksanaan sekolah. 3. Organisasi/kelembagaan sekolah, meliputi organisasi dan regulasi sekolah. 4. Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menyelenggarakan program pendidikan. 5. Ketenagaan meliputi tenaga pendidik dan tenaga penunjang . 6. Pembiayaan/pendanaan yang cukup dan berkelanjutan untuk

menyelenggarakan pendidikan di sekolah. 7. Peserta didik/siswa meliputi penerimaan siswa baru, pembinaan siswa, dan keluaran 8. Peranserta masyarakat meliputi partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. 9. Lingkungan/kultur sekolah, meliputi konteks sekolah dan kultur sekolah

2.2.2. Tujuan dan Manfaat Akreditasi Sekolah Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087/U/2002

menyebutkan bahwa akreditasi sekolah bertujuan untuk (1) memperoleh gambaran kinerja sekolah yang dapat digunakan sebagai alat pembinaan,

pengembangan, dan peningkatan mutu, (2) menentukan tingkat kelayakan dan kinerja suatu sekolah dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan. Tujuan akreditasi tersebut mamiliki makna hasil akreditasi (1)

memberikan gambaran tentang tingkat kinerja sekolah yang dapat digunakan untuk kepentingan pembinaan, pengembangan dan peningkatan kinerja sekolah, baik kualitas, produktivitas, efektivitas, efisien, dan inovasinya, (2) memberikan jaminan kepada publik bahwa sekolah tertentu yang telah dinyatakan terakreditasi menyediakan layanan pendidikan yang memenuhi standar kualitas nasional, dan (3) memberikan jaminan kepada publik bahwa siswa dilayani oleh sekolah yang benar-benar memenuhi persyaratan standar kualitas nasional. Hasil akreditasi berikut : 1. Memberikan umpan balik bagi sekolah yang bersangkutan sehingga dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan, pengembangan dan peningkatan kinerja sekolah. 2. Membantu masyarakat dalam menentukan pilihan sekolah melalui informasi tentang peringkat akreditasi sekolah 3. Membantu pemetaan kelayakan dan kinerja sekolah secara mikro dan makro. 4. Membantu pengembangan sekolah melalui pemberian informasi tentang posisi sekolah tertentu terhadap sekolah lainya, posisi dinas pendidikan sekolah memiliki manfaat (Basnas 2003:3) sebagai

tertentu terhadap dinas pendidikan lainya, dan sebagai informasi secara nasional tentang tingkat kinerja pendidikan di Indonesia yang dapat

digunakan untuk pembinaan, pengembangan dan peningkatan pendidikan secara mikro dan makro. Secara lebih spesifik hasil akreditasi kelompok kepentingan sebagai berikut :

kinerja

bermanfaat bagi kelompok-

1. Sekolah, bagi sekolah hasil akreditasi memiliki makna yang penting, karena ia dapat digunakan sebagai: a. Acuan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dan rencana pengembangan sekolah. b. Bahan masukan/umpan balik untuk usaha pemberdayaan dan

pengembangan kinerja warga sekolah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan meningkatkan status jenjang akreditasi sekolah. c. Pendorong motivasi untuk terus meningkatkan kualitas sekolah secara gradual di tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan ditingkat regional dan internasional. Selain pengakuan sebagai sekolah yang berkualitas, hasil akreditasi juga memberikan manfaat bagi sekolah sebagai masyarakat belajar untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta dalam hal profesionalisme, moral, tenaga, dana dan sebagainya. 2. Kepala Sekolah. Hasil akreditasi diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk pemetaan indikator keberhasilan kinerja warga sekolah, termasuk kinerja kepala sekolah selama periode kepemimpinanya (satu periode adalah 4 tahun). Disamping itu, hasil akreditasi juga diperlukan bagi Kepala Sekolah

sebagai bahan masukan untuk penyusunan anggaran pendapatan dan belanja sekolah (misalnya Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Sekolah/RAPBS). 3. Guru. Hasil akreditasi merupakan dorongan bagi guru untuk selalu meningkatkan diri dan bekerja keras untuk memberikan layanan yang terbaik bagi siswanya. Secara moral, guru senang bekerja di sekolah yang diakui sebagai sekolah baik, maka guru selalu berusaha untuk meningkatkan diri (profesionalismenya) dan bekerja keras untuk memperoleh, mempertahankan, dan meningkatkan hasil akreditasi. 4. Masyarakat(orang tua siswa). Hasil akreditasi diharapkan menjadi informasi yang akurat untuk menyatakan kualitas pendidikan yang ditawarkan oleh setiap sekolah, sehingga secara sadar dan bertanggungjawab orang tua dapat membuat keputusan dan pilihan yang tepat kaitanya dengan pendidikan bagi anak didik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuanya masing-masing. 5. Dinas Pendidikan. Hasil akreditasi diharapkan dapat menjadi acuan dalam rangka pembinaan dan pengembangan/peningkatan kualitas pendidikan di daerah masing-masing. Di samping itu, hasil akreditasi bagi Dinas Pendidikan juga dapat menjadi bahan informasi penting untuk penyusunan anggaran pendidikan secara umum, dan khususnya anggaran pendidikan yang terkait dengan rencana biaya operasional Badan Akreditasi Sekolah di tingkat dinas. 6. Pemerintah. Bagi pemerintah hasil akreditasi juga sangat bermanfaat, karena ia diharapkan menjadi :

a. Bahan masukan untuk pengembangan sistem akreditasi sekolah di masa mendatang dan alat pengendalian masyarakat. b. Sumber informasi tentang tingkat kualitas layanan pendidikan yang dapat dipergunakan sebagai acuan untuk pembinaan, pengembangan, dan kualitas pelayanan pendidikan bagi

peningkatan kinerja pendidikan secara makro. c. Bahan informasi penting untuk penyusunan anggaran pendidikan secara umum di tingkat nasional, dan khususnya anggaran pendidikan yang terkait dengan rencana biaya operasional Badan Akreditas Sekolah di tingkat Nasional. 2.2.3. Prinsip-prinsip Dasar Akreditasi Sekolah Prinsip-prinsip dasar yang dijadikan pijakan dalam melaksanakan

akreditasi sekolah adalah objektif, efektif, komperhensif, memandirikan, dan keharusan yang didalamnya mengandung penerapan prinsip keadilan (Basnas 2003:5) Akreditasi sekolah pada hakikatnya merupakan kegiatan penilaian

tentang kinerja dan kelayakan penyelenggaraan pendidikan yang ditunjukan oleh suatu sekolah. Dalam pelaksanaan penilaian ini berbagai aspek yang terkait dengan kinerja dan kelayakan itu diperiksa untuk memperoleh informasi tentang keberadaanya. Agar hasil penilaian itu dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya untuk dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan, maka dalam prosesnya digunakan indikator-indikator yang dikaitkan dengan kriteria-kriteria yang diinginkan sebagai dasar dalam melakukan penilaian itu.

Dalam pelaksanaan akreditasi sekolah, hasil yang diperoleh mampu memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar

harus dalam

pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait, seperti Kepala Sekolah dalam rangka melakukan perencanaan atau peningkatan kualitas, dan pihak pemerintah maupun masyarakat dalam rangka melakukan campur tangan dalam upaya peningkatan kinerja dan kelayakan sekolah itu. Dalam pelaksanaan akreditasi sekolah fokus penilaian hendaknya tidak terbatas pada komponen-komponen tertentu, tetapi meliputi komponen sekolah. Hasil yang diperoleh keseluruhan

dapat menggambarkan secara utuh

kondisi kinerja dan kelayakan sekolah tersebut. Kelayakan dan kinerja ini terutama ditinjau dari misi utamanya yaitu memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan, atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama dengan orang lain. Kewenangan melakukan akreditasi sekolah haruslah berada pada lembaga eksternal sekolah yang bersifat independen. Prosesnya meliputi evaluasi sekolah yang bersangkutan dengan penggunaan instrumen yang disediakan oleh lembaga eksternal yang independen itu. Adapun hasilnya dapat digunakan untuk keberadaan kelayakan sekolah dibandingkan dengan standar nasional pendidikan yang dijadikan pagu. Dengan mengetahui keberadaan kelayakan sekolah berdasarkan hasil akreditasi selanjutnya kepada sekolah yang belum layak dilakukan pembinaan secara terus-menerus agar mencapai standar yang telah ditetapkan. Proses akreditasi akan berdampak positif terhadap sekolah yang

bersangkutan. Sekolah dapat mengetahui kekuatan dan kelemahanya, dapat melakukan fungsi akuntabilitas, serta dapat berupaya memperbaiki dan meningkatkan kelayakan. Akreditasi sekolah harus dilaksanakan pada setiap sekolah, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Sekolah yang akan diakreditasi dapat mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada BAS yang berkewenangan, yakni kepada BAS provinsi untuk sekolah menengah dan SLB, atau BAS Kabupaten/kota untuk TK,SD, dan SLTP. Meskipun pada akhirnya setiap sekolah akan diakreditasi , namun sebelum dilakukan akreditasi tersebut sekolah melakukan persiapan, kemudian mengajukan permohonan kepada BAS untuk dilakukan akreditasi. Berdasarkan konsep diatas maka akreditasi sekolah dalam penelitian ini diartikan tindakan menilai tingkat kelayakan setiap sekolah melalui tindakan membandingkan keadaan sekolah menurut kenyataan dengan kriteria (standar) yang telah ditetapkan. Akreditasi sekolah dapat diketahui dari tingkat perolehan akreditasi yang sudah diperoleh sekolah setelah diakreditasi dengan klasifikasi : A (amat baik), B (baik), C (cukup), dan tidak terakreditasi.

