You are on page 1of 8

REGIONAL AND GLOBAL SECURITY

Changing Threats and Institusional Responses

Pendahuluan Dalam peningkatan kedudukan negara atau aktor lain non negara memiliki persamaan dalam hukum dan norma dalam dunia internasional. Hal ini terlihat dalam konvensi resolusi konflik dan persiapan strategi mereka unruk bertahan dari ancaman arsitektur keamanan tradisoanal. Seperti yang dilakukan oleh kebanyakan negara, mereka menggunakan kekuatan hard power dan soft power dalam menghadapati tantangan yang berpotensi menggangu keamanan mereka. Keamanan suatu negara dapat di definisikan dalam aturan yang akan mengkoordinasi masalah tentang pemisahan otoritas, intervensi serta peraturan formal dan informal. Adapun tiga masalah yang belum dapat terselesaikan dalam mempelajari keamanan suatu negara. Yakni: 1. Tidak adanya tipologi yang menujukan ancaman pada suatu negara 2. Negara mengalamai evolusi asinkron 3. Sifat negara yang selau berubah terhadapa ancaman baru.

Setelah berakhirnya perang dingin, muncullah periode baru dalam menejeman keamanan kawasan dan global. Sehingga menimbulkan dua tantangan baru dalam menjaga keamanan kawasan maupun global. Pertama, pembuat kebijakan harus menetukan pengaturan keamanan barat. Dan yang kedua, para pembuat kebijakan harus mampu menentukan system keamana yang baru ini apakah berdasarkan aliansai atau penyeimbangan dari ad hoc. The contemporary security context Konsep dari keamanan dapat didefinisikan didalam berbagai arti, tingkat dari pembangunan definisi yang membatasi relativitas diatas pertahanan militer (keamanan dari

perang dan penaklukan) untuk pengertian yang lebih, sampai dengan keamanan yang mempertimbangkan ancaman yang lebih besar yang mengancam kehidupan manusia. Kategori terakhir yang termasuk di dalam keamanan politik ( keamanan dari tekanan dan penyiksaan oleh politik yang ekstrim), keamanan ekonomi ( keamanan dari kelaparan dan pencabutan), keamanan social dan budaya ( kebudayaan yang bertahan dan hak minoritas) dan kemanan lingkungan (keamanan dari degradasi dan bencana lingkungan). Kemunculan dari ancaman keamanan baru di eropa, member kesan bahwa kita tidak bisa memahami keamanan lebih lama di dalam pola dari sebuah pilihan politik yang bisa member sebuah gambaran yang membatasi bentuk spesifik dari suatu negara. Pertama, negara memainkan peran yang relatif kecil sebagai bentuk protagonis dalam sistem keamanan ini. Kedua, ancaman hutang negara yang muncul secara tidak langsung ketimbang secara langsung. Perluasan agenda keamanan adalah kontroversial dan selalu diperdebatkan. Kriteria yang diperlukan adalah untuk membedakan analitis ancaman keamanan dari sumber potensial lain dari berbagai gangguan dalam sistem internasional dan bagian-bagian dalam komponennya. Perbedaan dalam studi keamanan tradisional dengan apa yang memotivasi pendekatan multi sektor didukung oleh Sekolah Kopenhagen yang juga mencakup masalah politik, ekonomi, sosial dan lingkungan dalam lingkup keamanan. Di sektor politik, ancaman eksistensial secara tradisional dianggap sebagai ancaman terhadap kedaulatan negara atau ideologi yang berlaku, tetapi ancaman politik juga bisa muncul dalam isu-isu yang berpengaruh, penentuan diri dari otoritas politik dan legitimasi. Di sektor militer, misalnya, interaksi ditentukan oleh hubungan kekuatan bersenjata dan paksaan. Sektor politik ditandai dengan hubungan pengaruh, otoritas dan legitimasi. Hubungan di sektor ekonomi yang bersangkutan dengan keuangan, perdagangan, kontrol sumber daya dan alat produksi. Sektor sosial berkaitan dengan peradaban kolektif, sementara sektor lingkungan adalah tentang interaksi peradaban manusia dan berbagai tingkat ekosistem global.

