You are on page 1of 13

PROSES PERKEMBANGAN EMOSI, KEPRIBADIAN, PENGHAYATAN KEAGAMAAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan

Peserta Didik Dosen Pengampu : Dr. Ilfiandra Dra. Jahju Hartanti, M.Si.

Kelompok VI Angga Taufik Nugraha Dera Anisa R Fadilah Shaomi Putri Diana Novia

PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012

A. Perkembangan Emosi Emosi adalah suatu suasana yang kompleks atau getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya perilaku. Emosi merupakan factor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu dalam hal ini termasuk pula tingkah laku belajar (Learning). Menurut Crow & crow (1958) (dalam Sunarto, 2002:149) emosi adalah An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental physiological stirred up states in the individual, and that shows it self In hi sovert behavior. Menurut James & Lange , bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira. Sedangkan menurut Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi pada diri individu.

1. Ciri- ciri Emosi

Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai berikut: a. Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir. b. Bersifat fluktuatif (tidak tetap) c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.

2. Karakteristik Perkembangan Emosi Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada
1

dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanakkanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.

Pola emosi remaja adalah sama dengan pola emosi kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Perbedaan yang terlihat terletak pada macam dan derajat rangsangan yang mengakibatkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi remaja. Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan pelbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat kesukaannya pada orang sasaran . Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain :

a. Belajar dengan coba-coba. b. Belajar dengan cara meniru. c. Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification) d. Belajar melalui pengkondisian e. Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi 3. Teori Teori Emosi Ada beberapa tokoh yang menjelaskan tentang istilah emosi dan proses terjadinya emosi, diantaranya : a. Canon Bard Merumuskan teori tentang pengaruh fisiologis terhadap emosi. Teori ini menyatakan bahwa situasi menimbulkan rangkaian proses pada syaraf. Suatu situasi yang saling mempengaruhi antara thalamus ( pusat penghubung antara bagian bawah otak dengan susunan syaraf pusat, dan alat keseimbangan atau cerebellum dengan cerebral cortex ( bagian otak yang terletak di dekat permukaan sebelah dalam dari tulang tengkorak, suatu bagian yang berhubungan dengan proses kerjanya seperti
2

berpikir ). Biasa disebut teori sentral dalam berpikir atau teori dengan pendekatan neurologis.

b. James dan Lange Bahwa emosi timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya, menangis karena sedih, tertawa karena senang, lari karena takut dan berkelahi karena marah. Biasa disebut teori teori perifir dalam emosi atau juga disebut paradoks James.

c. Lindsey Mengemukakan teori penggerakan Activition Theory . Menurut teori ini, emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlalu keras dari susunan syaraf terutama pada bagian otak. Contohnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf akan bekerja sangat keras sehingga menimbulkan sekresi kelenjar kelenjar yang dapat meningkatkan kerja otak, sehingga menimbulkan emosi.

d. John B. Watson Mengemukakan bahwa ada tiga pola dasar emosi, yaitu takut, marah dan cinta ( fear, anger, and love ). Ketiga jenis emosi tersebut akan menunjukkan respon tertentu pada stimulus tertentu pula, namun kemungkinan dapat terjadi modifikasi ( perubahan ) ( Yusuf Syamsu, 2006 ).

4. Upaya Pengembangan dan Pengelolaan Emosi serta Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan.

Rasa marah, kesal, sedih atau gembira adalah hal yang wajar yang tentunya sering dialami remaja meskipun tidak setiap saat. Pengungkapan emosi itu ada juga aturannya. Supaya bisa mengekspresikan emosi secara tepat, remaja perlu pengendalian emosi. Akan tetapi, pengendalian emosi ini bukan merupakan upaya untuk menekan atau menghilangkan emosi melainkan:

a. Belajar menghadapi situasi dengan sikap rasional. b. Belajar mengenali emosi dan menghindari dari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan respon emosional. Untuk dapat menanfsirkan yang obyektif, coba tanya pendapat beberapa orang tentang situasi tersebut. c. Bagaimana memberikan respon terhadap situasi tersebut dengan pikiran maupun emosi yang tidak berlebihan atau proporsional, sesuai dengan situasinya, serta dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan sosial. d. Belajar mengenal, menerima, dan mngekspresikan emosi positif (senang, sayang, atau bahagia dan negative (khawatir, sedih, atau marah).

Kegagalan pengendalian emosi biasanya terjadi karena remaja kurang mau bersusah payah menilai sesuatu dengan kepala dingin. Bawaannya main perasaan. Kegagalan mengekspresikan emosi juga karena kurang mengenal perasaan dan emosi sendiri sehingga jadi salah kaprah dalam mengekspresikannya. Karena itu, keterampilan mengelola emosi sangatlah perlu agar dalam proses kehidupan remaja bisa lebih sehat secara emosional. Keterampilan mengelola emosi misalnya sebagai berikut:

a. Mampu mengenali perasaan yang muncul b. Mampu mengemukakan perasaan dan dapat menilai kadar perasaan c. Mampu mengelola perasaan d. Mampu mengendalikan diri sendiri e. Mampu mengurangi stress

B. Perkembangan Kepribadian

Kepribadian secara umum:

Personality atau kepribadian berasal dari kata persona, kata persona merujuk pada topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya.

Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai perilaku yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu tidak dapat dinilai baik atau buruk karena bersifat netral.

Kepribadian menurut Psikologi:

Untuk menjelaskan kepribadian menurut psikologi saya akan menggunakan teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.

Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama.

Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebut.

1. Faktor yang mempengaruhi Kepribadian Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan (seperti: fisik, sosial, kebudayaan, spiritual). a. Fisik
5

Faktor yang dipandang mempengaruhi perkembangai kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh.

b. Inteligensi Tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Individu yang inteligensinya tinggi atau normal biasa mampu menyesuaikan din dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

c. Keluarga Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesar kan dalam Iingkungan keluarga yang harmonis dan agamis dalam arti, orangtua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya (maladjustment).

d. Teman sebaya (peer group) Setelah masuk sekolah, anak mulai bergaul dengan teman sebayanya dan menjadi anggota dan kelompoknya. Pada saat inilah dia mulai mengalihkan perhatiannya untuk mengembangkan sifat-sifat atau perilaku yang cocok atau dikagumi oleh teman-temannya, walaupun mungkin tidak sesuai dengan harapan orangtuanya. Melalui hubungan ini terpersonal dengan teman sebaya, anak belajar menilai dirinya sendiri dan kedudukannya dalam kelompok. Bagi anak yang kurang mendapat
6

kasih sayang dan bimbingan keagamaan atau etika dan orangtuanya, biasanya kurang memiliki kemampuan selektif dalam memilih teman dan mudah sekali terpengaruh oleh sifat dan perilaku kelompoknya.

e. Kebudayaan Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku bangsa) memiliki tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas.

2. Karakteristik Kepribadian

E.B. Hurlock (1986) mengemukakan bahwa penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan karakteristik sebagai berikut. a. Mampu menilai diri secara realities b. Mampu menilai situasi secara realistik. c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik. d. Menerima tanggung jawab. e. Kemandirian (autonomi). f. Dapat mengontrol emosi. g. Berorientasi tujuan. h. Berorientasi keluar. i. Penerimaan sosial. j. Memiliki filsafat hidup. k. Berbahagia

3. TEORI KEPRIBADIAN Teori kepribadian adalah seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi empirisnya . contoh asumsi tersebut sebagai berikut : Semua tingkah laku dilatarbelakangi motivasi. Kecemasan yang tinggi menyebabkan penurunan mutu kegiatan bekerja atau belajar. Perkembangan pemikiran dan kajian empirik di kalangan para ahli tentang kepribadian manusia telah melahirkan berbagai teori yang beragam sesuai dengan
7

perspektif pemikiran dan pengalaman pribadi para ahli yang membangun teori tersebut. Teori-teori kepribadian yang dikenal dewasa ini oleh masyarakat di antaranya adalah teori psikodinamik, behavioristik, humanistik dan kognitif. Teori psikoanalitik (psikodinamika) Frued menekankan pentingnya ketidaksadaran (unconscious). Frued menggambarkan struktur kepribadian kepada tiga komponen (id, ego, dan superego), yang satu sama lainnya sering terlibat dalam konflik internal, sehingga melahirkan kecemasan. Untuk menghindari atau melindungi diri dari kecemasan atau perasaan tidak senang, individu sering melakukan mekanisme pertahanan (defence mechanism).Frued meyakini bahwa pengalaman hidup masa kecil, usia lima tahun pertama merupakan faktor utama penentu pembentukan kepribadian. Teori behavioristik memandang kepribadian sebagai koleksi

kecenderungan-kecenderungan respon yang terbentuk melalui belajar. Clasical conditioning dari Pavlov menjelaskan tentang bagaimana individu memperoleh respon-respon emosional. Sementara model operant conditioning menunjukkan tentang bagaimana dampak reinforcement terhadap pembentukan kebiasaan. Teori humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang memilki kesdaran, dan kemampuan rasional dalam merancang tingkah lakunya. Manusia memiliki dorongan internal untuk berkembang ke arah kematangan, atau dorongan untuk mengaktualisasikan dirinya. Menurut Maslow, kesehatan mental (psikologis) seseorang amat tergantung kepada pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri tersebut. Sememntara Rogers berpendapat bahwa konsep diri merupakan aspek utama dalam kepribadian. Apbaila terdapat kongruensi antara konsep diri dengam kenyataan, maka akan lahir kecemasan pada diri individu, yang cenderung menimbulkan perilaku yang defensif. Kelly sebagai pelopor teori kognitif mengemukakan bahwa kepribadian itu terkait dengan cara-cara individu untuk mempersepsi rangsangan ;

menginterpretasi dan mentransformasi rangsangan ; dan berperilaku sesuai dengan hasil persepsi , tafsiran , dan transformasi rangsangan tersebut. Pada
8

dasarnya, teori ini merupakan upaya manusia untuk mengkonsepsi atau mengkonstruk lingkungannya. Berdasarkan paparan tentanf beberapa teori kepribadian, berikut dipetakan tentang aspek-aspek pokok yang menjadi karakteristik khas dari masing-masing teori tersebut. 4. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian Proses perkembangan ditandai oleh bermcam-macam perjuangan batin melalui bermacam-macam tahap perkembangan.

a.