2.3. Persepsi Guru Mengenai Supervisi Kepala Sekolah 2.3.1. Persepsi Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh oleh individu untuk

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka (Robbins,1998:88)

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan

menafsirkan kesan indera agar memberikan makna kepada lingkungan mereka. Bagaimanapun seperti telah kita catat, apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda-beda dari kesempatan yang obyektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut robbins (1998:89), yaitu : 1. Pelaku persepsi : bila seorang individu memandang pada suatu obyek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari perilaku persepsi itu. Diantara karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif,

kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi) 2. Target/Obyek : karakteristik-karakteristik dari target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan, seperti orang yang keras suaranya akan lebih mungkin untuk lebih diperhatikan dari suatu kelompok mereka yang pendiam. Hubungan suatu target dengan latar belakangnya

mempengaruhi persepsi, seperti kecenderungan kita untuk mengelompokan benda-benda yang mirip. 3. Situasi : unsurunsur lingkungan sekitar kita mempengaruhi persepsi kita , seperti waktu, keadaan, tempat kerja, dan keadaan sosial. Persepsi kita terhadap orang berbeda dari persepsi kita terhadap obyek mati seperti meja, mesin, atau gedung karena kita menarik kesimpulan mengenai tindakan orang tersebut yang tidak kita lakukan terhadap obyek yang mati. Obyek

yang mati dikenai hukum alam tetapi obyek mati tidak mempunyai keyakinan, motif, atau maksud sedangkan manusia punya. Pada dasarnya bila kita mengamati perilaku seorang individu, kita berusaha menentukan apakah perilaku itu karena penyebab internal ataukah eksternal. Perilaku yang disebabkan faktor internal adalah perilaku yang diyakini berada dibawah kendali pribadi dari individu itu, sedangkan yang disebabkan faktor eksternal dilihat sebagai hasil dari sebab-sebab luar yaitu orang itu dilihat sebagai terpaksa berperilaku demikian oleh situasi. Tetapi penentuan tersebut sebagian besar bergantung pada tiga faktor, yaitu 1. Kekhususan (ketersediaan) : merujuk kepada apakah seseorang individu

memperlihatkan perilaku-perilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan, seperti dari salah satu karyawan kita terlambat masuk kerja,

mungkin kita menghubungakan keterlambatan itu merupakan suatu perilaku yang luar biasa atau tidak. Jika luar biasa, berarti kita akan mamberikan atribusi (penghubungan) eksternal kepada perilaku itu. Jika tindakan itu tidak luar biasa, berat kita akan menilai perilaku itu bersifat internal. 2. Konsensus : jika kita menghadapi situasi yang sama serupa bereaksi dengan cara yang sama seperti perilaku karyawan tersebut akan memenuhi kriteria ini jika semua karyawan yang mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga terlambat. Dari suatu perspektif atribusi, jika konsensus itu tinggi, kita harapkan untuk memberikan suatu atribusi eksternal terhadap keterlambatan karyawan itu, sedangkan jika karyawan-karyawan yang lain yang mengambil

rute yang sama berhasil sampai pada waktunya, kesimpulan kita sebagai sebab akan berupa sebab internal. 3. Konsistensi : konsistensi (ketaat-asaan) dalam tindakan seseorang seperti

keterlambatan karyawan itu pula, datang terlambat sepuluh menit di tempat kerja tidak dipersepsikan dengan cara yang sama bagi karyawan yang

baginya katerlambatan itu merupakan kasus yang luar biasa (ia tidak terlambat selama beberapa bulan ini) seperti untuk karyawan yang baginya keterlambatan itu merupakan bagian dari pola yang rutin (secara teratur ia terlambat dua atau tiga kali dalam seminggu). Makin konsisten perilaku itu, tentu kita condong untuk menghubungkan hal itu dengan sebab-sebab internal. Kita sering menggunakan sejumlah jalan pintas bila menilai orang lain. Mempersepsikan dan menafsirkan apa yang dilakukan orang lain

merupakan beban. Akibatnya, individuindividu mengembangkan teknikteknik untuk membuat tugas itu lebih mudah dikelola. Teknik-teknik ini seringkali berharga, teknik ini memungkinkan kita untuk membuat persepsi yang lebih tepat (akurat) dengan cepat dan memberikan data yang valid untuk membuat ramalan. Bagaimanapun teknik-teknik ini tidaklah footproof

(orang tololpun dapat dan memang menceburkan kita dalam kesulitan), suatu pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu mewaspadai bila teknikteknik ini menghasilkan distorsi yang benar. Dalam penelitin ini persepsi yang dimaksud adalah persepsi semua guru mata pelajaran ekonomi di SMA Se-Kabupatan Banjarnegara yang sudah diakreditasi.

2.3.2. Hakikat Supervisi Supervisi menurut Suhertian (2000:19) adalah usaha memberikan

layanan dan bantuan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Kata kunci dari pelaksanaan supervisi adalah memberi layanan dan bantuan. Pendapat senada dikemukakan Soewadji (1987:33) bahwa supervisi merupakan rangsangan, bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada guru-guru agar kemampuan profesional makin berkembang, sehingga situasi belajar semakin efektif dan efisien. Pendapat lain dikemukakan oleh Purwanto (1998:76), supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainya dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Soewono (1991:14) mengatakan bahwa supervisi merupakan salah satu bagian dari manajemen personal pendidikan. Supervisi di sekolah sering disebut juga dengan pembinaan guru. Kegiatan supervisi pada prinsipnya merupakan kegiatan membantu dan melayani guru agar menjadi lebih bermutu yang selanjutnya diharapkan dapat membentuk situasi proses belajar mengajar yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (Willes 1983:107). Supervisi menurut Gaffar (1987:158-159) merupakan suatu keharusan untuk mengatasi permasalahan tugas lapangan. Supervisi menekankan kepada pertumbuhan profesional dengan inti keahlian teknis serta perlu ditunjang oleh kepribadian dan sikap profesional.

Menurut Surahman (1983:179) dimensi dalam pendidikan meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, kepribadian, kesejahteraan guru, pelayanan bahwa

kepegawaian dan jenjang karir. Nergery (1981:11) juga menyatakan

supervisi meliputi pembinaan kinerja, kepribadian, lingkungan kerja, serta rasa tanggung jawab. Dengan kata lain, supervisi mencakup aspek kepribadian dan profesional, sehingga membawa guru kepada sikap terbuka, terampil, dan

jiwanya menyatu dengan tugas sebagai pendidik. Berkenaan dengan menegaskan bahwa fondasi materi pembinaan tersebut, Oliva (1987:18) supervisi pendidikan meliputi teknologi

pembelajaran, teori kurikulum, interaksi kelompok, konseling,sosiologi, disiplin ilmu, evaluasi, manajemen, teori belajar, sejarah pendidikan, teori komunikasi, teori kepribadian, dan filsafat pendidikan. Disamping itu, supervisi seharusnya merupakan program yang didesain oleh sekolah maupun organisasi pembantu penyelenggaraan pendidikan serta didukung oleh kegiatan yang diadakan oleh pihak guru. Menurut Orlosky oleh sekolah untuk untuk

(1984:53) supervisi merupakan proses yang didesain memajukan kualitas serta kuantitas anggota

staf yang diperlukan

memecahkan masalah, demi tercapainya tujuan sekolah. Supervisi hendaknya dilaksanakan melalui beberapa langkah, terus menerus, berkesinambungan, dan pihak pembina harus tidak mengenal bosan. Supervisi menurut Pidarta (1999:76) meliputi kegiatan mengidentifikasi masalah yang dihadapi guru dalam menentukan tujuan, mengidentifikasi sumber daya pendukung, penerapan program dan evaluasi.

Di tingkat sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas pembinaan dengan membantu guru mengembangkan kemampuan mereka demi meningkatkan mutu pengajaranya. Pengawasan sekolah sebagai pembinaan guru dapat dilaksanakan kepala sekolah mulai dari tingkat lokal sampai tingkat individual guru (Bondi 1986:214). Tugas kepala sekolah baik sebagai pemimpin maupun sebagai supervisor adalah membantu para guru di sekolah untuk mengembangkan profesinya

(Pidarta 1999:15). Untuk memenuhi tugas tersebut, kepala sekolah tidak dibenarkan bekerja hanya untuk kejayaan sekolah pada masa kini saja, atau lebih ekstrim pada waktu ia memimpin sekolah itu. Kepala sekolah tidak boleh bekerja hanya untuk membuat nama dirinya baik, dengan cara membina guru-guru agar rajin dan tepat waktu, agar roda perjalanan organisasi sekolah berjalan dengan lancar tanpa memikirkan masa depan guru. Purwanto (1998:28) menyatakan bahwa sebagai aktivitas yang

direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainya, kegiatan atau usaha-usaha yang dapat adalah sebagai berikut: a. Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai sekolah lainya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk dilakukan dalam rangka pelaksanaan supervisi

macam-macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalanya proses belajar mengajar yang baik.

c. Bersama guru-guru, berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar mengajar yang lebih baik. d. Membina kerja sama pegawai sekolah lainya. e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai yang baik dan harmonis antara guru, murid dan

sekolah, antara lain dengan mengadakan workshop, seminar, inservice training atau upgraiding. Berbagai pandangan dari para pakar diatas mengkristalisasikan

substansi dari supervisi, yaitu upaya membantu dan melayani guru, melalui penciptaan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan kualitas pengetahuan, keterampilan, sikap, kedisiplinan, serta pemenuhan kebutuhan dan berusaha untuk selalu meningkatkan diri dalam rangka meningkatkan belajar mengajar sehingga mencapai keberhasilan pendidikan. kualitas proses

