You are on page 1of 44

Kebijakan Kependudukan di Indonesia

Joni Rasmanto, SKM, MKES (MMR)

Dinamika Kependudukan

Kelahiran Kematian Migrasi

Variabel

kependudukan

Sumber daya IPTEK

NEGARA

KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN

Total Population Penduduk Total PopulationPenduduk

Tenaga Kerja ( Man Power ) Angkatan Kerja ( Labour Force ) Bekerja ( Employed ) Bukan Angkatan Kerja ( Not Labour Force ) Sekolah

Penduduk di Luar Usia Kerja Di bawah Usia Kerja Di atas Usia Kerja ( Pensiun )

Mencari Pekerjaan / Mengangur ( Unemployed )

Ibu Rumah Tangga


Lain-lain

Bekerja Penuh ( Fully Employed )

Setengah Menganggur ( Under Employed )

Visible Unemployment Invisible / Disquised Unemployment

income

produktivitas
jenis pekerjaan

PENDAHULUAN
Posisi geo strategis Indonesia memberikan manfaat strategis cukup besar dalam peta global. Yg perlu dicermati : berapa lama lagi posisi strategis ini akan bertahan? Walaupun masih bersifat futuristik tetapi bukan mustahil, perubahan teknologi akan menyebabkan semakin berkurangnya posisi strategis Indonesia, digantikan oleh teknologi informasi.

Bbrp dekade terakhir, sesungguhnya sdh terjadi periode-periode dimana Indonesia sangat diperhatikan dan dijauhi; oleh sebab posisi strategis Indonesia yg berubah. Contohnya: interaksi multibangsa. Sesuatu yg tidak bisa ditolak dan tidak bisa diminta akan tetapi Indonesia sebagai bangsa yg berdaulat berhak membentuk dan menentukan posisi strategisnya.

Salah satu keadaan dunia yg dpt mendukung posisi strategis Indonesia : apabila New Zealand dan Australia didiami oleh 0,5 - 1 miliar penduduk. Suatu hal yg pencapaiannya berada diluar kendali kebijakan Indonesia. Walaupun dpt diramalkan bahwa populasi Australia dan New Zealand akan terus meningkat, sulit dibayangkan kapan akan mencapai 100 atau 200 juta penduduk. Berbeda dgn UK yg memimpin jaringan Commonwealth, juga berbeda dgn Jepang yg bersebelahan dgn RRC yg padat penduduk tetapi memiliki gap teknologi, Indonesia berada di Asia Tenggara yg relatif merata kemampuannya.

Kalau posisi strategis akan berkurang oleh perubahan jaman, usaha swadaya Indonesia sangat penting untuk terus mempertahankan dan meningkatkan peran strategisnya yg akan menentukan dimana kita berada di masa depan. Banyak negara yg mengkampanyekan pengurangan tingkat kelahiran bbrp dekade yg lalu sudah mengkampanyekan peningkatan tingkat kelahiran pada masa kini. Kita harus selalu keep in mind bahwa kebijakan PBB beberapa dekade yg lalu bisa saja keliru atau sudah usang digerus jaman.

Sebaran penduduk yg tidak merata di berbagai pulau : salah satu titik kelemahan yg harus diharmonisasikan. Untuk meningkatkan densitas penduduk di provinsi -provinsi yg sangat rendah populasinya dpt ditempuh dgn transmigrasi walaupun cukup tinggi kompleksitasnya, pula susah percepatannya.

Cara lain : dgn membuat kebijakan KB yg berbeda untuk provinsi padat dua anak cukup dan untuk provinsi renggang boleh lebih dari dua. Kebijakan ini tentu menuntut penciptaan daya dukung sosek tersendiri. Dari strategi ini, lebih baik pertumbuhan ekonomi Indonesia 8% atau lebih karena pembaginya (jumlah penduduk) akan membesar. Mengkompromikan kepentingan kesejahteraan dan kepentingan strategis : urusan mengutamakan masa kini atau masa depan.

Indonesia yg ramah pada tetangga dgn kepadatan penduduk merata dan menjadi rumah bagi 350 - 500 juta populasi yg sejahtera dan beradab ketika populasi dunia mencapai 10 miliar akan menjadikan NKRI sebagai sebuah fokus perhatian bukan sekadar another part of the earth in the south.

