You are on page 1of 29

CARA MENJAHIT LUKA PADA KULIT

OLEH dr. I Komang Yose Antara

KEPUSTAKAAN 1. THAL AP. Wound In: Texbook of surgery. Cole and Zollinger, 9th ed., New York, Meredith Corporation, 1970. 2. MILFORD L Acute Injuries. In: Campbells Operative Orthopedics, 7th ed., Vol.I, Toronto, Mosby Co., 1987. 3. PURUHITO. Dasar-dasar Tehnik Pembedahan. Surabaya, Airlangga University Press, 1987. 4. SEYMOUR S. Plastic and Reconstructive Surgery. In. Principles of Surgery, 5th ed., Singapore, Mc. Graw-Hill Book & Co, 1988. 5. GRABB WC. Basic Techniques of Plastic Surgery. In: Plastic Surgery, 3th ed., Boston, Little Brown & Co. 1979.

CARA MENJAHIT LUKA PADA KULIT


BATASAN

Menjahit luka adalah mendekatkan tepi-tepi luka


dan mempertahankannya denga benang atau jahitan, sampai tensile strenght dari luka cukup

untuk mempertahankan penutupan luka tersebut


INDIKASI Luka terbuka dimana untuk penutupannya diperlukan pendekatan dari tepi-tepi lukanya.

TEKNIK DALAM PENJAHITAN LUKA


1. Pada luka baru yang masih belum memasuki masa kontaminasi Frederich (6-8 jam pasca luka ) dapat dirawat secara primer, yaitu untuk mendapatkan penutupan luka seperti keadaan sebelum terjadi luka dengan cara: - Pembersihan lapangan sekitar luka - Pembersihan luka sendiri - Pembuangan debris atau kotoran

- Penjahitan luka secara sempurna


Catatan : setiap luka operasi (yang dibuat oleh pembedah) merupakan luka yang memerlukan perawatan luka primer.

TEKNIK DALAM PENJAHITAN LUKA


2. Pada luka yang telah melampaui masa kontaminasi Frederich harus dirawat secara sekunder, dengan cara : - Pembersihan lapangan sekitar luka - Pembersihan luka itu sendiri dari debris atau kotoran

- Berusaha melakukan eksisi dari luka


- Menjahit luka itu secara longgar agar kemungkinan kesembuhan yang lebih dapat dialirkan ke luar Luka dengan perawatan sekunder akan mengalami kesembuhan yang lebih lama dari luka dengan perawatan primer

TEKNIK DALAM PENJAHITAN LUKA


3. Cara melakukan eksisi luka : - Tepi-tepi luka ditegangkan dengan pinset chirurgic dan dilakukan pemotongan/pembuangan tepi luka dengan pisau. - Setelah eksisi maka perdarahan yang terjadi dirawat dengan : Pengikatan atau penjahitan ikat atau pembakaran dengan listrik.

4.

Subkutan dan kulit harus dijahit lapis, untuk menutup deadspace dan mengurangi ketegangan pada pada waktu menjahit kulit

TEKNIK DALAM PENJAHITAN LUKA


5. Tepi luka harus dibuat eversi, karena pada proses penyembuhan luka maka tepi luka yang eversi akan berubah menjadi datar. Apabila tepi luka dibuat datar (tidak eversi) maka bila luka sembuh kulit akan menjadi cekung.

Gambar 1 Tepi luka yang eversi akan menjadi datar pada proses penyembuhan

TEKNIK DALAM PENJAHITAN LUKA


6. Tepi-tepi luka harus sama tebalnya untuk mendapatkan tepi pada kedua yang sama tinggi. Hal ini bisa dicapai dengan membuat flap jaringan subkutan pada kedua sisi yang sama tebal.

7.

Jaringan di bawah kulit dan subkutan dijahit dengan benang yang bisa diserap, sedang kulit dijahit dengan benang yang tidak diserap. Benangn sintetik (mono-filament, nylon, dacron polypropylene) dipakai untuk jahitan subkutikuler.