2.3.3. Fungsi dan Tujuan Supervisi Fungsi dan tujuan supervisi menurut Lucio dan Neil (1979:240) adalah sebagai kepemimpinan dan sumber pelayanan dalam organisasi dan manajemen personel, termasuk sistem evaluasi. Kepemimpinan dalam supervisi dapat

dilakukan oleh pihak pembina dengan memanfaatkan pengaruhnya agar guru termotivasi terus belajar dan meningkatkan diri dalam rangka menunaikan tugas mengajar sebaik-baiknya. Bantuan dan pelayanan yang diberikan oleh pihak pembina kepada guru sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi masing-masing guru, terlebih dahulu diketahui melalui kegiatan penelitian dan

inspeksi. Supervisi melalui hubungan

pembinaan manusia, selain berperan

meningkatkan kualitas individual guru juga melalui proses kelompok bertujuan menumbuhkan kekompakan seluruh guru, personel sekolah yang ada demi tercapainya tujuan pendidikan. Disamping itu, kepala sekolah dalam

melaksanakan tugas supervisinya diharapkan pula membina sistem administrasi personel yang dilakukan oleh sekolah binaanya, termasuk sistem evaluasi

terhadap program supervisi. Dengan kata lain, tujuan program supervisi adalah agar guru sadar dan mengetahui keadaan dan kebutuhan dirinya, tugas, hak, dan kewajibanya, serta mampu membina dan memimpin dirinya sendiri agar lebih mampu memberikan pelayanan dan pengalaman belajar kepada siswa dengan kualitas yang lebih baik. Di samping mempunyai tugas untuk membantu dan mengembangkan profesi guru, kepala sekolah perlu mengupayakan agar guru-guru memiliki

disiplin diri sendiri. Menurut Waysan sebagaimana dikutip Pidarta (1999:28), disiplin itu dapat dipelajari karenanya guru-guru perlu dibina dalam

mewujudkanya. Selanjutnya dikatakan bahwa cara untuk membina disiplin adalah dengan pendekatan psikologis dan metodis, antara lain dengan berbagai

menghargai pendapat , inisiatif, dan keberhasilan guru-guru dalam

kegiatan berarti menghargai kemampuan meraka. Mereka perlu dipandang dan diperlakukan sebagai teman, bukan sebagai bawahan. Berkaitan dengan tugas kepala sekolah tersebut diatas, Suhertian (1982:24) mengemukakan beberapa tujuan kongkrit dari supervisi pendidikan yaitu sebagai berikut:

a. Membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan. b. Membantu guru-guru membimbing pengalaman belajar murid-murid. c. Membantu guru-guru menggunakan sumbersumber pengalaman belajar. d. Membantu guru-guru dalam pelajaran modern. e. Membantu guru-guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-murid. f. Membantu guru-guru dalam pekerjaan guru itu sendiri. g. Membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guruguru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka. h. Membuat guru-guru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya. i. Membantu guru-guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya. j. Membantu guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah. Supervisi bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdayaguna (efisien) dan berhasilguna (efektif) sesuai dengan rencana tertentu yang ditentukan sebelumnya (Atmodiwiro, 1991:41). Selanjutnya dikatakan hal manilai kemajuan murid-murid dan hasil menggunakan metode-metode dan alat-alat

bahwa untuk mencapai tujuan tertentu maka fungsi seorang supervisor adalah sebagai berikut :

a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan. b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. c. Mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan. d. Memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan. 2.3.4. Proses dan Teknik Supervisi Supervisi merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Kegiatan supervisi, sesuai dengan fungsi dan peranya, bertanggung jawab terhadap enam tugas yaitu menyangkut perencanaan, manajemen, pelaksanaan supervisi itu sendiri, pengembangan demonstrasi pengajaran dan penelitian.(Lucio dan Neil 1979:24) Siklus supervisi menurut Lipham (1985:193) dimulai dari kegiatan kurikulum,

perencanan, penetapan tujuan, observasi awal, mengadakan diskusi, observasi kelas, dan evaluasi. Dalam kaitan ini Sutrisna (1983:292) mengingatkan bahwa sebagai sistem sosial, sekolah terdiri dari dimensi lembaga yang keduanya

dipengaruhi nilai-nilai, tradisi dan kultur yang dianut oleh individu-individu dan yang berlaku didalam lembaga tersebut. Sebagai pemimpin di sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk selalu mensinkronkan semua aspek pendidikan, baik dari dimensi lembaga maupun dimensi individu

agar perilaku seluruh warga sesuai dengan yang diharapkan demi tercapainya tujuan supervisi. Nawawi (1997:23) mengemukakan bahwa kepala sekolah bertindak

sebagai pengubah nilai-nilai dalam bekerja dengan staf dan masyarakat luas. Dalam pelaksanaanya, supervisi dapat menerapkan teknik secara individual, seperti pertemuan pribadi pembinaan lainya adalah perorangan atau

atau kunjungan kelas. Media atau

wadah MGMP dan KKKS maupun forum

kesempatan yang ada seperti penataran-penataran, seminar-seminar dapat juga dimanfaatkan oleh pembinaan sebagai wahana atau media upaya peningkatan kualitas guru. Supervisi dimulai dengan mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar, menemukan kelemahan atau masalah-masalah yang

dihadapi guru, mendiskusikan potensi dan kelemahan yang ada serta cara pemecahanya, mengembangkan program meningkatkan kegiatan untuk memperbaiki dan

kegiatan belajar mengajar. Program

yang telah disepakati,

kemudian dilaksanakan oleh guru disertai bantuan, bimbingan dan pelayanan pihak pembina. Evaluasi efektifitas pelaksanaan program juga dilakukan.

Dengan demikian, demi terbentuknya guru yang lebih berkualitas dan proses belajar mengajar yang lebih baik, pihak pembina dalam hal ini kepala sekolah dan pengawas sekolah lain memberi bantuan dan pelayanan, juga selalu

mendorong guru. Guru yang baik, mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang beberapa hal berkaitan dengan tugasnya. Pengetahuan guru tersebut (Sanusi 1991 :36-37) tercemin dalam unjuk kerja yang mencakup penguasaan

konsep dasar keilmuan dan materi serta bahan yang harus diajarkan, penguasaan dan penghayatan terhadap landasan pendidikan, wawasan kependidikan dan keguruan, penguasaan proses-proses kependidikan dan pembelajaran siswa,

kemampuan menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sebagai guru, serta memilih sikap penampilan yang positif terhadap tugas sebagai guru dan seluruh situasi pendidikan serta mampu menjadi panutan dan teladan bagi siswa. Purwanto (1998:75) juga berpendapat bahwa beberapa hal yang harus dicapai oleh guru melalui kegiatan pembinaan yaitu: a. Guru memahami tujuan pendidikan dan hubungan antara aktifitas pengajaran dengan tujuan pendidikan tersebut. b. Guru memahami persoalan dan kebutuhan murid dan usaha-usaha yang perlu ditempuh. c. Guru memahami masalah-masalah dan kesukaran-kesukaran belajar murid dan usaha-usaha yang perlu ditempuh. d. Guru mendapat kecakapan mengajar yang lebih baik, dengan berbagai metode mengajar dan membuat alat-alat bantu pengajaran sesuai dengan kurikulum. e. Guru mendapatkan tugas sesuai dengan kemampuan, minat dan bakatnya. f. Guru mengenal dan memahami sumber-sumber pengalaman belajar murid di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat yang sesuai dan pendukung proses belajar mengajar di sekolah. g. Guru dapat melaksanakan evaluasi kegiatan sekolah dan hasil belajar untuk mengatahui kemajuan sekolah dan perkembangan murid.

h. Guru terpupuk sikap kebersamaan, kekompakan dan moral kerja yang tinggi, baik diantara sesama guru, dengan personal sekolah lainya, dengan orang tua serta masyarakat. 2.3.5. Tipe-Tipe Supervisi Walaupun sudah banyak diketahui bahwa fungsi supervisi adalah secara mandiri,

menolong atau membantu guru-guru agar dapat berkembang

namun pada prakteknya banyak kegiatan supervisi terutama yang dilakukan oleh penilik atau pengawas lebih bersifat inspektif. Banyak kegiatan supervisi lebih ditekankan untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang mungkin akan dibuat oleh guru-guru. Briggs mengemukakan 4 tipe supervisi dilihat dari pelaksanaanya yaitu supervisi yang bersiafat korektif (corrective supervision), supervisi yang bersifat preventif (preventive supervision), supervisi yang bersifat kreatif (creative supervision), dan supervisi yang bersifat konstruktif (constructive supervision). a. Supervisi yang bersifat korektif Kegiatan supervisi yang bersifat korektif ini lebih menekankan usaha untuk mencari-cari kesalahan dari pihak yang disupervisi (guru-guru). Memang mencari kesalahan atau segi negatif seseorang lebih mudah daripada mencari kebaikan-kebaikan atau segi positifnya. Perlu disadari bahwa

mencari dan menemukan kesalahan yang disupervisi tidak menolong orang tersebut dari masalahnya. Supervisi yang menekankan pada usaha untuk

mencari kesalahan bukanlah alat yang efektif untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