KEBIJAKSANAAN KEPENDUDUKAN
Pengertian (PBB) 1. Kebijaksanaan kependudukan: langkah-langkah dan programprogram yang membantu tercapainya tujuan-tujuan ekonomi, sosial, demografis dan tujuan-tujuan umum yang lain dengan jalan mempengaruhi variabel variabel demografi yang utama, yaitu besar dan pertumbuhan penduduk serta perubahan dan ciri-ciri demografinya 2. Kebijakan yang mempengaruhi variabel kependudukan : vaksinasi anak-anak 3. Kebijaksanaan yang menanggapi perubahan penduduk : Pendirian sekolah dll 4. Kebijaksanaan kependudukan berhubungan dengan dinamika kependudukan, yaitu perubahan-perubahan terhadap tingkat fertilitas, mortalitas dan migrasi

Macam kebijakan kependudukan


1. Pro natalis : kebijakan yang mendorong meningkatnya angka kelahiran 2. Anti natalis : kebijakan yang mendorong turunnya angka kelahiran

KEBIJAKAN MORTALITAS DALAM KEPENDUDUKAN INDONESIA


Pengkajian mengenai permasalahan kependudukan telah dilakukan sejak lama, selanjutnya masalah kependudukan dikenal dalam lingkup ilmu demografis. Ilmu ini memandang beberapa permasalahan utama dari kependudukan yang berputar pada fertilitas (kelahiran), morbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian), dan mobilitas (migrasi). Sepintas bagi kebanyakan orang awam, permasalahan seperti ini merupakan permasalahan yang sederhana. Namun, bila diperhatikan dengan seksama, bahwa permasalahan kependudukan tidak hanya berbicara mengenai permasalahan individu atau permasalahan dalam lingkup privat seseorang saja, melainkan berbicara mengenai permasalahan publik yang ujungnya merembet kepada permasalahan ekonomi suatu negara.

Dalam hal kenegaraan, masalah dunia menonjol pada saat ini : masalah kependudukan, dikenal istilah ledakan penduduk (population explosion). Belum pernah sepanjang sejarah manusia eksplosi penduduk berlipat menjadi dua kali dalam waktu yg makin pendek. Jika jumlah penduduk dibiarkan seperti sekarang tanpa kendali (intervensi) maka suatu pembangunan. kualitas penduduk tidak lagi dapat dijalankan. sebab daya dukung sumber alam terbatas.

Permasalahan seperti ini kini menjadi roda setan yg kian berputar dan semakin kencang seiring laju kembang penduduk. Ketika era globalisasi dan informasi masuk, namun kesediaan sumberdaya tidak dimungkinkan untuk menghadapi dua kekuatan tersebut, ditambah pula dgn tuntutan reformasi seperti penegakan hukum, demokrasi, dan otonomi dlm bidang kenegaraan yg juga harus dibenahi. Berbagai hal tersebut saling berkaitan satu dgn lainnya, menuntut untuk segera dipecahkan bersamaan dgn penanganan permasalahan kependudukan.

Penduduk Indonesia tahun 2010 meningkat dari 230,632.700 (2009) menjadi 233,477.400 jiwa. Pada tahun 2011 jumlahnya meningkat menjadi 236,331.300 jiwa . Data tersebut menunjukkan peningkatan 6 juta jiwa selama kurun 2 tahun. Permasalahan kemudian ialah, apakah kondisi negara mampu menangani kebutuhan dari tiap penduduk yg kian meningkat tiap tahunnya meningat angka harapan hidup rata-rata pada tiap provinsi di Indonesia hanya berkisar 65%, dgn prosentase harapan hidup tertinggi pada angka 75% di kota-kota besar saja .

Hal ini tidak didukung dgn prosentase kecil angka kematian bayi yg hingga kini masih terdapat 88% angka kematian bayi di provinsi NTB, dan terkecil baru mencapai 24% (kota-kota maju). Statistik ini menunjukkan persebaran mortalitas dan angka harapan hidup yg tidak merata pada tiap-tiap daerah di Indonesia. Tak urung BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) gencar membuat advertasi-advertasi guna menyiasati persoalan kependudukan di Indonesia?

Konsep Dasar Kependudukan dan Permasalahannya di Indonesia Ilmu yg berkutat pd permasalahan kependudukan kerap disebut dgn demografi. Demos yang berarti penduduk, dan Grafein yg berarti menulis, secara harfiah demografi dpt diartikan sebagai tulisan ttg kependudukan. Sebagai ilmu, demografi mempelajari tentang natalitas (kematian), mortalitas (kematian) dan migrasi (perpindahan penduduk). Penduduk sendiri merupakan sekumpulan manusia yg hidup dlm suatu wilayah negara tertentu, dgn berbagai kondisi mereka dan kian berkembang.

