Professional Documents
Culture Documents
UNTUK
KATA PENGANTAR KETUA KOLEGIUM DOKTER & DOKTER KELUARGA INDONESIA (KDDKI)
Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyatakan bahwa setiap dokter yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Untuk memperoleh surat tanda registrasi dokter perlu dipenuhi beberapa persyaratan, antara lain memiliki sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia, yang dikeluarkan oleh kolegium terkait. Kolegium yang terkait bagi dokter praktik umum adalah Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI). Surat tanda registrasi dokter berlaku selama lima tahun, karena itu perlu dilakukan registrasi ulang setiap lima tahun. Untuk registrasi ulang lima tahunan dipersyaratkan memiliki sertifikat kompetensi ulang yang menunjukkan bahwa dokter praktik layanan primer mempertahankan kompetensinya serta meningkatkan pengetahuannya seiring dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan kedokteran yang diperlukan untuk kompetensinya guna terjaminnya penyelenggaraan pelayanan kedokteran yang bermutu. Sertifikasi ulang dapat diperoleh melalui program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) bagi dokter praktik umum, sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yaitu bahwa dokter yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organsisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi. Untuk dapat melaksanakan amanat undang-undang tersebut, Ikatan Dokter Indonesia membentuk Pengembangan Pendidikan Keprofesian Kedokteran Berkelanjutan (BP2KB) IDI Pusat. Dalam penyelenggaraan P2KB, badan ini menyusun dan menerbitkan Buku Petunjuk Teknis P2KB bagi Praktek Umum ini, dan menyusun Buku Log dan Borang Pengisian P2KB untuk Dokter Praktik sebagai kelengkapannya. Badan upaya Dokter Umum
Buku Petunjuk Teknis P2KB bagi Dokter PraktIk Umum berisi antara lain berbagai bentuk kegiatan P2KB dan bobot penilaiannya serta kelengkapan dokumen P2KB yang diperlukan disertai lampiran-lampiran yang berkaitan dengan kelengkapan dokumen. Hal ini merupakan upaya BP2KB IDI Pusat dalam memudahkan para Dokter Praktik Umum untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran berkelanjutan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan sebaran Dokter Praktik Umum di seluruh Indonesia. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Tim BP2KB IDI Pusat yang telah menyusun buku ini dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan primer yang bermutu di Indonesia. Semoga Buku Petunjuk Teknis P2KB bagi Dokter PraktIk Umum ini dapat menjadi pedoman bagi para teman sejawat dokter praktik umum dalam upaya mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh BP2KB IDI. Semoga kemurahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu beserta kita. Amin. Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia Ketua Dr.M. Djauhari Widjajakusumah, PFK
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Ketua Umum PB.IDI Kata Pengantar Ketua Kolegium Dokter & Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI) Daftar Isi Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) IDI Pusat BAB I PENDAHULUAN BAB II KOMPETENSI BAB III PROGRAM P2KB DPU 1. Tata cara P2KB 2. Berbagai bentuk kegiatan P2KB & bobot nilainya 3. Hasil penilaian 4. Pendanaan BAB IV KELENGKAPAN DOKUMEN P2KB DPU 1. Borang pendaftaran 2. Borang rencana pengembangan pribadi 3. Borang Kinerja profesional 4. Kinerja pembelajaran 5. Kinerja pengabdian masyarakat/profesi 6. Publikasi 7. Kinerja pengembangan ilmu BAB V PENUTUP Lampiran 1. Borang pendaftaran program P2KB IDI 2. Borang Rencana Pengembangan Diri 3. Contoh portofolio 4. Kompetensi Dokter Praktik Umum (Sumber KKI-2006) i ii iii iiii
Prof.DR.Dr. Zubairi Djoerban,SpPD,KHOM (Penasihat) Dr. Sukman Tulus Putra,SPA(K) (Penasihat) DR.Dr. Tjahjono D.Gondhowiardjo,SpM(K) (Penasihat) Prof.Dr. I. Oetama Marsis, SpOG (Ketua) Dr. Zunilda Dj. Sadikin, SpFK (Wk. Ketua)
DR.Dr. Ratna Sitompul, Sp.M (K) (Sekretaris I) Dr. Rufiany Manikam (Sekretaris II) Dr. Dyah A.Waluyo (Bandahara) Dr.Rohedi Yossi Asmara (Anggota) DR.Dr.Siti Setiati, Sp.PD, KGer (Anggota) Anggota Ex-Officio: DR.Dr. Aida SD Suriadiredja, Sp.KK Prof.Dr. Amin Husni, PAK(K), Sp.S Dr. Aziza G. Icksan, Sp.Rad. Dr.Budiman Bela, Sp MK Prof.DR.Dr.Darmawan Kartono,SpB,SpBA Dr. Bambang Tutuko, Sp.An.KIC Dr. Djoni Darmadjaja, Sp.B, MARS Dr.Dolly R.D.Kaunang,SpJP,SpKP Dr. Eko Purnomo, SpKN Dr.Farida Oesman, Sp PK Prof.Dr. Harmani Kalim, MPH, Sp.JP (K) Dr. Harpini Endang Sardewi, MS, Sp.OK DR.Dr. Idrus Alwi, Sp.PD (K) Dr. Ifran Saleh, Sp.OT Dr. Imran Agus Nurali, SpKO Dr. Instiaty, SpFK Dr. Jan Prasetyo, Sp.KJ(K) DR.Dr. Jenny Bashiruddin, Sp.THT-KL Prof.DR.Dr. Nukman Moleoek, Sp.And Dr. Noroyono Wibowo, Sp.OG(K) Dr. Oktavinda Safitry, Sp.F Dr. Peni Kusumastuti, Sp.RM Dr. Prasenohadi, PhD, Sp.P Prof.Dr. Rahayuningsih D.Setiabudy, Sp.PK Dr. Rino Pattiata, Sp.PA Dr. Sajidi Hadiputro, MSc ShKI Prof.Dr. Saleha Sungkar MS, Sp.ParK Dr. Setyo Widi Nugroho,SpBS DR.Dr.Soegiharto Soebijanto ,SpOG(K) Prof.DR.Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A (K) Dr. Sugito Wonodirekso,MS,PHK,PKK Dr. Sylvia Nuruth, Sp.BP DR.Dr. Tjakra Wibawa Manuaba, FINACS Dr. Victor Tambunan, MS, Sp.GK Dr.Chaidir A.Moshtar,SPU,PhD PERDAMI & Kolegium