MACAM INSTRUMENT
Pinset chirurgie
Pemegang jarum (naald voerder) Jarum + benang Pisau pada waktu membuat insisi atau eksisi luka Gunting benang Klem untuk hemostasis

Gambar 2
Dua macam pemegang jarum (naald voeder) : A. Menurut MATHIEU B. Menurut HEGAR (atau MAYO-HEGAR)

Gambar 3 Membuat simpul dengan memakai naald voeder

Gambar 4 Cara memegang pinset dengan tangan kiri

Gambar 5

Cara memegang naald voeder (pemegang jarum)

Gambar 6

Cara memegang gunting

Gambar 7 Cara yang benar memegang pisau pada waktu melakukan sayatan kulit pertama

JENIS-JENIS JARUM
Berdasarkan lengkung jarum : dilihat dari bentuk lengkung lingkaran, misalnya : Jarum 2/8 artinya lengkungan adalah sama dengan lengkungan lingkaran ataupu jarum 3/8, 4/8, 5/8 dan seterusnya maksimal jarum 5/8. Berdasarkan panjangnya jarum : panjang jaru diukur dari ujung ke ujungnya, yaitu dalam ukuran milimeter, misalnya jarum 12 artinya 12 mm, jarum 6 artinga 6 mm. Berdasarkan bentuk ujung atau penampang badan jarum : 1. Jarum bulat : Penampangnya bulat berujung tajam dan bulat 2. Jarum tajam : Penampangnya segitiga dan ujungnyapun tajam segitiga 3. Jarum bulat tajam : Penampangnya bulat dan ujungnya tajam.

Jarum bulat

Jarum tajam

Jarum bulat tajam

Gambar 8 Anatomi bulat

1 1/4

1 3/8

1 1/2

Pantat jarum
Ujung jarum

Jari-jari Daerah tempat memasang pemegang jarum

Gambar 9

Tubuh jarum

PRINSIP DALAM PENJAHITAN LUKA


1. Secara aseptik : Desinfektan kulit yang baik, persempit lapangan operasi dengan kasa steril. Buang jaringan mati : Terutama pada luka karena kecelakaan, jaringan yang mati mempermudah timbulnya infeksi. Hindari ruang mati (dead space) dan tegangan (tension) : Ruang mati akan terisi oleh serum dan hal ini merupakan media untuk pertumbuhan bakteri. Tegangan akan mengganggu aliran darah sehingga kulit akan nekrose, kulit bisa terpotong oleh benang dan dapat menyebabkan terbukanya luka kembali.

2.

3.

PRINSIP DALAM PENJAHITAN LUKA


4. Bekerja secara halus : Pengang dan manipulasi luka secara halus untuk menghindari terjadinya perdarahan dan exudasi yang berlebihan, sehingga dapat merangsang timbulnya infeksi dan terhambatnya penyembuhan Gunakan instrumen (pinset, klem) yang kecil ntuk mengurangi trauma pada jaringan. Usahakan diseksi secara tajam ddengan menggunakan pisau atau gunting. Pertahankan jaringan selalu lembab : Pada waktu penjahitan yang lama, jaringan yang expose harus dipertahankan tetap lembab dengan memberikan cairan salin hangat. Gunakan jarum dan benang yang halus untuk menghindari timbulnya suture mark

5.

6.
7.

8.

PRINSIP DALAM PENJAHITAN LUKA


9. Jangan terlalu banyak mebuang jaringgan yang sebetulnya masih hidup. hal ini terjadi pada luka yang jelek misalnya pada kecelakaan membuang jaringan terlalu banyak akan menimbulkan tension. Bila terpaksa kulit tidak dapat ditutup, lebih baik digunakan skin graft 10. Seminimal mungkin menggunakan drain: drain akan dipertahankan dalam beberapa hari ( tergantung jenis operasi), menyebabkan ada hubungan luka dengan lingkungan luar, memudahkan timbulnya kontaminasi. 11. Setelah penjahitan, bagian tubuh tersebut diistirahatkan dan usahakan dielevasi, untuk memperbaiki drainase vena dan mengurangi tension jaringan. 12. Jangan mengandalkan efek dari antibiotika, sebagaai ganti prosedur perawatan luka yang jelek. Pada luka bersih tidak perlu diberi antibiotika.

