You are on page 1of 31

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media mengandung istilah sebagai sebuah lembaga milik swasta maupun pemerintah yang mempunyai tugas memberikan informasi. Saat ini media merupakan faktor sentral dalam membentuk opini publik, salah satu dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting (penyiaran) dalam hal ini televisi, berkembang pesat seiring dengan tingkat peradaban manusia dan kemajuan teknologi komunikasi. Televisi merupakan salah satu media yang cukup berperan dalam hal ini yang bisa membentuk opini publik, karena mampu menjangkau khalayak yang jumlahnya relatif banyak. Oleh sebab itu perannya sangat dibutuhkan. Sejatinya media massa memilki target audiens yang berbeda-beda. Karena setiap individu memiliki kebutuhan informasi yang berbeda pula. Audiens bebas memilih dan selektif terhadap media massa yang akan mereka konsumsi. Tidak semua informasi dari media massa dibutuhkan bagi audiens. Di sini audienslah yang menjadi penentu mau tidaknya mereka untuk menikmati media. Jika di dunia broadcasting khusunya televisi, audienslah yang memegang remote. Sebagaimana dikemukakan Totok Djuroto (2000:6) jika penyajian pers tidak sesuai dengan kebutuhannya, jangankan untuk membaca, membeli pun tidak. Minat baca masyarakat terhadap suatu produk pers sangat berpengaruh terhadap kehidupan pers itu sendiri. Pada hakikatnya pers itu bernaung dalam sebuah lembaga atau organisasi yang memilki manajemen. Manajemen pers tidak hanya manajemen di bidang administrasi dan keuangan saja, namun ada manajemen redaksi. Sehubungan dengan manajemen redaksi, Ashadi. S dan Rondang. P, (2000:161) mengemukakan bahwa komponen kegiatan keredaksian mencakup kegiatan perencanaan isi, pengumpulan bahan informasi, pengolahan dan

penyiapan informasi, serta penyuntingan. Sebagaimana lazimnya dalam pengelolaan mendapat perhatian terpenting karena setiap kegiatan pengelolaan di arahkan untuk menghasilkan produk media yang berkualitas. Sebagai lembaga, pers telah diatur penerbitannya oleh pemerintah Indonesia. Menurut peraturan Menteri Penerangan nomor

01/PER/MENPEN/1988 tentang ketentuan-ketentuan Surat Izin Penerbitan Pers (SIUPP) (sebelum Departemen Penerangan pada awal pemerintahan Gus Dur) menyatakan bahwa yang dimaksud penerbitan pers adalah surat kabar harian, surat kabar mingguan, majalah, bulletin berkala lainnya yang diselenggarakan oleh perusahaan pers dan penerbitan kantor berita (Totok Djuroto, 2000:4). Dalam perkembangannya, Onong Effendy (1993: 160) mengatakan bahwa pers mengalami kemajuan yang sangat pesat. sebelum ada siaran radio dan televisi, jurnalistik hanya dikenal dalam media cetak (printed media), terutama dalam bentuk surat kabar harian. Apabila sesudah ada siaran radio timbul jurnalistik radio (radio journalism), maka sesudah ada siaran televisi, muncul jurnalistik televisi (television journalism). Siaran televisi sendiri telah diatur dalam Surat Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor:

54/KEP/MENPEN/1971 tentang penyelenggaraan siaran televisi di Indonesia. Di Indonesia sendiri, perkembangan media massa sangat pesat. Apalagi sejak era reformasi, kebebasan mengakses dan memeproleh informasi dibuka lebar oleh pemerintah. Hal itu mempunyai potensi besar dalam mempengaruhi masyarakat. Seiring dengan hal tersebut kini banyak muncul media massa lokal dan tentunya pers lokal. Dari mulai berbentuk koran lokal, hingga televisi lokal. Siaran televisi lokal menyiarkan berita berita lokal. Berita lokal mengandung elemen nilai berita yang disebut proximity1
1

Proximity yang dimaksud adalah keterdekatan peristiwa dengan khalayak dalam keseharian hidup mereka. Melalui unsur ini pula, tergambarkan keberhasilan media lokal yang dikelola dengan baik. Mereka mencari perkembnagan kota atau provinsi yang menjadi lahan kehidupan terdekat mereka.

(Septiawan Santana K, 2005:18). Hal tersebut yang mendorong para pelaku media untuk mendirikan stasiun televisi lokal. Undang-Undang penyiaran menyatakan, bahwa stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah negara Republik Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut.2 Terkait dengan siaran televisi lokal serta munculnya jurnalisme lokal menurut Deddy Mulyana (2004:129-130) pers lokal merupakan pers yang dibangun oleh dan untuk orang-orang lokal. Lokal di sini dapat berarti satu kota, kabupaten, atau provinsi, atau wilayah yang dihuni suatu kelompok atau suku dalam suatu wilayah geografis yang lebih besar. Fungsi pers lokal pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bersangkutan, apakah itu kebutuhan dari segi pendidikan, segi informasi, atau hiburan. Akan tetapi fungsi pers lokal yang terpenting menurut Deddy Mulyana (2004) adalah untuk membangun dan mengembangkan jati-diri (identitas) masyarakat lokal tersebut. Jurnalisme televisi menurut Septiawan Santana K. (2005:132-133) memiliki kerumitan teknologi audio visual. Mekanisme redaksional pemberitaanya memilki karakter khusus di dalam susunan program siaran, meliputi persiapan, pengambilan gambar dan pengolahannya, dengan perangkat teknologi yang kompleks. Televisi sedang berada pada fase perkembangannya yang pesat. Itulah mengapa kajian tentang aspek khusus dan aturan-aturannya sangat-sangat penting. Kebijakan pemberitaan sebuah stasiun televisi menentukan popularitas stasiun pemberitaanya dan peringkat acara yang diminati masyarakat. Bahkan, menentukan iklim penyiaran dan persepsi view of the world masyarakat. Dalam hal inilah, visi, misi, dan konsep pemberitaan stasiun televisi ditentukan oleh para pengelolanya.