PERDOSKI & Kolegium PERDOSSI & Kolegium PDSRI & Kolegium PAMKI & Kolegium PERBANI & Kolegium IDSAI & Kolegium IKABI & Kolegium PERDOPSI & Kolegium PKNI & Kolegium Kolegium PATKLIN PERKI & Kolegium PERDOKI & Kolegium PAPDI & Kolegium PABOI & Kolegium PDSKO & Kolegium PERDAFKI & Kolegium PDSKJI & Kolegium PERHATI-KL & Kolegium PERSANDI & Kolegium POGI & Kolegium PDFI & Kolegium PERDOSRI & Kolegium PDPI & Kolegium PDS.PATKLIN & Kolegium IAPI & Kolegium PERDOKLA & Kolegium PDSParKi & Kolegium PERSPEBSI & Kolegium Kolegium OBGIN IDAI & Kolegium PDPP & KDDKI PERAPI & Kolegium PABI & Kolegium PDGKI & Kolegium IAUI & Kolegium
Dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004 telah ditetapkan bahwa pelayanan kesehatan perorangan atau pelayanan kedokteran dilaksanakan secara berjenjang dengan pelayanan dokter keluarga sebagai ujung tombaknya. Pelayanan dokter keluarga pada dasarnya adalah pelayanan dokter umum yang menerapkan pendekatan keluarga. Oleh karena itu pembinaan dokter praktik umum (DPU) seyogianya dilaksanakan dengan tujuan transformasi sebanyak-banyaknya DPU menjadi dokter keluarga tanpa menghilangkan peranan dokter layanan primer lainnya. Dari 58.000-an DPU, terdaftar 701 dokter keluarga yang berhimpun dalan Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), 671 Dokter Kesehatan Kerja Indonesia yang berhimpun dalam Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI), dan selebihnya merupakan dokter praktik umum lainnya (yang belum mempunyai wadah perhimpunan).Untuk DPU tersebut mempunyai satu-satunya Kolegium yaitu Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI). KDDKI adalah kolegium yang turut serta menyusun dan menetapkan standar kompetensi dokter pelayanan primer bersama Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI).Oleh karena itu, pembinaan DPU mengacu kepada Kompetensi yang telah ditetapkan, dan disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Namun mengingat besarnya jumlah dan beragamnya DPU, dan akan dimulainya pelaksanaan program P2KB secara nasional, maka dirasakan keperluan yang mendesak untuk menyiapkan skema Pengembangan dan Pedidikan Keperofesian (P2KB) bagi DPU. Oleh karena itu, BP2KB Pusat merasa perlu membantu PDPP untuk menyiapkan program ini. Begitu juga pelaksanaannya, mengingat luasnya distribusi DPU, untuk sementara P2KB DPU dikelola langsung oleh BP2KB dengan dukungan penuh IDI cabang. Di masa depan peranan PDKI diharapkan akan lebih nyata dalam P2KB DPU agar percepatan pengembangan pelayanan dokter keluarga dapat dicapai.
2. Landasan hukum
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor131/Menkes/SK/II/ 2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tentang Registrasi Dokter dan Dokter Gigi Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21A/KKI/KEP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar Kompetensi Dokter AD/ART IDI
Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Etika Kedokteran Indonesia tahun 2002.
3. Pengertian
Program pengembangan dan pendidikan keprofesian adalah upaya pembinaan bersistem untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional agar dokter senantiasa layak menjalankan profesinya. Standar profesi adalah kriteria kemampuan (professional knowledge, skill, attitude) minimal yang harus dikuasai agar dapat menjalankan kegiatan profesional dan memberikan layanan kepada masyarakat secara mandiri. Standar kompetensi dokter adalah seperangkat tindakan cerdas dan bertanggung jawab yang dimiliki oleh seorang dokter sebagai syarat untuk dapat dinyatakan mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan profesinya. Unsur standar kompetensi adalah (a) landasan kepribadian, (b) penguasaan ilmu dan keterampilan, (c) kemampuan berkarya, (d) sikap dan perilaku dalam berkarya, dan (e) pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dalam berkarya. Sertifikasi adalah proses pemberian keterangan sebagai pengakuan bahwa oleh kolegium terkait bahwa seorang dokter dinilai telah memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan oleh kolegium bidang layanan yang sesuai, untuk dokter pelayanan primer ditetapkan oleh kolegium bersama Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI). Sertifikasi ulang adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi yang dikeluarkan oleh kolegium terkait. Sertifikat kompetensi adalah surat keterangan yang dikeluarkan bagi seorang dokter oleh kolegium dari layanan yang sesuai yang menyatakan bahwa yang bersangkutan kompeten untuk menjalankan praktiknya. Rekomendasi IDI adalah rekomendasi yang dikeluarkan oleh IDI bagi seorang dokter untuk kepeluan mengurus izin praktik, setelah yang bersangkutan memenuhi sejumlah syarat, salah satunya sertifikat kompetensi.