JENIS JAHITAN KULIT


1. Simple interrupted
Jarum ditusukkan dengan sudut 90 derajat atau lebih pada sisi pertama, jaringan subkutan harus diikutkan dalam jumlah yang cukup.Pada sisi kedua, jarum juga harus mengikutkan jaringan subkutan dalam jumlah yang sama, kemudian jarum diarahkan kekulit dengan sudut yang sama dengan waktu masuk pada sisi pertama. Apabila didapatkan sudut dan volume jaringan yang sama pada kedua sisi, maka akan didapatkan penutupan kulit yang eversi. Jarak antar jahitan dan jarak terhadap tepi luka bervariasi tergantung dari macam kasus, lokasi dan derajat akurasi yang dikehendaki oleh dokter atau penderita. Misalnya: untuk daerah wajah jarak antar jahitan 1-3 mm, sedang jarak dengan tepi luka 1-2 mm.

JENIS JAHITAN KULIT


2. Vertical Mattress Suture:
Digunakan untuk mendapatkan everesi yang baik dari luka, dalam keadaan tepi-tepi luka yang cenderung untuk inversi.

3. Horisontal Mattresss Suture:


Digunakan untuk mendapatkan eversi yang baik terutama bila kedua sisi luka terdapat sedikit tegangan (tension). Sering sigunakan pada jahitan luka daerah tangan.

4. Half burried Mattress Suture:


Digunakan untuk menutup ujung luka yang berbentuk V, untuk mencegah nekrosis pada ujung V. Juga dugunakan untuk skin flap, dimana bagian benangyang terbenam terletak didalam flap untuk mencegah nekrosis dan kerusakan flap.

JENIS JAHITAN KULIT


5. Subcuticular Continous Suture:
Jarum ditusukkan secara horisontal pada dermis, secara bergantian pada dua sisi dan harus dipertahankan level yangtebal untuk kedua sisi. Bila garis luka yang dijahit panjang, maka sebagian benang dilewatkan kepermukaan kulit setiap 5-8 cm, untuk mempermudah waktu melepaskan jahitan.

6. Continous Over and Over Suture:


Sering untuk menutup luka pada kulit kepala (scalp),diman scar yang tebentuk akibat tension dari jahitan ini akan ditutup oleh rambut. Juga sering untuk menjahit kulit kelopak mata, karena ini jarang menimbulkan suture mark

A.Simpul Sederhana

B. Matras tegak

C. Matras Horizontal

D. Matras Horizontal setengah terpendam

E. Jelujur subkutis

F. Jelujur langsung

Gambar 10

KOMPLIKASI
1. Perdarahan. 2. Infeksi. 3. Terbentuknya suture mark. 4. Terbentuknya keloid 5. Wound dehiscence

MENGHINDARI TIMBULNYA SUTURE MARK


Suture Mark adalah scar yang secara permanen timbul pada permukaan kulit akibat bekas jahitan. 1. Lepas jahitan jangan terlalu lama. Pada kulit tubuh jahitan dilepas pada hari ke 7. Pada kulit wajah dianjurkan jahitan dilepas pada hari ke 3 selang seling, kemudian sisanya hari ke 5. Khusus pada kulit daerah punggung atau pada kaki, jahitan dipertahankan samoai hari ke 10-14, walaupun hal ini akan menimbulkan suture mark yang permanen. 2. Hindari timbulnya tension dan jahitan yang terlalu ketat. Hal ini akan mengganggu aliran darah dan menghambat penyembuhan luka atau dapat timbul nekrosis kulit. Oedema jaringan pasca bedah juga akan menambah besarnya tension ini.

MENGHINDARI TIMBULNYA SUTURE MARK


3. Jarak jahitan dengan tepi luka sedekat mungkin: makin besar jarak jahitan denga tepi luka maka makin besar pula efek konstriksi dari jahitan. Hati-hati menjahit luka pada daerah yang mempunyai kecenderungan mudah timbul suture mark, yaitu daerah kulit dada dan extremitas (kecuali kecuali tangan dan plantar pedis), sehingga harus benar-benar memperhatikan tehnik penjahitan yang baik. Suture mark hampir tak pernah terjadi pada kulit kelopak mata dan mukosa. Hindari timbunya infeksi pada tempat masuknya benang: Benang monofilamen (misalnya: Prolene, Ethilon) sangat minimal menimbulkan reaksi jaringan sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya infeksi . Apabila infeksi timbul maka jahitan harus dilepas untuk menghilangkan benda asing dan menghilangkan efek konstriksi dari jahitan sehingga sirkulasi bertambah dan menimbulkan drainase.

4.

5.

BEKAS JAHITAN TIMBUL AKIBAT MENGIKAT BENANG TERLALU KUAT

You might also like