You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli bahasa tentang asal kata filsafat dan pengertiannya. Pada bab isi makalah ini, kami mencoba menggali apa yang dimaksud dari kata filsafat. B. Rumusan Masalah 1. Pengertian filsafat 2. Cara mempelajari filsafat 3. Manfaat mempelajari filsafat 4. Sistematika filsafat (epistemologi, ontologi, aksiologi) 5. Ciri dan metode berfikir filsafat 6. Perbedaan filsafat 7. Ilmu pengetahuan dan agama 8. Hubungan mempelajari filsafat dengan ilmu pendidikan Islam C. Tujuan Penulisan Makalah 1. Memenuhi tugas filsafat umum 2. Menggali secara rinci apa yang dimaksud dengan filsafat 3. Mengetahui manfaat dan cara mempelajari filsafat 4. Mengetahui hubungan filsafat dengan ilmu pendidikan Islam, pengetahuan dan agama. D. Metode Penulisan Makalah Penulisan makalah ini menggunakan pendekatan studi pustaka serta dengan mencari referensi dari berbagai sumber buku filsafat.

BAB II PENGANTAR FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat Poedjawijatna menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata Arab yang berhuhungan rapat dengan kata Yunani. Kata Yunaninya adalah Philosophia. Dalam bahasa Yunani kata Philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri atas Philo artinya cinta, dan Sophia artinya kebijakan. Jadi, menurut namanya saja Filsafat dapat diartikan cinta pada kebijakan. Melihat pengertian filsafat dari segi istilah, Poedjawijatna mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Hasbullah Bakry mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya. Plato menyatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang berminat mecapai kebenaran asli dan bagi Aristoteles filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik, dan estetika. Menurut Phytagoras, manusia yang paling tinggi nilainya ialah manusia pencinta kebijakan. B. Cara Mempelajari Filsafat Pertama sekali kiranya diketahui bahwa isi filsafat amat luas. Luasnya itu disebabkan pertama oleh luasnya objek penelitian filsafat, yaitu segala yang ada dan mungkin ada. Sebab lain ialah filsafat adalah cabang pengetahuan yang tertua. Ada tiga macam metode mempelajari filsafat, yaitu: 1. Menggunakan Metode Sistematis berarti pelajar menghadapi karya filsafat. Misalnya mulamula pelajar menghadapi teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu ia mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang lain kemudian dia mempelajari teori nilai / filsafat nilai. Pembagian besar ini dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat. Dengan belajar filsafat melalui metode perhatian kita terpusat pada isi filsafat bukan pada tokoh ataupun pada periode.

2. Metode Historis digunakan bila para pelajar mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya. Jadi, sejarah pemikiran ini dilakukan dengan membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah, misalnya dimulai dari membicarakan filsafat Thales yakni membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. 3. Metode Kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Pelajar haruslah sedikit banyak telah memiliki pengetahuan filsafat. Di sini pengajaran filsafat dapat mengambil pendekatan sistematis maupun historis. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian pelajar mencoba mengajukan kritiknya. Kritik itu mungkin dalam bentuk menentang, dapat juga berupa dukungan terhadap ajaran filsafat yang sedang dipelajari. Ia mengkritik mungkin dengan menggunakan pendapatnya saja atau dengan pendapat filosof lain. C. Manfaat Mempelajari Filsafat Sekurang-kurangnya ada empat macam manfaat mempelajari filsafat, yaitu: 1. Agar terlatih berpikir serius 2. Agar mampu memahami filsafat 3. Agar mungkin menjadi Filosof 4. Agar menjadi warga negara yang baik Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan berpikir serius. Kemampuan ini akan memberikan kemampuan memecahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan, menemukan sebab terakhir suatu masalah. Dengan dimilikinya kemampuan berpikir serius, seseorang mungkin saja mampu menemukan rumusan baru dalam menyelesaikan masalah dunia. Mungkin itu berupa kritik, mungkin berbentuk usul. Jika argumentasinya kuat, usul dan kritik itu menjadi suatu sistem pemikiran. D. Sistematika Filsafat Karena objek penelitian filsafat luas sekali dan sifat penelitiannya juga mendalam, hasil penelitian itu bertambah terus dan tidak ada yang dibuang, maka hasil pemikiran yang terkumpul dalam sistematika filsafat menjadi banyak sekali. Perlu diulang lagi bahwa dalam garis besarnya filsafat mempunyai tiga cabang besar, yaitu teori pengetahuan, teori hakikat, dan