Tujuan khusus:
1. meningkatkan kinerja profesional DPU 2. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan klinis DPU
3. menjamin sikap etis DPU dalam memberikan layanan kedokteran sesuai dengan kewenangannya. Tujuan khusus di atas dicapai oleh para DPU dengan cara mengikuti/menjalani berbagai kegiatan bernilai pendidikan, kemudian melaporkan kegiatan itu kepada Badan P2KB di wilayah kerjanya masing-masing untuk diproses lebih lanjut. Proses yang dimaksud adalah verifikasi berbagai dokumen bukti guna menilai kelayakan yang bersangkutan untuk memperoleh rekomendasi IDI dan sertifikat kompetensi. Badan P2KB wilayah memegang kewenangan penuh untuk mengelola proses pembinaan ini. Bila dirasakan perlu, yaitu di wilayah yang padat dokter, IDI Wilayah dapat membentuk Tim P2KB cabang (AD/ART IDI-2006) pasal 55 pasal 1.b), yang merupakan organ pelaksana harian di tingkat cabang (antara lain dengan kewenangan verifikasi dan konversi ). Tim P2KB ini bertanggung jawab/melapor kepada BP2KB wilayah Sertifikat kompetensi (SK) yang dikeluarkan oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI), bersama dengan Surat Tanda Registrasi (STR) yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan Rekomendasi IDI, merupakan persyaratan untuk mengurus perpanjangan surat izin praktik (SIP) Proses pemberian sertifikat kompetensi setelah dokter mengikuti / menjalani berbagai kegiatan program pengembangan pendidikan berkelanjutan yang memenuhi persyaratan ini disebut sebagai proses resertifikasi. .
10
11
tak langsung) maupun nonklinis (mengajar, meneliti, manajemen). Syarat perolehan SKP untuk resertifikasi adalah 50 SKP per tahun yang tersebar pada berbagai ranah kegiatan. Kegiatan yang dapat diberi kredit dibedakan atas 3 jenis di bawah ini. 1. Kegiatan pendidikan pribadi: kegiatan perorangan yang dilakukan sendiri yang memberikan tambahan ilmu dan keterampilan bagi yang bersangkutan 2. Kegiatan pendidikan internal: kegiatan yang dilakukan bersama teman sekerja dan merupakan kegiatan terstruktur di tempat kerja yang bersangkutan 3. Kegiatan pendidikan eksternal: kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak lain di luar tempat kerja yang bersangkutan, yang dapat berskala lokal/wilayah, nasional, maupun internasional. Dokter yang mengikuti kegiatan ini akan mendapatkan SKP dari penyelenggara yang besarnya ditentukan oleh BP2KP Pusat atau Wilayah (tergantung pada skala kegiatannya). Nilai kredit (untuk peserta, penyaji makalah/pembicara, moderator) dari suatu kegiatan P2KB eksternal dibedakan berdasarkan skala kegiatan yang dapat berskala lokal/ wilayah, nasional, bahkan internasional. Pemberian nilai kredit selain perhitungan nilai normatif, juga memperhitungkan berbagai faktor antara lain: kedalaman materi topik; kualitas/mutu/kompetensi pembicara/pengajar; lamanya pelaksanaan proses pendidikan dalam jam, hari, atau minggu. Untuk kemudahan perhitungan ditetapkan batasan minimal dan maksimal (Tabel 1). Kegiatan P2KB eksternal minimal yang efektif dalam satu hari adalah 3 jam kegiatan , bilamana dalam keadaan tertentu kegiatan P2KB eksternal yang dilaksanakan kurang dari 3 jam kegiatan, maka dilakukan perhitungan secara normatif dan kesepakatan (halaman 6 Buku Pedoman BP2KB-2007). Nilai kredit yang diperoleh dari kegiatan di luar negeri, misalnya kredit sebagai pembicara di suatu kursus di luar negeri, akan disesuaikan dengan nilai yang berlaku di Indonesia (Tabel 1), karena nilai dari panitia di luar negeri sudah tentu tidak serasi dengan perhitungan nilai kredit prasyarat yang berlaku di IDI. Begitu juga lazimnya dalam kesepakatan global (Uni Eropa dan USA), bahwa walaupun kegiatan ekternal yang dilakukan di forum internasional, ketetapan nilai kredit yang berlaku dikembalikan pada ketetapan nilai kredit yang ditentukan institusi yang berwenang di negara masing-masing. Ditinjau dari sudut keprofesian, kegiatan dalam P2KB ini dibedakan atas 5 ranah (domain) kegiatan berikut ini. A. Kegiatan pembelajaran (learning), yaitu kegiatan yang membuat seseorang mempelajari suatu pengetahuan/keterampilan misalnya membaca artikel di jurnal, menelusuri informasi/sesi EBM, mengikuti suatu pelatihan B. Kegiatan profesional, yaitu kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan fungsinya sebagai dokter sehingga memberinya kesempatan untuk mempertahankan/meningkatkan pengetahuan dan keterampilan klinisnya misalnya menangani pasien, menyajikan makalah menyangkut masalah klinis dalam suatu seminar atau menjadi instruktur dalam suatu workshop/pelatihan. C. Kegiatan pengabdian masyarakat/profesi yaitu kegiatan yang dimaksudkan sebagai pengabdian kepada masyarakat umum atau masyarakat profesinya yang memberinya kesempatan untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan klinisnya misalnya memberikan penyuluhan kesehatan, terlibat dalam penanggulangan bencana, duduk sebagai anggota suatu pokja organisasi profesi (misalnya pokja AIDS, penyusunan formularium). D. Kegiatan publikasi ilmiah atau populer di bidang kedokteran yaitu kegiatan yang menghasilkan karya tulis yang dipublikasi misalnya menulis buku (dgn ISBN), menerjemahkan buku di bidang ilmunya (dgn ISBN), menulis laporan kasus, menulis tinjauan pustaka yang dipublikasi di jurnal (yang terakreditasi), mengasuh rubrik ilmiah/populer kedokteran. E. Kegiatan pengembangan ilmu dan pendidikan yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan bidang ilmu yang bersangkutan misalnya melakukan penelitian di bidang pelayanan primer, mendidik/mengajar termasuk membuat ujiannya, menjadi supervisor, atau membimbing di bidang ilmunya.
