You are on page 1of 37

PENGERTIAN EVALUASI, PENGUKURAN, DAN PENILAIAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN

14 Feb

A.

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering membuat suatu kegiatan evaluasi dan selalu menggunakan prinsip mengukur dan menilai. Namun, banyak orang belum memahami secara tepat arti kata evaluasi, pengukuran, dan penilaian bahkan masih banyak orang yang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut dengan suatu pengertian yang sama. Secara umum orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai, karena aktifitas mengukur biasanya sudah termasuk didalamnya. Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan. B. Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi

Untuk memahami pengertian evaluasi, pengukuran dan penilaian kita dapat memahaminya lewat contoh berikut :

1. Apabila ada seseorang yang memberikan kepada kita 2 pensil yang berbeda ukuran ,yang satu panjang dan yang satu lebih pendek dan kita diminta untuk memilihnya, maka otomatis kita akan cenderung memilih pensil yang panjang karena akan bisa lebih lama digunakan. Kecuali memang ada kriteria lain sehingga kita memilih sebaliknya. 2. Peristiwa menjual dan membeli di pasar. Kadang kala sebelum kita membeli durian di pasar, sering kali kita membandingkan terlebih dahulu durian yang ada sebelum membelinya. Biasanya kita akan mencium, melihat bentuknya, jenisnya ataupun tampak tangkai yang ada pada durian tersebut untuk mengetahui durian manakah yang baik dan layak dibeli. Dari kedua contoh diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kita selalu melakukan penilaian sebelum menentukan pilihan untuk memilih suatu objek/benda. Pada contoh pertama kita akan memilih pensil yang lebih panjang dari pada pensil yang pendek karena pensil yang lebih panjang dapat kita gunakan lebih lama. Sedangkan pada contoh yang kedua kita akan menentukan durian mana yang akan kita beli berdasarkan bau, bentuk, jenis, ataupun tampak tangkai dari durian yang dijual tersebut. Sehingga kita dapat memperkirakan mana durian yang manis. Untuk mengadakan penilaian, kita harus melakukan pengukuran terlebih dahulu. Dalam contoh 1 diatas, jika kita mempunyai pengaris, maka untuk menentukan pensil mana yang lebih panjang maka kita akan mengukur kedua pensil tersebut dengan menggunakan pengaris kemudian kita akan melakukan penilaian dengan membandingkan ukuran panjang dari masing-masing penggaris sehingga pada akhirnya kita dapat mengatakan bahwa Yang ini panjang dan Yang ini pendek lalu yang panjanglah yang kita ambil. Dalam contoh yang ke 2, kita memilih durian yang terbaik lewat bau, tampak tangkai, maupun jenisnya. Hal itu juga diawali dengan proses pengukuran dimana kita membanding-bandingkan beberapa durian yang ada sekalipun tidak menggunakan alat ukur yang paten tetapi berdasarkan pengalaman. Barulah kita melakukan penilaian mana durian yang terbaik berdasarkan ukuran yang kita tetapkan yang akan dibeli. Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa dalam proses penilaian kita menggunakan 3 ukuran, yakni ukuran baku (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya), ukuran tidak baku (depa, jengkal, langkah, dan sebagainya) dan ukuran perkiraan yakni berdasarkan pengalaman. Langkah langkah mengukur kemudian menilai sesuatu sebelum kita mengambilnya itulah yang dinamakan mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan evaluasi sebelum melakukan aktivitas mengukur dan menilai. Berdasarkan contoh diatas dapat kita simpulkan pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi sebagai berikut :

Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif. Penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. Sedangkan

Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian Evaluasi dalam Pendidikan

C.

Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatifalternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002). Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai. Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program, sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan (Lehman, 1990). D. Penilaian Dalam Pendidikan

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh

mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai. E. Pengukuran dalam pendidikan

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran. Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu. Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. F. Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran

Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah

kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membandingbandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif. Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian masing-masing :

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of Education and Culture. Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice. Japan: Shizuoka University. Lehmann, H. (1990). The Systems Approach to Education. Special Presentation Conveyed in The International Seminar on Educational Innovation and Technology Manila. Innotech Publications-Vol 20 No. 05. Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York : Macmillan College Publishing Company Tayibnapis, F.Y. (2000). Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta

Pengertian Evaluasi dan Evaluasi Pendidikan


13 Jan

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa Arab; altaqdir; dalam bahasa Indonesia berarti; penilaian. Akar katanya adalah value; dalam bahasa Arab; al-qimah; dalam bahasa Indonesia berarti; nilai. Beberapa pengertian tentang evaluasi sering dikemukakan oleh beberapa ahli seperti: Lessinger 1973 (Gibson, 1981: 374) mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses penilaian dengan jalan membandingkan antara tujuan yang diharapkan dengan kemajuan/prestasi nyata yang dicapai. Wysong 1974 (Gibson, 1981: 374) mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses untuk menggambarkan, memperoleh atau menghasilkan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan suatu keputusan. Gibson dan Mitchell 1981 (Uman, 2007: 91) mengemukakan bahwa proses evaluasi adalah untuk mencoba menyesuaikan data objektif dari awal hingga akhir pelaksanaan program sebagai dasar penilaian terhadap tujuan program. Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu. Apabila definisi evaluasi yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown itu untuk memberikan definisi tentang Evaluasi Pendidikan, maka Evaluasi Pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai; suatu tindakan atau kegiatan atau suatu proses menetukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan, atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Atau singkatnya: evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Berbicara tentang pengertian evaluasi pendidikan, di tanah air kita, Lembaga Administrasi Negara mengemukakan batasan mengenai Evaluasi Pendidikan sebagai berikut: Evaluasi pendidikan adalah:
1. Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan. 2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, saya mengambil kesimpulan bahwa evaluasi pendidikan adalah penilaian terhadap kinerja pendidikan yang telah berjalan guna memperoleh informasi yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki hal-hal yang memang perlu diperbaiki pada kinerja pendidikan. Prinsip-Prinsip Evaluasi
1. Kejelasan tujuan yang akan dicapai dalam suatu kegiatan evaluasi 2. Memerlukan adanya kriteria pengukuran 3. Melibatkan pihak yang betul-betul memahami tentang konsep dasar pendidikan secara komprehensif 4. Menuntut umpan balik dan tindak lanjut, sehingga hasil evaluasi dapat digunakan untuk membuat kebijakan putusan. Keputusan itu sendiri dapat berkenaan dengan: 1. Personel yang terlibat, mencakup kemampuan pengertian atau penambahan tenaga. 2. Jenis kegiatan dan pelaksanaannya. 3. Prioritas kegiatan dan subjek yang dilayani. 4. Pembiayaan, waktu dan fasilitas lainnya. 5. Kegiatan evaluasi bukan merupakan kegiatan yang bersifat insidental, tetapi merupakan proses kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan.

Implementasi Evaluasi Pendidikan


1. Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan. 2. Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak dicapai. 3. Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usaha perbaikan, penyesuaian dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tujuan yang dicita-citakan, akan dapat dicapai dengan hasil yang sebaik-baiknya.