Guru-guru yang selalu ditunjukan kesalahanya selain tidak menjadi baik bahkan dapat menjadi frustasi dan bersikap negatif terhadap programprogram supervisi. Kesalahan adalah bukan suatu cela. Setiap orang, termasuk guru-guru, tidak pernah luput dari berbuat salah sehingga harus dapat diketemukan usaha-usaha perbaikan dari kesalahan-kesalahan tersebut. Tugas seorang supervisor atau kepala sekolah ialah berusaha untuk mencari hal-hal yang positif dari pekerjaaan guru. Dari hal-hal yang positif ini kepala sekolah dapat membangkitkan motivasi guru untuk berkembang. b. Supervisi yang bersifat preventif Supervisi ini sangat menekankan pada usaha untuk melindungi guruguru dari berbuat salah. Guru-guru selalu diingatkan untuk tidak berbuat kesalahan dengan memberikan kepada mereka batasan-batasan, larangan-

larangan atau sejumlah pedoman bertindak. Akibatnya guru-guru tidak berani membuat hal-hal lain kecuali yang telah ditatapkan. Mereka tidak berani mencoba hal-hal yang baru karena takut salah. Apabila hal ini berlangsung terus-menerus maka guru tidak memiliki lagi kepercayaan pada diri sendiri. Mencegah agar guru-guru tidak membuat kesalahan-kesalahan tidaklah salah, tetapi lebih penting ialah bagaimana menyiapkan mereka agar mampu menghadapi kesulitan-kesulitan yang mungkin akan terjadi. Pokok

permasalahanya ialah bagaimana menghadapi persoalan.

mempersiapkan guru-guru agar terlatih

Dalam hal ini peranan sekolah ialah menolong guru-guru menyusun perencanaan kerja yang terperinci sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan dapat dilihat sebelumnya. c. Supervisi yang konstruktif Supervisi yang bersifat konstruktif ialah supervisi yang berorientasi kemasa depan. Supervisi yang demikian ini didasari pada kenyataan dan keyakinan melihat kesalahan yang lampau serta menjaga agar guru tidak membuat kesalahan. Hal ini tidak banyak menolong guru-guru untuk

berkembang dalam profesi maupun kepribadianya. Hakikat pendidikan ialah membangun agar menjadi lebih baik. Peranan supervisi adalah membina dan membangun. Kesalahan-kesalahan masa lampau dapat digunakan sebagai pengalaman dan penemuan untuk masa depan. Jadi tugas supervisi adalah menolong guru-guru untuk selalu melihat kedepan, melihat hal-hal yang baru dan secara antusias mengusahakan perkembangan. d. Supervisi yang bersifat kreatif Apabila didalam supervisi yang konstruktif peranan supervisi atau kepala sekolah masih lebih besar, maka pada supervisi tipe ini guru lebih besar perananya dalam mengusahakan perbaikan proses belajar mengajar. Peranan supervisor hanyalah mendorong dan membimbing. Sedangkan usahausaha untuk menemukan perbaikan diserahkan kepada guru-guru. Dengan kata lain peranan kepala sekolah adalah menciptakan situasi yang dapat menyuburkan timbulnya kreatifitas pada guru-guru.

Hal-hal yang baru hanya mungkin terjadi berkat adanya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas hanya muncul dalam situasi dimana orang merasa aman untuk mencoba hal-hal yang baru, dengan resiko akan membuat kesalahan-kesalahan. 2.3.6. Supervisi Kunjungan Kelas Teknik supervisi menurut Soewadji (1987:42) ada beberapa macam, yaitu (1) observasi kelas (2) percakapan individu/kelompok, (3) saling berkunjung, (4) diskusi, (5) rapat guru, (6) kunjungan studi. Suhertian (2000:53) membedakan teknik supervisi menjadi dua yaitu teknik supervisi yang bersifat individual dan kelompok. Teknik supervisi yang bersifat individual ada tiga jenis yaitu: (1) kunjungan kelas, (2) Observasi, (3) percakapan pribadi. Teknik yang bersifat kelompok antara lain: rapat guru, diskusi kelompok, lokakarya, seminar, simposium, dan sebagainya. Supervisi kunjungan kelas menurut Nawawi (1997:108) adalah bagian dari kegiatan kunjungan sekolah, karena dalam pengertianya sama dengan

supervisi kunjungan kelas. Rohmadi (1990:81) mengatakan bahwa supervisi yang ditujukan langsung kepada guru untuk perbaikan cara-cara mengajar,

menggunakan alat peraga, kerjasama murid dalam kelas dan lain-lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa supervisi kunjungan kelas adalah salah satu teknik supervisi yang bersifat individual dengan cara supervisor (kepala sekolah) datang ke kelas melihat dan mengamati cara guru mengajar.

Suhertian (1982:45) menegaskan bahwa tujuan

supervisi kunjungan

kelas adalah menolong guru-guru dalam hal memecahkan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Dalam kunjungan kelas yang diutamakan adalah

mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak dan bagaimana guru membimbing murid-muridnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi

kunjungan kelas pada hakikatnya adalah observasi di kelas dengan tujuan untuk menemukan kelemahan dan kelebihan guru mengajar sehingga dapat diketemukan permasalahan-permasalahan yang dijumpai guru untuk selanjutnya dibantu pemecahanya oleh supervisor secara demokratis. Mengenai fungsi supervisi kunjungan kelas Suhertian (1982:45) menegaskan bahwa supervisi kunjungan kelas berfungsi sebagai alat untuk memajukan cara mengajar dan cara belajar yang baru. Supervisi kunjungan kelas juga berfungsi untuk membantu pertumbuhan profesional baik bagi guru maupun supervisor karena memberi kesempatan untuk meneliti prinsip-prinsip dan hal belajar mengajar itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa fungsi supervisi kunjungan kelas adalah sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar dan cara belajar siswa. Supervisi kunjungan kelas dapat memberikan kesempatan guru untuk mengemukakan pengalamanya sekaligus sebagai usaha untuk memberikan rasa mampu pada guru-guru, karena dapat belajar dan memperoleh pengertian secara moral bagi pertumbuhan karier.

Jenis supervisi kunjungan kelas menurut Suhertian (1982:46) dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : a. Kunjungan dengan tanpa memberitahu Supervisor tiba-tiba datang ke kelas tempat guru mengajar tanpa memberitahu terlebih dahulu. Jenis supervisi ini ada segi positifnya dan ada segi negatifnya. Segi positifnya yaitu supervisor dapat mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sehingga ia dapat menentukan sumbangan apakah yang diperlukan oleh guru tersebut. Suasana yang wajar ini juga akan berpengaruh terhadap suasana belajar anak secara wajar pula. Kemudian supervisor juga dapat melihat yang sebenarnya, tanpa dibuat-buat. Hal seperti ini dapat membiasakan guru agar selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Kelemahanya adalah guru menjadi gugup, karena tiba-tiba didatangi, tentu timbul prasangka bahwa ia dinilai dan pasti hasilnya tidak memuaskan. Ada sebagian guru yang tidak senang, bila tiba-tiba dikunjungi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Ini berarti supervisi hanya mencari kesalahan guru. b. Kunjungan dengan cara memberitahu terlebih dahulu Supervisor terlebih dahulu memberikan jadwal kunjungan yang telah direncanakan dan diberikan kepada guru tiap kelas yang akan dikunjungi, sehingga guru tahu pada hari apa dan jam berapa yang akan dikunjungi. Jenis superrvisi kunjungan kelas dengan diberitahukan terlebih dahulu ini juga ada segi positif dan negatifnya.

Segi positifnya adalah ada pembagian waktu yang merata bagi pelaksanan supervisi terhadap semua guru yang memerlukanya. Dengan demikian akan tercapai efisiensi kerja dan meningkatkan proses belajar

mengajar. Segi negatifnya adalah ada kemungkinan pengurangan kesempatan bagi guru-guru yang lebih banyak membutuhkan supervisi. Keterbatasan waktu yang ditentukan itu menekan guru yang bersangkutan karena harus menunggu giliran berikutnya. Bagi supervisor kunjungan yang direncanakan ini sangat tepat dan ia punya konsep pengembangan yang kontinu dan terencana. Para guru dapat mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya karena ia sadar bahwa kunjungan itu akan membantu apa yang diharapkan guru. Kelemahanya adalah guru dengan sengaja mempersiapkan diri,

sehingga ada kemungkinan timbul hal-hal yang dibuat-buat dan kemungkinan berlebihan, sehingga gambaran yang diperoleh supervisor bukan merupakan hasil yang murni. c. Kunjungan atas undangan guru Pada jenis supervisi ini guru dengan sengaja mengundang kepala sekolah untuk mengunjungi kelasnya. Jarang sekali terjadi ada seorang guru yang menginginkan kepala sekolahnya melihat/memperhatikan suasana pada waktu guru tersebut mengajar. Karena itu, jenis supervisi ini lebih baik, karena guru secara sadar berupaya dan termotivasi untuk mempersipkan diri dan membuka diri untuk memperoleh balikan dan pengalaman baru dalam hal perjumpaanya dengan kepala sekolah. Dengan demikian ada sifat keterbukaan dari guru dan guru merasa memiliki otonomi dalam jabatanya, aktualisasi

kemampuanya terwujud sehingga guru selalu belajar untuk mengembangkan dirinya. Sikap dan dorongan untuk mengembangkan diri ini merupakan alat untuk mencapai proporsional, karena sudah dipersiapkan jauh sebelumnya. Kelebihan dari jenis supervisi ini adalah lebih pengalaman dan

berdialog dengan guru, sedangkan guru akan lebih mudah untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuanya, karena motivasi untuk belajar dari pengalaman dan bimbingan dari supervisor sudah begitu tinggi, maka

supervisi dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dari seorang guru yang profesional. Kelemahan supervisi atas undangan guru adalah ada

kemungkinan timbul sikap manipulasi, yaitu dengan dibuat-buat untuk menonjolkan diri. Dari uraian tentang pengertian, tujuan, fungsi dan jenis-jenis supervisi kunjungan kelas yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan,

maka supervisi kunjungan kelas sangat diperlukan. Supervisi kunjungan kelas baik dengan pemeberitahuan lebih dahulu maupun secara tiba-tiba/ mendadak tanpa memberitahu akan berjalan baik apabila sebelumnya dipersiapkan