Lihat Pasal 31 (5) Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002.

Hal tersebut berkaitan dengan konsep personifikasi informasi yang ditetapkan oleh pengelola jurnalisme televisi tatkala memusatkan perhatian pemirsa. Bagaimana pengelola jurnalisme televisi memebentuk gaya dan citra tayangan pemberitaannya berdasar prinsip-prinsip, aturan, dan cita rasa tertentu. Bagaimana gagasan dan sikapnya ketika mengonsepsi nilai-nilai spiritual dan moral, serta perannya dalam masyarakat. Hal itu tercermin dalam struktur, isi, dan bentuk pemberitaannya. Jurnalis televisi menginformasikan fakta, peristiwa, dan fenomena. Kualitas pribadi jurnalis televisi ditentukan pada setiap bentuk penyiaran. Bagaiamana ia mempengaruhi pemirsa dengan tayangan yang memiliki keistimewaan personalitas (Septiawan Santana K., 2005:133). Sejalan dengan hal itu, stasiun televisi lokal seperti Agropolitan Televisi (ATV) yang didirikan sejak 2003 oleh pemerintah kota Batu menjadi salah satu media massa yang berusaha membangun dan mengembangkan identitas lokal. Hal tersebut dilakukan melalui program-program siarannya, salah satunya adalah Agropoltitan News. Program ini adalah program news (berita). Di mana berita yang disiarkan berisi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di kota Batu dan Malang Raya. Berdasarkan pengamatan peneliti, program Agropolitan News

termasuk program berita yang cukup baik di tingkat TV lokal, dibanding dengan program berita TV lokal lainnya. Hal ini tentu saja didukung oleh manajemen di dalamnya. Manajemen yang baik dalam memilih sumber daya manusia juga akan mempengaruhi kualitas penyajian program ini. Selain hal itu, yang terpenting mengapa peneliti memeilih ATV sebagai subyek penelitian, karena ATV adalah stasiun TV lokal yang konsisten dalam mengembangkan nilai-nilai lokal. Hal itu tak ada dalam stasiun TV lokal lain di kota Batu. Melalui manajemen , seluruh aktifitas kerja dilakukan oleh pelaku ranah broadcasting khususnya televisi lokal akan lebih sistematis dan terukur.

Manajemen ini tidak hanya berlaku sebatas pengatur fungsi kerja masingmasing struktur yang ada dalam lembaga televisi. Namun, manajemen ini juga harus berlaku dalam menyusun program. Karena itu, manajemen yang profesional sangat dibutuhkan mulai dari pengaturan fungsi kerja sumber daya manusia hingga penyusunan program. Ibaratnya, dari hal terkecil hingga yang paling besar, harus didasari prinsip-prinsip manajemen yang professional. Manajemen sangat penting bagi sebuah organisasi atau lembaga. Apalagi untuk sebuah organisasai media dalam bidang redaksi. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen yang cerdas. Menurut Sugiyono (2005:133) Manajemen yang cerdas adalah manajemen yang bekerjanya berdasarkan keilmuan. Selanjutnya fungsi manajemen secara umum adalah Perencanaan (Planning) Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan (Actuating) dan

Pengendalian (Controlling). Manajemen media sangat berpengaruh bagi esksistensi media itu sendiri. Eksistensi suatu media menurut (Asep Syamsul M. Romli, 1999:74) bergantung pada kondisi internal media itu sendiri. Media yang baik dan dan porspektif untuk maju dan besar harus memperhatikan tiga kerangka dasar sebuah media, (1) Sehat SDM yakni tenaga-tenaga pengelolaan media

tersebut berkualitas dan professional di bidangnya, yang ditunjang dengan gaji yang memadai bagi mereka; (2) Sehat manajemen yakni manajemen media tersebut dilakukan dengan baik terencana, terarah dan terkendali; (3) Sehat sarana yakni terpenuhinya sarana atau segala fasilitas yang diperlukan bagi kelancaran kerja media tersebut. Maka dari itu, peneliti ingin melakukan penelitian tentang Manajamen Produksi Berita Agropolitan News dengan studi newsroom pada ATV Kota Batu. Kata kunci dalam penelitian ini adalah manajemen dan newsroom studi.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah manajemen produksi berita Agropolitan News ATV?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen produksi berita Agropolitan News di ATV Kota Batu.

