You are on page 1of 3

KUOTA 30 % UNTUK LEGISLATIF PEREMPUAN

UU Nomor 2/2011 tentang Parpol

secara eksplisit diwajibkan ada 30% perempuan dalam struktur pengurus harian parpol. Dalam Pasal 55 ayat 2 UU Nomor 10/2008 tentang Pemilu, ada penegasan bahwa di antara tiga nama dalam daftar caleg harus ada minimal satu caleg perempuan.

Mengapa perempuan mempunyai wakil dalam Meski jaminan persamaan kedudukan laki-laki politik ? dan perempuan khususnya di bidang pemerintahan dan hukum telah ada dalam UUD 1945 pasal 27 ayati 1, namun sejatinya sistem nilai yang masih mengacu pada laki-laki sebagai sentral belum hilang. tugas partai politik untuk melakukan rekrutmen Bisa dilakukan melalui organisasi-organisasi para calon legislatif perempuannya untuk underbow atau ormas-ormas. Bisa juga melalui memenuhi kuota 30 persen. Bagaimana perwakilan-perwakilan daerah. caranya ? FUNGSI Dengan adanya perwakilan 30 persen perempuan di parlemen, akan bisa menyuarakan banyak kepentingan perempuan. Jangan sampai hal yang menyangkut keberadaan perempuan SISTEM PEMILU Tidak dapat dicapai karena perempuannya tidak punya keberanian untuk melakukan spekulasi yang berkaitan dengan uang . seandainya sistem pemilihan kita menggunakan uji kelayakan dan kepatutan serta adanya kesadaran para pemilih dengan hati nurani yang benar-benar objektif, InsyaAllAH capaian angka yang diharapkan akan terealisasikan UU No 10 Tahun 2008 Meski UU No 10 Tahun 2008 tentang Pemilu telah mengatur kuota 30 persen keterwakilan perempuan, UU tersebut belum mencantumkan sanksi bagi partai politik yang tidak memenuhi persyaratan tersebut.

Faktor Eksternal,

MENURUT MARISA HAQUE

Seperti budaya maskulin dalam partai politik, dana, dan keluarga. secara internal perempuan telah siap terjun ke arena politik masalah finansial masih menjadi faktor penghambat. Sudah saatnya perempuan

KUOTA 30 % UNTUK LEGISLATIF PEREMPUAN

FAKTOR DARI PARPOL

menjadi agen perubahan. Perempuan harus menunjukkan tidak berpolitik, seperti kaum laki-laki yang melakukan korupsi, manipulasi, dan praktik ijazah palsu, untuk menjadi anggota legislatif. Perempuan harus membawa masyarakat menjauh dari jurang kehancuran, parpol belum mendorong kader perempuan berkiprah di lembaga legislatif, karena memang tidak ada pengkaderan yang baik dari tingkat desa hingga nasional. Akhirnya, parpol mencari caleg dari luar untuk memenuhi kuota perempuan.

Komisi Pemilihan Umum (KPU)

MEKANISME SAAT INI

tidak serius mendorong partai politik (parpol) memenuhi kuota 30 persen calon anggota legislatif (caleg) perempuan. Hal itu tercermin dari penerbitan Peraturan KPU 18/2008 yang tidak mewajibkan parpol memenuhi kuota tersebut Misalnya suatu Dapil kuotanya hanya ada 6 kursi yang diperebutkan. Maka tiap parpol berhak mengajukan caleg sebanyak 12 orang. Dari 12 orang itu, maka 4 diantaranya haruslah perempuan. Nah, jika ada 10 parpol yang bertarung (anggap saja parpol yang sudah memiliki wakil di parlemen sekarang ini 9 parpol, ditambah Nasdem satu-satunya parpol yang lolos verifikasi, maka parpol peserta Pemilu pada 2014 nanti ada 10 kontestan), maka akan ada 120 caleg berebut 6 kursi. Dari 120 caleg itu, 40-an diantaranya perempuan. Padahal yang akan terpilih hanya 6 orang saja! Dan 6 orang itu bisa random dari parpol manapun. Bisa saja 6 kursi hanya berhasil direbut oleh 3 parpol saja, misalnya. Jadi, jangan heran jika sudah 2x Pemilu sejak 2004 dan 2009, keterwakilan 30% perempuan masih belum sepenuhnya terwujud.

PERMASALAHAN SAAT INI

Keterwakilan perempuan di legislatif baik secara kuantitatif maupun kualitatif, masih memprihatinkan. Masih banyak pemilih perempuan yang meragukan kapabilitas dan kompetensi calon-calon legislatif (caleg)

KUOTA 30 % UNTUK LEGISLATIF PEREMPUAN

perempuan. Sementara, para anggota legislatif perempuan terpilih juga belum mampu menunjukkan eksistensinya dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan Perempuan Memilih Perempuan.

JUMLAH PRESENTASI

DAPIL TIDAK ADA ANGGOTA PEREMPUAN hasil penelitian Kalyanamitra di sejumlah daerah

SOLUSI

Pada tahun 2004, jumlah calon tetap perempuan hanya mencapai 71 orang dan tahun 2009 meningkat hingga 112 orang Kecamatan Mrebet, Bobotsari, Karangreja dan Karangjambu dari hasil responden penelitian, diperoleh kesan bahwa pemimpin perempuan lebih jujur, peduli, kreatif, aktif, berani dan punya hati nurani dibanding dengan pemimpin laki-laki. Kelebihan perempuan itu lebih memiliki empati terhadap publik, karena perempuan itu merasakan langsung kehidupan sehari-hari dibuat undang-undang yang dapat menjamin keterwakilan perempuan dalam lembaga politik atau organisasi politik. Tujuannya, agar menempatkan perempuan dalam jumlah yang dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik strategis

You might also like