You are on page 1of 9

HAKIKAT PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

1. Apakah yang Dimaksud dengan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)?

Birch, Ian & Lally, M (1995) memperkenalkan strategi PKR dalam sebuah program pada UNESCO, sebagai multigrade teaching. Birch, Ian & Lally, M. selanjutnya secara mendetil memberikan contoh teknis PKR, ialah seorang guru dalam waktu yang sama mengelola pembelajaran pada beberapa kelas di SD, dengan berbeda jenjang. Franklin(1967) menyatakan, pada dasarnya pembelajaran kelas rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, dimana dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya difokuskan pada kemajuan individual siswa. Menurut Elkind (1987), istilah multigrade atau pembelajaran kelas rangkap berarti kelas berisi para siswa dari 2 atau lebih tingkatan kelas dengan satu guru di ruangan yang sama pada suatu waktu. Para siswa kelas tersebut tetap menggunakan kurikulum yang spesifik untuk tingkatan kelasnya sendiri dan demikian pula dengan tingkat kesukaran tesnya pun disesuaikan dengan tingkatan kelas mereka. Sehingga mengajar merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab terjadinya kurang baiknya kualitas hasil belajar. Namun menurut IG. AK. Wardhani (1998), PKR dapat diartikan sebagai bentuk pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalaam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih kelas atau rombongan belajar. Rombongan-rombongan belajar ini menempati ruang kelas yagn terpisah, yagn dihubungkan oleh pintu. Pada tahapan tertentu guru berdiri di pintu penghubung menghadapi dua kelas yang berbeda, kemudian memberikan pengantar umum tentang materi yang akan dipelajari. Pada tahapan berikutnya guru masuk tiap ruang kelas secara bergantian menurut strategi pembelajaran yang dipilih. Menurut Rohmat widiyanto dalam presentasinya, Pembelajaran Kelas Rangkap (Multigrade teaching ) merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. Murid dari dua kelas bekerja secara
1

sendiri-sendiri di ruangan yang sama, masing-masing duduk di sisi ruang kelas yang berlainan dan diajarkan program yang berbeda oleh satu guru. Dengan demikian, dapatt dilihat bahwa pembelajaran kelas rangkap diadakan untuk alasan administrasi dan ekonomi. Seperti halnya yang terjadi di sekolah sekolah terpencil di Indonesia, banyak guru yang merangkap kelas karena memang tidak ada tenaga guru bukan karena tujuan atau alasan pendidikan. Lain halnya dengan istilah multiage yang mengacu pada praktek pembelajaran kedua tingkatan usia dan kelas yang sengaja di campur untuk kepentingan tujuan pendidikan yang diinginkan. Namun PKR bukan saja ada karena kenyataan yang harus dihadapi guru, tetapi PKR juga mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh guru yang tidak mengajar di kelas rangkap. Katz (1992) menegaskan bahwa kelas rangkap dilaksanakan tidak hanya karena alasanalasan letak geografis, kekurangan murid, atau kekurangan tenaga guru, akan tetapi lebih dari itu adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui fasilitas yang tinggi bagi perkembangan dan potensi siswa. Asri Budiningsih (2006: 1-2), mendeskripsikan PKR sebagai seorang guru (yang harus) menghadapi dua kelas atau lebih, atau satu kelas dengan dua atau lebih kelompok siswa yang (mengembangkan) berbeda kemampuan, untuk membimbing belajar untuk beberapa topik berbeda dalam satu mata pelajaran, untuk satu atau lebih mata pelajaran, dan dalam satu atau lebih ruang kelas, pada jam pelajaran yang bersamaan. Dari definisi ini jelas bahwa ada pekerjaan ganda dari seorang guru, yang mestinya dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Maka dapat diketahui bahwa PKR adalah satu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. Strategi, urutan pembelajran, atau sintaks dari PKR ini disusun kemudian menurut kemampuan guru, macam tujuan, dan keadaan lainnya. Penggunaan media, model dan atau strategi pembelajran kelas rangkap ini. (Oos M. Anwas, 2006).