(direncanakan) terlebih dahulu dan dilaksanakan secara situasional. Tujuan supervisi kunjungan kelas terlebih dahulu harus dirumuskan secara jelas. Rancangan yang berkaitan dengan kegiatan supervisi kunjungan kelas harus sudah disusun lebih dahulu oleh kepala sekolah baik yang menyangkut situasi belajar mengajar. Primadona kegiatan guru adalah guru mengajar dikelas (dihadapan peserta didik), karena pada saat kegiatan proses belajar mengajar terjadi kegiatan interaksi aktif antara guru dan murid dan sebaliknya antara murid

dengan murid. Guru dituntut tidak hanya pandai (menguasai materi saja akan tetapi dituntut pula pandai mengajar sebagai ciri khas keprofesionalannya. Akan lebih baik bila kepala sekolah (supervisor) malakukan supervisi kunjungan kelas yang sebelumnya telah diprogramkan secara baik, yaitu minimal tiga kali setahun dari berbagai jenis supervisi kunjungan kelas. Disamping itu guru sudah tahu akan ada supervisi kunjungan kelas, lewat pemberitahuan secara tertulis (surat resmi maupun lewat lisan (rapat guru) dari kepala sekolah, sehingga guru sadar bahwa pelaksanaan supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah bertujuan tidak mencari kesalahan guru agar proses belajar mengajar berjalan baik. Dari semua konsep/pendapat tentang supervisi kepala sekolah diatas

peneliti mengambil pengertian supervisi kepala sekolah adalah kegiatan kepala sekolah dalam membantu dan melayani guru, melalui penciptaan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan kualitas pengetahuan, keterampilan, sikap, disiplin, serta pemenuhan kebutuhan dan berusaha untuk selalu meningkatkan diri dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Supervisi kepala sekolah dapat dilihat dari kegiatan kepala sekolah dalam hal merencanakan supervisi, merumuskan tujuan supervisi, merumuskan prosedur supervisi, menyusun format observasi, berunding dan bekerjasama dengan guru, mengamati guru mengajar, menyimpulkan hasil supervisi, dan

mengkonfirmasikan supervisi untuk keperluan mengambil langkah tindak lanjut.

2.2. Kerangka Berfikir Sekolah yang berkualitas dapat diketahui dari beberapa hal diantaranya pemberian layanan implementasi kurikulum/proses belajar mengajar, penciptaan lingkungan/kultur penyelenggaraan sekolah yang kondusif, peran serta masyarakat,

pembinaan organisasi/kelembagaan

sekolah yang baik,

dukungan pembiayaan yang memadai, tenaga yang sesuai dengan kebutuhan baik segi kualitas maupun kuantitas, dan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena itu sekolah yang berkualitas selalu menyediakan

pemenuhan kebutuhan pendidik bagi peserta didik dan harapan masyarakat. Pencapaian prestai belajar yang tinggi merupakan salah satu hal yang diharapkan oleh masyarakat Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah, diantaranya akreditasi sekolah dan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Pelaksanaan akreditasi sekolah akan memberi warna tersendiri bagi suatu sekolah. Sekolah yang terakreditasi amat baik sudah barang tentu lebih

menghasilkan lulusan yang memiliki prestasi tinggi jika dibandingkan dengan sekolah yang terakreditasi cukup. Pencapaian prestasi belajar yang tinggi, berkaitan dengan pencapaian prestasi pada satu atau sekelompok mata pelajaran salah satunya adalah

pencapaian prestasi belajar

mata pelajaran ekonomi sangat penting. Dengan

adanya peringkat akreditasi yang baik diharapkan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi juga baik, yaitu dengan pencapaian prestasi belajar yang ditunjukan

pada Nilai Ujian Nasional. Untuk memperoleh akreditasi yang amat baik maka perlu adanya pembinaan yang intensif oleh kepala sekolah. Pelaksanaan supervisi kepala sekolah akan berdampak positif bagi

peningkatan kualitas sekolah dalam hal ini kaitanya dengan peningkatan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi. Kepala sekolah yang rajin melaksanakan

supervisi sesuai dengan ketentuan maka kepala sekolah yang bersangkutan akan lebih sekolah berkualitas. Hal tersebut dikarenakan akan memberikan dalam proses supervisi, kepala guna meningkatkan

pengarahan dan pembinaan

prestasi belajar siswa. Dalam konteks pembinaan, kepala sekolah dapat melakukan peranya

sebagai manajer dan supervisor. Sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama, memberi kesempatan meningkatkan kepada para tenaga kependidikan keterlibatan untuk

profesinya, dan mendorong

seluruh tenaga

kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Peran kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam

kemampuan menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pengembangan penyusunan program supervisi kunjungan kelas,

program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian.

Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, supervisi nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstra kurukuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil

supervisi pendidikan

harus diwujudkan

dalam pemanfaatan

hasil supervisi

untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan pengembangan sekolah. Pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah secara terprogram dan sistematis dimungkinkan akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar

siswa, dalam hal ini prestasi belajar mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan ada pengaruh, baik secara sendiri maupun secara bersamasama antara akreditasi sekolah dan supervisi yang dilakukan kepala sekolah dengan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi. Keterkaitan antara variabel penelitian tersebut dapat dijelaskan dalam gambar paradigma penelitian sebagai berikut:

Akreditasi Sekolah Klasifikasi A Klasifikasi B Klasifikasi C Tidak Terakreditasi

Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Nilai Ujian Nasional Mata Pelajaran Ekonomi

Supervisi Kepala Sekolah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Perencanaan Tujuan Prosedur Format observasi Kerjasama Observasi Simpulan Tindak lanjut

Gambar 1 Paradigma Penelitian

2.3. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas, peneliti mengajukan beberapa hipotesis yaitu : 2.3.1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi . 2.3.2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi guru mengenai terhadap prestasi belajar mata pelajaran

supervisi kepala sekolah ekonomi.

2.3.3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah semua SMA Se-Kabupaten

Banjarnegara yang sudah diakreditasi yang jumlahnya 7 sekolah, yaitu sebagai berikut: a. SMA N 1 Banjarnegara. b. SMA N 1 Klampok c. SMA N 1 Wanadadi d. SMA N 1 Bawang e. SMA Muhamadiyah Banjarnegara f. SMA Cokroaminoto g. SMA Muhamadiyah Kalibening Dengan demikian ukuran populasi dari penelitian ini adalah sebesar 7 sekolah. Adapun jenis penelitian ini menggunakan teknik survei.

3.2. Operasionalisasi variabel penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah 3.2.1. Akreditasi Sekolah (X1) Akreditasi sekolah adalah tindakan menilai tingkat kelayakan setiap

sekolah melalui tindakan membandingkan keadaan sekolah menurut kenyataan dengan kriteria (standar) yang telah ditetapkan. Indikator akreditasi sekolah

didasarkan pada tingkat perolehan akreditasi yang

sudah diperoleh sekolah

setelah diakreditasi dengan klasifikasi: A (amat baik) diberi skor 4, B (baik) diberi skor 3, C (cukup) diberi skor 2, dan tidak terakreditasi diberi skor 1. Indikatorindikator tersebut Dinas Pendidikan diukur berdasarkan studi dokumentasi yang diperolah dari Kabupaten Banjarnegara. Pengukuran variabel ini

menggunakan alat ukur dengan skala ordinal. 3.2.2. Persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah (X2) Persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah adalah Persepsi guru mengenai kegiatan kepala sekolah membantu dan melayani guru, melalui penciptaan linkungan yang kondusif bagi peningkatan kualitas pengetahuan,

keterampilan, sikap, kedisiplinan, serta pemenuhan kebutuhan dan berusaha untuk selalu meningkatkan diri dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Indikator supervisi kepala sekolah meliputi (1) merencanakan supervisi, (2) merumuskan tujuan supervisi, (3) merumuskan prosedur supervisi, (4)

menyusun format observasi, (5) berunding dan bekerjasama dengan guru, (6) mengamati guru mengajar, (7) menyimpulkan hasil supervisi, (8)

mengkonfirmasikan supervisi untuk keperluan mengambil langkah tindak lanjut. Indikator tersebut berdasarkan persepsi guru mata pelajaran ekonomi dan akan diungkap dengan teknik angket. Pengukuran variabel ini menggunakan alat ukur dengan skala ordinal. 3.2.3. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi (Y) Indikatornya diperoleh dari rata-rata Nilai Ujian Nasional mata pelajaran ekonomi pada tahun ajaran 2004/2005. Indikator tersebut diukur berdasarkan studi

dokumentasi yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banjarnegara. Pengukuran variabel ini menggunakan alat ukur dengan skala rasio. Tabel 2 Variabel Penelitian No 1 Variabel Akreditasi Sekolah Peringkat klasifikasi : A (Amat Baik) B (Baik) C (Cukup) 2. Persepsi mengenai Supervisi Sekolah Guru 1. Merencanakan supervisi 2. Merumuskan tujuan supervisi Kepala 3. Merumuskan prosedur supervisi 4. Menyusun format observasi 5. Berunding dan bekerjasama dengan guru 6. Mengamati guru mengajar 7. Menyimpulkan hasil supervisi 8. Mengkonfirmasikan supervisi Ordinal untuk Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Indikator Akreditasi Sekolah Data dengan Ordinal

keperluan pengambilan langkah tindak Ordinal lanjut 3. Prestasi Mata Ekonomi Belajar Nilai Rata-rata Ujian Nasional Mata Rasio