Referensi Sudijono, A. (2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Azzam Media.

langkah-langkah evaluasi pendidikan

MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN TENTANG: LANGKAH-LANGKAH EVALUASI PENDIDIKAN NAMA : Rabian Syahbana NIM: 0711059 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH ABDURAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG 2009 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Alhamdulillahhirobbil alamin wasalatu wassalamuaalaiasysyrofil anbiya wal mursalina sayyidina Muhammad waala alihi washobihi ajmain. Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa penyusun haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Pembahasan tugas kali ini, penulis mencoba membahas tentang mata kuliah evaluasi pendidikan untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen pengampu mata kuliah evaluasi pendidikan kepada kami. Kali ini kami mencakup pembahasan langkah-langkah evaluasi pendidikan. Penulis menyadari bahwa dalam tugas ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna untuk itu tanggapan, teguran, dan kritikan serta saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan dari teman-teman. Penulis juga berharap tugas ini bermanfaat dan dapat dipergunakan untuk mahasiswa sekalian. Wassalamualaikum Wr.Wb. Petaling, 2009

Penulis BAB I PENDAHULUAN Kegiatan belajar dan pembelajaran pastilah membutuhkan penilaian atau evaluasi, dimana evaluasi tersebut membutuhkan kualitas, mutu dan pofesionalisme seorang guru dan kepada sekolah dalam menjalannkan kegiatan belajar dan pembelajaran. Evaluasi program kelas dan evaluasi program sekolah dilaksanaaka oleh evaluator yang memang sudah pernah mengajar atau menjadi seorang guru dan sudah menjabat berbagai posisi di lembaga pendidikan. Dengan kata lain seorang evaluator haruslah professional dibidangnya untuk menilai dan mengukur kemampuan guru dalam menyampaikan materi kepada siswa dan menilai sekolah dalam menjalankan lembaga pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekolah/madrasah. A. RUMUSAN MASALAH 1. Apa saja langkah-langkah dalam melakukan evaluasi pendidikan? BAB II PEMBAHASAN Dalam melakukan evaluasi program, apanya dari program yang dievaluasi? a. Input Siswa adalah subjek yang menerima pelajaran. Ada siswa pandai, kurang pandai, dan tidak pandai. Setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, social yang berbeda. Oleh karena itu dalam pembuatan program pengajaran hendaknya guru juga perlu memperhatikan aspek-aspek individu tersebut. Secara umum, hal-hal yang ada pada siswa berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. b. Materi atau kurikulum Di Indonesia, kurikulum berlaku secara nasional karena kita menganut system sentralisasi. Meskipun penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah sudah dilakukan secara cermat dan melibatkan banyak pihak, namun tidak mustahil bahwa di lapangan masih juga dijumpai kelemahan dan hambatan. Wilayah Indonesia yang sedemikian luas mengandung keragaman yang tidak sedikit. Itulah sebabnya guru perlu dibekali dengan kemampuan untuk melakukan evaluasi program, termasuk mengevaluasi materi kurikulum. Sasaran yang perlu dievaluasi dari komponen kurikulum ini anatara lain, kejelasan pedoman untuk dipahami, kejelasan materi yang terantum dalam GBPP, urutan penyajian materi, kesesuaian antara sumber yang disarankan dengan materi kurikulum dan sebagainya. c. Guru Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah orang yang diberi kepercayaan untuk meciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Guru adalah manusia biasa yang mempunyai banyak keterbatasan. oleh karena itu untuk menutupi kelemahan guru perlu dilakukan pembinaan dan penataran dalmrangka melaksanakan pembelajaran d. Metode atau pendekatan dalam mengajar Berbeda dengan evaluasi terhadap kurikulum, evaluasi terhadap metode mengajar merupakan kegiatan guru untuk meninjau kembali tentang metode mengajar, pendekatan, atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kurikulum kepada siswa. Metode mengajar adalah cara-cara atau teknik yang digunakan dalam mengajar. Sedangkan strategi pembelajaran menunjuk kepada bagaimana guru mengatur waktu pemenggalan penyajian, pemilihan metoda, pemilihan

pendekatan dan sebagainya. e. Sarana Komponen lain yang perlu dievaluasi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah sarana pendidikan, yanga meliputi alat pelajaran dan media pendidikan. Sebelum guru memulai kegiatan mengajar, bahkan sebelum atau sekurang-kurangnya pada waktu menyusun rencana mengajar, guru telah memilih alat yang kira-kira dapat membantu melancarkan dan memperjelas konsep yang diajarkan. Selain guru, mungkin siswa juga dapat dijadikan titik tolak dalam menentukan apakah sarana yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar sudah tepat. Mungkin saja pada waktu menentukan alat pelajaran guru berpikir bahwa pilihannya sudah tepat. Tetapi ternyata di dalam praktek pelaksanaan pengajaran, alat tersebut ternyata kurang atau sama sekali tidak tepat. Proses pengajarannya tidak menjadi semakin lancar, tetapi mungkin bahkan kacau balau. Apabila guru menjumpai dalam mengajar atau ketidak berhasilan siswa dengan nilai rendah-rendah, ia dapat mecoba mengadakan evaluasi terhadap sarana yang digunakan. Sasaran evaluasi yang berkenaan antara lain kelengkapannya, ragam jenisnya, modelnya, kemudahannya untuk digunakan, mudah dan sukarnya diperoleh, kecocokan dengan materi yang diajarkan, jumlah persediaan dibandingkan dengan banyaknya siswa yang memerlukan. f. Lingkungan Ada dua macam lingkungan, yaitu lingkungan manusia dan lingkungan bukan manusia. Yang dapat digolongkan sebagai lingkungan masukan lingkungan manusia bukan hanya bukan hanya kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa saja yang dengan atau tidak sengaja berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar siswa. Sedangkan yang dimaksudkan dengan lingkungan bukan manusia adalah segala hal yang berada di lingkungan siswa yang secara langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Yang termasuk kategori lingkungan bukan manusia misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan gedung dan sarana lain. Pengaruh lingkungan bukan manusia dapat positif maupun negative. Tatanan perabot kelas yang rapi dapat berpengaruh terhadap kesejukan suasana sehingga siswa dapat belajar dengan tenteram. Sebaliknya suasana yang gaduh di luar kelas dapat mengganggu konsentrasi siswa dan menyebabkan siswa tidak dapat seperti yang diharapkan. Langkah-langkah evaluasi pendidikan - Prosedur pelaksanaan evaluasi Pekerjaan mengevaluasi ada prosedur tersendiri meskipun perlu untuk ditekankan, bahwa pekerjaan mengevaluasi itu lebih tepat untuk dipandang sebagai suatu proses yang kontinu. Suatu kontinous proses yang tidak terputus-putus, tetapi ada gunanya juga mengetahui prosedur apa sajakah yang merupakan titik-titik penghubung dari proses yang bersifat kontinu tadi. Pengetahuan tentang prosedur ini ditambah dengan pengetahuan tentang fungsi dalam keseluruhan proses evaluasi akan memungkinkan kita memperoleh gambaran yang cukup jelas tentang sistematik pekerjaan evluasi pada ummnya. Dan kalau bayangan tentang sitematik rangka pekerjaan evaluasi ini sudah ada pada kita, akan lebih memudahkan bagi kita untuk membangunkan suatu system evaluasi yang dapat dipertanggungjawabkan dalam suatu lingkungan pendidikan tertentu ataupun untuk menilai dan aplagi perlu merevisi sitem evaluasi yang telah berlaku dalam suatu lingkungan pendidikan tertentu. Kalau langkah-langkah pokok yang telah kita sebutkan tadi kita susun kembali, barangkali urutan langkah-langkah pokok tadi akan terlihat sebagai berikut:

