You are on page 1of 17

1.

Deskripsi Acara
Praktik Kenaikan Titik Didih ini dilaksanakan pada Hari Selasa, 20 Oktober 2009, dari pukul 14.30-16.30 (bersamaan dengan praktik Iodimetri). Dalam praktik kali ini, praktikan mengamati kenaikan titik didih air dengan menggunakan bahan sukrosa. Sebelum praktik dimulai, praktikan mengikuti kuis (mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi praktikum kali ini) yang dipandu oleh asisten dosen.

2. Tujuan
Tujuan Praktik Kenaikan Titik Didih Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi zat terlarut terhadap titik didih larutan.

3. Materi dan Metode


3. 1. Materi 3. 1. 1. Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Erlenmeyer, termometer, stopwatch, pembakar spirtus, kaki tiga, dan kawat kasa. 3. 1. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadestilata dan sukrosa.

3. 2. Metode Praktikum Kenaikan Titik Didih ini pertama tama dilakukan dengan cara mengisi Erlenmeyer dengan 100 ml aquades dan mendidihkannya di atas api bunsen. Sambil menunggu aquades mendidih, praktikan menimbang 2,5 gram sukrosa dalam gelas arloji dengan menggunakan timbangan analitik sebanyak 3 kali ( 2,5 gr x 3). Kemudian, mengukur suhu aquades yang telah mendidih dengan menggunakan termometer. Pada saat aquadestilata tersebut telah mendidih, praktikan memasukkan 2,5 gram sukrosa pertama ke dalam Erlenmeyer tersebut dan mengaduknya hingga larut dan mengukur suhu titik didihnya dengan menggunakan termometer. Selanjutnya, praktikan menambahkan lagi 2,5 gram sukrosa kedua ke dalam Erlenmeyer (2,5 gram + 2,5 gram) dan mengaduknya hingga larut, mendidihkannya lagi dan mengukur suhu titik didihnya dengan menggunakan termometer. Kemudian, menambahkan lagi 2,5 gram sukrosa ketiga ke dalam Erlenmeyer (2,5 gram + 2,5 gram + 2,5 gram) dan mengaduknya hingga larut, mendidihkannya lagi dan mengukur suhu titik didihnya dengan menggunakan termometer.

4. Hasil Pengamatan
4. 1. Tabel 1. Kenaikan Titik Didih 1. 2. 3. 4. Perlakuan 100 ml aquades 100 ml aquades + 2,5 gr sukrosa (I) 100 ml aquades + 2,5 gr sukrosa (II) 100 ml aquades + 2,5 gr sukrosa (III) Temperatur 1010 1010 1020 1030 T 0 00 10 10

Keterangan tabel: 1. Erlenmeyer berisi 100 ml aquades saja 2. Erlenmeyer berisi 100 ml aquades + 2,5 gram sukrosa 3. Erlenmeyer berisi 100 ml aquades + 2,5 gram sukrosa + 2,5 gram sukrosa 4. Erlenmeyer berisi 100 ml aquades + 2,5 gram sukrosa + 2,5 gram sukrosa + 2,5 gram sukrosa

5. Pembahasan
5. 1. Cara Kerja yang Dilakukan Praktikum Kenaikan Titik Didih ini pertama tama dilakukan dengan cara mengisi Erlenmeyer dengan 100 ml aquades dan mendidihkannya di atas api bunsen. Sambil menunggu aquades mendidih, praktikan menimbang 2,5 gram sukrosa dalam gelas arloji dengan menggunakan timbangan analitik sebanyak 3 kali ( 2,5 gr x 3). Kemudian, mengukur suhu aquades yang telah mendidih dengan menggunakan termometer. Pada saat aquadestilata tersebut telah mendidih, praktikan memasukkan 2,5 gram sukrosa pertama ke dalam Erlenmeyer tersebut dan mengaduknya hingga larut dan mengukur suhu titik didihnya dengan menggunakan termometer. Selanjutnya, praktikan menambahkan lagi 2,5 gram sukrosa kedua ke dalam Erlenmeyer (2,5 gram + 2,5 gram) dan mengaduknya hingga larut, mendidihkannya lagi dan mengukur suhu titik didihnya dengan menggunakan termometer. Kemudian, menambahkan lagi 2,5 gram sukrosa ketiga ke dalam Erlenmeyer (2,5 gram + 2,5 gram + 2,5 gram) dan mengaduknya hingga larut, mendidihkannya lagi dan mengukur suhu titik didihnya dengan menggunakan termometer. 5. 2. Pengaruh Konsentrasi terhadap Kenaikan Titik Didih Suatu larutan jika konsentrasinya sama, akan mendidih pada suhu yang sama pula. Jika konsentrasinya tidak sama, maka kenaikan titik didih sebanding dengan konsentrasinya. Pengaruh konsentrasi pada kenaikan titik didih hanya bergantung pada jenis zat pelarutnya dan tidak pada jenis zat yang dilarutkan. (Modul Praktikum Kimia Dasar I). Titik didih normal cairan adalah suhu dimana tekanan uap rata rata 1 atmosfer. Karena adanya penambahan larutan dalam cairan akan menurunkan tekanan uap, akibatnya terjadi peningkatan temperatur yaitu larutan belum mendidih pada suhu 100 0C sehingga larutan harus dipanaskan lebih tinggi lagi hingga uapnya mencapai 1 atmosfer. Kenaikan titik didih dipengaruhi oleh