Manusia sebagai insan individu dan sosial berkarakter dinamis. Peningkatan pelayananan publik selayaknya bertumpu pada kondisi kehidupan individu dan masyarakat. Sebagaimana prinsip pertama pembangunan berkelanjutan: Manusia (penduduk) merupakan pusat perhatian pembangunan berkelanjutan, dan dikehendaki agar memiliki kehidupan yg sehat dan produktif dlm keserasian dgn alam (The UN Conference of Environment and Development, 1992).

Salah satu cara untuk mencapai sasaran itu : melalui kebijakan kependudukan. Di Indonesia sendiri karakteristik yg menonjol dari masalah kependudukan: a. Jumlah penduduk yg besar; b. Pertambahan penduduk yg tinggi; c. Persebaran yg tidak merata; d. Komposisi penduduk yg muda.

Permasalahan yg muncul pd konsep pembangunan berkelanjutan akibat permasahan kependudukan tersebut al:
a. Hasil pembangunan habis termakan penduduk yg besar; b. Pembangunan tidak maksimal karena persebaran yg tidak merata dgn penduduk yg rendah; c. Penyediaan lapangan kerja & penduduk yg besar;

Hukum Kependudukan
Kesadaran hukum dengan masalah kependudukan (Law and Population) berkembang 1960-an. yakni:
a. Deklarasi tentang kependudukan (Declaration on Population) yang ditandatangani 30 negara 1966 & 1967 (termasuk Indonesia); b. Konperensi Internasional PBB tentang HAM (UN International Conference on Human Rights) di Teheran, 1968; c. Deklarasi PBB tentang Kemajuan & Perkembangan Sosial (UN Declaration on Social Progress & Development), 1969; d. Konverensi Kependudukan Sedunia (World Population Conference) di Bukares, 1974.

Pengakuan bahwa KB: merupakan HAM menimbulkan kewajiban bagi negara agar peraturan hukum yg bertentangan diubah & diganti. Hal ini yg menjadi dasar pendekatan hukum dlm program kependudukan yg menghasilkan perkembangan al:
1. Kelompok peraturan yg berhubungan dgn kependudukan, yaitu tentang kontrasepsi, aborsi dsb; 2. Kelompok peraturan yg berhubungang tidak langsung dgn kependudukan & menyangkut faktor sosial, yaitu tentang perkawinan, penduduk, hak anak, waris kedudukan wanita dsb; 3. Kelompok peraturan yg berhubungan tidak langsung dgn kependudukan & menyangkut faktor ekonomi, yaitu tentang: tunjangan anak, cuti hamil, pajak, bantuan bersalin, jaminan sosial dll.

Dari hasil kajian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa tidak semua peraturan ditujukan pada motif mempengaruhi fertilitas rendah atau mengarah pada perilaku reproduksi sehat. Namun, turut mengarah pada kesehatan individu guna mengurangi angka kematian walaupun belum begitu pesat berkembang.

Fungsi Hukum dalam Masalah Kependudukan


Sebagai social control, hukum bertugas sebagai sarana mempertahankan pola kehidupan yg melembaga atau menjaga tertib yg ada, agar warga bertindak sebagaimana hukum menghendaki/ mengatur & mempertahankan pola perilaku yg dikehendaki. Sebagai social engineering, Hukum bertugas sebagai sarana guna menciptakan perubahan dlm masy, pencipta perubah nilai-nilai sosial yg tidak mendukung kebijakan kependuduk ke arah nilai-nilai baru yg dianggap lebih baik

Dua macam kebijakan kependudukan yg paling terkenal yakni kebijakan penduduk kualitatif dan kuantitatif. Kebijakan kependudukan kuantitatif dpt dibagi dua yaitu prenatalis dan anti natalis. Kedua kebijakan ini mengatur jumlah penduduk yg bekerja melalui fertilitas. Masih ada kebijakan kuantitatif yg berkaitan dgn mortalitas. Ada beberapa jalan yg dpt ditempuh untuk mengatur kebijakan kualitatif dan kuantitatif penduduk: mengizinkan/tidak mengizinkan alat kontrasepsi dan alat pengguguran, modifikasi pendapat dan sikap terhadap reproduksi, memperbaiki kondisi yg mempenggaruhi kesehatan, menghalangi migrasi.