Determine of the new security agenda Klarifikasi dari sebuah konsep membantu untuk berhubungan dengan sifat baru dari ancaman yang ditimbulkan ke sistem pemerintahan eropa dan keunggulan pada aktor non negara sebagai sumber utama dari ancaman.

Solusi analitis untuk masalah yang ditimbulkan oleh agenda keamanan baru bisa mengambil sejumlah bentuk. Pendekatan pertama akan menjadi akhir dari agenda keamanan yang baru sebagai respon dari mereka yang ingin memberikan pemikiran alternatif untuk kelanjutan NATO sebagai organisasi keamanan. Kategori kedua adalah tanggapan darurat yang menganggap bahwa posisi ancaman ini telah bertahan selama periode modern dan tidak hanya adanya konflik kekuatan besar yang telah mendorong masalah ini ke permukaan. Kategori ketiga, respon dan salah satu yang muncul paling relevan yaitu berfokus pada struktur yang berubah dari sistem negara eropa dan sifat perubahan dari negara eropa itu sendiri. Sejumlah aktor non negara ada dalam pengelolaan keamanan, khususnya dalam konteks eropa, yang melibatkan perusahaan swasta, organisasi non pemerintah nasional seperti PBB, NATO, organisasi untuk keamanan dan kerjasama di eropa (OSCE) dan Uni Eropa. Organisasi internasional, LSM dan perusahaan swasta menjadi semakin ditarik ke dalam pembuatan kebijakan keamanan dan pelaksanaan. Untuk menentukan kepentingan relatif dari negara dan aktor non negara sebagai agen keamanan memerlukan penelitian empiris, yang perlu diarahkan ke sejumlah pertanyaan. Pertama, apa jenis ancaman yang dianggap penting dan seberapa besar intensitasnya? Apa kemungkinan yang mereka tetapkan untuk berbagai jenis ancaman? Kedua, adalah struktur negara diantisipasi oleh target, struktur sosial atau non kombatan? Ketiga, adalah sumber geografis diantisipasi dalam bentuk subregional, regional atau global? Keempat, adalah agen atau aktor ancaman dipandang sebagai negara atau non negara ?

Regional security governance Pengetahuan akan isu ini biasanya mendominasi agenda keamanan secara nasional, regional, maupun global. Perbedaaan dan kompleksitas dari ancaman keamanan baru berlari lebih cepat dari kapasitas Negara untuk merespon secara sepihak, oleh karenanya hal ini memaksa Negara untuk bekerjasama dengan NGO dan actor-aktor internasional lainnya. Keamanan regional berfokus kepada keamanan internasional dari territorial yang sudah ada. Dia bias berlari sendiri atau terhubung dengan UN. Dan UN menghimbau setiap anggotanya untuk menjaga perdamaian dalam regionalnya. Seperti contohnya EU yang menjadi actor