1. Langkah perencanaan (termasuk atau tidak termasuk perumusan kriterium, bergantung keadaan), 2. Langkah pengumpulan data. 3. Langkah persifikasi data. 4. Langkah pengolaan data. 5. Langkah penafsiran data, (didahului atau tidak didahului oleh perumusan kriterium revisi kriterium). Tentu saja stasistik yang disebutkan diatas tidak melupakan satu-satunya sistematik yang lain-lain lagi. Misalnya klau kita hendak menyusun sitematik yang lebih sederhana lagi, dapatlah seluruh langkahlangkah yang kita susun di atas tadi kita bagi menjadi tiga langkah dasar saja, dan barangkali kata langkah dapat diganti dengan kata taraf, sehingga seluruh proses evaluasi dapat dibagi menjadi taraftaraf sebafai berikut: 1) Taraf persiapan, 2) Taraf pelaksanaan, dan 3) Taraf pengobatan. Yang penting disini ialah, bahwa kita sebagai evaluator menyadari, dimanakah kita harus memulai tugas kita dan dimanakah pula kita dapat mengakhiri tugas kita. Dan apa sajakah yang kita harus lakukan di antara kedyua batas ini untuk menjamin adanya evaluasi yang sebaik-baiknya. Kiranya perlu juga dsebutkan di sini bahwa dalam beberapa situasi, pendidikan dilihat dari kepentingan anak atau murid rangkaian langkah-langkah, yang telah disebutkan di atas tadi belum dirasakan selesai, tetapi masih harus dilanjutkan dengan beberapa langkah yang lain lagi. Kalau kita sebagai evaluator dimintai konsultasi oleh seorang teman sejawat nebgenai jenis kesukaran yang terdapat pada seorang teman yang sangat tertinggal dalam mata pelajaran tertentu misalnya, akan kita hadapilah situasi yang kita maksudkan ini. Perincian langkah-langkah pokok Marilah kita tinjau langkah-langkah pokok tadi satu demi satu. A. Langkah perencanaan Merencanakan pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak dilakukan pada masa depan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur berbagai sumber daya agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalandan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin. Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yag lainnyadalam proses perencanaan. Sukses yang akan dicapai oleh suatu program evaluasi telah turut ditentukan oleh memadai atau tidaknya langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan ini. Yang dapat kita lakukan dalam taraf perencanaan ini ialah soal-soal yang berhubungan dengan pertanyaan untuk evaluasi yang akan dipergunakan kemudian. Yang paling penting kita lakukan dalam taraf perencanaan ini ialah berapa kalikah dalam satu tahun kita harus mengadakan evaluasi?. Untuk mengambil keputusan mengenai soal ini pertimbangan yang harus kita utamakan ialah kelengkapan gambaran tentang perumbuhan para siswa dalam kecakapan yang kita ajarkan. Artinya jumlah yang akan kita tetapkana mengenai evaluasi yang akan kita adakan dalam jangka waktu satu tahun itu kita lakukan hubungkan dengan tujuan memperoleh gambaran yang lengkap mengenai kemajuan yang akan dicapai oleh para siswa selama jangka waktu setahun itu pula. Kalau pertumbuhan yang akan dicapai

oleh para siswa kita tadi dapat kita bayangkan sebagai suatu pertumbuhan yang terdiri dari empat fase misalnya, maka ada baiknya umtuk mengadakan empat kali evaluasi selama jangka waktu satu tahun tadi. Ini merupakan soal praktis yang banyak sedikitnya biasanya selalu diketahui oleh setiap pengajar. Dengan merenungkan sedikit sifat materi yang kita ajarkan biasanya kita akan dapat membangunkan gambaran semacam itu. B. Langkah pengumpulan data Soal pertama yang kita hadapu dalam melakukan langkah ini ialah menentukan data apa saja yang kita butuhkan untuk melakukan tugas evaluasi yang kita hadapi dengan baik. Seperti telah disinggung di muka dan kemudian disinggung kembali dalam uraian kita tentang langkah perencanaan di atas, soal penentuan data yang halus dikumpulkan untuk keperluan suatu tugas evaluasi ini berhubungan erat dengan rumusan tentang tugas evaluasi ini berhubungan erat dengan rumusan tentang tugas kita dalam suatu usaha pendidikan. Kalau kita rangkumkan kembali uraiannya maka kita dapat jalan pikiran sebagai berikut: rumusan tentang tugas kita sebagai seorang pengajar dalam suatu usaha pendidikan menghasilkan ketentuanketentuan tentang tujuan yang harus kita capai dengan materi yang kita ajarkan. Rumus tentang tujuan yang harus kita capai ini setelah dianalisis menentukan aspek-aspek manakah dari sekuruh pertumbuhan seorang anak-anak sekelompok siswa terutama harus kita perhatikan dan manakah serta sampai ke taraf manakah pertumbuhan aspek-aspek ini harus kita arahkan. Soal terakhir yang harus kita selesaikan lebih dahulu dalam langkah pengumpulan data ini ialah pemilihan alat-alat yang kita pergunakan. Untk penyelesaian soalini biasanya pengetahuan mengenai alat-alat yang telah tersedia akan merupakan suatu pegangan yang sangat berguna. C. Langkah penelitian data Penelitian data atau verifikasi data dan maksudnya ialah untuk memisahkan data yang baik yang akan dapat memperjelas gambaran yang akan kita peroleh mengenai individu atau sekelompok individu yang sedang kita evaluasi, dari data yang kurang baik yang hanya akan merusak atau mengaburkan gambaran yang akan kita peroleh apabila turut kita olah juga.pada langkah ini data yang teutama membutuhkan verifikasiini ialaha data yang kita terima dari pihak lain mengenai orang yang sedang dievaluasi jadi bukan data yang kita peroleh sebagai hasil observasi kita sendiri tehadap orang sedang dievaluasi tadi. Pernyataan ini tentu saja tidak berarti bahwa setiap data yang kita kumpulkan sendiri dapat dianggap sebagai data yang sudah pasti terjamin kebaikannya. Tentu saja kemungkinan selalu ada bahwa data yang kita peroleh sebagai hasil dari pemeriksaan langsung terhadap orang yang dievaluasi yang kita sebut data yang berasal dari sumber pertama mengandung pula keasalahan-kesalahan. Banyaknya factor yang dapat menyebabkan masuknya data yang mengandung kesalahan-kesalahan ini. Tetapi oleh karena itu selalu menyadari baik-buruknya setiap data yang kita pergunakan untuk memperoleh data lengsung dari otak yang bersangkyutan tadi oleh karena dalam evalasi yang baik, kita selalu berusaha untuk hanya mempergunakan alat-alat yang sebaik-baiknya yang tersedia bagi kita. Oleh karena kita telah mempergunakan cara-cara pencatatan yang baik biasanya dengan telah dilakyukannya berbagai langkah pencegahan (precautious steps) semacam ini kita pun dapat merasa cukup pasti akan kebaikan atau kebersihan data yang langsung kita peroleh dari sumber pertama tadi. Tetapi tidaklah demikian halnya dengan data yang kita peroleh dari sumber kedua atau sumber ketiga, yaitu data yang kita peroleh tentang seseorang atau sekelompok orang melalui orang lain yang langsung

mengenai orang yang kita evaluai tadi. Dalam hal semacam ini banyaklah hal yang tidak kita ketahui tentang kebaikan atau kebenaran data yang diberikan kepada kita. Dari uraian diatas kianya telah dapat diduga bahwa panjang-pendeknya suatu langkahpenelitian terhadap sekumpulan data ditentukan oleh berbagai factor. Ada kalanya proses penelitian itu berlangsung sebentar saja. D. Langkah pengolahan data Langkah pengolahan data dilakukan untuk memberikan makna terhadap data yang ada pada kita. Jadi hal ini berate bahwa tanpa kita olah,dan diatur lebih dulu data itu sebenarnya tidak dapat menceritakansuatu apa pun kepada kita. Fungsi pengolahan data yang telah disajikan hingga sekarang ini jelaslah kiranya fungsi penolahan data dalam proses evaluasi yang perlu disadari benar-benar pada taraf pembicaraan kita sekarang ini ialah bahwa untuk memperoleh gambaran yang selengkaplengkapnya tentang diri orang yang sedang dievaluasikan langkah pengolahan data ini merupakan keharusan. E. Langkah penafsiran data Kalau kita perhatikan segenap uraian yang telah disajikan mengenai langkah data tadi akan segera tampak pada kita bahwa memisahkan lankah penafsiran dari langkah pengolahan sebenarnya merupakan suatu pemisahan yang terlalu dibuat-buat. Memang dalam praktek kedua langkah ini tidak dipisah-pisahkan kalau kita melakukan suatu pengolahan terhadap sekumpulan data, dengan sendirinya kita akan memperoleh tafsir makna data yang kita hadapi. Sering terasa pada kita bahwa sesuatu telah terumuskan dengan jelas dalam pikiran kita tetapi kita tidak berhasil juga menemukan kata-kata yang dapat untuk isi pikiran tadi. Dalam situasi-situasi tertentu sering kita dapat lari ke suatu bahasa asing yang telah berhasil menciptakan lambing atau kata, terutama itu untuk isi pikiran semacam itu tetapi dalam situasi yang lain lagi berbahasa maupun kita hendak melarikan diri tetapi tidak dapat kita temukan kata-kata yang tepat. Dalam situasi yang terakhir ini kita mendapatkan diri kita dalam suatu keadaan oleh pikiran yang terkatan. Kalau hal yang tak terkatakan tadi sering muncul dalam pikiran kita, kita pun akan berusaha sekeras-kerasnya untuk menemukankata yang tepat dan lahirlah sebagai hasil usaha semacam itu kata-kata baru istillah-istillah baru. Introduksi di atas disajikan di sini untuk sekedar meminta perhatian pembaca terhadap kesulitankesulitan yang mungkinterjadi dalam rumusan tafsiaran yangf dapat diberikan terhadap sekumpulan data yang telah diolah. F. Langkah meningkatkan daya serap peserta didik Hasil pengukuran memiki fungsi utama untuk memperbaiki tingkat penguasaan peserta didik. Hasilpengukuran secara umum dapat dikatakan bisa membantu, memperjelas tujuan intruksional, menentukan kebutuhan pesertra didik, dan menentukan keberhasilan peserta didik dalam suatu proses pembelajaran. Perhatikan uraian berikut ini. a. Memperjelas tujuan intruksional Penyebutan tujuan intruksional yang rinci tidak selalu membawa hasil yang positif. Ada kalanya rincian ini membawa dampak yang kurang positif. Ada kalanya rincian ini membawa dampak yang kurang baik antara lain dapat menjemukan peserta didik, terlebih-lebih mereka yang kurang atau lambat, bisa menimbulkan ketegangan. Kedua, peserta didik menganggap untuk menghadapi ujian hanya tujuan intruksional inilah yang harus dipersiapkan, bukan semua pelajaran yang diperoleh selama ini. Ketiga,