2. Mengapa Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) Diperlukan?

Terdapat beberapa alasan kenapa terjadinya pembelajaran kelas rangkap. Djalil dan Wardani (1997) menguraikan dalam modulnya bahwa pembelajaran kelas rangkap diperlukan karena alasan geografis, demografis, kurangnya guru, terbatasnya ruang kelas, dan adanya ketidakhadiran guru di kelasnya karena sakit atau keperluan lainnya. Seperti juga yang dikemukakan Jones di atas, bahwa dahulunya pada sebelum tahun 1990-an, atau malahan bagi negara-negara seperti Indonesia, Mexico, India, bahkan Australia, masih banyak dijumpai sekolah yang hanya mempunyai satu atau dua kelas saja yang digunakan bersama-sama oleh para siswa dari berbagai tingkatan kelas. Konsep pembelajaran kelas rangkap ini sebenarnya tidak hanya dikenal di Indonedia, di beberapa negara, bahkan seperti AS pun ada PKR, khusunya untk jenjang sekolah dasar (2006). di Belanda pun masih dijumpai praktik pembelajaran kelas rangkap. Hal ini disebabkan tempat tinggal para siswa yang berjauhan sehingga demi efesiensi, pemerintah tidak mungkin mendirikan sekolah yang hanya melayani beberapa siswa saja. Untuk itu didirikannya sekolah di suatu tempat dan siswa yang berjauhan datang ke sekolah itu, dengan guru yang bisa melayani sejumlah kecil siswa dari berbagai tingkatan kelas. Alasan lainnya, karena memang kesulitan mencari tenaga guru (tenaga guru kurang), sehingga pemerintah tidak bisa memenuhi kebutuhan para siswa di suatu daerah tertentu dengan rasio jumlah guru yang seimbang. Alasan-alasan yang dipaparkan itu mulai tidak dipakai lagi untuk mengelola pembelajaran kelas rangkap (terutama di negara Barat, sedangkan beberapa negara di Asia, Amerika latin, dan Indonesia hingga kini masih menggunakan alasan tersebut untuk adanya pembelajaran kelas rangkap). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alasan adanya PKR adalah sebagai berikut: a. Alasan Geografis Lokasi yang sulit dijangkau , terbatasnya sarana transportasi, adanya mata pencaharian khusus (penambang), pemukiman yang jaraknya berjauhan dapat mendiring penggunaan PKR.

b. Alasan Demografis Mengajar siswa dengan jumlah sedikit mendorong penggunaan PKR yang merupakan pendekatan yang tepat dan praktis. c. Kurang Guru Di daerah terpencil masih sering didengar keluhan mengenai kekurangan guru. Rendahnya minat guru untuk mengadu nasib di tempat terpencil sendiri disebabkan oleh beberapa factor, antara lain sulitnya alat transportasi, sulitnya memanuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan kecilnya peluang mengembangkan karir selain itu, penyebaran guru SD yang belum merata. d. Terbatasnya Ruang Kelas Jumlah kelas tidak mampu menampung jumlah siswa yang terlampau membludak di daerah perkotaan, dan terlampau sedikitnya siswa di daerah terpencil sehingga tidak memerlukan ruang kelas yang lebih banyak. Strategi yang tepat untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melaksanakan PKR. e. Adanya Guru yang Tidak Hadir Antara lain akibat ada guru yang sakit, cuti, atau ada kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan profesionalisme dan kualifikasi guru. f. Alasan lainnya i. Menghadapi murid yang tingkat kemampuan dan kemajuan belajar yang berbeda. ii. Perbedaan kemampuan dan kemajuan belajar diantara murid pada tingkat kelas yang sama. Seperti di atas Katz (1992) menegaskan bahwa kelas rangkap dilaksanakan tidak hanya karena alasan-alasan letak geografis, kekurangan murid, atau kekurangan tenaga guru, akan tetapi lebih dari itu adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui fasilitas yang tinggi bagi perkembangan dan potensi siswa. Oleh karena itu dia mengembangkan tiga jenis kelas rangkap dalam rangka pembelajaran: a. Combined grades Atau juga dikatakan sebagai combined classes, dimana dalam satu kelas terdapat lebih dari satu tingkatan kelas anak. Membagi kelas menjadi beberapa bagian
4