D. Manfaat Penelitan Setiap penelitian diharapkan memilki manfaat, baik manfaat akademis maupun manfaat praktis. 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi akademisi dan peneliti selanjutnya, khususnya yang sedang mempelajari studi media. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bagi masyarakat umum, khususnya yang berkecimpung dalam manajemen produksi berita televisi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Massa Nurudin (2009:4) banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun, dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Bittner (1980) dalam (Morissan, 2008:21) menyebutkan : Mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Bentuk media massa antara lain adalah media eletronik (televisi, radio, internet), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. Mediamedia tersebut menjadi channel (saluran) informasi untuk disebarkan kepada khalayak (massa). Adapun ciri-ciri komunikasi massa menurut Nurudin (2009) adalah (1) Komunikator dalam komunikasi massa melembaga yang artinya gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga; (2) Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen. Jika ditinjau dari asalnya menurut Herbert Blumer, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat dan berisi individu-individu yang tidak tahu dan tidak mengenal satu sama lain; (3) Pesannya bersifat umum. Artinya pesan dalam media massa ditujukan pada khalayak yang plural karena pesan tersebut tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu; (4) Komunikasi massa menimbulkan keserempakan. Artinya dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesanpesannya; (5) Komunikasinya berlangsung satu arah. Ciri komunikasi

memang pernah ada. Namun sekarang komunikasi massa tak lagi berlangsung satu arah, namun dua arah. Audiens bisa memberikan feedback saat itu juga. Hal itu karena adanya teknologi komunikasi dan informasi yang canggih saat ini. Audiens bisa member feedback melalui surat kepada redaksi, SMS (Short Message Service), telepon interaktif, dan internet; (6) Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar dan satelit untuk media elektronik. Apalagi televisi tak lepas dari pemancar; (7) Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper. Gatekeeper adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Fungsi gatekeeper disini sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Oleh karena itu, keberadaan gatekeeper menjadi keniscayaan dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya.

B. Televisi Prinsip televisi ditemukan oleh Paul Nipkow dari Jerman pada tahun 1884, namun baru tahun 1928 Vladimir Zworkyn (Amerika Serikat) menemukan tabung kamera atau iconoscope yang bisa menangkap dan mengirim gambar ke kotak bernama televise. Iconoscope bekerja mengubah gambar dari bentuk gambar optis ke dalam sinyal elektronis untuk selanjutnya diperkuat dan ditumpangkan ke dalam gelombang radio. Zworkyn dengan bantuan Philo Farnsworth berhasil menciptakan pesawat televise pertama yang dipertunjukkan kepada umum pada pertemuan Worlds Fair pada tahun 1939 (Morissan, 2008:6). Munculnya televisi berwarna mulai diperkenalkan kepada publik pada tahun 1950-an. Siaran televisi berwarna dilaksanakan pertama kali oleh stasiun televisi NBC pada tahun 1960 dengan menayangkan program siaran berwarna selama tigajam setiap harinya.

Di Indonesia sendiri siaran televisi itu menurut Mila Day (2004) dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 jam 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsug upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno (Morissan, 2008: 9). Media penyiaran sebagai salah satu bentuk media massa memilki ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya, bahkan antara sesama media penyiaran, misalnya antara radio dan televisi, terdapat berbagai perbedaan sifat. J.B Wahyudi (1992) dalam bukunya Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak menyebutkan beberapa sifat televisi yaitu : (1) Dapat didengar dan dilihat bila ada siaran (audiovisual); (2) Dapat dilihat dan didengar kembali, bila diputar kembali; (3) Daya rangsang sangat timggi; (4) Elektris; (5) Sangat mahal; (6) Daya jangkau besar (Morissan, 2008: 11). Morissan (2008:12) mengelompokkan televisi dan radio dapat dikelompokkan sebagai media yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu, sedangkan media cetak menguasai waktu tetapi tak menguasai ruang. Septiawan Santana K. (2005: 127) kelebihan televisi, selain menjadi tempat orang menerima kebenaran dan akurasi informasi, ialah menjadi penyampai nilai-nilai atraktif kepada sejumlah besar orang, secara serentak dan luas, melalui hitungan bisnis media yang menguntungkan. Sekalipun wartawan televisi tidak mampu membuat terpaku publik secara tune in, public masih bisa ditarik tune in perhatiannya untuk melihat pictures. Berbagai peristiwa hidup, dikreasikan kembali, direka-tayangkan seolah hadir didepan mata kita sendiri. Televisi menjadi sebuah panggung berita, news staging.

10

C. Broadcast Journalism3 Untuk saat ini, mari kita lihat lebih dekat pada apa yang kita namakan jurnalisme siaran (broadcast jouralism). Yang dimaksud adalah jurnalisme dalam semua bentuk televisi TV siaran, kabel, dan satelit. Keuntungan dari medium ekspansif ini adalah berita dan informasi dapat menjangkau banyak orang dalam satu waktu, siang, dan malam. Berita televisi mulai dari siaran berita setengah jam sampai acara TV berita 24 jam masih menjadi andalan utama saat orang mencari berita. Medium ini telah berkembang pesat sekali, dan tampaknya tidak akan berhenti. Meski ada persaingan dari Internet dan media tradisional lainnya yang masuk ke online, televisi masih kuat. Gambar dan kata-kata merupakan hal penting dalam jurnalisme TV. Kamera menjadi mata pemirsa dalam melihat kejadian. Detil-detil peristiwa, raut orang yang kesakitan atau bahagia, tingkah riil selebritis atau tokoh public, kondisi banjir atau gempa bumi yang tengah terjadi, bahkan ledakan pesawat atau runtuhnya gedung pencakar langit, semuanya direkam kamera, semuanya menjadi mata pemirsa dalam melihat fakta-fakta (Septiawan Santana K., 2008:112). Keunggulan jurnalisme TV adalah ketersediannya. Pemirsa bisa memilih semua jenis berita sesuai keinginannya, di semua jam dalam sehari. Berbeda dengan produk cetak, di mana Anda harus pergi ke luar untuk membeli, perangkat pesawat TV sudah ada di rumah dan semua acara bisa diatur dengan remote. Jangkauannya yang luas dan seketika menyebabkannya menjadi medium yang amat relevan. Keunggulan lainnya adalah berita televisi bisa dibagi ke dalam beberapa acara regular.