rincian intruksional dapat mematikankemungkinan untuk mengembangkan tujuan tersebut dalam proses pembelajaran. Padahal, dalam pembelajaran tujuan intruksional harus dikaitkan dengan berbagai metode yang memungkinkan tujuan tersebut mendalami materi dan meningkatkan kualitas proses berpikou, penanaman nilai dan keterampilannya. Inilah sebabnya dalam satuan pelajaran tidak perlu ditusemua tujuan intruksional yang ini dikembangkan tetapidipilih yang pokok dan yang penting saja. b. Penilaian awal yang menentukan kebutuhan peserta didik Penilaian awal ini bentuknya dapat dengan mempelajari catatan kemajuan dari sekolah asal, sebelum peserta didik mengikuti program yang dikembangkan dan atau melalui tes awal (pre-test) yang dikembangkan dan atau melalui tes (pre-test) yang dikembangkan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta tentang materi yang akan diberikan. c. Memonitor kemajuan peserta didik Monitoring kemajuan peserta didik selama proses pembelajaran bertujuan untuk mengarahkan peserta didik pada jalur yang membawa hasil-hasil belajar yang maksimal.monitoring dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus menerus. G. Laporan hasil penelitian Pada akhir penggal waktu proses pembelajaran, antara lain akhir catur wulan, akhir semester, akhir tahun ajaran, akhir jenjang persekolahan diperlukan suatu laporan kemajuan peserta didik, yang selanjutnya merupakan laporan kemajuan sekolah. Laporan ini akan memberikan bukti sejauh mana tujuan pendidikan yang diharapkan oleh anggota masyarakat khususnya orang tua peserta didik dapat tercapai. a. Laporan kemajuan umum Informasi tersebu tersebut terbuka untuk siapa saja yang berminat dengan sasaran utamanya adalah orang tua, anak didik dan masyarakat di sekitar sekolah. b. Laporan kemajuan khusus Disampaikan hanya pada orang tua dan peserta didik, karena laporan ini banyak menyangkut masalaj pribadi yang tabu untuk diketahui oleh orang lain. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN langkah-langkah pokok dalam melakukan evaluasi pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Langkah perencanaan (termasuk atau tidak termasuk perumusan kriterium, bergantung keadaan), 2. Langkah pengumpulan data. 3. Langkah persifikasi data. 4. Langkah pengolaan data. 5. Langkah penafsiran data, (didahului atau tidak didahului oleh perumusan kriterium revisi kriterium). B. SARAN Berkaitan dengan pembahasan makalah ini, maka pemakalah sekaligus menyarankan agar: Melalui pembahasan makalah ini, pemakalah mengharapkan dari semua pihak, terutama aktifis STAIN SAS Bangka-Belitung untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Agar kedepannya makalah yang dibuat akan menjadi lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA

Afdhee. Evaluasi Program Pengajaran. (online) avaible: http://Artikel: Evaluasi Program Pengajaran( diakses pada tanggal 6 november 2009) Daryanto. Evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007 Fattah, Nanang. Landasan Manajemen PendidikN. Bandung: PT REmaja Rosdakarya 2004 angkah- langkah dalam Evaluasi Pendidikan

perkuliahan.com Pada umumnya orang merinci pelaksanaan kegiatan evaluasi pendidikan ke dalam enam langkah pokok dalam kegiatan evaluasi pendidikan itu berturut-turut adalah sebagai berikut :[1] 1. Menyusun rencana evaluasi Penyusunan rencana evaluasi pada umumnya mencakup kegiatan ; a. Merumuskan tujuan dari kegiatan evaluasi itu sendiri. b. Menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi. c. Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan evaluasi. d. Menyusun dan menentukan alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam kegiatan evaluasi. e. Menentukan tolok uur, norma atau kreteria yang akan dipergunakan dalam rangka memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi. f. Menetapkan frekuensi dari kegiatan evaluasi itu sendiri, yaitu : kapan dan seberapa kalikah evaluasi itu akan dilakukan. 2. Menghimpun Data Menghimpun data dalam rangka evaluasi di lapangan pendidikan, pada umumnya dilaksanakan dengan cara pengukuran, walaupun tidak semua kegiatan evaluasi pendidikan harus didahului dengan tindakan pengukuran. 3. Verifikasi Data Melakukan verifikasi data artinya memeriksa dan menyaring data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi, untuk dapat dipastikan apakah data yang telah berhasil dihimpun itu cukup dapat dipercaya sebagai dasar atau landasan dalam rangka pengambil kesimpulan. 4. Analisis Data

Menganalisa data yang diperoleh dari kegiatan evaluasi mengandung arti melakukan pengolahan, pemeriksaan, perincian, pemisahan, pengelompokan dan sebagainya, sehingga data tersebut menjadi bermakna atau dapat memberikan informasi yang berharga. 5. Interpretasi Data Pemberian interpretasi atau penafsiran terhadap data yang telah dilakukan penganalisaan itu merupakan statement (pernyataan) tentang hasil penganalisaan data. Disini evaluator mengemukakan apa makna yang terkandung dalam kumpulan data yang telah diperoleh dalam kegiatan evaluasi. 6. Penggunaan Hasil Evaluasi Dengan melandaskan diri pada kesimpulan yang telah diperoleh dalam kegiatan evaluasi, evaluator lebih lanjut melakukan pengambilan keputusan atau merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dipandang perlu untuk dilaksanakan. Dengan demikian tindakan melakukan evaluasi itu tidak hanya terbatas sampai pada kesimpulan atau kongklusi saja. Harus diingat bahwa kesimpulan itu barulah merupakan suatu pendapat sebagai hasil evaluasi dan karena itu masih memerlukan tindak lanjut. Adapun ciri-ciri dari evaluasi pendidikan. Ada lima ciri yang dimiliki oleh evaluasi pendidikan, kelima ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut :[2] 1. Bahwa evaluasi dilakukan secara tidak langsung. Dalam contoh ini akan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan penyelesaian soal-soal. 2. Penggunaan ukuran kuantitatif. Evaluasi pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan simbul bilangan sebagai hasil pertama pengukura. Setelah itu diinterpretasian ke bentuk kualitatif. 3. Bahwa evaluasi pendidikan menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap.