12
Tabel 1. Perhitungan batasan minimal dan maksimal bobot kredit Kegiatan Pendidikan CPD untuk Simposium dan Workshop (Jangka Pendek).*) Skala Kegiatan Pendidikan P2KB Lokal/Wilayah Waktu dalam jam Peserta Pembicara per makalah Simposium/ Seminar Moderator (Kognitif) Panitia Jumlah Peserta Pembicara per makalah Moderator Panitia Jumlah <8 3-6 4-8 2 1 1617 4-8 4-8 1 917 8-16 8 8 2 1 19 10 8 1 19 >16 10 8 2 1 21 12 8 1 21 <8 4-8 6-12 4 2 1626 6-10 8-12 2 1624 Nasional 8-16 10 12 4 2 28 12 12 2 26 >16 12 12 4 2 30 14 12 2 28 <8 6-10 8-14 6 3 23-33 8-14 8-14 3 19-31 Internasional 8-16 12 14 6 3 35 16 14 3 33 >16 14 14 6 3 37 18 14 3 35
*) Revisi Tabel 2 Buku Pedoman BP2KB 2007 hal 13 ,untuk internal BP2KB.
Proporsi ranah kegiatan yang dicakup hendaknya seimbang untuk menjamin dicapainya kompetensi yang harus dikuasai. Proporsi cakupan ranah yang dianjurkan terlihat pada Tabel 2. Mengingat pembinaan dalam bentuk P2KB ini merupakan sesuatu yang baru untuk DPU maka untuk pertama kali setidaknya 2 ranah, yaitu ranah pembelajaran dan ranah profesional harus tercakup. Namun, pada resertifikasi berikutnya setiap DPU dihimbau untuk mencakup juga kegiatan dari ranah lainnya dengan porsi yang semakin meningkat. Dengan demikian secara bertahap DPU di lingkungan IDI mengalami transformasi menjadi dokter yang berkualitas Tabel. 2. Proporsi kegiatan profesional yang idealnya dicapai Ranah kegiatan Kinerja pembelajaran Kinerja profesional Kinerja pengabdian masyarakat/profesi Publikasi Ilmiah/popular Kinerja pengembangan Ilmu Porsi Pencapaian yang diharapkan 40 50% 40 50% 5 15% 05% 0 5% Nilai maksimal SKP per 5 th 100-125 100-125 12,5-37,5 0-12,5 0-12,5
* Catatan: Nilai maksimal bukanlah nilai yang diperoleh dari persentase dalam tabel, melainkan nilai yang ditetapkan untuk menjaga perimbangan ranah kegiatan.
13
Nilai pendidikan, atau nilai SKP, suatu kegiatan dapat dibedakan atas 3 kategori berdasarkan perolehan pengetahuan dan keterampilan setelah menjalani kegiatan: 1. Tidak ada pengetahuan maupun keterampilan yang dipelajari namun informasi yang diterima memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan. 2. Ada peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti kegiatan 3. Ada pengetahuan dan/atau keterampilan yang ditingkatkan dan dikuasai setelah mengikuti kegiatan yang secara langsung mempengaruhi praktik atau pelayanan kepada pasien Oleh karena itu nilai SKP yang diperoleh dari kegiatan eksternal (yang diseselenggarakan oleh pihak NonPDPP /BP2KB) akan dikonversi berdasarkan kategorisasi ini. Nilai SKP untuk suatu pengetahuan/keterampilan juga berbeda berdasarkan tingkat kompetensi yang dituntut dari seorang DPU. Sebagai contoh, pengetahuan tentang angina pektoris akut dan keterampilan untuk menanganinya lebih penting sehingga lebih besar bobotnya bagi seorang DPU dibandingkan dengan pengetahuan tentang aneurisma aorta (lihat Tabel 3). Dengan demikian bila seorang DPU mengikuti suatu seminar (kegiatan eksternal yang diselenggarakan pihak lembaga IDI atau Non-IIDI lainnya) tentang angina pektoris, SKP yang diperolehnya dikonversi dengan konstatnta konversi 0,75, sedangkan SKP dari seminar aneurisme aorta (kegiatan eksternal yang diselenggarakan pihak lembaga IDI atau Non-IDI lainnya) dikonversi dengan konstanta konversi 0,25 . (lihat petunjuk konversi) Nilai SKP untuk suatu pengetahuan/keterampilan juga berbeda berdasarkan kepentingan pengetahuan/ keterampilan itu bagi DPU. Sebagai contoh, pengetahuan tentang angina pektoris akut dan keterampilan untuk menanganinya lebih penting sehingga lebih besar nilainya bagi seorang DPU dibandingkan dengan pengetahuan tentang aneurisma aorta. Nilai SKP yang diperoleh dari kegiatan eksternal (yang diselenggarakan pihak Non-PDPP/BP2KB) dengan tema tertentu akan dikonversi berdasarkan tingkat kompetensi yang dituntut dari seorang DPU. Diharapkan perhitungan konversi dapat dilakukan secara mandiri, tetapi tugas koversi merupakan tugas utama seksi konversi dan verifikasi Tim P2KB cabang IDI. Sedangkan kegiatan P2KB eksternal yang diselenggarakan oleh PDPP/BP2KB yang jelas peruntukkannya untuk DPU, tidak perlu dilakukan konversi. Diharapkan nantinya setiap kegiatan P2KB eksternal yang diselenggarakan oleh PDSp, PDSm, atau organisasi Lembaga IDI lainnya dengan sasaran a.l untuk DPU, diwajibkan bagi PDSp,PDSm, atau Lembaga IDI lainnya untuk bekerjasama dengan PDPP/BP2KB dalam penyelenggaraannya.