Pelajaran Pelajaran Ekonomi

3.3. Metode pegumpulan data 3.3.1. Metode angket / kuesioner Metode angket atau kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi

tentang persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah. 3.3.2. Metode Dokumentasi Melalui metode dokumentasi diperoleh peringkat akreditasi sekolah dan Nilai Ujian Nasional. 3.4. Validitas dan Reliabilitas 3.4.1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen, dengan menggunakan rumus product moment (Suharsimi Arikunto,1996:160) sebagai berikut : rxy =

( NX 2

X )( Y ) ) ( X )( NY ( Y
NXY (
2 2

))

Keterangan : N rxy X = Jumlah Sampel = Koefisien korelasi = Jumlah skor butir soal

XY = Jumlah perkalian skor butir soal X2 Y2 Y = Jumlah kuadrat skor butir soal = Jumlah kuadrat total = Jumlah skor total

Berdasarkan hasil uji coba angket pada 15 responden, untuk angket persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dengan taraf kesalahan 5% diperoleh nilai r demikian semua butir soal valid. 3.4.2. Reliabilitas Reliabilitas instrument menunjukan suatu penelitian bahwa sebuah
xy

>r

tabel

= 0,514. Dengan

instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpulan data karena instrument itu sudah baik, sehingga mampu dan dapat mengungkapkan data yang dipercaya. Rumus alpha yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0 misalnya angket atau soal bentuk uraian (Suharsimi Arikunto,1996:191)

r 11 =

2 k b 2 (k 1) t

Keterangan : r 11 k 2 t = Reliabilitas instrumen = Banyaknya butir soal pertanyaan atau banyak soal = Jumlah varians butir = Varians total

Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha diperolah koefisien reliabilitas untuk angket persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah berdasarkan tingkat kepentingan sebesar 0,9517 dan berdasarkan tingkat kinerja

sebesar 0,9480. Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 15 diperolah harga rtabel = 0,514. Karena koefisien reliabilitas dari kedua angket tersebut lebih besar dari nilai rtabel, dapat dinyatakan bahwa kedua angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

3.5. Metode Analisis Data 3.5.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel yang ada dalam penelitian yaitu Akreditasi Sekolah (X1), Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah (X2) dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi (Y). Untuk mendeskripsikan variabel persepsi digunakan analisis persepsi dengan matrix performance and important yaitu membandingkan antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari kepala sekolah. Dalam penelitian ini guru memiliki peran ganda dalam menilai kepala sekolah yaitu penilaian yang berdasarkan pada tingkat kepentingan dan kinerjanya. Oleh karena itu digunakan uji jenjangbertanda wilcoxon (wilcoxons signed rank test). Adapun rumus perhitungan Castellan,2002:70) sebagai berikut (Ghozali &

Z=

T + T +

Untuk nilai T dapat diketahui sebagai berikut :

T =
+

n(n + 1) 4
n(n + 1) + (2n + 1) 24

T =
+

Keterangan : Z T+ T+ = Z score hasil perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test = mean = varians

Kemudian untuk selanjutnya memakai alat Bantu dengan program SPSS. Setelah diperoleh nilai Z score, untuk selanjutnya akan dapat diambil kesimpulan seperti berikut : a. Jika tingkat kinerja lebih besar dari tingkat kepentingan (Z score based on positive ranks) dan pada taraf kepercayaan 5% diperoleh harga yang

signifikan maka kesimpulan akhirnya adalah Sangat Baik b. Jika tingkat kinerja lebih besar dari tingkat kepentingan (Z score based on positive ranks) dan pada taraf kepercayaan 5% diperoleh harga yang tidak signifikan maka kesimpulan akhirnya adalah Kurang Baik c. Jika tingkat kinerja sama dengan tingkat kepentingan (Z score equal positive ranks and negative ranks) pada tarf kepercayaan 5% diperoleh harga yang signifikan atau tidak signifikan maka kesimpulan akhirnya adalah Baik d. Jika tingkat kenerja lebih kecil dari tingkat kepentingan (Z score based on negative ranks) pada taraf kepercayaan 5% diperoleh harga yang signifikan maka kesimpulan adalah Kurang Baik e. Jika tingkat kinerja lebih kecil dari tingkat kepentingan (Z score based on negative ranks) pada taraf kepercayaan 5% diperolah harga yang tidak signifikan maka kesimpulan akhirnya adalah Sangat Baik 3.5.2. Uji Hipotesis

Hipotesis I dan II dianalisis dengan menggunakan regresi sederhana, dengan rumus: Y = a + bX1 Uji kerberartian koefisien regresi digunakan uji t. Apabila diperoleh probabilitas kurang dari 5%, maka dapat disimpulkan hipotesis diterima. Adapun hipotesis III dianalisis dengan menggunakan analisis regresi ganda dengan rumus sebagai berikut (Algifari 2000:65): Y = a + b1X1 + b2X2

Keterangan : Y a b1 b2 = Kualitas Mata Pelajaran Eonomi = Konstanta = Koefisien regresi akreditasi sekolah = Koefisien regresi persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah X1 X2 = Akreditasi Sekolah = Persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah

Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui apakah suatu persamaan regresi yang dapat dihasilkan adalah baik untuk mengestimasi nilai variabel dependen. Oleh karena itu diperlukan uji F. a. Menguji koefisien regresi secara simultan (Uji F) Yaitu untu mengetahui sejauhmana variabel-variabel bebas secara simultan mampu menjelaskan variabel terikat. Kriteria untuk menguji hipotesis adalah : Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak

Ha = b1, b2 = 0, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima Ho = b1, b2 0, artinya terdapat pengaruh signifikan antara veriabel bebas dan variabel teriket. b. Menentukan koefisien determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk sejauhmana kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai R2 berada antara nol sampai dengan satu. Semakin mendekati 1 maka variabel bebas hampir memberikan semua informasi untuk memprediksi variabel terikat atau merupakan semakin kuatnya kemampuan menjelaskan

indikator yang menunjukan

perubahan variabel bebas terhadap variansi variabel terikat. Untuk menemukan sebarapa besar sumbangan efektif dari masing-masing prediktor (r2) terhadap prediksi yang ditunjukan dengan hasil nilai atau output dari R square. Sumbangan efektif dicari jika prediktornya lebih dari satu. Dalam penelitian prediktor ada dua yaitu akreditasi sekolah (X1) dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah (X2) c. Pengujian asumsi klasik Uji asumsi klasik menurut Sugianto (1995:78-87) bertujuan untuk mengetahui apakah penaksir dalam regulasi merupakan penaksir kolinier tak bias terbalik. Untuk membuktikanya dilakukan uji terhadap multikolinieritas, heterokedastisitas, dan normalitas

1. Multikolinieritas Multikolinieritas menunjukan adanya hubungan yang sempurna antar variabel bebas yang terdapat dalam regresi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinieritas dengan melihat harga VIF (Variance Inflation Faktor ). Berdasarkan hasil uji multikolinieritas dengan menggunakan program komputasi SPSS for windows diperoleh nilai VIF untuk variabel akreditasi sekolah sebesar 1,525 dan variabel persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah sebesar 1,525. Nilai VIF kedua variabel tersebut kurang dari 5 dan berada disekitar 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat multikolinieritas. 2. Heterokedastisitas Agar di dalam model regresi didapat penaksir yang efisien baik dalam sampel besar maupun kecil maka dilakukan uji hererokedastisitas. Melalui SPSS dapat dilihat pola yang dihasilkan secara scater plot. Apabila scater plot menunjukan pola tertentu maka model regresi dinyatakan memiliki gejala heterokedastisitas. Dengan menggunakan program komputasi SPSS dapat dilihat grafik scatter plot berikut:

Scatterplot Dependent Variable: Y


2.0

Regression Studentized Residual

1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -1.5 -1.0 -.5 0.0 .5 1.0 1.5

Regression Standardized Predicted Value

Berdasarkan grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. 3. Normalitas Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui normalitas dari variabel pangganggu. Uji normalitas merupakan justifikasi uji F dan Uji t, apabila asumsi normalitas tidak dapat memenuhi maka inferensi dengan uji F dan uji t dapat dilakukan. Hasil Uji Normalitas dapat dilihat pada grafik P-P plot sebagai berikut:

Normal P-P Plot of Regression Standardized Resid Dependent Variable: Y


1.00

.75

Expected Cum Prob

.50

.25

0.00 0.00 .25 .50 .75 1.00

Observed Cum Prob

Berdasarkan pada grafik P-P Plot terlihat bahwa nilai sebaran data terletak di sekitar garis lurus (tidak terpencar jauh dari garis lurus). Hal ini dapat disimpulkan bahwa persyaratan uji normalitas bisa dipenuhi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Pengaruh Akreditasi Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi

Sebagaimana disebutkan pada hipotesis I yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, maka dianalisis dengan menggunakan regresi sederhana. Adapun hasil analisis regresi sederhana dengan menggunakan program komputasi SPSS for windows release 10 dapat dilihat dalam tabel 3 berikut : Tabel 3 Hasil Analisis Data Regresi mengenai Pengaruh Akreditasi Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Sumber Variasi Konstanta B R r2 t hitung Signifikansi Keputusan Nilai 0,609 1,668 0,968 0,938 0,937 19,404 0,000 Signifikan persamaan regresi