Christoper K. Passante, The Complete Ideas Journalism, Prenada, Jakarta, 2008, hlm. 165.

11

D. Manajemen Manajemen menurut George R. Terry dalam bukunya Principle of Management (1990) adalah suatu proses tertentu yang terdiri dari Planning, Organizimg, Actuating, Controlling yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lain. Suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen yaitu, (1) Untuk mencapai tujuan, (2) Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, (3) Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.4 (T. Hani Handoko, 2003:6-7). Stoner (1982) dikutip (T. Hani Handoko, 2003:8) mendefinisikan manajemen sebagai berikut : Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Sedangkan efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (T. Hani Handoko, 2003:7).

12

E. Manajemen Produksi Manajemen produksi pada dasarnya adalah merupakan penerapan konsep manajemen dalam bidang produksi. Menurut Stoner manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Sri Joko, 2001: 1). Penekanan manajemen produksi acara televisi tidak terlepas dari pentingnya menyajikan informasi-informasi yang diperoleh dari pemilihan data. Artinya untuk mengetahui tingkat keberhasilan secara intern (lembaga TV), termasuk pengelolaan organisasinya (AZ Tamadjoe, 1989: vii). Dalam ilmu manajemen perencanaan merupakan landasan utama, sedangkan untuk mengetahui perencanaan itu berhasil atau tidak dalam pelaksanaanya dibutuhkan pengawasan artinya pengawasan juga dapat menentukan tercapainya tujuan yang direncanakan. Atau dengan kata lain pengawasan merupakan alat pengendali dari berhasilnya sebuah perencanaan (AZ Tamadjoe, 1989: 30). Penekanan manejemen pada produksi acara televisi tidak terlepas dari pentingnya menyajikan informasi-informasi yang diperoleh dari pemilihan data, artinya untuk mengetahui tingkat keberhasilan secara interen, termasuk pengelolahan organisasinya (AZ Tamadjoe, 1989: vii). Kaitan empat fungsi manajemen (planning, organizing, actuating dan controlling) menurut George R Terry dan SOP menurut Alan Wurtzel adalah : 1. Planning Pre production planning termasuk fungsi planning dikarenakan tahapan pre production planning merupakan proses awal dari sebuah kegiatan yang akan datang, yang disebut sebgai tahap perencanaan.

13

Pre production planning meliputi konsep, menetapkan tujuan dan pendekatan produksi, penulisan naskah serta rapat bersama anggota inti. Hal ini sesuai degnan fungsi planning sebagai kegiatan yang menentukan selanjutnya. 2. Organizing Dalam pre production planning terdapat tahapan penetepan tujuan dan pendekatan produksi. Dalam menetapkan tujuan dan pendekatan produksi umumnya produser mempertimbangkan berbagai faktor yang sekiranya akan berpengaruh terhadap keberhasilan produksi dan mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk bahan pengembangan gagasan diantaranya adalah pemilihan anggota tim dan artis pendukung yang tepat. Hal ini sesuai dengan fungsi organizing sebagai kegiatan yang membagi pekerjaan diantara anggota kelompok dan membentuk ketentuan dalam hubungan-hubungan yang diperlukan. 3. Actuating Prosedur kerja untuk memproduksi suatu program disebut four stage of television production. Keempat tahapan tersebut adalah pre production planning, setup and rehearsal, production, dan post production. Keempat tahapan ini masuk dalam fungsi manajemen yang ketiga, yaitu Actuating. Actuating merupakan kegiatan yang menggerakkan angota-anggota kelompok untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas masing-masing. 4. Controlling Post production atau tahap akhir merupakan tahap penyelesaian, salah satu hal yang dilakukan dalam tahap akhir adalah melakukan evaluasi terhadap hasil produksi, hasil produksi pada evaluasi ini dapat dikatakan layak siar atau masih diberi beberapa catatan. Evaluasi pada tahap post production masuk dalam fungsi manejemen yang keempat, berbagai tujuan dan penyebab tindakan-tindakan

14

yaitu controlling. Controlling adalah kegiatan penyesuaian antara pelaksanaan dan rencana-rencana yang telah ditentukan.

Manajemen produksi televisi merupakan pembahasan manajemen yang berkaitan dengan produksi acara televisi dan menitik beratkan bagaimana suatu acara televisi diproduksi dengan mempertimbangkan parameter produksi yang ada. Dan pembahasan manajemen produksi televisi diarahkan pada

pengembangan wawasan sebelum suatu produksi dimulai serta selama berlangsungnya kegiatan produksi (Harmen Harry, 2003 : 205). Fred Wibowo dalam bukunya Dasar-Dasar Produksi Program Televisi menyatakan bahwa untuk merencakan sebuah program televisi, seorang produser akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pikiran mendalam seperti materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.