14
Tabel. 3. Kompetensi dokter umum (lihat juga lampiran 4) Kompetensi Tingkat kemampuan 1 Pengertian Ketika membaca suatu data medis, dapat mengenali dan menempatkan gambaran klinis sesuai dengan penyakitnya, tahu cara mendapatkan informasi lebih lanjut Mampu menegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang, mampu merujuk ke spesialis yang tepat dan menindaklanjuti sesudahnya Contoh Aneurisma aorta Abses paru Ruptur esofagus Malrotasi pada anak Nefritis interstisial Mitral stenosis Tbc dg pneumothoraks Varises esophagus Ileus pada anak Gagal ginjal akut & kronis Angina pectoris COPD Apendisitis akut Hepatitis Glomerulonefritis akut & kronis Infark miokard Penumonia Gastroenteritis dengan dehidrasi Hipertensi esensial Asma bronkiale Abses hati amuba Alergi makanan pada anak Infeksi saluran kemih
Tingkat kemampuan 2
Tingkat kemampuan 3a
Tingkat kemampuan 2 + mampu mengambil keputusan terapi pendahuluan pada kasus bukan gawat darurat
Tingkat kemampuan 3b
Tingkat kemampuan 4
Mampu menegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang, dan mampu menanganinya sampai tuntas
Petunjuk konversi:
Untuk kegiatan pembelajaran Tingkat Kemampuan yang diharapkan Tingkat Kemampuan 1 Tingkat Kemampuan 2 Tingkat Kemampuan 3a Tingkat Kemampuan 3b Tingkat Kemampuan 4 Konstanta Konversi 0,25 0,5 0,75 0,75 1
A. Kegiatan pembelajaran (learning), yaitu kegiatan yang membuat seorang dokter mempelajari suatu pengetahuan/keterampilan. A.1. Penilaian untuk kegiatan belajar mandiri, meliputi kegiatan : a. Membaca jurnal terakreditasi :
15
Nilai SKP untuk setiap artikel jurnal yang dibaca adalah : 1 x (konstanta konversi sesuai tingkat kemampuan yang diharapkan )
b. Menjawab pertanyaan dalam suatu uji-diri (self-test) Nilai SKP adalah : SKP sesuai nilai uji diri x ((konstanta konversi sesuai tingkat kemampuan yang diharapkan ) c. Melakukan penelusuran informasi/sesi EBM Nilai SKP penelusuran EBM adalah : 1 x (konstanta konversi sesuai tingkat kemampuan yang diharapkan )
A.2. Penilaian untuk kegiatan Pelatihan / Workshop / Lokakarya / Penataran A.3. Penilaian untuk kegiatan keikutsertaan dalam pertemuan ilmiah, meliputi : - Kongres / Musyawarah Nasional organisasi profesi - PIT organisasi profesi - Simposium / seminar - Kongres regional / internasional - Konferensi regional / internasional - Siang Klinik / malam klinik Perencanaan dan dokumentasi Untuk keperluan pengembangan keprofesian setiap DPU seyogianya merencanakan kegiatan P2KB-nya, kemudian mendokumentasi kegiatan pembelajaran yang dilakukannya dalam buku log sehingga dapat dilaporkan dan dinilai kinerjanya. Di bawah ini langkah untuk menyusun rencana pengembangan diri (RPD). 1. Pertimbangkanlah beberapa hal di bawah ini a. pekerjaan Sejawat selama ini khususnya kesalahan, kekurangan, ketidakpuasan sehingga Sejawat dapat merasakan bahwa Sejawat perlu meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu b. kondisi kesehatan masyarakat sehinga Sejawat dapat melihat apa yang dapat Sejawat lakukan sebagai seorang DPU yang bertanggung jawab c. misi pribadi Sejawat, jangka pendek maupun jangka panjang d. jadwalkan pencapaian misi Sejawat itu 2. Tetapkan prioritas dari apa yang ingin Sejawat capai dalam 5 tahun mendatang yang dapat dirinci per tahunnya. 3. Pertimbangkan karir jangka panjang Sejawat 4. Lalu susun daftar kegiatan P2KB Sejawat untuk 1-5 tahun mendatang sesuai dengan prioritas, timbang betul kepentingan pengetahuan dan keterampilan itu untuk meningkatkan mutu praktik Sejawat. Tetapkan kapan masing-masing kegiatan P2KB itu akan diambil/dilakukan
3. Hasil penilaian
Hasil penilaian dapat dibedakan atas 3 kategori di bawah ini. Hasil ini akan disampaikan secara tertulis langsung kepada yang bersangkutan. 1. Disetujui untuk mendapatkan sertifikat kompetensi: memenuhi nilai SKP minimal
16
2. Memerlukan pembinaan tambahan: untuk mendapatkan sertifikat tidak memenuhi nilai SKP minimal dan harus menambahnya dalam 6 bulan 3. Ditolak: tidak memenuhi nilai SKP minimal
4. Pendanaan
Sumber dana untuk kegiatan P2KB berasal dari: Badan P2KB Pusat maupun wilayah/cabang Peserta P2KB: setiap dokter yang akan menjalani resertifikasi dikenakan Rp 1000,- per SKP yang dikumpulkannya. Dana ini dibayarkan kepada Badan P2KB untuk kepentingan mengelola proses resertifikasi
17
1. Borang pendaftaran