teori nilai. Teori pengetahuan pada dasarnya membicarakan cara memperoleh pengetahuan. Teori hakikat membahas semua objek dan hasilnya ialah pengetahuan filsafat. Dan yang ketiga teori nilai atau disebut juga aksiologi, membicarakan guna pengetahuan tadi. Ringkasnya ialah sebagai berikut: Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh pengetahuan disebut epistemologi Teori hakikat membicarakan pengetahuan itu sendiri, disebut ontologi. Teori nilai membicarakan guna pengetahuan itu, disebut axiologi. 1. Epistemologi Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Pengetahuan manusia ada tiga macam yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini. a. Empirisme Kata ini berasal dari kata Yunani yakni emperikos yang berasal dari kata empeiria yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunani, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi yakni sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar. Karena itulah metode penelitian menjadi tumpuan aliran ini adalah metode eksperimen. Kelemahan aliran ini cukup banyak. Kelemahan pertama ialah indera terbatas. Keterbatasan kemampuan indera ini dapat melaporkan objek tidak sebagaimana adanya. Kelemahan kedua ialah indera menipu. Kelemahan ketiga ialah objek menipu. Kelemahan ke-empat berasal dari indera dan objek sekaligus. Kesimpulannya adalah empiris lemah karena keterbatasan indera manusia. Oleh karena itu, muncul aliran resionalisme. Ada aliran lain yang mirip dengan empirisme yaitu sensionalisme. Sensasi artinya rangsangan inderawi. Secara kasar, sensasi sama dengan pengalaman inderawi. b. Rasionalisme Secara singkat aliran ini mengatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Manusia, menurut aliran ini memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi seandainya akal digunakan. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan,

pengalaman. Indera diperlukan untuk merangsang akal untuk memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, akal dapat juga bekerja menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali. Jadi akal dapat menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul-betul abstrak. Kerja empirisme dan rasionalisme inilah yang melahirkan metode sains (scientifis method) dan dari metode ini lahirlah pengetahuan sains (scientific method) yang dalam bahasa Indonesia sering disebut pengetahuan ilmiah atau pengetahuan. c. Positivisme Tokoh aliran ini ialah August Compte (1798-1857). Ia penganut empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Eksperimen memerlukan ukuran yang teliti. Kebenaran diperoleh dengan akal, didukung bukti empiris yang terukur. Terukur itulah sumbangan positivisme. Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran khas yang berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan metode ilmiah. Pada dasarnya positivisme sama dengan empiris dan rasionalisme. d. Intuisionisme Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera yang terbatas, tetapi akal juga terbatas. Objek-objek yang kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah. Ada sebuah isme lagi yang barangkali mirip sekali dengan intuisionisme, yang namanya iluminasionisme. Aliran ini berkembang di kalangan tokoh-tokoh agama, di dalam Islam disebut teori kasyf. Teori ini menyatakan bahwa manusia, yang hatinya telah bersih, telah siap, sanggup menerima pengetahuan dari Tuhan. Kemampuan menerima pengetahuan secara langsung itu diperoleh dengan cara latihan, di dalam Islam disebut suluk, secara lebih spesifik disebut Riyadlah. Riyadlah artinya latihan. 2. Ontologi Bidang pembicaraan teori ontologi atau teori hakikat luas sekali, segala yang ada dan mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai. Nama lain untuk teori hakikat adalah teori tentang keadaan (langereld). Hakikat ialah realitas. Real artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi, hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya. Kosmologi membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat berada, juga hakikat tujuan kosmos. Adapun hakikat manusia dibicarakan oleh antropolgi. Theodicea sering juga disebut