regional penting dalam menghadi maslah keamanan regionalnya dan bahkan global. EU sangat efektif dalam menghadapi fungsi keamanannya seperti pencegahan konflik, penegakan perdamaian, dsb. namun dalam regional lainnya, seperti di afrika, African Union (AU) dan the Economic Community of West African State (ECOWAS). AU sendiri terkendala masalah kelemahan institusional dan sumber daya. AU masih belum bias menjamin keamanan ketika terjadi konflik di Darfur pada tahun 2004 karena terbatasny jumlah pasukan, logistic, dan financial. Oleh karenanya sjak tahun 2005 EU, AS, dsb. Memberikan bantuan dalam hal financial, logistic kepada AU. AU sendiri harus memperkuat lagi intistusinya untuk menghadapi kirisis lainny di afrika pada masa yg akan dating. Contoh lainnya adalah ECOWAS. ECOWAS Melalui ECOMOG Telah berhasil untuk mengakhiri konflik di wilayah afrika barat. Dalam perjalannya ECOMOG berjalan tidak terlalu mulus, Nigeria berusaha untuk menggerakkan paksa menurut kepentingannya sendiri dan tidak semua actor dalam kawan tsb. Yg medukung model keamanan regional yg diterapkan ECOMOG. Namun meski komunitas internasional mengapresiasi konsep yang diterapkan oleh ECOMOG, bentuk keamanan regional seperti ini tidak bisa mengatasi masalah dalam jangka panjang. Contoh pemerintahan kemanan regional lainnya adalah CARICOM yg berdiri di kawasan karibia. Meskipun perhatian utamanya adalah untuk ekonomi, Ia juga menyoroti masalah keamanan. Seperti yang terjadi salah satu Negara anggotanya, Haiti. CARICOM melakukan pengamatan terhadap pemilu di Haiti yang bertujuan untuk menciptakan pemerintahan demokrasi yang bersih didalam komunitasny. Serta ketika terjadi kerusuhan di Haiti, CARICOM mengirim misi khusus untuk meredakan ketegangan. Ketiga organisasi regional ini (AU, ECOWAS, CARICOM) harus lebih efektif, efisien, dan perlu institusi yg terintegrasi lagi untuk menghasilkan hasil yg positif dalam keamanan regionalnya. Menurut haffendorn, kelembagaan yg lebih besar/baik tergantung dari 3 faktor : kesamaan, kekhususan, dan perbedaan fungsional yang semua saling terhubung. Ketiga factor ini juga dipengaruhi kondisi latar belakang seperti ada atau tidaknya ancaman state-to-state didalam regional, sejarah interaksi keamanan dari para actor dan kapabilitas pertahanan yang terbatas di masing-masing konstituen.

Contohnya seperti di European union (EU) dengan terbentuknya HR, CIVCOM, MIC, dsb. Negara-negara anggota menjadikan EU untuk berperan dalam dalam mengatasi ancaman transnasional. Hal ini menjadikan EU sebagai paying tertinggi dan berlawanan dengan system internasional Westphalia yg bersifat anarki. Contoh lainnya adalah ASEAN regional forum yg sangat peduli terhadap pencegahan konflik dan memiliki kekuatan bersama untuk melawan saqlah satu anggota mereka. Slah satu factor yg menyebabkan tercapainya stabilitas keamanan regional di asia pasifik adlah seimbangnya kekuata dari para actor yg terlibat seperti China, jepang, dan amerika serikat.

Global security governance Pemerintahan keamanan regional berupaya menciptakan ciri khas dalam sistem internasional yang mana beberapa hal tidak dapat dikatakan pemerintahan keamanan global. Menurut Jervis (2002) terdapat lima kondisi untuk pemerintahan keamanan internasional. Di bawah kondisi ini, elit nasional harus: menghindari perang penaklukan dan perang sebagai instrumen keahlian negara; menerima suatu bentuk biaya akibat perang yang mengalahkan pemasukan; memegang erat prinsip ekonomi yang lebih liberal daripada penaklukan atau kekaisaran; membangun pemerintahan domestiik yang demokratis; dan menghormati batas-batas negara yang sudah ditentukan. Selain itu, terdapat tiga hambatan untuk pemerintahan global (Keohane; 2002), antara lain (1) budaya, agama dan keanekaragaman peradaban dalam skala global, (2) terkait hambatan adalah ketiadaan dari sebuah consensus tentang keyakinan dan norma pada tingkat global, dan (3) hambatan untuk keamanan pemerintahan global adalah ketiadaan dari struktur kelembagaan yang cukup tebal untuk memenuhi tantangan pemerintahan. Sistem global dari kemanan kolektif hanya dapat berfungsi jika didukung oleh dasar kelembagaan yang kuat dengan bimbingan koheren secara efektif bekerja suatu badan yang dilengkapi untuk merespon kesempatan dan berhasil untuk setiap pelanggaran keamanan internasional. Institusi ini dibentuk pada tahun 1945 dengan nama Perserikatan Bangsa-Bangsa yang saat ini institusi tersebut memiliki fokus global pada keamanan. Selain itu, PBB saling menjamin keamanan dan perdamaian melalui kerjasama dengan anggota-anggotanya.