F. Program Berita Dalam pengertian sederhana program news berarti suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian yang mempunyai nilai berita (unusual, factual, essential) dan disiarkan dalam berita bersifat obyektif. Liputan gambar dari kejadian, biasanya diambil dengan memperhatikan hal-hal yang sekiranya tidak membuat shock. Dari sudut mana kejadian diambil sebenarnya telah menjadi subyektifitas peliput. Hal lain yang mempengaruhi program news sebagai program yang tidak murni obyektif adalah broadcasting station policy atau kebijakan stasiun pemancar yang dilaksanakan oleh bagian siaran pemberitaan dengan editorial policy atau news policy (kebijakan pemberitaan). Ideologi stasiun pemancar sangat mempengaruhi seluruh corak program acara termasuk program berita. Karena itu kebijakan bagian program siaran pemberitaan (news department) akan sesuai dengan kebijakan stasiun pemancar.

15

Di dalam program berita, ideologi, orientasi, dan sikap tampak nyata terekspresi dalam tekanan-tekanan susunan materi visual pada setiap kejadian dan tekanan-tekanan dalam susunan penulisan berita. Kebijakan keredaksian menentukan acuan komposisi dari setiap rubrik berita (newscast). Rumusan dari karakter rubrik dapat berdasarkan informasi lingkup kawasan (lokal, kewanitaan, dan pariwisata). Rumusan karakter rubrik disusun menjadi block-block, ditata dengan mempertimbangkan kemungkinan perhatian dari audiens. Urutannya disusun berdasarkan tangga dramatik. Dalam hal ini aktualitas dan humanitas dijadikan titik tolak dalam dalam menillai berita. Di dalam program berita terdapat bermacam-macam cara menyajikan berita dan corak penyajian berita. Batasan yang umum untuk jenis atau macam program berita terletak pada waktu aktual singkat dan aktual yang panjang. Berita yang terikat (time concern) disebut berita harian, sedangkan berita yang tidak terikat waktu (time less) disebut berita berskala (Fred Wibowo, 1997 : 85).

G. Proses Produksi Berita Televisi Berita yang kita nikmati di televisi tidak hadir begitu saja, tetapi berita tersebut melalui jalan yang panjang. Setiap stasiun televisi pasti memiliki SOP (Standard Operational Procedure) tersendiri untuk menjaga kulitas beritanya. Pada tahap-tahap atau proses produksi berita ada dua macam prosedur yakni prosedur Digital/Tapeless Editting dan prosedur Tape/Linear. Perbedaan kedua prosedur tersebut terletak pada prosedur teknis pasca peliputan lapangan. Berikut ini adalah skema proses produksi berita dengan prosedur digital/tapeless editing yang dikutip dari blog seorang news producer TransTV, Satrio Aris Munandar di
http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2004/08/proses-pembuatan-berita-distasiun.html (Diakses 1 September 2012):

16

Produser Program menghimpun

1.

gagasan berita yang didapat dari kru melalui riset, temuan lapangan, informasi, dan sebagainya, untuk dibahas dalam rapat redaksi.

2.

Agenda berita, rundown, serta penugasan dibahas dalam rapat redaksi. Rapat juga dihadiri oleh reporter, juru kamera, periset, asisten produksi, dan koordinator peliputan. Hasil rapat redaksi dituangkan dalam notulen. Rapat juga membuat lembar penugasan yang menjadi acuan Produser Program dan Koordinator Peliputan. Producer Program dapat membuat TOR, yang akan menjadi panduan penugasan reporter, juru kamera, dan periset, serta memberikan TOR tersebut kepada tim yang bertugas.
Jika dibutuhkan grafis untuk mendukung tampilan berita yang ditayangkan, permohonan grafis, foto, dan animasi pendukung berita diajukan oleh Producer Program atau Associate Producer kepada Tim Grafis. Grafis yang dihasilkan oleh tim tersebut lalu dimasukkan ke dalam server. Reporter dan juru kamera mengimplementasikan penugasan, dengan melakukan liputan di lapangan. Tim lapangan tersebut juga wajib mengembangkan dan memperkaya informasi. Periset membantu mengumpulkan data pendukung untuk diberikan kepada reporter.

3.

4.

5.

6.

7.

Dalam perjalanan kembali ke studio, reporter dan juru kamera dapat mendiskusikan hasil liputan dengan Producer yang bersangkutan. Draft naskah dan shot list juga disiapkan.
Juru kamera memindahkan rekaman shot list ke dalam browsing server. Setelah itu untuk kepentingan bank data, ia juga wajib membuat log sheet dari semua hasil rekaman gambar yang dibuat. Kaset dan log sheet kemudian diserahkan kepada Perpustakaan.

9.

Berdasarkan gambar dan grafis yang sudah tersedia dalam server, Reporter membuat skrip dan first edit.

10.

Associate Producer dan Produser Program memeriksa dan memperbaiki first edit. Reporter melakukan dubbing untuk narasi.

11.

12.

Dari craft editing server, Editor membuat final edit.


Dari item-item berita yang sudah masuk ke dalam server, Produser Program menyusun rundown akhir untuk keperluan on air.

13.

17

Prosedur Tape/ Linear


1. Sesudah melakukan liputan di lapangan, Reporter dan juru kamera mendiskusikan hasil liputan dengan Producer Program atau Associate Producer yang bersangkutan. Keputusan akhir mengenai angle dan content ditentukan dalam rapat kecil tersebut.

