You are on page 1of 6

dewan Pers adalah sebuah lembaga independen di Indonesia yang berfungsi untuk mengembangkan dan melindungi kehidupan persdi

Indonesia. Dewan Pers sebenarnya sudah berdiri sejak tahun 1966 melalui Undang-undang No. 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan pokok pers, tetapi pada saat itu Dewan Pers berfungsi sebagai penasehat Pemerintah dan memiliki hubungan secara struktural dengan Departemen Penerangan. Seiring berjalannya waktu Dewan Pers terus berkembang dan akhirnya memiliki dasar hukum terbaru yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Sejak saat itu, Dewan Pers menjadi sebuah lembaga independen. Pembentukan Dewan Pers juga dimaksudkan untuk memenuhi Hak Asasi Manusia (HAM), karena kemerdekaan pers termasuk sebagai bagian dari HAM. Dewan Pers memiliki wewenang untuk menyelesaikan sengketa jurnalistik. Sebagai lembaga independen, Dewan Pers tidak memiliki perwakilan dari Pemerintah pada jajaran anggotanya. Saat ini, Dewan Pers diketuai oleh Bagir Manan.

Logo Dewan Pers.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah

o o o

1.1 Orde Lama 1.2 Orde Baru 1.3 Reformasi

2 Fungsi Dewan Pers 3 Keanggotaan 4 Struktur Kelembagaan

o o o o o o

4.1 Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers 4.2 Komisi Hukum dan Perundang-Undangan 4.3 Komisi Penelitian, Pendataan, dan Ratifikasi Pers 4.4 Komisi Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi 4.5 Komisi Pemberdayaan Organisasi 4.6 Komisi Pendanaan dan Sarana Organisasi

4.7 Komisi Hubungan Antarlembaga dan Hubungan Luar Negeri

5 Daftar Ketua Dewan Pers

o o

5.1 Untuk periode 1968-1999 masih bersama dengan Menteri Penerangan yang menjabat secara ex-officio 5.2 Setelah 1999 menjadi Dewan Pers yang independen

6 Catatan Kaki 7 Referensi 8 Pranala Luar

[sunting]Sejarah [sunting]Orde

Lama

Dewan Pers pertama kali terbentuk pada tahun 1966 melalui Undang-undang No.11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers. Fungsi dari Dewan Pers saat itu adalah sebagai pendamping Pemerintah serta bersama-sama membina perkembangan juga pertumbuhan pers di tingkat nasional. Saat itu, Menteri Penerangan secara ex-officio menjabat sebagai Ketua Dewan Pers. [sunting]Orde

Baru

Pada era orde baru, kedudukan dan fungsi Dewan Pers tidak berubah yaitu masih menjadi penasehat Pemerintah, terutama untuk Departemen Penerangan. Hal ini didasari pada Undang-Undang No. 21 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang KetentuanKetentuan Pokok Pers. Tetapi terjadi perubahan perihal keterwakilan dalam unsur keanggotaan Dewan Pers seperti yang dinyatakan pada Pasal 6 ayat (2) UU No. 21 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1967 :

Anggota Dewan Pers terdiri dari wakil organisasi pers, wakil Pemerintah dan wakil masyarakat dalam hal ini ahli-ahli di bidang pers serta ahli-ahli di bidang lain

[sunting]Reformasi Disahkannya Undang-undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers membuat berubahnya Dewab Pers menjadi Dewan Pers yang Independen, dapat dilihat dari Pasal 15 ayat (1) UU Pers menyatakan :

Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen

Fungsi Dewan Pers juga berubah, yang dahulu sebagai penasehat Pemerintah sekarang telah menjadi pelindung kemerdekaan pers. Tidak ada lagi hubungan secara struktural dengan Pemerintah. Dihapuskannya Departemen Penerangan pada masa PresidenAbdurrahman Wahid menjadi bukti. Dalam keanggotaan, tidak ada lagi wakil dari Pemerintah dalam Dewan Pers. Tidak ada pula campur tangan Pemerintah dalam institusi dan keanggotaan , meskipun harus