Borang pendaftaran (Lampiran 1) dimaksudkan untuk mendapatkan data anggota yang akan menjalani program P2KB. Dengan data yang tercantum dalam borang, petugas P2KB dapat mengaktifkan mekanisme pencatatan seorang DPU di sistem maya P2KB untuk selanjutnya digunakan dalam proses resertifikasi yang bersangkutan. Setelah seorang DPU terdaftar, yang bersangkutan akan menerima pemberitahuan berikut nama/nomor diri untuk akses ke sistem maya. DPU yang menggunakan mekanisme maya dapat memanfaatkan nama/nomor diri ini kapan saja untuk membaharukan (meng-update) data P2KB-nya, sedangkan DPU yang menggunakan sistem kertas membaharukan data P2KB-nya melalui petugas di BP2KB Wilayah
18
3 4 5
Melakukan tindak diagnostik Melakukan tinjauan kasus Melakukan penapisan (screening) -termasuk,pengujian kesehatan kesehatan haji,TKI, PNS,Sekolah, Memberikan edukasi kelompok pasien (minimal 10 orang)
Bukti jumlah kasus Portofolio Bukti hasil penapisan, SK, Surat permintaan Topik dan daftar hadir
7 8 9 10 11
Menangani korban bencana Pembuatan visum et repertum Melakukan autopsi Menyajikan makalah dalam acara ilmiah Kajian mitra bestari (peer review): a. penyaji b. peserta aktif Diskusi klinik bersama pakar (interactive outreach) Terlibat dalam suatu panitia/pokja Melakukan tugas jaga (on call) Melakukan pengamatan epidemiologi penyakit (surveillance) Kegiatan internal terstruktur Kegiatan internal terstruktur Forum diakui IDI Kegiatan internal terstruktur (RS, klinik, Dinkes, IDI Cabang) Kegiatan internal terstruktur Tingkat nasional/ regional/internasional Kegiatan diakui Kegiatan rutin
12
13 14 15
Penunjukan oleh yang berwenang Penunjukan oleh yang berwenang & bukti visum Penunjukan oleh yang berwenang & bukti visum Sertifikat sebagai pembicara Nama lembaga dengan: a. portofolio b. daftar hadir Topik dengan: a. portofolio b. daftar hadir SK Penunjukan dari organisasi Bukti jadwal Bukti laporan
Catatan: 1. Yang termasuk penanganan pasien: pemeriksaan umum, anak, ibu hamil, dewasa, pemeriksaan tumbuh kembang anak, pemeriksaan & konsultasi gizi pemeriksaankesehatan jiwa, dll 2. Termasuk dalam intervensi adalah khitanan, penanganan pasien gawat darurat, bedah minor dan sejenisnya, menolong partus normal, imunisasi, pemasangan/penglepasan infus, pemasangan/ pencabutan alat KB, pemasangan/pencabutan kateter 3. Termasuk tindak diagnostik: paps smear, USG Diagnostik , EKG, interpretasi hasil lab dasar 4. Contoh porto polio dapat dilihat pada lampiran 3.
Nilai SKP ditentukan oleh jumlah kasus yang ditangani, tetapi ada batas maksimal SKP yaitu 25 SKP per tahun karena hubungan jumlah pasien yang ditangani dengan nilai pembelajarannya tidaklah linier, demikian juga dengan mutu layanan. Di samping itu, pembatasan SKP pada kinerja penanganan pasien juga dimaksudkan untuk mendorong DPU melakukan kegiatan lain dalam kategori ini, seperti kegiatan no 4, 5, 6, 11,-13 yang berperanan dalam memperbaiki mutu layanan.
Petunjuk pengisian borang penilaian: Kegiatan Menangani pasien tanpa intervensi Menangani pasien dengan SKP/th 12 8 Maks 25 10
19
10
SKP bagi Pendengar 0,5 per kasus 0,5 per topik 1 per topik
Kegiatan Menangani bencana Memberikan visum et repertum Melakukan autopsi/saksi penggalian Melakukan penapisan Melakukan edukasi kelompok
Nilai SKP 3 per kali 1 per kali 2 per kali 1 per 50 orang; maksimal 5 per tahun 2 per topik
4. Kinerja pembelajaran
Selama ini sarana belajar yang dikenal adalah menghadiri seminar/simposium atau menjalani suatu pelatihan, padahal itu hanya kegiatan pendidikan eksternal, yang belakangan terbukti bahwa sedikit sekali dampaknya terhadap praktek dokter. Pembelajaran dapat juga dilakukan sendiri, atau berlangsung ketika seorang dokter menjalankan tugasnya, maka daftar di bawah ini adalah contoh kegiatan yang masuk dalam ranah pembelajaran. Seperti halnya kegiatan profesional, nilai P2KB berbagai kegiatan ini tentu berbeda dan sangat ditentukan oleh tema yang dipelajari. Tema yang sesuai dengan kompetensi yang diperlukan untuk prakteknya seorang DPU tentu bernilai tinggi. Itu sebabnya sangat dianjurkan agar setiap DPU membuat RPD, dalam hal ini perlu diperhatikan proporsi keterampilan psikomotor bila yang bersangkutan memberikan layanan intervensi medis. . Di bawah ini (Tabel 5) adalah contoh kegiatan yang termasuk dalam kinerja pembelajaran Tabel 5.Kinerja Pembelajaran Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 Membaca jurnal dan menjawab pertanyaan dalam suatu uji-diri (selftest) Melakukan penelusuran informasi/sesi EBM Berpartisipasi dalam seminar/lokakarya Menghadiri konferensi/kongres/ PIT Mengikuti pelatihan untuk kualifikasi termasuk yang hands-on Mengikuti pendidikan jarak jauh Berpartisipasi dalam pertemuan auditor Dll.