Security culture Adanya informasi dalam pertemuan ancaman keamanan mengenai preferensi koersif dan instrument persuasif akan dapat membantu untuk membedakan kekuasaan sipil dari kekuatan normal serta mengapa negara-negara tertentu lebih memilih tanggapan unilateral daripada tanggapan multilateral, lebih memilih mencari keterlibatan sipil daripada keterlibatan militer. Contohnya ialah Eropa yang sejak akhir Perang Dingin memiliki preferensi untuk pencegahan, penahanan dan soft power. Terdapat berbagai alasan utama yang menyebabkan terjadinya karakteristik yang berbeda dalam penggunaan instrument yaitu sejarah, geografi, budaya dan keterbatasan dalam kemampuan. Maka dari itu, adanya kualifikasi sangat diperlukan. Menurut Duffield dan Berger menyatakan bahwa konsep budaya keamanan nasional dari budaya politik ialah adanya sistem kepercayaan sosial mempengaruhi pikiran individu tentang dunia dan jenis dunia yang individu tersebut inginkan. Duffield memberikan lima variable mengenai hal ini, antara lain (1) pandangan dunia atau pemahaman empiris tentang lingkungan eksternal, (2) konten dan bentuk identitas nasional, (3) tujuan yang menjelaskan keperluan dari suatu kebijakan, (4) himpunan keyakinan kausal yang mengatur penilaian alternative dari hasil kebijakan luar negeri, dan (5) elit bersama norma-norma yang menetukan kisaran yang sesuai prilaku, tujuan dan instrument. Selain itu, Berger mengidentifikasikan empat elemen inti dari budaya keamanan nasional, antara lain identitas nasional, hubungan aliansi, struktur kekuatan dan hubungan sipil militer. Empat variable alternative tidak hanya menangkap karakteristik panting yang ditemukan oleh Berger dan Duffiled, tapi menyediakan dasar yang lebih baik untuk perbandingan lintas nasional danekspresi ekonomi, yaitu pandangan dunia dari limgkungan eksternal, identitas nasional, instrumental preferensi dan interaksi preferensi. Hal ini berarti, identitas nasional merupakan pusat penentuan dari budaya keamanan yang menetapkan lingkaran antara kita dan mereka serta dapat menentukan tanggapan terhadap ancaman eksternal. Adanya budaya keamanan juga dapat menetapkan batas dari kerjasama keamanan global dan regional. Contoh, adanya tanggapan berbeda yang terjadi antara negara-negara G8 plus China terhadap serangan 11 September. Keadaan seperti ini mencerminkan tidak hanya kendala sumber daya yang berbeda tapi budaya keamanan nasional yang mendukung respon sipil untuk militer bahkan dimana penilaian resiko dan ancaman adalah tidak berbeda.

Conclusion Tiap negara menyatakan bahwa ketika mereka berbagi persepsi ancaman yang sama, mereka tidak selalu memiliki preferensi yang sama dalam respon ancaman mereka. Negaranegara tersebut sebaiknya menyiapkan strategi keamanan mereka sesuai dengan sejarah negara mereka yang lebih spesifik dan sesuai dengan geo-strategi dari wilayah negara mereka.

REGIONAL AND GLOBAL SECURITY

OLEH : Luh Ashari Sumardewi I.B. Gde Restu Adhi Ni Luh Damaitri N. Ni Putu Wulan Aprilyani Haikal Hassan Thalib Arthya Talava (0921105003) (0921105004) (0921105012) (0921105019) (0921105030) (0921105033)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

You might also like