Menurut Jacques Deublet


Terdapat pembagian kebijakan kependudukan, yakni: 1. Hukum yang sebagian atau seluruhnya ditentukan penduduk. Ini meliputi peratutan-peraturan yang dibuat untuk menanggulangi problema yang terjadi karena tindak laju dan ciri demografi. Sebab ini dapat mempengaruhi peraturanperaturan dalam hubungannya dengan perlindungan orang-orang tua, hak-hak istimewa orang-orang asing dan kelompok minoritas lainnya. 2. Hukum yang mempunyai pengaruhi tidak langsung terhadap penduduk. Ini meliputi peraturan-peraturan mengenai perkawinan dan keluarga, peraturan tentang susunan ekonomi dan masyarakat. Secara tidak langsung kebijakan pemerintah adalah membuat umur minimum pada waktu menikah, bantuan ekonomis bagi keluarga, berkewajiban si bapak untuk memberi tunjangan pada keluarganya, pemberian warisan, dll. 3. Hukum yang mempunyai pengaruh langsung terhadap penduduk. Ini meliputi peraturan yang dibuat untuk mengurangi mortalitas dan melindungi keselamatan masyarakat, dan peraturan untuk pengawasan nartalitas. Peraturan pertama yakni meliputi bidang sanitasi, pengobatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular. Peraturan kedua yakni meliputi praktek-praktek kontrasepsi dan pengguguran demi mengendalikan angka nartalitas. Peraturan ini mencakup kewajiban menikah, memberikan kebebasan kepada militer dan memberikan hak istimewa kepada ayah dan keluarga besar.

Menurut Said Rusli, kebijakan kependudukan terdiri atas tipe yg dibentuk langsung/tidak langsung, eksplisit/implisit, domestik/internasional dan kebijakan intervensi/non intervensi. Kebijakan langsung akan mempengaruhi variabel kependudukan secara langsung. Kebijakan eksplisit dibedakan dgn kebijkaan implisit dlm hal bahwa kebijakan eksplisit dirumuskan dan dinyatakan secara jelas maksud pemerintah untuk mempengaruhi variabel kependudukan. Kebijakan domestik berhubungan erat dgn usaha mempengaruhi segala peristiwa kependudukan negeri sendiri, sedangkan kebijakan internasional merupakan sikap resmi yg dianut oleh suatu negeri dalam usahanya untuk mempengaruhi perkembangan penduduk dunia secara keseluruhan atau wilayah negara tertentu. Berbeda dgn kebijakan non intervensi, kebijakan interversi merupakan tindakan mengkombinasikan berbagai cara untuk mempengaruhi baik variabel demografi maupun faktor ekonomi, sosial, politik dan teknologi.

Kesehatan dan Mortalitas Secara umum dapat dimengerti bahwa kependudukan dan kesehatan saling berkaitan. Variabel-variabel kependudukan, misalnya tingkat kelahiran (nartality), dan kematian (mortality) mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi kesehatan penduduk. Pengalaman kita selama ini menunjukkan tingkat signifikannya hubungan di antara keduanya, terlebih pada tingkat kematian pada kondisi tidak sehat pada individu. Tindakan pemerintah untuk meningkatkan mutu kesehatan penduduk secara eksplisit dan langsung berhubungan dengan upaya menekan tingkat kematian dan morbiditas (tingkat ketersakitan). Hal itu secara tidak langsung berhubungan pula dengan upaya mengendalikan tingkat kelahiran. Di belakang tingkat kematian, morbiditas, dan kelahiran pendudukan terdapat variabelvariabel lain yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Maka kebijakan kependudukan di bidang kesehatan harus memperhatikan dan memperhitungkan keberadaannya. Pengaturan mengenai penurunan angka kematian telah dituangkan dengan jelas pada pasal 30-32 Undang-Undang 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Pada regulasi tersebut diwajibkan bagi pemerintah guna menciptakan kebijakan publik yang menekan dan mengurangi angka kematian dengan bantuan pemerintah derah dan partisipasi aktif masyarakat.

Kebijakan publik adalah komitmen politik pemerintah berlandaskan hukum, dan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek sosiologis. Pemikiran hukum dalam arti jurispruden memfokuskan kebijakan publik sebagai aturan. Aturan ini merupakan produk yang terkodifikasi. Proses hukum berlangsung ditata dan diatur oleh logika sistem hukum, dan dilihat sebagai sesuatu yang mekanis. Kebijakan publik sebagai produk hukum menggambarkan harapan, dan merupakan suatu keharusan yang harus dilaksanakan. Secara sosiologis pelaksanaan kebijakan publik harus diperhatikan struktur sosialnya yang selalu berubah. Oleh sebab itu kebijakan publik juga perlu mementingkan perhatiannya pada adanya keragaman, keunikan di masyarakat (Black, 1976; dan Milovanovich, 1994).