9 beberapa factor seperti konstanta kenaikan titik didih dan konsentrasi / molaritas larutan. Pengaruh konsentrasi ini hanya tergantung pada jenis zat pelarutnya dan tidak pada jenis zat yang dilarutkan. (Ebbing, 1987).

5. 3. Pembahasan Terkait Kenaikan titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan pada permukaan cairan). Titik didih zat cair sangat bergantung pada tekanan luar, apabila tekanan luarnya 1 atmosfer maka air murni akan mendidih pada suhu 100 0C. Titik didih suatu larutan akan lebih tinggi daripada titik didih pelarutnya. Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih (Tb). Adapun rumus yang dapat digunakan untuk mengetahui kenaikan titik didih yaitu : Tb = Tb Tb0 Tb = kenaikan titik didih Tb = Titik didih larutan Tb0 = Titik didih pelarut ( Michael Purba, 1997 ).

Titik didih cairan tergantung pada besarnya tekanan atmosfer. Semakin besar tekanan atmosfer, maka semakin tinggi suhu dibutuhkan untuk memberikan tekanan uap yang dapat menandinginya. Pada tekanan yang lebih besar, titik didihnya akan semakin tinggi, demikian pula sebaliknya (Brady, 1999). Gelembung-gelembung yang terjadi saat zat cair mendidih terjadi karena adanya ekpulsi (tekanan dari gas gas yang terlarut dan tidak berarti zat cair mendidih). Bila sebuah gelembung terbentuk dalam zat cair, zat yang semula menempati ruang tersebut didesak ke samping dan permukaan zat cair dalam wadah dipaksa naik menentang tekanan kebawah yang diberikan oleh atmosfer. Selama gelembung terbentuk didalam zat cair yaitu selama zat cair tersebut mendidih, maka tekanan uap zat cair akan sama dengan tekanan atmosfer. Karena tekanan uap tetap konstan, maka pertambahan kecepatan pemberian panas pada zat cair yang

10 mendidih menyebabkan gelembung-gelembung terbentuk lebih cepat. Zat cair mendidih lebih cepat tetapi temperatur tidak naik (Moectar, 1989).

Tekanan uap suatu cairan naik dengan naiknya suhu. Jika tekanan uap menjadi sama dengan tekanan jumlah pada permukaan suatu cairan, cairan mendidih yaitu cairan diuapkan oleh gelembunggelembung yang terbentuk dalam cairan. Tekanan uap cairan sama dengan tekanan luar jika suhu itu tidak naik lebih lanjut. Jika pemberian panas ditambah, kecepatan gelembung yang terbentuk bertambah dan kalor penguapan diserap. Titik didih suatu cairan dinyatakan sebagai suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap pada permukaan yang disebabkan oleh udara atmosfir, uap dan gas lainnya. Titik didih pada tekanan 760 mmHg atau 1 atmosfir baku dinyatakan sebagai titik didih normal. (Sudjadi, 1988).