keanggotaan harus ditetapkan melalui Keputusan Presiden. Untuk Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers, dipilih melalui mekanisme rapat pleno (diputuskan oleh anggota) dan tidak dicantumkan dalam Keputusan Presiden. Pemilihan anggota Dewan Pers independen awalnya diatur oleh Dewan Pers lama. Atang Ruswati menjabat sebagai Ketua Badan Pekerja Dewan Pers, sebuah badan bentukan Dewan Pers sebelum dilakukannya pemilihan anggota. Badan Pekerja Dewan Pers kemudian melakukan pertemuan dengan berbagai macam organisasi pers juga perusahaan media. Pertemuan tersebut mencapai sebuah kesepakatan bahwa setiap organisasi wartawan akan memilih dan juga mencalonkan dua orang dari unsur wartawan serta dua dari masyarakat. Setiap perusahaan media juga berhak untuk memilih serta mencalonkan dua orang yang berasal dari unsur pimpinan perusahaan media juga dua dari unsur masyarakat. Ketua Dewan Pers independen yang pertama kali adalah Atmakusumah Astraatmadja. [sunting]Fungsi

Dewan Pers
Berkas:Gedung dewan pers.jpg

Gedung Dewan Pers.

Menurut Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Pers

[1] [2]

, Dewan Pers berfungsi sebagai berikut :

Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain; Melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers; Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik; Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers;

Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah; Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;

Mendata perusahaan pers.

Dewan Pers bersifat mandiri dan tidak ada lagi bagian pemerintah didalam struktur pengurusannya. Otoritas Dewan Pers terletak pada keinginan redaksi serta perusahaan media pers untuk menghargai pendapat Dewan Pers serta mematuhi kode etik jurnalistik juga mengakui segala kesalahan secara terbuka. [sunting]Keanggotaan Menurut Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Pers
[1]

, anggota Dewan Pers dipilih

secara demokratis setiap tiga tahun sekali. Anggota Dewan Pers terdiri atas : Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan; Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers; dan

Tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan bidang lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers

Untuk periode 2010-2013, anggota Dewan Pers adalah : 1. Prof. Dr. Bagir Manan, S.H., M.C.L. (unsur tokoh masyarakat) 2. Ir. Bambang Harymurti, M.P.A. (unsur wartawan) 3. Agus Sudibyo, S.I.P. (unsur tokoh masyarakat) 4. Drs. Anak Bagus Gde Satria Naradha (unsur pimpinan perusahaan pers) 5. Drs. Bekti Nugroho (unsur wartawan) 6. Drs. Margiono (unsur wartawan) 7. Ir. Muhammad Ridlo Eisy, M.B.A (unsur pimpinan perusahaan pers) 8. Wina Armada Sukardi, S.H., M.B.A., M.M. (unsur tokoh masyarakat) 9. Ir. Zulfiani Lubis (unsur pimpinan perusahaan pers) [sunting]Struktur

Kelembagaan

Dewan Pers terdiri atas 7 komisi agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Komisi-komisi yang terdapat dalam Dewan Pers adalah : [sunting]Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers Agus Sudibyo

[sunting]Komisi Hukum dan Perundang-Undangan Wina Armada Sukardi, S.H., M.B.A., M.M [sunting]Komisi Penelitian, Pendataan, dan Ratifikasi Pers Ir. H. Muhammad Ridlo 'Eisy, M.B.A

[sunting]Komisi Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Ir. Zulfiani Lubis [sunting]Komisi Pemberdayaan Organisasi Anak Bagus Gde Satria Naradha

[sunting]Komisi Pendanaan dan Sarana Organisasi Drs. Margiono

[sunting]Komisi Hubungan Antarlembaga dan Hubungan Luar Negeri Drs. Bekti Nugroho

Dewan Pers juga diizinkan mendirikan perwakilan di sejumlah ibukota provinsi yang sarat akan media seperti Surabaya, Medan danMakassar. Tetapi perwakilan ini hanya berfungsi sebagai penyalur

pengaduan publik terkait pemberitaan di wilayahnya ke Dewan Pers, memberikan saran terkait sengketa, dan tidak memiliki wewenang untuk memutuskan sengketa meskipun dapat diikutsertakan dalam sidang-sidang Dewan Pers. [sunting]Daftar [sunting]Untuk

Ketua Dewan Pers

periode 1968-1999 masih bersama dengan Menteri Penerangan yang menjabat secaraex-officio
Berkas:Pak Atma.jpg
Atmakusumah Astraatmadja, Ketua Dewan Pers periode 2000-2003.