Berdasarkan tabel tersebut, diperolah model sederhana


Y = 0,609 + 1,668 X1

Dari hasil uji t diperoleh t hitung sebesar 19,404 dengan probabilitas 0,00 yang berarti hipotesis yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara

akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi diterima. Dari hasil analisis diperoleh pula koefisien korelasi sebesar 0,968 dan koefisien determinasi sebasar 0,938 dengan demikian besarnya kontribusi akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi 94%. Adanya pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi di SMA se-Kabupaten Banjarnegara manunjukan bahwa jika sekolah memiliki akreditasi yang baik maka prestasi belajar siswa juga akan semakin baik pula. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan pada Bab II bahwa terdapat pengaruh antara akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi. Hasil tersebut sangat logis karena tujuan penyelenggaraan akreditasi sekolah adalah; (1) memberikan gambaran tentang tingkat kinerja sekolah yang dapat digunakan untuk kepentingan

pembinaan,pengembangan, dan peningkatan kinerja sekolah, baik kualitas, produktivitas, evektivitas, evisien dan inovasinya, (2) memberikan jaminan kepada publik bahwa sekolah tertentu yang telah dinyatakan terakreditasi menyediakan layanan pendidikan yang memenuhi standar kualitas nasional, dan (3) memberikan jaminan kepada publik bahwa siswa dilayani oleh sekolah yang benar-benar memenuhi persyaratan standar kualitas nasional. Di Kabupaten Banjarnegara terdapat 7 Sekolah Menengah Atas yang sudah di akreditasi, selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4 Peringkat Akreditasi Sekolah Peringkat Nama Sekolah akreditasi A SMA N I Banjarnegara SMA N I Bawang SMA Muhamadiyah Banjarnegara B SMA N Purwareja Klampok SMA N I Wanadadi SMA Cokroaminoto I SMA Muhamadiyah Kalibening Nilai Rata-Rata Ujian Nasional 7,25 5,61

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 3 Sekolah Menengah Atas yang mendapat peringkat akreditasi A dengan nilai rata-rata ujian nasional mata pelajaran ekonomi sebesar 7,25 dan 4 Sekolah Menengah Atas yang memperolah peringkat akreditasi B dengan nilai rata-rata ujian nasional 5,61. Terkait dengan hal tersebut maka sekolah perlu berupaya meningkatkan diri agar komponen-komponen yang termasuk dalam penilaian akreditasi dapat dioptimalkan. Badan Akreditasi Nasional (2003) menguraikan sembilan bidang yang termasuk dalam penilaian akreditasi yakni; (1) Kurikulum/proses belajar mengajar, meliputi pelaksanaan kurikulum dan proses belajar mengajar (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran), (2) Administrasi/ manajemen sekolah, meliputi perencanaan sekolah, implementasi manajemen sekolah, kepemimpinen kepala sekolah, pengawasan dan ketatalaksanaan sekolah, (3) Organisasi/kelembagaan sekolah meliputi organisasi dan regulasi sekolah, (4) Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam penyelenggaraan program pendidikan, (5) Ketenagaan meliputi tenaga pendidik dan tenaga penunjang, (6) Pembiayaan/pendanaan yang cukup dan berkelanjutan untuk menyelenggarakan pendidikan di sekolah, (7) Peserta didik/siswa meliputi

penerimaan siswa baru, pembinaan siswa, dan keluaran, (8) Peranserta masyarakat meliputi partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dan (9) Lingkungan kultur sekolah, meliputi konteks sekolah dan kultur sekolah.

4.2. Pengaruh Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi

Sebagaimana disebutkan pada hipotesis II yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar meta pelajaran ekonomi, maka dianalisis dengan menggunkan regresi sederhana. Adapun hasil analisis data dapat dilihat dalam tabel 5 berikut: Tabel 5 Hasil Analisis Data mengenai Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Sumber Variasi Konstanta B R r2 t hitung Signifikansi Keputusan Nilai 3,273 0.001 0,684 0,468 0,467 4,693 0,000 Signifikan

Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh model persamaan regresi sederhana


Y =3,273 + 0,001 X2

Dari hasil uji t diperoleh t

hitung

sebesar 4,693 dengan probabilitas 0,00

yang berarti hipotesis yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi diterima. Dari hasil analisis diperoleh pula koefisien korelasi sebesar 0,467 dan koefisien determinasi sebesar 0,468 dengan

demikian besarnya kontribusi persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi sebesar 46,8% bermakna. Adanya pengaruh yang signifikan antara persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi menunjukan jika supervisi kepala sekolah ditingkatkan pelaksanaanya, maka akan semakin meningkat pula prestasi belajar siswa yang bersangkutan. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan pada bab II bahwa terdapat pengaruh yang positif antara akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka pelaksanaan supervisi kepala sekolah perlu ditingkatkan agar memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kinerja guru. Hal tersebut selaras dengan pendapat Suhertian (1982) bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah berfungsi sebagai alat untuk memajukan cara mengajar dan cara belajar yang baru. Supervisi

kunjungan kelas juga berfungsi untuk membantu pertumbuhan profesional baik bagi guru maupun supervisor karena memberi kesempatan untuk meneliti prinsip dan hal belajar mengajar itu sendiri. Dengan profesional guru yang

semakin baik maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa yang semakin baik pula. Berdasarkan hasil penelitian ini lebih lanjut dapat dideskripsikan mengenai persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah dengan membandingkan antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pada tiap indikator supervisi kepala sekolah. Berdasarkan Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 6. Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Merencanakan Supervisi No 1 Sub Indikator Z
a

2.

3.

Kepala sekolah menyusun -3.579 rencana kegiatan supervisi bulanan secara rutin dalam program kegiatan semester. Kepala sekolah menyusun -2.676a jadwal supervisi kunjungan kelas yang dikomunikasikan dengan guru. Kepala sekolah melaksanakan -1.320a supervisi sesuai dengan rencana dan jadwal yang sudah tersusun.

Asymp. Sig.(2-tailed) .000

Kesimpulan Sangat baik

.007

Sangat baik

.187

Kurang baik

Berdasarkan tabel 6 di atas, menurut persepsi guru ekonomi di Sekolah Menengah Atas se-Kabupaten Banjarnegara yang sudah diakreditasi, kegiatan kepala sekolah dalam menyusun rencana kegiatan supervisi bulanan secara rutin dalam program kegiatan semester dan dalam menyusun jadwal supervisi kunjungan kelas yang dikomunikasikan dengan guru hasilnya sudah sangat baik, tetapi kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi sesuai dengan rencana dan jadwal yang sudah tersusun hasilnya kurang baik.

Tabel 7 Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Merumuskan Tujuan Supervisi NO 1 2 SUB INDIKATOR Kepala sekolah merumuskan tujuan supervisi. Kepala sekolah melaksanakan supervisi dengan tujuan yang jelas. Z -1.321a -2.524a Asymp. Sig.(2tailed) .186 .012 Kesimpulan Kurang baik Sangat baik

Berdasarkan tabel 7 di atas, kegiatan kepala sekolah di Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Banjarnegara yang sudah diakreditasi dalam merumuskan tujuan supervisi hasilnya kurang baik, kemudian kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi dengan tujuan yang jelas hasilnya sangat baik. Tabel 8 Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Merumuskan Prosedur Supervisi NO 1 2 SUB INDIKATOR Z Asymp. Sig.(2tailed) .408 .029 Kesimpulan Kurang baik Sangat baik

Kepala sekolah merumuskan -827a langkah-langkah supervisi secara runtut. Kepala sekolah menentukan -2.181a urutan kunjungan supervisi sesuai dengan keinginanya.

Berdasarkan tabel 8 di atas, menurut persepsi guru ekonomi di Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Banjarnegara yang sudah diakreditasi, kegiatan kepala sekolah dalam merumuskan langkah-langkah supervisi secara runtut hasilnya kurang baik, tetapi kegiatan kepala sekolah dalam menentukan urutan kunjungan supervisi sesuai dengan keinginanya hasilnya sangat baik.

Tabel 9 Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Menyusun Format Observasi NO 1 2 SUB INDIKATOR Z Asymp. Kesimpulan Sig.(2-tailed) .585 Kurang baik .197 Kurang baik Kurang baik

3.

Kepala sekolah menggunakan -546a instrumen untuk supervisi kunjungan kelas. Kepala sekolah menggunkan -1.291a teknik observasi dengan format tertentu dalam rangka supervisi kunjungan kelas. Kepala sekolah melaksanakan -943a supervisi dengan menggunakan format observasi.