2. Juru kamera wajib membuat log sheet/ shot list sekembali dari liputan. Log sheet dan kaset master diserahkan kepada reporter, untuk pembuatan naskah dan proses editing. Copy log sheet juga diberikan kepada Associate Producer.
3. Reporter menyerahkan naskah kasar (draft) kepada Associate Producer untuk diperiksa. 4. Associate Producer memeriksa kelengkapan laporan dan mengedit naskah. Jika diperlukan, Associate Producer dapat meminta grafis pendukung dari Tim Grafis dan menyerahkannya kepada Reporter.

5. Reporter membawa naskah yang sudah disetujui dan kaset master/ file/ grafis ke ruang edit, untuk memulai proses dubbing dan editing. Juru kamera mendampingi proses editing. 6. Kaset hasil editing diserahkan Reporter kepada Associate Producer.

7. Seusai proses editing, kaset master/ file/ grafis berikut log sheet dibawa editor ke Perpustakaan untuk dimasukkan ke dalam inventory. 8. Producer Program (atau biasanya dibantu Asisten Produksi) mengumpulkan dan memeriksa naskah serta kaset-kaset hasil editing dari Associate Producer, untuk dicocokkan dengan rundown final. Jika semua lengkap, rundown, naskah, dan kaset-kaset tersebut dibawa ke ruang Master Control dan Program Director. Copy rundown dan naskah juga diberikan kepada Anchor/Presenter.

18

H. Newsroom Study Dalam buku Journalism In The Digital Age, yang dikemukakan oleh John Herbert (2000) menjelaskan para pegawai dalam newsroom lebih baik bekerja pada ruang redaksi atau manajer daripada bekerja di perusahaan. Karenanya manajemen newsroom sering berdasar pada kode professional jurnalisme, etika dan komitmen pada batas akhir berita (deadlines). Para pengelola harus menyadari bahwasannya inilah cara kerja seorang jurnalis, dan cara yang dilakukan oleh seorang jurnalis. Semua perbedaan pendapat mengenai orang yang bekerja pada bidang jurnalis seperti wartawan, reporter selalu membawa pengaruh dalam manajemen newsroom dan kreatifitas personil di dalamnya. Karena itu sudah menjadi tradisi selalu ada konflik antara bagian berita dengan bagian yang lainnya. Gaye Tuchmann menjelaskan newsroom study merupakan studi tentang peran jurnalisme dalam ruang redaksi, baik media cetak maupun televisi dalam membangun ruang publiknya dalam mempelajari dan menganalisa semua berita yang masuk keruang redaksi, yaitu suatu berita yang potensial yang layak untuk disiarkan keseluruh penjuru dunia, baik lokal maupun nasional (Oliver Boyd, 1995:294). Segala proses yang berhubungan dengan kegiatan operasional televisi yang berkenaan dengan ruang redaksi dimana bermula dari proses dan pola pencarian berita hingga berita tersebut disiarkan oleh penyiar. Newsroom perannya sangat penting untuk membangun ruang publik yang berfungsi sebagai kontrol media, di mana kontrol media tersebut mampu mengatur para pekerja media untuk bisa bekerja secara maksimal dalam mencari, mengolah dan mengemas sebuah paket berita sebelum disiarkan. Menurut pernyatan Warren Breed (Oliver Boyd, 1995: 277) dalam newsroom terdapat pengawasan sosial atau publik kontrol sebagai

19

pertimbangan untuk menyesuaikan diri dari kebijakan ruang publik itu sendiri antara lain; (a) Otoritas kelembagaan dan sanksi penerbitan dalam memberikan perlindungan dan kekuasaan terhadap hak untuk memperoleh berita. (b) Obligasi dan penghargaan, dalam newsroom terdapat kriteria penilaian memberi penghargaan terhadap redaksi yang mampu menyiarkan berita teraktual. (c) Mobilitas tinggi, sebagai respon dari berbagai keinginan, kreatifitas dan imajinasi kru-kru yang terdapat di newsroom dalam mendukung kebijakan untuk mampu memperoleh pengakuan dari publik secara universal. Tujuan utama adanya kontrol sosial dalam newsroom adalah untuk mendapatkan berita yang telah menguasai dari ketidaksetujuan dari masingmasing individu dari organisasi media tersebut, disini social control meliputi sensor editorial, yang memilki peran penting dalam keseluruhan berita, yang mampu memberi pengaruh internal terhadap newsroom untuk memutuskan berita mana yang dapat diterima dan berita mana yang tidak, sebelum berita tersebut disiarkan. Habermas dalam newsroom terdapat segala argumen dan pandangan dinyatakan melalui diskusi rasional. Hal ini menyiratkan bahwa pilihan berita yang rasional akan terwujud jika ruang publik pertama kalinya menawarkan pendapat yang jernih dalam berbagai alternatif yang dapat dipilih setiap orang dalam ikut serta memutuskan berita yang akan ditayangkan (Oliver Boyd, 1995: 235).

I. Fokus Penelitian Untuk memfokuskan penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi oleh hal-hal berikut ini : Pertama, penelitian ini menyoroti tentang aspek manajemen yang dilakukan pada sebuah produksi berita. Manajemen produksi di sini bukanlah manajemen produksi pada umumnya, tetapi manajemen produksi acara berita (news). Hal-hal yang berhubungan dengan manajemen

20

produksi berita menjadi hal yang ingin digali dalam penelitian. Kaitan fungsi manajemen diantaranya Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Kedua, penelitian ini mengamati apa saja kegiatan produksi berita televisi. Kegiatan tersebut dimulai dari melakukan rencana peliputan, menyusun materi berita, menentukan tujuan produksi berita, menentukan strategic planning, membagi tugas masing-masing anggota manajemen, melaksanakan proses produksi berita, serta melakukan penyesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang telah ditentukan . Dengan memaksimalkan sumber daya manusia seefisirn dan seefektif mungkin. Data mengenai hal-hal tersebut di atas akan diperoleh melalui penelitian di kantor redaksi Agropolitan Televisi Kota Batu.