sesuai dengan tuntutan kurikulum untuk beberapa tingkatan atau hanya dua tingkatan. Tujuan untamanya adalah untuk memaksimalkan kemampuan siswa dan pemahaman lingkungan juga meningkatkan sikap dan pengalaman dalam kelompok-kelompok umur yang berbeda. b. Continuous progress Model ini berupa kelompok kelompok anak dengan pencapain kurikulum yang tinggi dimana proses belajar mengajar melihat keberlanjutan pengalaman dan tingkatan perkembangan anak. Dalam model ini setiap anak berkesempatan untuk terus berkelanjutan dalam mengikuti setiap tingkatan kelas sesuai dengan lama sekolah. Tujuannya adalah setiap anak berkesempatan untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan umur dan perbedaan sikap dalam kemampuan ketika belajar bersama. c. Mixed age/ multiage grouping Dimana proses pembelajaran dan praktek kurikulum memaksimalkan keuntungan dari berinteraksi dan bekerjasama dari beragam umur. Dalam model ini grup dibuat secara fleksibel atau proses regrouping anak dibuat dalam kelompok umur, jenis kelamin, kemampuan, mungkin terjadi satu guru mengajar untuk lebih dari satu tahun. Alasan dengan menggunakan model berbagai tingkatan umur ini multiage grouping ini adalah; 1) memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar tanpa rasa takut dan salah, 2) siswa disediakan kegiatan dengan berbagai jenis, 3) dengan model ini memungkinkan anak dapat belajar tetang aspek sosial, pemahaman tentang diri dan orang lain, kepercayaan diri dan konsep diri, partisipasi anak dalam kelompok, pada akhirnya dapat meningkatkan hubungan sosial dan pertemanan, 4) tidak ada titik signifikan antara kelompok umur tertentu dengan beragam umur dalam pencapaian prestasi di kelas.

3. Apa Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)? Tujuan, fungsi, dan manfaat PKR dapat dikaji dari berbagai aspek berikut :

a) Quantity dan Equity PKR memungkinkan kita untuk memenuhi asas quantity (jumlah) dan equity (pemerataan), yaitu dengan mengoptimallkan sumber daya yang ada dengan jumlah guru yang dimiliki. b) Ekonomis PKR memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat mengurangi biaya pendidikan karena dengan seorang guru atau beberapa guru saja pembelajaran dapat berlangsung. Demikian juga dengan satu ruangan atau beberapa ruang kelas, proses pembelajaran tetap dapat berlangsung. Jadi secara ekonomis biaya pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat akan lebih kecil. Oleh karena itu, dengna jumlah dana pendidikan yang sama, perluasan pelayanan pendidikan dapat diberikan hingga ke daerah yagn sulit, kecil dan terpencil sekalipun. c) Pedagogis Pendidikan dikritik belum mampu menghasilkan lulusan atau tenaga kerja yang mandiri. PKR akan menjadi salah satu solusinya melalui tugas individual, tugas kelompok (besar dan kecil), siswa juga terlibat aktif untuk menciptakan dan menambah sumber belajar (dapat ditempuh dengan teknik Pajangan Kelas), akibatnya siswa akan terbiasa aktif dan mandiri. d) Keamanan Dengan PKR pemerintah (swasta) dapat mendirikan SD di lokasi yang mudah dijangkau anak. Maka kekuatiran orang tua terhadap keselamatan anaknya berkurang. Hal ini juga meminialisir keterlambatan siswa masuk sekolah, bahkan meminimalisir tingkat pengulangan kelas atau putus sekolah dan kecelakaan selama perjalanan.