Sejauh ini kita menganggap bahwa pelarut dan terlarutnya volatil. Tetapi jenis larutan penting lainnya adalah zat yang terlarutnya tidak volatil. Dalam larutan ini, terlarut tak volatil juga menurunkan tekanan uap pelarut. Semakin tinggi konsentrasinya, semakin besar penurunan tekanan uapnya. Peningkatan titik didih, sama seperti penurunan tekanan uap, sebanding dengan konsentrasi fraksi molnya. Untuk larutan encer, perbandingannya dinyatakan dalam molalitas:

Tb = Kb. m (Petrucci & Suminar, 1992).


Menurut Solomon (1987), Kb dianggap sebagai kenaikan titik didih untuk 1 mol larutan ideal. Dalam praktek, Kb merupakan limit dari Tb/m atau rasio dari tekanan terhadap konsentrasi molal pada pengenceran tak terhingga secara eksperimental. Bila konsentrasi solute semakin besar maka kenaikan titik didih larutan ( Tb) akan semakin besar pula. Molalitas (m) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Titik didih zat cair tergantung pada tekanan luar. Titik didih terjadi ketika tekanan uap sama dengan tekanan luar. Ketika temperatur naik, tekanan uap juga akan naik (Busch et al., 1978).

11 Penambahan zat terlarut yang sukar menguap ke dalam zat cair akan mengurangi tekanan uap yang nantinya temperatur akan naik sehingga titik didih akan melebihi titik didih normal dan pada akhirnya akan mencapai tekanan 1 atm. (Ebbing, 1987).

Pada praktikum ini didapatkan data adanya kenaikan titik didih pada aquadestilata yang ditambah dengan sukrosa. Karena semakin banyak sukrosa yang ditambahkan ke dalam aquadestilata akan semakin meningkatkan konsentrasinya, sehingga terjadi kenaikan titik didih pula. Perbandingan data hasil percobaan dengan hasil perungan: 5. 3. 1. Data hasil percobaan 5. 6. 7. 8. Perlakuan 100 ml aquades 100 ml aquades + 2,5 gr sukrosa (I) 100 ml aquades + 2,5 gr sukrosa (II) 100 ml aquades + 2,5 gr sukrosa (III) 5. 3. 2. Data hasil perhitungan Td = M Kb = gr/Mr x 1000/ml larutan x Kb Kb = 0,521 Mr = 342 1. Td1 = M Kb = gr/Mr x 1000/ml larutan x Kb = 2,5/342 x 1000/100 x 0,521 = 0,0380 2. Td 2 = M Kb = gr/Mr x 1000/ml larutan x Kb = 2,5 x 2/342 x 1000/100 x 0,521 = 0,0760 3. Td 3 = M Kb = gr/Mr x 1000/ml larutan x Kb = 2,5 x 3/342 x 1000/100 x 0,521 Temperatur 1010 1010 1020 1030 T 0 00 10 10

12 = 0,1140 Dari perbandingan selisih kenaikan suhu di atas, diketahui adanya perbedaan antara data yang diperoleh dari percobaan dengan data hasil perhitungan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena jarak angka tera pada termometer sangat kecil sehingga kenaikan suhu yang terlihat pun kurang jelas ketepatannya.

6. Kesimpulan
Kenaikan titik didih sebanding dengan konsentrasi suatu larutan. Peningkatan konsentrasi aquadestilata terjadi karena adanya penambahan sukrosa ke dalam aquadestilata tersebut. Besarnya kenaikan titik didih dapat dihitungkan dengan cara mengurangkan titik didih larutan dengan titik didih pelarut. Terdapat perbedaan antara kenaikan titik didih yang diperoleh dari data percobaan dengan data hasil perhitungan.

Semarang, 26 Oktober 2009

Asisten Dosen: - Christina Vania Utami - Novita Ika Putri

Maria Elda A. A. P. 09.70.0039

13

14

7. Daftar Pustaka
Brady, J. (1999). Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta. Ebbing, D. D & M. S. Wrighton. (1987). General Chemistry 2nd ed. Houghton Mifflin Company. Boston. Moechtar. ( 1989 ). Farmasi Fisika. Gajahmada University Press. Yogyakarta. Petrucci, R.H.; Suminar. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern . Edisi Keempat. Jilid Pertama. Erlangga. Jakarta. Purba, M. (1996). Kimia Science. Erlangga. Jakarta. Sudjadi. (1988). Metode Pemisahan. Kanisius. Yogyakarta.

15

16

8. Lampiran
8. 1. Laporan Sementara

17

You might also like