.346

Berdasarkan tabel 9 di atas, menurut persepsi guru ekonomi di Sekolah Menengah Atas Kabupaten Banjarnegara yang sudah diakreditasi, kegiatan kepala sekolah dalam supervisi kunjungan kelas menggunakan instrumen dan menggunakan teknik observasi dengan format tertentu hasilnya kurang baik, kemudian dalam melaksanakan supervisi dengan menggunakan format observasi hasilnya juga kurang baik. Tabel 10 Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Berunding dan Bekerjasama dengan Guru NO 1 2 SUB INDIKATOR Z Asymp. Kesimpulan Sig.(2-tailed) .824 Kurang baik .174 Kurang baik Kurang baik

Kepala sekolah berunding dan -222a bekerjasama dengan guru mengenai hasil observasi yang dilakukan. Kepala sekolah mengadakan diskusi -1.360b mengenai hasil observasi apabila masalah yang ditemukan cukup berat. Kepala sekolah mengadakan -525a kerjasama dengan guru apabila diperlukan saja

.599

Berdasarkan tabel 10 di atas, kegiatan kepala sekolah yang dipersepsikan oleh guru ekonomi di Sekolah Menengah Atas se-Kabupatan Banjarnegara yang sudah diakreditasi, dalam berunding dan bekerjasama dengan guru mengenai hasil observasi yang dilakukan, mengadakan diskusi mengenai hasil observasi apabila masalah yang ditemukan cukup berat dan kepala sekolah mengadakan kerjasama dengan guru apabila diperlukan saja hasilnya kurang baik. Tabel 11 Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Mengamati Guru Mengajar NO 1 SUB INDIKATOR Z Asymp. Sig.(2tailed) .211 Kesimpulan Kurang Baik Kurang Baik Kurang Baik

Kepala sekolah mengadakan -1.250b proses pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kepala sekolah mencatat setiap -1.127b permasalahan yang dihadapi guru saat mangamati proses pembelajaran di kelas. Kepala sekolah mengadakan -1.468a supervisi kunjungan kelas karena guru hendak mengajukan penilaian untuk kepentingan kenaikan pangkat

.260

.142

Berdasarkan tabel 11 di atas, menurut persepsi guru ekonomi Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Banjarnegara, kegiatan kepala sekolah mengadakan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, mencatat setiap permasalahan yang dihadapi guru dan kepala sekolah mengadakan supervisi kunjungan kelas karena guru hendak mengajukan penilaian untuk kepentingan kenaikan pangkat hasilnya kurang baik.

Tabel 12 Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Menyimpulkan Hasil Supervisi NO 1 2 SUB INDIKATOR Z Asymp. Sig.(2tailed) .796 .068 Kesimpulan Kurang baik Sangat baik

Kepala sekolah menyimpulkan -258a hasil supervisi kunjungan kelas secara musyawarah. Kepala sekolah menyimpulkan -1822a hasil supervisi tanpa melibatkan guru sehingga guru tidak tahu kelemahanya dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah menyimpulkan -2.066b hasil supervisi dengan memberikan masukan agar guru dapat meningkatkan pembelajaran.

.039

Sangat baik

Berdasarkan tabel 12 di atas, menurut persepsi guru ekonomi di Sekolah Menengah Atas se-Kabupatan Banjarnegara yang sudah diakreditasi kegiatan kepala sekolah dalam menyimpulkan hasil supervisi kunjungan kelas secara musyawarah hasilnya kurang baik, tetapi kegiatan kepala sekolah dalam menyimpulkan hasil supervisi tanpa melibatkan guru sehingga guru tidak tahu kelemahanya dalam proses pembelajaran hasilnya sangat baik, kemudian kepala sekolah dalam menyimpulkan hasil supervisi dengan memberikan masukan agar guru dapat meningkatkan pembelajaran hasilnya juga sangat baik.

Tabel 13 Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Mengkonfirmasikan Hasil Supervisi untuk Keperluan Pengambilan Langkah Tindak Lanjut No 1 2 3. SUB INDIKATOR Kepala sekolah melaksanakan supervisi demi demi peningkatan profesional guru. Kepala sekolah melaksanakan supervisi dengan tindak lanjut yang jelas. Kepala sekolah melaksanakan supervisi untuk memenuhi salah satu peranya sebagai supervisor. Kepala sekolah melaksanakan supervisi demi peningkatan proses pembelajaran guru. Z -2.121 .000 -1.069 Asymp. Sig.(2-tailed) .034 1.000 .285 Kesimpulan Sangat baik Baik Kurang baik

4.

-.504

.614

Kurang baik

Berdasarkan tabel 13 di atas, menurut persepsi guru ekonomi di Sekolah Menengah Atas se-Kabupaten Banjarnegara yang sudah diakreditasi, kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi demi peningkatan profesional guru hasilnya sangat baik, kegiatan kepala sekolah melaksanakan supervisi dengan tindak lanjut yang jelas hasilnya baik, kemudian kepala sekolah melaksanakan supervisi untuk memenuhi salah satu peranya sebagai supervisor dan melaksanakan supervisi demi peningkatan proses pembelajaran guru hasilnya kurang baik.

4.3. Pengaruh Akreditasi Sekolah dan Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi

Sebagaimana disebutkan pada Hipotesis III yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah, maka dianalisis dengan menggunakan regresi linear berganda. Adapun hasil perhitungan analisis regresi liniear berganda dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil seperti terangkum dalam tabel 14 berikut: Tabel 14 Hasil Analisis Data mengenai Pengaruh Akreditasi Sekolah dan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Sumber variasi Konstanta B R r2 F hitung t hitung Signifikansi Keputusan X1 0,419 1,489 0,864 0,958 0,921 275,6 16,787 0,000 Signifikan X2 0,419 0,00487 0,177 0,958 0,329 275,6 3,438 0,002 Signifikan

Dari tabel tersebut diperoleh persamaan garis regresi linear berganda sebagai berikut :
Y= 0,419 + 1,489X1 + 0,005X2

Berdasarkan persamaan regresi tersebut diketahui hasil a0, a1 dan a2 bertanda positif yang menunjukan adanya pengaruh positif antara nilai akreditasi sekolah (X1) dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah (X2) terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi (Y). Makna dari persamaan tersebut adalah sebagi berikut:

a. Koefisien regresi X1 = 1,489 maknanya adalah jika nilai akreditasi sekolah (X1) naik 1 poin sementara sementara persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah (X2) diasumsikan tetap, maka prestasi belajar mata pelajaran ekonomi (Y) akan naik sebesar 1,489 poin. b. Koefisien regresi X2 = 0,005 maknanya adalah jika persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah naik 1 poin, sementara akreditasi sekolah tetap, maka prestasi belajar mata pelajaran ekonomi akan naik sebesar 0,005 poin

4.3.1. Uji Keberartian Persamaam Garis Regresi (Uji F).

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis digunakan uji F yaitu untuk mengetahui sejauh mana variabel Akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi.. Berdasarkan hasil analisis data diketahui Fhitung sebesar 275,610 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,00. Dengan demikian hipotesis yang mengatakan terdapat pengaruh antara akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi diterima.

4.3.2. Koefisien Determinasi (Ajusted R2 )

Harga Ajusted R2 atau koefisien determinasi dapat digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan atau kontribusi yang diberikan oleh variabel akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala

sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Ajusted R2 sebesar 0,958. Ini berarti persentase pengaruh akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi sebesar 95%, sedangkan sisanya sebesar 5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian ini. Adanya pengaruh antara akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi memberikan pemahaman bahwa dengan adanya akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah yang baik telah meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi. Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam

kemampuan menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kunjungan kelas, pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, supervisi non klinis, dan program kegiatan supervisi ekstra kurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pemanfaatan hasil kinerja tenaga kependidikan supervisi untuk meningkatkan

yang akan berpengaruh positif terhadap

prestasi belajar siswa dan mengembangkan sekolah.

BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Adanya pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, mengindikasikan suatu

pemahaman bahwa semakin baik peringkat akreditasi sekolah akan mengakibatkan semakin baik prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, begitu pula sebaliknya semakin rendah peringkat akreditasi sekolah akan berakibat pada pencapaian prestasi belajar mata pelajaran ekonomi semakin rendah. Hal ini terlihat dari temuan untuk perolehan peringkat akreditasi A nilai rata-ratanya 7,25 dan untuk peringkat akreditasi B nilai rata-ratanya 5,61. 2. Adanya pengaruh yang signifikan antara supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, mengindikasikan suatu

pemahaman bahwa semakin baik supervisi kepala sekolah akan mengakibatkan semakin baik prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, begitu pula sebaliknya semakin jelek supervisi kepala sekolah akan berakibat pada pencapaian prestasi belajar mata pelajaran ekonomi semakin rendah. 3. Adanya pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, mengindikasikan suatu pemahaman bahwa semakin baik akreditasi

sekolah dan supervisi kepala sekolah akan mengakibatkan semakin baik prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, begitu pula sebaliknya semakin rendah akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah akan berakibat pada pencapaian prestasi belajar mata pelajaran ekonomi semakin rendah. Tetapi dengan pencapaian akreditasi sekolah yang baik dan supervisi kepala sekolah kurang baik dimungkinkan akan berakibat prestasi belajar siswa kurang baik, begitu pula sebaliknya dengan pencapaian peringkat akreditasi rendah dan supervisi kepala sekolah baik dimungkinkan akan berakibat prestasi belajar siswa juga kurang baik.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disarankan sebagai berikut: 1. Adanya pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi maka diharapkan untuk sekolah yang memperoleh peringkat akreditasi B berusaha untuk memperoleh peringkat akreditasi A. 2. Adanya pengaruh yang signifikan antara supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, diharapkan kepala sekolah selalu meningkatkan kegiatan supervisinya dengan melaksanakan kegiatan supervisi sesuai dengan jadwal yang sudah tersusun, merumuskan tujuan supervisi dengan jelas, menyusun format observasi, berunding dan bekerjasama dengan guru, mengamati guru mengajar dan menyimpulkan hasil supervisi kunjungan kelas secara musyawarah.

3. Adanya pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, diharapkan untuk sekolah yang memperoleh peringkat akreditasi rendah dan supervisi kepala sekolah kurang baik agar lebih ditingkatkan lagi, sehingga prestasi belajar siswa akan semakin baik.

You might also like