4. Prinsip Apakah yang Mendasari Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)? a. Prinsip prinsip secara umum, yaitu : i. Perbedaan kemampuan individual murid yang harus diperhatikan guru ii. Membangkitkan motivasi belajar murid

iii. Belajar hanya terjadi jika murid aktif sehingga guru harus berusaha mengaktifkan murid. b. Prinsip prinsip khususnya, yaitu : i. Keserempakan Kegiatan Pembelajaran Prinsip utama PKR adalah kegiatan belajar mengajar yang terjadi secara bersamaan atau serempak. Kegiatan yagn terjadi secara serempak itu pun harus bermakna, artinya kegiatan tersebut mempunyai tujuan yagn sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kebutuhan murid dan dikelola dengan benar. ii. Kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA) tinggi. Kualitas pengalaman belajar yang dihayati murid sanagt menentukan WKA. Kualitas dan lamanya kegiatan berlangsung menentukan tinggi rendahnya kadar WKA. iii. Kontak Psikologis Guru dan Murid yang Berkelanjutan Menghadapi dua kelas atau lebih pada saat yang bersamaan dan kemudian mampu mayakinkan siswa bahwa guru selalu bersama mereka bukan pekerjaan yang mudah. Guru harus mampu melakukan tindakan instruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat. Tindakan instruksional adalah yang langsung berkaitan dengan penyampaian isi kurikulum, seperti menjelaskan, memberi tugas, atau mengajukan pertanyaan. Sedangkan tindakan pengelolaan adalah tindakan yang berkaitan dengan penciptaan dan pengembalian kondisi kelas yang optimal. Misalnya, menunjukkan sikap tanggap dan peka, megatur tempat duduk, memberi petunjuk yang jelas atau menegur murid. iv. Dalam PKR, Terjadi Pemanfaatan Sumber Secara Efisien Sumber dapat berupa peralatan/ sarana, orang dan waktu. Agar terjadi WKA yang tinggi, semua jenis sumber harus dimanfaatkan secara efisien. Lingkungan, barang bekas, dan segala peralatan yang ada dapat dimanfaatkan oleh guru PKR. Murid yang pandai dapat dimanfaatkan sebagai tutor. Waktu harus dikeola dengan cermat sehingga menghasilkan WKA yang tinggi.
7

DAFTAR PUSTAKA

Bambang. 2010. Ringkasan Materi PKR. Didownload dari: file:///C:/Users/USER/Downloads/ringkasan-materi-pkr.html pada tanggal 20 September 2012. Birch, I & Lally, M. (1995). Multygrade Teaching in Primary Schools. Bangkok: Unesco. Diambil tanggal 5 Desember 2006 dari: http://unesdoc.unesco.org/-images/-

0010/001038/10387e.pdf. Disadur dari: C. Asri Budiningsih (2006). Pembelajaran Pasca Gempa. Makalah Diklat PTK dalam rangka Peningkatan Kinerja Guru di Daerah Pasca Gempa, yagn diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian UNY, Oktober 2006. Disadur dari: Kholifah, Oppy. 2011. Rangkuman PKR. Didownload dari: file:///C:/Users/USER/Downloads/2011_11_01_archive.html pada tanggal 20 September 2012. Oos M. Anwas. 2006. Pengmebangan Model Pembelajarna Kelas Rangkap Berbantuan Media Audio di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Online. Diambil pada tanggal 6 Desember 2006 dari: http://www.depdiknas.go.id/EditorialJurjalPdanKEd.38.html. Disadur dari: Pustaka simABDI. 2012.Contoh Makalah Pembelajaran Kelas Rangkap. Didownload dari : file:///C:/Users/USER/Downloads/pembelajaran-kelas-rangkap_13.html pada tanggal 20 September 2012. Suryana, Asep. 2008. Pembelajaran Kelas Rangkap (Multigrade Teaching). Makalah PJJ PGSD Universitas Pendidikan Indonesia. Diambil pada tanggl 22 September 2012 dari : Susilowati. _. Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap. _: _.

PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP HAKIKAT PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP Disusun oleh: B. A. INDRIASARI (06111013035)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

You might also like