theologia, namun theologia sering digunakan untuk filsafat agama. Filsafat agama juga termasuk ke dalam hakikat, demikian juga filsafat hukum, dan filsafat pendidikan. Menurut materialisme atau naturalisme hakikat benda adalah materi. Rohani, jiwa, spirit, dan sebangsanya muncul dari benda. Bagi naturalisme, roh, jiwa itu tidak diakui adanya, tentu saja termasuk Tuhan. Aliran ini adalah aliran yang tertua. Ada beberapa alasan mengapa aliran ini dapat berkembang: 1. Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan, yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir. 2. Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa pada badan. Maka peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani. 3. Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada benda seperti pada padi. Idealisme berpendapat sebaliknya, hakikat benda adalah rohani, spirit atau sebangsanya. Alasan mereka adalah sebagai berikut: 1. Nilai roh lebih tinggi dari pada badan. 2. Manusia lebih dapat memahami dirinya dari pada dunia luar dirinya. 3. Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang, benda tidak ada, yang ada energi saja (oswald). Kosmologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakikat asal, susunan, tujuan alam besar (kosmos). Antropologi ada yang sains, ada yang filsafat. Untuk sains biasanya disebut antropologi saja sedangkan untuk filsafat disebut antropologi filsafat. Teisme adalah faham yang mengajarkan bahwa Tuhan ada. Kata itu berasal dari kata theus, (Yunani) berarti Tuhan. Monoteisme adalah teisme yang mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa. Triniteisme mengajarkan bahwa Tuhan itu satu. Politeisme ialah faham teis yang mengajarkan bahwa Tuhan itu banyak. Sedangkan Panteisme mengajarkan bahwa antara Tuhan dan alam tidak ada jarak, Tuhan itu adalah alam ini. Atheisme adalah isme yang mengajarkan bahwa Tuhan tidak ada. Agnotisisme adalah faham ketuhanan yang terletak antara teisme dan atheisme. Mereka itu bertuhan tidak dan tidak bertuhan juga tidak. Filsafat agama membicarakan hakikat agama. Persoalannya mengenai apa agama itu sebenarnya, apa tujuannya, dari mana agama itu. Filsafat hukum membicarakan hakikat umum, apa hukum itu, apa adil itu. Filsafat pendidikan membicarakan hakikat pendidikan, tujuannya, apa hakikat guru, dll. a. Logika

Logika adalah salah satu cabang filsafat yang telah dikembangkan oleh Aristoteles. Logika membicarakan norma-norma berfikir benar agar diperoleh dan terbentuk pengetahuan yang benar. Ada dua macam logika; logika formal dan logika material. Logika formal adalah logika bentuk. Logikanya ialah agar diperoleh pengetahuan yang benar, maka bentuk berfikirnya harus benar. Ciri esensi ialah ciri yang menunjukkan bahwa ia adalah ia, ciri yang menunjukkan keadaannya. Lebih mudahnya ciri esensi ialah ciri yang tidak boleh tidak ada pada objek itu. Selain ciri esensi terdapat ciri aksidensi. Ciri aksidensi adalah ciri pelengkap , sifat yang melekat pada esensi objek. Suatu objek yang hanya disebut ciri esensnya, ia abstrak; untuk menjadikannya kongkret harus ditambahkan ciri aksidensinya. Gazalba (1973:11:145-6) menyebutkan macam-macam ciri aksidensi sebagai berikut: 1. sifat, seperti gagah, lemah, kuat, merah, pahit; 2. jumlah, seperti satu, dua, banyak; 3. hubungan, seperti hubungan waktu, hubungan milik, hubungan tempat, hubungan keluarga; 4. aksi, seperti berjalan, menari; 5. pasivitas, segala sesuatu yang dapat menjadikan substansi mengalami perubahan keadaan, seperti juara, kalah, gagal, dengan melihat struktur kalimat; 6. isi, seperti besar, kecil; 7. waktu, seperti pagi, sore; 8. situasi, keadaan yang melibatkan substansi; 9. tempat. Selanjutnya tugas logika adalah membentuk pengertian itu menjadi definisi. Definisi ialah penyebutan ciri esensi suatu objek. Bila yang didefinisikan adalah objek yang sangat umum, sebutkan saja ciri esensinya; bila yang akan didefinisikan objek tertentu yang lebih khusus, sebutkan seluruh ciri esensinya ditambah ciri aksidensi yang menunjukkan kekhususan objek itu. Selengkapnya Bakry (1971:26) dan Mehra(1968) menjelaskan bahwa definisi ialah pengertian yang lengkap tentang suatu istilah yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri utama istilah itu. Secara lebih operasional definisi ialah penyebutan seluruh