Kriteria pengakuan
Jurnal terakreditasi Database terakreditasi a. Kegiatan internal yang terstruktur b. Kegiatan eksternal yang diakui IDI Kegiatan diakui IDI Pelatihan diakui IDI Kurikulum diakui/terakreditasi Kegiatan internal resmi
Dokumen bukti
Bukti artikel & majalahnya dengan pernyataan lulus dari jurnal Rangkuman informasi & nama situs dg tanggal akses a. Bukti hadir b. Sertifikat kehadiran Sertifikat kehadiran Sertifikat kelulusan Bukti kesertaan & kelulusan Penunjukan & bukti hadir dg topik
20
SKP
1 2 3
B. Untuk kegiatan 3-6: SKP sesuai dengan SKP IDI untuk kegiatan yang bersangkutan, kemudian dilakukan konversi berdasarkan perolehan pengetahuan/keterampilan serta tingkat kompetensi yang dituntut dari seorang DPU C. Untuk kegiatan 1 dan 2 dengan sistim on-line akan ditentukan melalui penetapan oleh BP2KB Pusat.
Kriteria pengakuan Di suatu lembaga atau di kelompok takresmi yang berjumlah > 20 orang Diselenggarakan oleh LSM/ perhimpunan profesi/pemerintah
Diselenggarakan oleh LSM/ perhimpunan profesi/pemerintah Diselenggarakan oleh LSM/ perhimpunan profesi/pemerintah Tingkat regional/nasional/internasional
21
SKP
1 2
6. Kinerja publikasi
Publikasi merupakan sarana komunikasi yang sangat efektif untuk menyebarkan informasi, termasuk informasi kesehatan (lihat Tabel 7). Selama ini orang mengira bahwa menulis di suatu media adalah pekerjaan sulit, padahal sebenarnya melalui latihan siapapun dapat menghasilkan sebuah tulisan. Seorang dokter sangat dianjurkan untuk mampu menulis karena tulisan seorang dokter sebenarnya merupakan sumber belajar bagi masyarakat umum, bahkan juga bagi koleganya. Suatu laporan kasus yang memicu diskusi di sebuah jurnal juga menjadi sarana belajar bagi yang bersangkutan dan koleganya.
Kriteria pengakuan Jurnal yang sesuai & terakreditasi Jurnal yang sesuai & terakreditasi Jurnal yang sesuai & terakreditasi Diterbitkan dan disebarluaskan
Diterbitkan dan disebarluaskan Publikasi di jurnal terakreditasi Untuk kalangan terbatas Dipublikasi
SKP
8 10 4 / kasus 4 / topik Sendiri: 10 Bersama: 20 5 4 2 3 / judul 5 per tahun
22
Catatan: publikasi di jurnal yang tidak terakreditasi mendapatkan nilai separuhnya Penulis utama mendapat nilai SKP 60%; penulis berikutnya 40% dibagi bersama Setiap publikasi hanya dihitung 1 kali
Dokumen bukti Bukti artikel Sertifikat penulis SK penunjukan/ permintaan & portofolio Keterangan/sertifikat penghargaan
Bukti penugasan Keterangan dari kolegium/ perguruan tinggi
SKP 10
2 / kali 3 / kali S1: 3 S2/Sp: 5 S3: 7 2 / 10 soal
Catatan: Pada penelitian bersama: penulis utama mendapatkan 60% SKP, penulis lainnya 40% dibagi bersama Penelitian bidang kedokteran/kesehatan yang langsung berdampak menambah keterampilan dalam praktik: konversi 1 Penelitian bidang kedokteran/kesehatan yang tidak langsung berdampak menambah keterampilan dalam praktik: konversi 0,6
23
BAB V PENUTUP
Pada tahun-tahun pertama, pelaksanaan program P2KB bagi DPU akan dilaksanakan dan diampu oleh BP2KB pusat dengan dukungan 31 BP2KB wilayah dan 326 IDI cabang. Selanjutnya, sesuai dengan perkembangan lebih lanjut dalam pelayanan kedokteran primer, Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia dapat melanjutkan pelaksanaan program ini.
DPU yang menjalankan tugas khusus seperti dokter PMI, dokter emergency, dokter perusahaan, dokter umum di fasilitas kesehatan khusus diharapkan mulai berhimpun dalam organisasi yang termasuk dalam Perhimpunan Dokter se-Okupasi, Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm), maupun Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI). Dengan demikian, dapat ditetapkan kompetensi mana dari perangkat kompetensi DPU yang perlu senantiasa ditingkatkan agar mutu layanan mereka dapat dipertahankan tinggi.