Model pemikiran hukum dan sosiologis tentang kebijakan publik merupakan pemahaman terhadap realitas sosial, dimana pembuatan, pemberlakuan dan pelaksanaan kebijakan publik harus mendasarkan dan mempertimbangkan pemikiran-pemikiran tersebut. Hal itu dilakukan agar tujuan utama dari kebijakan tersebut dapat dicapai secara optimal. Kependudukan merupakan aspek penting dalam pembangunan, sebagai dasar pelaksanaan, sekaligus tujuan (sasaran) dan pengguna hasil-hasil yang dicapai. Sebagai dasar pelaksanaan terkait dengan dasar kebijakan pembangunan. Dinamika kependudukan berpengaruh pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Ukuran tingkat dinamikanya digunakan penanda atau indikator yang terukur yang bisa dibaca, digunakan, dibanding bagi kepentingan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pembangunan, misalnya: tingkat pertumbuhan pendudukan, tingkat kelahiran, kematian, tingkat (angka) kematian bayi, angka harapan hidup, tingkat kematian ibu dan sebagainya. Ketersediaan indikator kependudukan, tingkat pemahaman konseptual, terutama penggunaanya oleh pihak-pihak penyusunan dan pengelola pembangunan (contohnya: di bidang kesehatan) sangat berarti bagi rumusan kebijakan dan pelaksanaannya.

Evaluasi dari kebijakan publik guna mengatasi masalah kependudukan dalam ranah hukum sebenarnya telah sering terdengar, perubahan dasar hukum kependudukan dari Undangundang Nomor 10 Tahun 1992 menjadi Undang-Undang 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pun menjadi bukti perubahan kebijaksanaan dalam sisi hukum.

Beberapa faktor yg mempengaruhi dan yg perlu disoroti yakni :


1. Visi dan arah dari pembangunan kependudukan perlu diperjelas. Arahnya seharusnya dirubah dari target kuantitatif menjadi target kualitatif (penduduk yang berkualitas), 2. Penduduk yg menjadi sasaran program seringkali tidak tahu kemana kebijakan yg membawa mereka berarah, pasalnya informasi dan transparansi publik dalam hal kependudukan kurang bisa diakses oleh kebanyakan orang, hanya terbatas pada pemerintah, akademisi dan lembaga swadaya masyarakat saja. Apabila sanggup pun, data yg disajikan tidak begitu dan berkualitas, Badan Pusat Statistik yg kualitasnya dipercaya pun hanya mampu memberikan data dalam kala waktu tertentu, oleh karenanya, lembaga pemerintah seperti BKKBN seharusnya lebih mampu meningkatkan kualitas informasinya,

3. Perlunya reformasi birokrasi dalam hal kependudukan, sebelumnya banyak program dari lembaga pemerintah yg bergerak dlm ranah yg sama, hal ini kontan membuat masyarakat bingung. Bappenas, BKKBN, dan beberapa departemen lain seharusnya membuat program yg tidak tumpang tindih agar dpt berjalan efektif, 4. Perlunya keserasian kerja antara daerah dan pusat, tidak hanya itu, hal ini juga dituntut efektif pada tingkat pemerintah desa dan daerah. Hal ini dimaksudkan agar program-program yg secara filosofis telah sempurna pada tingkat pusat, dapat dihantarkan dgn baik pada tingkat pemda dan pemdes tanpa ada reduksi, 5. Perhatian terhadap isu lama yg belum terselesaikan seharusnya lebih diutamakan, seperti isu perempuan, penduduk usia lanjut, penduduk miskin, dsb. Tentunya hal tersebut menjadi faktor penting mortalitas.

Khusus mengenai mortalitas, hal yang dipahami sejak awal yakni penurunan angka mortalitas dengan berbagai caranya merupakan suatu hak asasi manusia, artinya, usaha penurunan angka tersebut merupakan arahan kebijakan publik yang sesungguhnya disamping usaha penekanan jumlah penduduk. Diharapkan tidak saja fokus pada penekanan jumlah penduduk, namun tidak memperhatikan tingkat kematian penduduk, pemerintah harus menyediakan program yang menjamin hak-hak tersebut, antara lain dengan jaminan kesehatan hingga ke pelosok daerah, penyediaan informasi demografi dan kesehatan yang memadai dan mudah diakses, serta pelayanan pascapenanganan. Usaha-usaha tersebut diharapkan mampu menjadi penurun angka kematian penduduk di Indonesia.

STRATEGIS

SUMBER DAYA
KEBIJAKAN

POLITIS

NASIONAL

INTERNASIONAL
NEGARA

AMANAT UU 45

GLOBALISASI

You might also like