ciri esensi suatu objek dengan membuang seluruh ciri aksidensinya. Ada empat syarat definisi yang benar (lihat Bakry, 1971:24-7; Mehra, 1968:24-5); 1. Ciri esensi yang disebut tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kurang. 2. Tidak memakai kata yang berulang-ulang. 3. Tidak memakai peralatan yang terlalu umum. 4. Tidak memakai kata negatif. b. Etika Ada beberapa teori tentang nilai baik-buruk (etika). Pertama, misalnya, teori nilai dari Islam. Dalam Islam nilai (etika) direntang menjadi lima kategori: baik sekali, baik, netral, buruk, buruk sekali (wajib, sunah, mubah, makruh, haram). Nilai dalam Islam ditentukan oleh Tuhan. Bagi vitalisme, baik-buruk ditentukan oleh ada tidaknya kekuatan hidup yang dikandung oleh objek yang dinilai. Manusia yang kuat, ulet, cerdas, itulah manusia yang baik. Manusia yang mengandung daya hidup yang besar, itulah manusia yang baik. Utilitarisme terbagi dua: utilitarisme pribadi dan utilitarisme sosial. Yang terakhir dibicarakan disini ialah pragmatisme, suatu aliran yang segolongan darah dengan utilitarisme. Prinsip yang diajarkan oleh aliran ini ialah yang baik adalah yang berguna secara praktis dalam kehidupan. Tokoh utamanya ialah Charles P. Pierce, William James, John Dewey, dan Scott Schiller. Pierce adalah yang mula-mula mengumumkan pragmatisme dan dikembangkan oleh James. Bagi James, ukuran kebenaran suatu teori ialah kegunaan praktis teori itu, bukan dilihat secara teoritis. c. Estetika Menurut Plato, keindahan adalah realitas yang sungguh-sungguh, suatu hakikat yang abadi, tidak berubah. Sekalipun ia menyatakan bahwa harmoni, proporsi, dan simetri adalah yang membentuk keindahan, ia tetap berpendapat bahwa ada unsur metafisika dalam keindahan. Seniman adalah orang yang tajam daya tangkapnya, yang dapat menangkap sinar Ilahi. Di dalam Islam disebutkan bahwa Tuhan itu indah dan mencintai keindahan. Kant memulai studi psikologi tentang keindahan. Menurut pendapatnya, jiwa kita memiliki indera ketiga di atas pikir dan kemuauan, yaitu indera rasa. Ia mampu menikmati keindahan tanpa kepentingan, jadi bukan seperti menilai manisnya gula karena ia mempunyai hubungan dengan gula itu.

3. Aksiologi Untuk mengetahui kegunaan filsafat atau untuk apa filsafat itu digunakan atau apa sih guna filsafat itu, kita memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori, kedua filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy of life), dan ketiga filsafat sebagai metode pemecahan masalah. Filsafat sebagai kumpulan teori filsafat digunakan untuk memahami dan mereaksi dunia pemikiran. Jika anda umpamanya tidak senang pada komunisme maka anda harus mengetahui lebih dahulu teori-teori filsafat Marxisme karena teori filsafat dalam komunisme itu ada di dalam filsafat Marxisme. Jika anda menyenangi Syiah Iran (Syiah dua belas Imam), maka sebaiknya anda tidak terburu-buru mempelajari rincian ajarannya lantas mempraktekkannya dalam kehidupan anda, Anda sebaiknya mempelajari terlebih dahulu filsafat yang menjadi pegangan Syiah Iran tersebut. Teori-teori itu ada dalam ajaran Mulla Shadra. Jika anda hendak ikut membentuk dunia atau hndak ikut mendukung sesuatu ide yang membentuk dunia atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi atau sistem politik, maka anda sebaiknya terlebih dahulu mempelajari teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat. Filsafat sebagai philosophy of life juga penting dipelajari. Jika yang pertama itu filsafat dipandang sebagai pandangan hidup, fungsinya mirip sekali dengan agama. Di dunia ini ada agama yang tadinya adalah filsafat (dalam arti dibuat oleh manusia persis seperti membuat filsafat). Perbedaannya dengan yang pertama ialah bila filsafat dipandang sebagai teori, maka teori itu ada yang dipakai ada yang tidak, ada yang diakui kebenarannya ada yang tidak. Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori (ajaran)-nya diterima kebenarannya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Singkatnya, filsafat sebagai philosophy of life gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan, lebih singkat lagi untuk dijadikan agama. Ketiga, yaitu filsafat sebagai methodology dalam memecahkan masalah. Ada berbagai cara yang ditempuh orang bila hendak menyelesaikan suatu masalah. Kemungkinan ia menyelesaikan masalah itu melalui cara sains.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nyalah kami memperoleh kesempatan untuk menyusun Makalah Filsafat Umum yang berjudul Pengantar Filsafat. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas filsafat umum sekaligus untuk menambah pengetahuan dan memperdalam ilmu tentang Filsafat. Makalah ini ditulis dalam bahasa sederahana dan mudah dipahami. Dengan harapan para pembaca tidak mengalami kesulitan dalam memahaminya dan setelah membaca makalah ini pembaca diharapkan dapat lebih memahami apa sebenarnya filsafat itu. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, sehingga pembaca dapat menggali lebih dalam topik-topik yang kami bahas dalam makalah ini. Selamat membaca dan semoga sukses.

Maret 2008

Penyusun

You might also like