4. Bersifat relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari waktu ke waktu yang lain. 5. Bahwa evaluasi pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor yaitu : a. b. c. d. Kesalahan yang terjadi karena alat pengukurnya. Kesalahan yang terjadi karena evaluator sendiri. Kesalahan yang bersumber dari anak didik. Kesalahan yang bersumber pada situasi pada saat evaluasi pendidikan dilaksanakan.

Sumber: http://www.perkuliahan.com/langkah-langkah-dalam-evaluasi-pendidikan/#ixzz28tThUkiU

20

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN & PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN


Posted on 20 November 2010 by nadyyaa LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN & PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN & PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN A. Pemanfaatan kisi-kisi a. b. c. Untuk membuat soal yang berkualitas yang dirancang dengan sungguh-sungguh. Untuk menentukan kemampuam siswa dalam pembuatan soal. Untuk menentukan banyak soal yang dibuat serta bentuk soal.

d. Sebagai suatu format atau matriks yang memuat informasi,kriteria yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis, merakit tes ,Kisi-kisi juga disusun berdasar tujuan penggunaan tes Melalui kisi-kisi dapat diketahui arah dan tujuan setiap soal. e. Sebagai Pedoman dalam penulisan soal hingga menghasilkan soal sesuai dengan tujuan tes Pedoman dalam perakitan butir soal hingga terhimpun menjadi perangkat tes yang siap digunakan, Kisi-kisi yang baik akan dapat menghasilkan perangkat soal yang baik. B. Langkah-langkah Dalam Penyusunan Tes a. Menentukan tujuan mengadakan tes b. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang diteskan c. Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan

d. Menderetkan semua TIK (tujuan instruksional khusus) dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK (tujuan instruksional khusus) itu. Table ini digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlawati. e. Menyusun table spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur berserta imbangan antara kedua hal tersebut. f. Menulis butir-butir soal di dasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada aspek tingkah laku yang dicakup.

Untuk mencapai hasil tes yang baik,ada empat karakteristik dalam penyusunannya : 1. Tes hasil belajar tersebut harus bersifat valid,atau memiliki validitas. Kata valid sering diartikan dengan tepat,benar,shahih,jadi kata validitas diartikan dengan ketepatan,kebenaran,keshahihan,atau keabsahan 2. 3. 4. Tes hasil belajar tersebut memiliki reliabilitas atau kemantapan. Tes hasil belajar tersebut bersifat objektif. Tes hasil belajar bersifat praktis dan ekonomis.

Bentuk Tes dalam penyusunannya ada dua macam yaitu : 1. Tes hasil belajar bentuk uraian.

Tes uraian sering dikenal dengan istilah tes subyektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakan berikut ini : a. Tes yang berbentuk pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.

b. Bentuk pertanyaan yang menuntut untuk memberikan penjelasan,komentar,penafsiran,membandingkan,membedakan,dan sebagainya. c. Jumlah butir soal umumya terbatas yaitu berkisar antara lima sampai sepuluh soal.

d. Pada umumya butir-butir tes uraian diawali dengan kata jelaskan,terangkan,uraikan,mengapa,bagaimana,dan sebagainya.

2.

Tes obyektif.

Tes obyektif yaitu dikenal dengan istilah tes jawaban pendek,yaitu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing soal.

Apabila TIK di tulis sangat khusus, maka satu TIK di ukur oleh satu butir soal. Tetapi jika TIK TIK esensial, maka satu TIK dapat diukur dengan lebih dari satu butir soal :

Soal ingatan

Pertanyaan ingatan biasa digunakan untuk mengukur penguasaan materi yang berupa fakta, istilah, definisi, klasifikasi atu kategori, urutan maupun kriteria.

Soal pemahaman

Pertanyaan pemahaman biasanya menggunakan kata-kata perbedaan, perbandingan, menduga, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali dan memperkirakan.

Soal aplikasi

Soal aplikasi adalah soal yang mengukur kemampuan siswa dalam mengaplikasikan (menerapkan) pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-hari atau persoalan yang dikemukakan oleh pembuat soal.

Soal analisis

Soal analisis adalah soal yang menuntut kemampuan siswa untuk menganalisis atau menguraikan sesuatu persoalan untuk diketahui bagian-bagiannya.

Soal sintesis

Yaitu sebagai kebaikan kemampuan untuk menganalisis adalah kemampuan untuk mengadakan sintesis. Oleh karena itu soal sintesis lebih harus dimulai dengan suatu kasus.

Soal evaluasi

Soal evaluasi adalah soal evaluasi yang berhubungan dengan menilai, mengambil kesimpulan, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikkan, membedakan, menerangkan, memutuskan dan menafsirkan.

C. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran

Praktek pelaksanaan evaluasi pembelajara dapat diselenggarakan dengan cara : 1. 2. 3. Tes tertulis Tes lisan Tes perbuatan

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran yaitu : 1. Langkah Perencanaan Tidak akan berlebihan kiranya kalau diketahui di sini bahwa, sukses yang akan dapat dicapai oleh suatu program evaluasi telah turut ditentukan oleh memadai atau tidaknya langkah-langkah

yang dilaksanakan dalam perencanaan ini. Sukses atau tidaknya suatu program evaluasi pada hakikatnya turut menentukan oleh baik tidaknya perencanaan. Makin sempurna kita melakukan langkah pokok perencanaan ini makin sedikitlah kesulitan-kesulitan yang akan kita jumpai dalam melaksanakan langkah-langkah berikutnya.

2. Langkah pengumpulan data Soal pertama yang kita hadapi dalam melakukan langkah ini ialah menentukandata apa saja yang kita butuhkan untuk melakukan tugas evaluasi yang kita butuhkan untuk melakukan tugas evaluasi yang kita hadapi dengan baik. Kalau kita rangkumkan kembali uraiannya maka kita dapat jalan pikiran yaitu rumusan tentang tugas kita sebagai seorang pengajar dalam suatu usaha pendidikan menghasilkan ketentuan-ketentuan tentang tujuan yang harus kita capai dengan materi yang kita ajarkan.

3. Langkah penelitian data Data yang telah terkumpul harus disaring lebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut, proses penyaringan ini kita sebut penelitian data atau verifikasi data dan maksudnya ialah untuk memisahkan data yang baik yang akan dapat memperjelas gambaran yang akan kita peroleh mengenai individu yang sedang kita evaluasi, dari data yang kurang baik yang hanya akan merusak atau mengaburkan gambaran yang akan kita peroleh apa bila turut kita olah juga. Oleh karna itu kita selalu menyadari baik buruknya setiap data yang kita pergunakan untuk memperoleh data langsung dari orang yang bersangkutan oleh karena itu dalam evaluasi yang baik, kkita selalu berusaha untuk hanya mempergunakan alat-alat yang sebaik-baiknya yang tersedia bagi kita. 4. Langkah-langkah pengolahan data Langkah pengolahan data dilakukan untuk memberikan makna terhadap data yang pada kita. Jadi hal ini berarti bakwa tanpa kita olah, dan diatur lebih dulu data itu sebenarnya tidak dapat menceritakan suatu apapun kepada kita. Sering sekali seorang memiliki data yang cukup lengkap tentang seorang murid atau sekelompok murid yang sedang dievalusinya tetapi karena ia kurang pandai mengolah data yang dimilikinya tadi tidak banyaklah arti atau makna yang dapat dikeluarkannya dari datanya. Fungsi pengolahan data dalam proses evaluasi yang perlu disadari benar-benar pada tarafmemperoleh gambaran yang selengkap-lengkapnya tentang diri orang yang sedang di evaluasi.

5. Langkah penafsiran data

Kalau kita perhatikan segenap uraian yang telah di sajikan mengenai langkah data tadi akan segera tampak pada kita bahwa memisahkan langkah penafsiran dari langkah pengolahan sebenarnya merupakan suatu pemisahan yang terlalu dibuat-buat. Memang dalam praktek kedua langkah ini tidak dipisah-pisahkan kalau kita melakukan suatu pengolahan terhadap sekumpulan data, dengan sendirinya kita akan memperoleh tafsir makna data yang kita hadapi.