Tahap pertama Membuat sadar fungsi pokok serta sikap jiwa yang ada dalam ketidaksadaran. Dengan cara ini, tegangan dalam batinberurang dan kemampuan untuk mengadakan orientasi serta penyesuaian diri meningkat.

b.

Tahap kedua Membuat sadar imago. Dengan menyadari imago ini, orang akan mampu melihat kelemahan sendiri yang diproyeksikan.

c.

Tahap ketiga Menyadari bahwa manusia hidup dalam berbagai tegangan pasangan yang berlawanan, baik rohaniah maupun jasmaniah . Manusia harus dapat mengatasi permasalahannya.

d.

Tahap keempat Adanya hubungan yang selaras antara kesadaran dan ketidaksadaran, adanya hubungan yang selaras antar segala aspek dari kepribadian yang ditimbulkan oleh oleh titik pusat kepribadian yaitu diri.

C. PERKEMBANGAN PENGHAYATAN KEAGAMAAN 1. Perkembangan Penghayatan Keagamaan

Bossard dan Bolly menyatakan bahwa sekalipun pada masa remaja banyak mempertanyakan kepercayaan-kepercayaan keagamaan mereka, namun pada akhirnya kembali lagi kepada kepercayaan tersebut. Banyak orang yang pada usia dua puluhan dan awal tiga puluhan, tatkala mereka sudah menjadi orang tua, kembali melakukan praktek-praktek yang sebelumnya mereka abaikan.

Adams & Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan biasa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya.

James Fowler (1976) mengajukan pandangan lain dalam perkembangan konsep religius. Indiduating-reflexive faith adalah tahap yang dikemukakan Fawler, muncul pada masa remaja akhir yang merupakan masa yang penting dalam perkembangan identitas keagamaan. Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, individu memiliki tanggung jawab penuh atas keyakinan religius mereka. Sebelumnya mereka mengandalkan semuanya pada keyakinan orang tuanya.

Dengan melalui pertimbangan fungsi afektif, kognitif, dan konatifnya, pada saat-saat tertentu, individu akan meyakini dan menerima tanpa keraguan bahwa di luar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha Agung yang melebihi apa pun, termasuk dirinya. Penghayatan seperti itu disebut pengalaman keagamaan (religious experience) (Zakiah Darajat, 1970). Brightman (1956) menjelaskan bahwa penghayatan keagamaan tidak hanya sampai kepada pengakuan atas kebaradaanNya, namun juga mengakui-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang abadi yang mengatur tata kehidupan alam semesta raya ini. Oleh karena itu, manusia akan tunduk dan berupaya untuk mematuhinya dengan penuh kesadaran dan disertai
10

penyerahan diri dalam bentuk ritual tertentu, baik secara individual maupun kolektif, secara simbolik maupun dalam bentuk nyata kehidupan sehari-hari.

2. Tahapan Perkembangan Keagamaan

Abin Syamsuddin (2003) menjelaskan tahapan perkembangan keagamaan, beserta ciri-cirinya sebagai berikut :

a. Masa Kanak-Kanak Awal Sikap reseptif meskipun banyak bertanya. Pandangan ke-Tuhan-an yang dipersonifikasi. Penghayatan secara rohaniah yang belum mendalam. Hal ke-Tuhan-an dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya).

b. Masa Kanak-Kanak Akhir Sikap reseptif yang disertai pengertian. Pandangan ke-Tuhan-an yang diterangkan secara rasional. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, melaksanakan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.

c. Masa Remaja Awal Sikap negatif disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat realita orangorang beragama yang hypocrit (pura-pura). Pandangan ke-Tuhan-an menjadi kacau, karena beragamnya aliran paham yang saling bertentangan. Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptik, sehingga banyak yang enggan melaksanakan ritual yang selama ini dilakukan dengan penuh kepatuhan.

11

d. Masa Remaja Akhir Sikap kembali ke arah positif, bersamaan dengan kedewasaan intelektual bahkan akan agama menjadi pegangan hidupnya. Pandangan ke-Tuhan-an dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya. Penghayatan rohaniahnya kembali tenang setelah melalui proses

identifikasi dan merindu puja, ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran manusia

3. Proses Pertumbuhan Penghayatan Keagamaan

Para ahli (Zakiah, Starbuch, dan lain-lain) juga sependapat bahwa meskipun tahapan proses perkembangan seperti di atas merupakan gej ala yang universal, namun terdapat variasi yang luas, pada tingkat individual maupun pada tingkat kelompok (keluarga, daerah, aliran, paham) tertentu. Peranan lingkungan keluarga sangat penting dalam pembinaan penghayatan keagamaan (Zakiah Daradjat, 1970:4102).

12

You might also like