Kondisi dan situasi organisasi IDI, kondisi dan situasi tempat kerja dokter, maupun profil anggota IDI di seluruh Indonesia, khususnya DPU, sangat besar rentang ragamnya. Ini, tak dapat dipungkiri, berpengaruh terhadap mutu layanan. Program P2KB yang dijalankan dengan baik diharapkan dapat memperkecil kesenjangan ini, yaitu dengan jalan mendorong anggota untuk mencakup lebih banyak ranah kegiatan, bukan hanya ranah profesional dan ranah pembelajaran. . Namun, pada awal-awal program ini berlangsung, perlu diberikan toleransi yang cukup agar ketentuan P2KB ini tidak memberatkan para anggota. IDI sampai ke ujung organnya secara tidak langsung dituntut untuk lebih giat agar dapat memberikan kesempatan luas bagi anggota melakukan berbagai kegiatan pembelajaran. Anggota yang perlu mendapat perhatian, antara lain, DPU purna bakti yang masih giat berpraktik. Dari sisi ini, buku Pedoman P2KB IDI beserta buku Petunjuk Teknis ini dapat dijadikan acuan oleh IDI wilayah, IDI cabang, dan PDPP dalam mengembangkan berbagai kegiatan organisasi yang bernilai P2KB.
Akhirnya, dukungan teknologi informasi sangat penting untuk keberhasilan program ini, bukan saja untuk menjamin efisiensi dan keakuratan data, tetapi lebih dari itu, untuk melakukan evaluasi atas metoda P2KB DPU yang diterapkan, maupun atas kompetensi yang dicapai. Struktur, fungsi, dan mutu kegiatan P2KB DPU hendaknya senantiasa diteliti dan diperbaiki sehingga secara bertahap dapat dicapai standar sebagaimana yang ditetapkan oleh World Federation for Medical Education.
Semoga Allah yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita dan senantiasa memberikan tuntunan-Nya dalam upaya kita belajar sepanjang hayat untuk mencapai standar pelayanan kedokteran global. Amin Jakarta, 31 Desember 2007 DR.Dr.Fachmi Idris, M.Kes - Ketua Umum PB.IDI
24
LAMPIRAN 1:
ON-LINE PROGRAM PENGEMBANGAN & PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN I. BORANG PENDAFTARAN* A. DATA UMUM
NAMA LENGKAP : . CABANG/KODE : /. ALAMAT CABANG : . No TELEPON /FAX : ................................................ / ...................................................
B. DATA PRIBADI
NAMA LENGKAP Tempat/tanggal lahir NPA IDI Pusat STR terakhir (Tgl/Bln/Thn.) Alamat Rumah No. Telp. / Hp e-mail Alamat Kantor No. Telp. / Fax Alamat Praktik 1 : ... : ... : NPA IDI Cabang: : ....................................................................................................
: ..................................................................................................... ..................................................................................................... : ................................................ / .................................................. : ................................................................... : .................................................................................................... .................................................................................................... : .............................................. / ................................................... : ................................................................................................... ................................................................................................... : .................................................................................................... .................................................................................................... : .................................................................................................... ....................................................................................................
Alamat Praktik 2
Alamat Praktik 3
25
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bertanggung jawab atas kebenaran data di atas beserta kelengkapan yang terlampir, dan bersedia memberikan pembuktian apabila diperlukan. ..........................,tgl......................................
Dr. .........................................
* Coret
ON-LINE
26
LAMPIRAN 2:
BORANG RENCANA PENGEMBANGAN DIRI NAMA: NPA PUSAT: Periode RPD: Tahun I Ranah 1. 2. 3. Dst 1. 2. 3. Dst 1. 2. 3. dst 1. 2. 3. Dst 1. 2. 3. dst Kegiatan
II
III
IV
Catatan: Anjuran tentang proporsi kegiatan profesional yang harus dicapai Ranah kegiatan Kinerja pembelajaran Kinerja profesional Kinerja pengabdian masyarakat/profesi Publikasi Ilmiah/popular Kinerja pengembangan Ilmu Porsi Pencapaian yang diharapkan 40 45% 40 45% 5 10% 05% 0 4%
27
Contoh Portofolio
Deskripsi kasus: KU Riwayat penyakit Riwayat keluarga Riwayat pengobatan/tindakan Riwayat pekerjaan Pemeriksaan fisik/lab Diagnosis Masalah utama (pokok diskusi)
Rangkuman (uraian singkat) hasil pembelajaran: 1 2 3 4 5 Daftar Pustaka: 1 2 3 Peer yang hadir: Nama 1 2 3 4 5
Tanda tangan
Nama 6 7 8 9 10
Tanda tangan
28
LAMPIRAN 4 : Kompetensi Dokter Praktik Umum (Standar Kompetensi Dokter KKI 2006) I. STANDAR KOMPETENSI DOKTER (dikutip dari Bab IV- Standar Kompetensi Dokter KKI 2006) A. Area Kompetensi: 1. Komunikasi efektif 2. Keterampilan Klinis 3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran 4. Pengelolaan Masalah Kesehatan 5. Pengelolaan Informasi 6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri 7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien B. Komponen Kompetensi Area Komunikasi Efektif 1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya 2. Berkomunikasi dengan sejawat 3. Berkomunikasi dengan masyarakat 4. Berkomunikasi dengan profesi lain Area Keterampilan Klinis 5. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang pasien dan keluarganya 6. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium 7. Melakukan prosedur kedaruratan klinis Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran 8. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer 9. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan prosedur yang sesuai 10. Menentukan efektivitas suatu tindakan Area Pengelolaan Masalah Kesehatan 11. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat 12. Melakukan Pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit 13. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan pencegahan penyakit 14. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan 15. Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga
Area Pengelolaan Informasi 16. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien 17. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi 18. Memanfaatkan informasi kesehatan Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri 19. Menerapkan mawas diri 20. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat 21. Mengembangkan pengetahuan baru Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien 22. Memiliki Sikap profesional 23. Berperilaku profesional dalam bekerja sama 24. Sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang profesional 25. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia 26. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran 27. Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran
II.Daftar Penyakit (Dikutip dari Lampiran 2 Standar Kompetensi Dokter KKI 2006)
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70