6. Langkah meningkatkan daya serap peserta didik Hasil pemikiran memiliki fungsi utama untuk memperbaiki tingkat penguasaan peserta didik. Hasil pengukuran secara umum dapat dikatakan bisa membantu, memperjelas tujuan instruksional, menentukan kebutuhan peserta didik, dan menentukan keberhasilan peserta didik dalam suatu proses pembelajaran.

7. Laporan hasil penelitian Pada akhir penggal waktu proses pembelajaran, antara lain akhir catur wulan, akhir semester, akhir tahun ajaran, akhir jenjang per sekolahan, diperlukan suatu laporan kemajuan peserta didik, yang selanjutnya merupakan laporan kemajuan sekolah. Laporan ini akan memberikan bukti sejauh mana pendidikan yang diharapkan oleh anggota masyarakat khususnya orang tua peserta didik dapat tercapai.

Syarat-syarat Evaluasi Pembelajaran

Syarat-syarat Evaluasi Pembelajaran

Penilaian yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki validitas. Validitas artinya penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur tekanan udara dan tidak tepat bila digunakan untuk mengukur temperature udara. Demikian pula suatu tes memiliki suatu validitas bila tes itu benar-benar mengukur hal yang hendak di tes. 2. Mempunyai reliabilitas. Suatu alat evaluasi memiliki reliabilitas, bila menunjukkan ketetapan hasilnya. Dengan kata lain, orang yang akan dites itu akan mendapat skor yang sama bila dia dites kembali dengan alat uji yang sama. Reliabilitas suatu tes biasanya dinyatakan dengan

koefisien korelasi. Suatu alat evaluasi yang tinggi bila reliabilitasnya menunjukkan koefisien korelasi 1.00, sedangkan tes yang reliabilitasnya rendah mempunyai koefisien korelasi 0.00. 3. Objektivitas. Suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa adanya interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu. Guru harus menilai siswa dengan criteria yang sama bagi setiap pekerjaan tanpa membeda-bedakan si A atau si BB dan seterusnya. Objektivitas dalam penilaian sering diperlukan dalam menggunakan: questioner, essay test, observation, rating scale, check list, dan alat-alat lainnya. 4. Efisiensi. Suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa membuang waktu dan uang yang banyak. Ini tidak berarti, bahwa evaluasi yang memakan waktu, usaha dan uang sedikit dianggap alat evaluasi yang baik. Hal ini tergantung pada tujuan penggunaan alat evaluasi dan banyaknya siswa yang dinilai dan sebagainya. 5. Kegunaan/Kepraktisan. Ciri lain dari alat evaluasi ialah usefulness (harus berguna). Untuk memperoleh keterangan tentang siswa, sehingga guru dapat memberikan bimbingan sebaikbaiknya bagi para siswanya.

6. BAB I 7. PENDAHULUAN 8. 9. A. Latar Belakang 10. Evaluasi merupakan suatu proses perencanaan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif keputusan . setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja dirancang untuk memperoleh informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan . data yang dikumpulkan sudah barang tentu sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan. 11. Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran. Norman E. Gronlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: evaluation ... a systematic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved by puplis. (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa). (dalam Purwanto, Ngalim : 1987:3) 12. Dengan kata-kata yang berbeda, tetapi mengandung pengetian yang hampi sama, Wrightstone dan kawan-kawan (1956:16) mengemukankan rumusan evaluasi pendidikan sebagai berikut: Educational evaluation is the estimation of the growth and progress of pupils toward objectives or values in the curriculum. (evaluasi pendidikan ialah penafsiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kea rah tujuan-tujuan atau nilainilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum).

13. Dalam mengevalusi, harus mempunyai syarat-syarat dan tujuan yang harus di jadikan acuan agar tidak terjadi kesalahan. Evaluasi harus terperinci dan dapat

dipertanggungjawabkan dalam pelaksanaannya. Dalam evaluasi semestinya harus memenuhi syarat-syarat yang dijadikan acuan agar tepat sasaran. 14. B. Rumusan Masalah 15. Adapun rumusan dalam penulisan makalah ini adalah

16. Bagaimanakah syarat-syarat alat evaluai yang baik? 17. 18. C. Tujuan Penulisan 19. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan syarat-syarat alat evaluasi yang baik. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. BAB II 38. SYARAT-SYARAT EVALUASI YANG BAIK 39. 40. A. Pertian Evaluasi 41. Ada beberapa pengertian evaluasi. Wand dan Brown (1957) mendevenisikan evaluasi sebagai ... refer to act or process to determining the value of something evaluasi mengacu kepada suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi. (Sanjaya, Wina: 2008: 335)

42.

Sejalan dengan pendapat tersebut Guba dan Lincoln mendevenisikan evaluasi itu merupakan suatu proses memberikan pertimbangan (evaluand). Pendapat Hamih Hasan (dalam Sanjaya, Wina: 2008: 335) Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu.

43.

Dari konsep tersebut di atas, ada dua hal yang menjadi karakteristik evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan suatu proses. Artinya daam suatu pelaksanaan evaluasi mestinya terdiri dari macam tindakan yang harus dilakukan. Dengan demiakian evaluasi bukanlah hasil atau produk, akan tetapi rangkaian kegiatan. Kegiatan dilakukan untuk memberikan makna atau nilai sesuatu yang di evaluasi.

44.

Kedua, evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Artinya, berdasarkan hasil pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Dengan kata lain evaluasi adapat menunjukkan kualitas yang dinilai.

45. 46. B. Fungsi Evaluasi 47. Evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal. Ada beberapa fungsi evaluasi, yakni: 48. a. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpang balik bagi siswa. Melalui

evaluasi, siswa akan mendapatkan informasi tentang aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Dari hasil evaluasi siswa akan dapat menentukan harus bagaimana proses pembelajaran yang perlu dilakukan. 49. b. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian

siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Siswa akan tahu bagaian mana yang perlu di pelajarai lagi dan bagian mana yang tidak perlu. 50. c. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan progran kurikulum.

Informasi ini sangat dibutuhkan baik untuk guru maupun untuk para pengembang kurikulum khususnya untuk perbaikan program selanjutnya. 51. d. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual dalam

mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan sehubungan dengan bidang pekerjaan serta pengembangan karir.

52. e.

Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan

kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai. Misalnya apakah tujuan itu mesti dikurangi atau ditambah. 53. f. Evaluasi berfungsi sebagai umpang balik untuk semua pihak yang tua, untuk guru

dan pengembang kurikulum, untuk perguruan tinggi, pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil kebijakan pendidikan termasuk juga untuk masyarakat. Melalui evaluasi dapat dijadikan bahan informasi tentang efektivitas program sekolah. (Sanjaya, Wina: 2008: 339) 54. 55. C. Syarat- syarat Evaluasi yang Baik 56. Sebuah instrumen evaluasi hasil belajar hendaknya memenuhi syarat sebelum di gunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bias atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya. 57. Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen. 58. 59. Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain : 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. * Validitas * Reliabilitas * Objectivitas * Pratikabilitas * Ekomonis * Taraf Kesukaran * Daya Pembeda