21

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pada prinsipnya penelitian ini berparadigma penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi . Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lainlain (Sugiyono, 2008: 1). Oleh karena itu, tipe penelitian kajian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Seperti yang dikemukaan oleh Jalaluddin Rakhmat (2009:24), penelitian deskriptif yaitu penelitian yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan, tidak menguji atau membuat prediksi. Peneliti menggunakan tipe deskriptif kualitatif karena peneliti akan mendeskripsikan atau mengkonstruksi wawancara-wawancara mendalam terhadap subjek penelitian. Dan peneliti bertindak selaku fasilitator dan realitas konstruksi oleh subjek penelitian dan peneliti bertindak sebagai aktivis yang ikut memberi makna secara kritis pada realitas yang dikonstruksi oleh media (Rakhmat Kriyantono, 2006:385).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakasanakan di kantor redaksi yang terletak di Jalan TVRI No. 1000 Desa Oro Oro Ombo Kecamatan Junrejo

22

Kota Batu. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan karena kesesuaiannya dengan apa yang akan diteliti dan karena ATV merupakan stasiun televisi lokal yang memiliki program berita lokal yang pertama di Kota Batu. Mengingat sebuah program berita merupakan program pokok dari sebuah stasiun televisi. Maka kebutuhan informasi masyarakat akan lebih terpenuhi jika ada stasiun TV lokal yang memilki program berita. Dan ATV hadir sebagai media yang memberikan informasi kepada masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 hingga selesai.

3. Jenis dan Sumber Data Ada dua jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian atau sumber informan, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen, arsip, atau video.

4. Subjek Penelitian Dalam penelitian kualitatif, sumber datanya disebut subjek penelitian5. Teknik pengambilan sumber datanya menggunakan teknik total sampling. Dilihat dari jumlah unit populasi (total sampling) terbatas jumlahnya, sehingga tidak dilakukan pengambilan subjek penelitian secara tertentu. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah keseluruhan subyek populasi yang berjumlah 10 orang. Hal ini sesuai dengan pertimbangan penentuan subjek penelitian seperti yang dikemukakan oleh
5

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifatkeadaanya (atribut-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang ada dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. (http://www.dwipurnomoikipbu.wordpress.com).

23

Arikunto (2006:134) yaitu apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian subjek secara keseluruhan. 5. Alat Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2005:29) kualitas data sangat ditentukan oleh (1) Metode pengumpulan data yang digunakan; dan (2) Alat (instrument) yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut. Pawito (2007) mengatakan bahwa dalam paradigma kualitatif, instrumenn utama pengumpulan data adalah peneliti itu sendiri, sedangkan metode pengumpulan data yang relevan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode pencarian data didasarkan pada prinsip purposive sampling, yaitu pencarian informasi ke pihak pihak tertentu, informan dipilih dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Informan dalam teknik ini dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan (Muslimin Machmud, 2011:23).

B. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Pengamatan atau observasi merupakan langkah awal dalam mengumpulkan data. Observasi dilakukan di lapangan, di ruang redaksi dan di studio tempat penyiaran berita. Seperti menurut Nasution (1988) (dikutip dalam Sugiyono, 2008:64) observasi adalah dasar dari ilmu pengetahuan. Untuk mengumpulkan data, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu. Observasi yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi partisipasi (participant observation) dimana peneliti terlibat dengan kegiatan jurnalis ATV secara langsung. Selain itu peneliti juga ikut menulis berita dan disiarkan pada acara news tersebut. Dengan

24

observasi partispasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap dan tajam. Adapun target dalam teknik observasi ini adalah untuk memperoleh data primer yakni data yang diperoleh dari sumbernya langsung yang terkait dengan masalah penelitian. Masalah penelitian ini adalah bagaimana manajemen produksi bertia ATV dilakukan. Untuk mengenal pasti lingkungan kerja redaksi ATV, maka peneliti menggunakan metode observasi.

2. Wawancara Target dalam teknik wawancara yakni untuk mendapatkan data penelitian yang terkait dengan masalah penelitian. Data yang diperoleh dari metode wawancara merupakan data primer yang diperoleh langsung dari narasumbernya. Jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara semistruktur (semisructured interview). Sebagaimana

dijelaskan Sugiyono (2008: 73) bahwa jenis wawancara ini sudah termasuk dalam, kategori in-depth interview, yang dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ideidenya. 3. Dokumentasi Sementara itu untuk mendapatkan data pendukung, peneliti menggunakan metode dokumentasi yang datanya bersumber dari arsiparsip, data dari lembaga atau instansi ATV itu sendiri, dan bahan pustaka lain. Sebagaimana yang dikemukakan (Hamidi, 2007:140) bahwa teknik dokumentasi merupakan teknik yang berupa informasi berasal dari catatan penting baik lembaga atau organisasi maupun perorangan. Data