No

Nama

Mulai Jabatan

Akhir Jabatan

Laksda TNI Boediardjo

1968

1973

Mashuri, S.H

1973

1978

Ali Murtopo

1978

1983

Harmoko

1983

1997

R. Hartono

1997

1998

Alwi Dahlan

1998

1998

Letjen. TNI Yunus Yosfiah 1998

1999

[sunting]Setelah No

1999 menjadi Dewan Pers yang independen


Nama Mulai Jabatan Akhir Jabatan

Atmakusumah Astraatmadja

2000

2003

Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA

2003

2010

Prof. Dr. Bagir Manan, S.H., M.C.L. 2010

2013

[sunting]Catatan

Kaki

1. ^

a b

"Pasal 15". UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers.

2. ^ "Fungsi Dewan Pers". Dewan Pers Indonesia. [sunting]Referensi

(Indonesia) Jurnal Dewan Pers Edisi 5 (Indonesia) Buku Profil Dewan Pers 2010-2013 (Indonesia) UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers (Indonesia) UU No. 21/1982 Tentang Perubahan Atas UU No. 11/1966 Tentang Ketentuan

Ketentuan Pokok Pers Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang Undang No. 4/1967

LEMBAGA
Dewan Pers pertama kali dibentuk tahun 1968. Pembentukannya berdasar Undang-Undang No. 11 tahun 1966 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers yang ditandatangani Presiden Soekarno, 12 Desember 1966. Dewan Pers kala itu, sesuai Pasal 6 ayat (1) UU No.11/1966, berfungsi mendampingi pemerintah, bersama-sama membina pertumbuhan dan perkembangan pers nasional. Sedangkan Ketua Dewan Pers dijabat oleh Menteri Penerangan (Pasal 7 ayat (1)). Pemerintahan Orde Baru ---melalui Undang-Undang No. 21 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1967, yang ditandatangani Presiden Soeharto 20 September 1982--- tidak banyak mengubah keberadaan Dewan Pers. Kedudukan dan fungsinya sama: lebih menjadi penasehat pemerintah, khususnya kantor Departemen Penerangan. Sedangkan Menteri Penerangan tetap merangkap sebagai Ketua Dewan Pers. Perubahan yang terjadi, menurut UU No. 21 Tahun 1982 tersebut, adalah penyebutan dengan lebih jelas keterwakilan berbagai unsur dalam keanggotaan Dewan Pers. Pasal 6 ayat (2) UU No. 21 Tahun 1982 menyatakan Anggota Dewan Pers terdiri dari wakil organisasi pers, wakil Pemerintah dan wakil masyarakat dalam hal ini ahli-ahli di bidang pers serta ahli-ahli di bidang lain. Undang-Undang sebelumnya hanya menjelaskan anggota Dewan Pers terdiri dari wakil-wakil organisasi pers dan ahli-ahli dalam bidang pers. Perubahan fundamental terjadi pada tahun 1999, seiring dengan terjadinya pergantian kekuasaan dari Orde Baru ke Orde Reformasi. Melalui Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers yang diundangkan 23 September 1999 dan ditandatangani oleh Presiden Bacharudin Jusuf Habibie, Dewan Pers berubah menjadi Dewan Pers (yang) Independen. Pasal 15 ayat (1) UU Pers menyatakan Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen. Fungsi Dewan Pers Independen tidak lagi menjadi penasehat pemerintah tapi pelindung kemerdekaan pers. Hubungan struktural antara Dewan Pers dengan pemerintah diputus, terutama sekali dipertegas dengan pembubaran Departemen Penerangan oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Tidak lagi ada wakil pemerintah dalam keanggotaan Dewan Pers seperti yang berlangsung selama masa Orde Baru. Meskipun pengangkatan anggota Dewan Pers tetap melalui Keputusan Presiden, namun tidak ada lagi campur tangan pemerintah terhadap institusi maupun keanggotaan Dewan Pers yang independen. Jabatan Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers tidak lagi dicantumkan dalam Keputusan Presiden namun diputuskan oleh seluruh anggota Dewan Pers dalam Rapat Pleno. Anggota Dewan Pers yang independen, menurut UU Pers Pasal 15 ayat (3), dipilih secara demokratis setiap tiga tahun sekali, yang terdiri dari: (a) Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan; (b) Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers; dan (c) Tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan bidang lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.*

You might also like