67. Validitas 68. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Validitas diartikan sebagai sifat benar, menurut bukti yang ada, logika berfikir, atau kekuatan hokum. Menurut Diknas

bahwa validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya. Sedangkan menurut Wiki pedia Indonesia diterjemahkan , kesahihan, kebenaran yang diperkuat oleh bukti atau data. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. 69. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dengan demikian kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, sahih, absah, sehingga kata valid dapat diartikan ketepatan, kebenaran, kesahihan, atau keabsahan. Menurut Anas Sujiono apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur maka tes dikatakan valid adalah apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara sahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, dengan kata lain tes dapat dikatakan telah memiliki Validitas apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharus diungkap atau diukur lewat tes tersebut. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. 70. Dalam kaitannya dengan tes dan penilaian, Retno mengemukakan tiga pokok pengertian yang bisa digunakan sebagai berikut : 71. a. Validitas berkenaan dengan hasil dari sutu alat tes atau alat evaluasi, dan tidak

menyangkut alat itu sendiri. Tes intelegensi sebagai alat untuk melakukan tes kecerdasan hasilnya valid , tapi kalau digunakan untuk melakukan tes hasil belajar tidak valid. 72. b. Validitas adalah persoalan yang menyangkut tingkat (derajat), sehingga istilah yang digunakan adalah derajat validitas suatu tes maka suatu tes ada yangh disebut validitasnya tinggi, sedang dan rendah. 73. c. Validitas selalu dibatasi pada pengkususannya dalam penggunaan dan tidak pernah

dalam arti kualitas yang umum. Suatu tes berhitung mungkin tinggi validitasnya untuk mengukur keterampilan menjumlah angka, tetapi rendah validitasnya untuk mengukur

berfikir matematis dan sedang validitasnya untuk meramal keberhasilan siswa dalam pelajaran matematik yang akan datang. 74. Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut. 75. 1. Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu studi

menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel. 76. 2. Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa yang akan datang. 77. 3. Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut. 78. 79. Macam-macam Validitas 80. Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris. Sementara Retno validitas itu terbagi menjadi lima tipe yaitu validitas tampang (face validity), validitas logis (logical validity), validitas vaktor (factorikal validity), Validitas isi (conten validity), dan validitas empiris (empirical validity). Sedangkan menurut Anas ternik pengujian validitas hasil belajar secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu pengujian validitas tes secara rasional dan pengujian validitas tes secara empirik. 81. dari: 82. 1. Pengujian validitas tes secara rasional. 83. Istilah lain dari istilah validitas rasional adalah validitas logika, validitas ideal atau validitas dassollen. Istilah validitas logika (logical validity) mengandung kata logis berasal dari kata logika yang berarti penalaran. Dengan makna demikian bahwa validitas logis untuk sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran, kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen bersangkutan sudah dirancang secara baik mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Dengan demikian validitas logis ini dikatakan benar apabila tes yang dilakukan sesuai denga ketentuan, peraturan dan teori yang ada, sehingga suatu tes itu dapat dikatakan valid dapat dilihat setelah instrumen soal tes tersebut telah selesai dibuat. 84. Pada dasarnya para ahli pendidikan melihat pengujian validitas tes itu dapat dilihat dengan

85. 2. Pengujian Validitas Tes secara Empiris 86. Istilah Validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Yang dimaksud dengan validitas empiris adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Sedangkan menurut Ebel bahwa Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran. 87. 88. 89. Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas 90. Menurut Retno ada beberapa hal yang mempengaruhi validitas alat pengukur sebagai berikut : 91. 1. Faktor di dalam tes itu sendiri 92. 2. Faktor dalam respon siswa, ini terjadi jika : Siswa mengalami gangguan emosional dalam menjawab tes, Siswa hanya cendrung menerka-nerka dalam menjawab tes, 93. 3. Faktor dalam mengadministrasi tes dan pembijian. 94. Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud Validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga Aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu Aspek Kognitif, Psikomotor dan Afektif.Tinggi Rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas. 95. 96. Reliabilitas 97. Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapta menghasilkan hasil pengukuran yang ajeg. Keajegan/ketetapn disini tidak diartikan selalu sama tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan seseorang si upik berada lebih rendah dibandingkan orang lain misalnya si Badu, maka jika dilakukan pengukuran ulang hasilnya si upik juga berada lebih rendah terhadap si badu. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat di hitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.

98. 99. Objectivitas 100. Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas

pribadi dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subyektifitas yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. 101. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi

yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan Audience yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara on the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang obyektif tentang keadaan audience yang di evaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya. 102. 103. 104. Praktikabilitas Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi

apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri : Mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audience mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat di laksanakan oleh orang lain. 105. 106. 107. Ekonomis Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan

biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama. 108. 109. 110. Taraf Kesukaran Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu

mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audience mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiece putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Di dalam isitlah evaluasi index kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan Proporsi.

111. 112. 113. Daya Pembeda Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut

membedakan antara audience yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audience yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Index Diskriminasi. (Ulianta, Artikel Pendidikan). 114. Sependapat dengan syarat-syarat di atas, maka Sukardi (2008 : 8)

mengemukakan bahwa, suatu evaluasi memenuhi syarat-syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi yang baik, harus mempunyai syarat seperti berikut: 1) valid, 2) andal, 3) objektif , 4) seimbang, 5) membedakan, 6) norma, 7) fair, dan 8) praktis. 115. Sedangkan Wina Sanjaya (2008: 352-354), mengatakan bahwa syarat-syarat

alat evaluasi yang baik harus: 116. 117. a. Memberikan motivasi

Memberikan penilaian evaluasi diarahkan untuk meninkatkan motivasi belajar

bagi siswa melalui upaya pemahaman akan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki baik oleh guru maupun siswa. Siswa perlu memahami makna dari hasil penilaian. 118. 119. b. Validitas Penilaian diarahkan bukan semata-mata untuk melengkapi syarat administrasi

saja, akan tetapi diarahkan untuk memperoleh informasi tentang ketercapaian kompetensi seperti yang terumuskanan dalam kurikulum. Oleh sebab itu, penilaian tidak menyimpang dari kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata lain penilaian harus menjamin validitas. 120. 121. c. Adil

Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam proses pembelajaran tanpa

memandang perbedaan sosial-ekonomi, latar belakang budaya dan kemampuan. Dalam penilaian, siswa disejajarkan untuk mendapatkan perlakuan yang sama. 122. 123. d. Terbuka Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dipahami baik oleh penilai

maupun yang dinilai. Siswa perlu memahami jenis atau prosedur penilaian yang akan dilakukan beserta kriteria penilaian. Keterbukaan ini bukan hanya akan mendorong siswa untuk memperoleh hasil yang baik sehingga motovasi belajara mereka akan bertambah

juga, akan tetapi sekaligus mereka akan memahami posisi mereka sendiri dalam pencapaian kompetensi. 124. 125. e. Berkesinambungan

Penilaian tidak pernah mengenal waktu kapan penilaian seharusnya dilakukan.

Penilaian dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. 126. 127. f. Bermakna

Penilaian tersusun dan terarah akan memberikan makna kepada semua pihak

khususnya siswa untuk mengetahui posisi mereka dalam memperoleh kompetensi dan memahami kesulitan yang dihadapi dalam mencapai kompetensi. Dengan demikian, hasil penilaian itu juga bermakna bagi guru juga termasuk bagi orang tua dalam memberika bimbingan kepada siswa dalam upaya memperoleh kompetensi sesuai dengan target kurikulu. 128. 129. g. Menyeluruh Kurikulum diarahkan untuk perkembangan siswa secara utuh, baik perkembangan

afektif, kognitif maupun psikomotorik. Oleh sebab itu, guru dalam melaksanakan penilaian harus menggunakan ragam penilaian, misalnya tes, penilaian produk, skala sikap, penampilan, dan sebagainya. Hal ini sangat penting, sebab hasil penilaian harus memberikan informasi secara utuk tentang perkembangan setiap aspek. 130. 131. h. Edukatif Penilaian kelas tidak semata-mata diarahkan untuk memperoleh gambaran

kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang diperoleh, akan tetapi hasil penilaian harus memeberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran, baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa, sehingga hasil belajar lebih optimal. Dengan demikian, proses penilaian tidak semata-mata tanggung jawab guru akan tetapi juga merupakan tanggung jawab siswa. Artinya siswa harus ikut terlibat dalam proses penilaian, sehingga mereka meyadari, bahwa penilaian adalah bagian dari proses pembelajara. 132. 133. Sedangkan Daryanto (1997: 19-28) membagi syarat-syarat evaluasi menjadi 5

(lima) bagian, diantaranya: 134. 1. Keterpaduan

135.

Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran disamping

tujuan serta metode. Tujuan inttruksional, materi dan metode, serta evaluasi merupakan tiga keterpaduan yang tidak boleh dipisahkan. 136. 137. 2. Koherensi Dengan prinsip koherensi diharapkan evaluasi harus berkualitas dengan materi

pengajran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur. 138. 139. 3. Pedagogis Evaluasi perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau

dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya. 140. 141. 4. Akuntabilitas Sejau mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-

pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability). 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. A. Kesimpulan Dari pembahasan tentang syarat-syarat evaluasi yang baik, maka dapat ditarik BAB III PENUTUP

kesimpulan bahwa :

157.