25

yang diperoleh merupakan data dari catatan (data) yang telah tersedia atau telah dibuat oleh pihak lain. C. Teknik Analisis Data Dalam paradigma penelitian kualitatif dikenal berbagai teknik analisis data yang dapat digunakan, namun prinsip penggunaannya disesuaikan dengan tujuan kajian yang hendak dicapai. Analisis data yang dimaksudkan untuk memberikan suatu makna (making sense of); menafsirkan (interpreting) dan mentransformasikan (transforming) temuan data ke dalam bentuk-bentuk pengisahan (naration). Penjelasan dari analisis hasil penelitian diwujudkan dalam bentuk kenyataan (proposition), ilmiah (thesis) hingga berbagai kesimpulan (Muslimin Machmud, 2011: 24). Miles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2008:91). Selanjutnya model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar 1.4 berikut :

Data Clloection

Data Display

Data Reduction

Conclusions : Drawing/Verifying

Gambar 1.1 Komponen dalam Analisis data (interactive model), (Sumber : Miles M.B & Huberman, A.M., 1984: 20 )

Penjelasan bagan diatas adalah sebagai berikut :

26

1. Data Reduction (Reduksi Data) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan teliti. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada halhal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. 2. Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Denga mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. looking at displays help us to understand what is happening and to do some thingfurther help us to understand what is happening and to do some thing-further analysis or caution on that understanding Miles and Huberman (1984). 3. Conclusion Drawing/ verification Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung. Dalam verifikasi peneliti menggunakan metode induktif dengan mempertimbangkan berbagai pola data yang ada atau kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat.

27

D. Pengujian Kredibilitas Data Triangulasi Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data sources or multiple data collection procedures (William Wiersma, 1986). Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2008: 125). Adapun jenis triangulasi yang digunakan dalam pengujian keabsahan data pada penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber menurut Sugiyono (2008:127) adalah triangulasi yang bertujuan untuk menguji kredibiltas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dengan teknik yang sama. Sejalan dengan hal itu, Muslimin Machmud (2011:28) mengemukakan bahwa penyelidik berupaya untuk mengakses dari sumbersumber yang bervariasi guna memperoleh data yang berkenan dengan persoalan yang serupa (data diperoleh dari berbagai informan). Berikut model triangulasi sumber dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
A Wawancara mendalam

Gambar 1.2 Triangulasi "Sumber" Pengumpulan data. (Suatu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data A, B, C). Sumber : (Sugiyono, 2009: 83).

28

Triangulasi teknik menurut Sugiyono (2005:127) adalah pengujian kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melekukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada model berikut ini :

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Gambar 1.3 Triangulasi "teknik" pengumpulan data. (Suatu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam teknik observasi, wawancara, dokumentasi). Sumber : (Sugiyono, 2009 : 84).

29

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Barret, Oliver Boyd. 1995. Approaches to Media A Reader. USA: Arnold. Djuroto, Totok. 2000. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT. Rosda Karya. Effendy, Onong Uchjana. 1993. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju. Hamidi, 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press. Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE Harry, Harmen, dkk, 2002. Manajemen Produksi Acara Televisi: 40 tahun TVRI Dari Pembebasan Menuju PencerahanM Jakarta: FSP TVRI Joko, Sri, 2001. Manajamen Produksi dan Operasi. Malang: UMM Press. Krisyantono, Rakhmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media. Machmud, Muslimin. 2011. Komunikasi Tradisional: Pesan Kearifan Lokal Masyarakat Sulawesi Selatan Melalui Berbagai Media Warisan.

Yogyakarta: Buku Litera. Morissan. 2004. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Bogor: Ghalia Indonesia. Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana. Mulyana, Deddy. 2004. Komunikasi Populer: Kajian Komunikasi dan Budaya Populer. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

30

Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Yogyakarta: Rajawali Pers Passante, Christopher K. 2008. The Complete Ideals Guides: Journalism. Jakarta: Prenada Media. Pareno, Sam Abede. 2005. Manajemen Berita Antara Idealisme dan Realita:

Surabaya: Papyrus. Rakhmad, Jalaludin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Romli, Asep Syamsul M. 1999. Jurnalistik Praktis. Bandung: Rosda Karya. Sastro, Darwanto Subroto, 1991. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Multi Media Training Center (MMTC) Septiawan, Santana K. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Buku Obor. Siregar, Ashadi dan Rondang Pasaribu. 2000. Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi. Yogyakarta: Kanisius. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta : Medpress. Taher, Tarmizi. 1982. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UIP Tamadjoe, AZ. 1989. Peranan Manajemen Dalam Produksi Acara Radio Televisi. Yogyakarta: Departemen Penerangan RI Pendidikan dan Pelatihan Ahli Multimedia. Wibowo, Fred. 1997. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

31

Sumber Rujukan Lainnya http://www.dwipurnomoikipbu.wordpress.com (Diakses pada 30 Mei 2012) http://agustuslima.wordpress.com/2009/02/14/manajemen-broadcast-dan-produksitelevisi/ (Diakses pada 2 Juni 2012) http://ajijakarta.org/news/2011/08/10/84/proses_produksi_berita_televisi.html (Diakses pada 2 Juni 2012) http://ekabinafsi.wordpress.com/2009/11/06/proses-produksi-berita/ (Diakses pada 2 Juni 2012) http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2004/08/proses-pembuatan-berita-distasiun.html (Diakses 1 September 2012).

You might also like