Dalam menggunakan konsep evaluasi dalam kaitannya dengan tes dan penilaian ,

maka ada beberapa pokok yang harus dipegang yaitu : 158. Validitas , andal, objektif, seimbang, membedakan, norma, fair, praktis,

bermakna, berkesinambungan, keterbukaan 159. Ada lima faktor yang mempengaruhi validitas dalam arti mengurangi validitas

yaitu : Faktor didalam tes itu sendiri, Faktor berfungsinya isi dan prosedur mengajar, Faktor dalam respon siswa, Faktor dalam mengadministrasi tes dan pembijian. 160. 161. 162. 163. B. Saran Adapun saran yang ingin disampaikan penulis sebagai berikut : 1. Diharapkan bagi tenaga pengajar/pendidik agar dalam penyusunan alat

evaluasi sekiranya dapat memperhatikan syarat-syarat evaluasi. 164. 2. Kiranya kurangnya referensi buku di Pasca UNM dapat di perhatikan

terutama yang berkaitan tentang evaluasi. 165. 166. 167.

Makalah evaluasi pembelajaran


Filed under: Makalah Umum Tinggalkan Komentar November 4, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Dalam setiap kegiatan pendidikan tidak akan bisa dipisahkan dari kegiatan evaluasi, tanpa ada evaluasi tidak mungkin akan diketahui hasil usaha pendidikan maka semua kegiatan pendidikan hanya sia-sia belaka, karena kita tidak pernah mengetahui apakah pendidikan yang kita lakukan berhasil atau tidak, baik atau buruk, lulus atau tidak lulus. Evaluasi adalah kegiatan akhir yang harus dilakukan oleh pendidik untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan materi oleh peserta didiknya, atau bisa juga evaluasi diartikan sebagai sebuah proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Sekolah sebagai sebuah institusi yang menyelengarakan pendidikan yang diumpamakan sebagai sebuah tempat pengolahan dimana calon siswa sebagai bahan mentah yang akan diolah, maka lulusan sekolah itu diumpamakan sebagai hasil olahan yang siap dipergunakan untuk mengetahui apakah seorang siswa lulus atau tidak lulus maka perlu diadakan evaluasi sebagai alat penyaring.

Hasil evaluasi ini akan digunakan untuk mengambil berbagai keputusan pendidikan , namun tidak semua hasil evaluasi dapat digunakan dan dimamfaatkan untuk mengambil keputusan pendidikan, karena hasil evaluasi itu belum tentu sesuai dengan maksud dan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan, disamping itu bagaimana pelaksanaan evaluasi yang dilakukan. Evaluasi dapat dikatakan baik apabila memenuhi tiga syarat pokok, yaitu validitas (Kesahihan), reliabilitas (kehandalan) dan kepraktisan. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar-Dasar Evaluasi Pendidian, bahwa disamping Validitas, Reliabilitas dan kepraktisan, syarat evaluasi yang baik juga harus memiliki syarat Objektivitas dan Ekonomis. Dalam hal ini penulis hanya mambahas pada aspek Validitas saja. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Validitas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Validitas diartikan sebagai sifat benar, menurut bukti yang ada, logika berfikir, atau kekuatan hokum. Menurut Diknas bahwa validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya. Sedangkan menurut Wiki pedia Indonesia diterjemahkan , kesahihan, kebenaran yang diperkuat oleh bukti atau data. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dengan demikian kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, sahih, absah, sehingga kata valid dapat diartikan ketepatan, kebenaran, kesahihan, atau keabsahan. Menurut Anas Sujiono apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur maka tes dikatakan valid adalah apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara sahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, dengan kata lain tes dapat dikatakan telah memiliki Validitas apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharus diungkap atau diukur lewat tes tersebut. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Dalam kaitannya dengan tes dan penilaian , Retno mengemukakan tiga pokok pengertian yang bisa digunakan sebagai berikut : Validitas berkenaan dengan hasil dari sutu alat tes atau alat evaluasi, dan tidak menyangkut alat itu sendiri. Tes intelegensi sebagai alat untuk melakukan tes kecerdasan hasilnya valid , tapi kalau digunakan untuk melakukan tes hasil belajar tidak valid. Validitas adalah persoalan yang menyangkut tingkat (derajat), sehingga istilah yang digunakan adalah derajat validitas suatu tes maka suatu tes ada yangh disebut validitasnya tinggi, sedang dan rendah. Validitas selalu dibatasi pada pengkususannya dalam penggunaan dan tidak pernah dalam arti kualitas yang umum. Suatu tes berhitung mungkin tinggi validitasnya untuk mengukur keterampilan menjumlah angka, tetapi rendah validitasnya untuk mengukur berfikir matematis dan sedang validitasnya untuk meramal keberhasilan siswa dalam pelajaran matematik yang akan datang.

Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut. Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu studi menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel. Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa yang akan datang. Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai dengan alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut. B. Macam-macam Validitas Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris. Sementara Retno validitas itu terbagi menjadi lima tipe yaitu validitas tampang (face validity), validitas logis (logical validity), validitas vaktor (factorikal validity), Validitas isi (conten validity), dan validitas empiris (empirical validity). Sedangkan menurut Anas ternik pengujian validitas hasil belajar secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu pengujian validitas tes secara rasional dan pengujian validitas tes secara empirik. Pada dasarnya para ahli pendidikan melihat pengujian validitas tes itu dapat dilihat dari: 1.Pengujian validitas tes secara rasional. Istilah lain dari istilah validitas rasional adalah validitas logika, validitas ideal atau validitas dassollen. Istilah validitas logika (logical validity) mengandung kata logis berasal dari kata logika yang berarti penalaran. Dengan makna demikian bahwa validitas logis untuk sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran, kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen bersangkutan sudah dirancang secara baik mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Dengan demikian validitas logis ini dikatakan benar apabila tes yang dilakukan sesuai denga ketentuan, peraturan dan teori yang ada, sehingga suatu tes itu dapat dikatakan valid dapat dilihat setelah instrumen soal tes tersebut telah selesai dibuat. 2. Pengujian Validitas Tes secara Empiris Istilah Validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Yang dimaksud dengan validitas empiris adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Sedangkan menurut Ebel bahwa Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran. C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas Menurut Retno ada beberapa hal yang mempengaruhi validitas alat pengukur sebagai berikut : 1. Faktor di dalam tes itu sendiri 3. Faktor dalam respon siswa, ini terjadi jika : Siswa mengalami gangguan emosional dalam menjawab tes, Siswa hanya cendrung menerka-nerka dalam menjawab tes, 4. Faktor dalam mengadministrasi tes dan pembijian. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan tentang validitas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : Dalam menggunakan konsep validitas dalam kaitannya dengan tes dan penilaian , maka ada tiga pokok pengertian yang harus dipegang yaitu : 1. Validitas berkenaan dengan hasil dari suatu alat tes atau alat evaluasi dan tidak menyangkut

alat itu sendiri. 2. Validitas adalah persoalan yang menyangkut tingkat (derajat). 3. Validitas selalu dibatasi pada pengkhususannya dalam penggunaan dan tidak pernah dalam arti kualitas umum. Ada lima faktor yang mempengaruhi validitas dalam arti mengurangi validitas yaitu : Faktor didalam tes itu sendiri, Faktor berfungsinya isi dan prosedur mengajar, Faktor dalam respon siswa, Faktor dalam mengadministrasi tes dan pembijian. DAFTAR PUSTAKA 1. Arikunto, Suharsimi. 2006, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2. Darsono, Max.. 2000. Belajar dan Pembelajaran, Semarang: IKIP Semarang Press. 3. Saifuddin, Azwar. 2002. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 4. Sudijono,Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Suka Be the first to like this.

You might also like