You are on page 1of 15

Marisa Ahsanti Sinta Indrawati Priyo Nugroho

(4315115979) (4315116296) (4315115980)

Tutur Kurniarahmah (4315116641)

Pendidikan Geografi Non Reguler 2011 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas Geografi Pedesaan. Makalah ini membahas tentang ketertinggalan dan kemiskinan masyarakat desa khususnya masyarakat di Provinsi Yogyakarta dan Jawa Timur. Makalah ini berisikan tentang pengertian desa, Undandundang tentang desa, teori, data, fakta, dan analisis yang akan melengkapi pembahasan seputar provinsi tersebut. Terima waktu. Makalah ini belum lah sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan dalam menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai tepat

Jakarta, September 2012

(Penyusun)

Daftar Isi

Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 3.3 Bab IV Penutup 4.1 4.2 Kesimpulan Saran Latar Belakang Masalah Tujuan Metode Penulisan Rumusan Masalah Sistematika Masalah Hakikat Pedesaan Pembangunan Masyarakat Desa Kemiskinan Masyarakat Desa

Bab II Kajian Teoritis

Bab III Pembahasan

Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang telah mendunia dan hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi manapun. Selain bersifat laten dan aktual, kemiskinan dipandang sebagai penyakit sosial ekonomi yang paling banyak dialami oleh negara berkembang. Meskipun kebanyakan negara berkembang telah berhasil melaksanakan pembangunan ekonomi melalui peningkatan pertumbuhan produksi, pendapatan nasional, dan perkembangan teknologi, namun di balik kesuksesan dalam konteks fisik material mencuat setumpuk fenomena dehumanisasi berupa kemiskinan yang sangat memprihatinkan. Pada saat yang bersamaan terjadi pula peningkatan dalam ketimpangan distribusi pendapatan antara kelompok kaya dan miskin. Kemiskinan kian menjadi masalah serius karena adanya kecenderungan negara berkembang mengutamakan program pembangunan ekonomi yang berskala makro, tanpa memerhatikan kondisi riil secara menyeluruh di daerah pedesaan secara mikro. Hampir disetiap negara, kemiskinan selalu terpusat di tempattempat tertentu, yaitu biasanya di pedesaan atau di daerah-daerah yang kekurangan sumber daya. Persoalan kemiskinan juga selalu berkaitan dengan masalah lain yaitu seperti lingkungan. Untuk itu, di dalam 1.2 makalah ini akan dibahas mengenai kemiskinan dan ketertinggalan desa di daerah Yogyakarta dan Jawa Timur. Tujuan wilayah Provinsi DIY Yogyakarta dan Jawa Timur b. Membandingkan desa tertinggal antara DIY Yogyakarta dan Jawa Timur c. Mengetahui apa saja yang mempengaruhi desa tertinggal dan termiskin di wilayah DIY Yogyakarta dan Jawa Timur a. Mengetahui data dan fakta desa tertinggal dan termiskin di

d. Mengetahui kebijakan apa saja yang dilakukan pemerintah kedua Provinsi tersebut untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah mereka

1.3 1.4 1.5

Metode Penulisan Rumusan Masalah Sistematika Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS


2.1 Hakikat Pedesaan Menurut UU no 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah pasal I yang dimaksud dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mngatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan SDA, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 2.2 Pembangunan Masyarakat Pedesaan Desa merupakan salah satu bagian terkecil dari rangkaian uruturutan sebuah Negara (di Indonesia). Desa dari dulu kala selalu identik dengan ketertinggalan, kotor, udik dan hal-hal lain yang selalu diidentikan dengannya. Dan desa pun senantiasa selalu tertinggal dari pembangunan-pembangunan nasional di Indonesia, baik pembangunan dalam bentuk infrastruktur maupun dalam hal pembangunan sumber daya manusia sebagai aset terbesar. Pembangunan infrastruktur di pedesaan sangatlah jauh dari apa yang diharapkan untuk bisa menaikkan taraf hidup masyarakat desa dan menggenjot perekonomian di pedesaan. Satu contoh kecil yang tidak bisa terbantahkan adalah masalah jalan, jalan merupakan sebuah instrument yang sangat vital dalam pembangunan baik di perkotaan maupun di pedesaan. yang cukup vital dalam pembangunan pedesaan adalah penyediaan sarana dan prasarana untuk publik seperti sarana olahraga, dikebanyakan desa sedikit sekali desa yang memiliki

sarana untuk berolahraga, seperti lapangan voli, lapangan sepak bola apalagi GOR. Kalau pun ada keadaannya sangat memprihatinkan atau seadanya. Keberadaan sarana seperti ini jelas sangat penting, selain untuk menjaga kebugaran biasanya sarana olahraga dimanfaatkan warga desa untuk bercengkrama dan berkumpul untuk mempererat tali persaudaraan dan solidaritas diantara mereka setelah mereka dari pagi bergelut dengan pekerjaan masing-masing. Hal lain yang sangat diperlukan bagi masyarakat desa adalah taman baca atau paling tidak perpustakaan keliling. Kenapa demikian? Ingat bahwa didesa semuanya sangat terbatas, baik informasi maupun sarana-sarana untuk mereka mendapat informasi tambahan. Jadi sarana seperti taman baca/ perpustakaan keliling strategis untuk memberikan informasi tambahan, penambah pengetahuan bagi masyarakat desa, juga untuk merangsang minat baca masyarakat desa. Karena survey-survey yang ada menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Pembangunan pedesaan selain masalah infrastruktur yang tak kalah penting adalah masalah sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat berharga dan sangat vital bagi setiap bangsa. Perusahaan-perusahaan dalam mencari calon karyawannya pasti akan mencari karyawan (sumber daya manusia) yang berkualitas. Salah satu syarat untuk menjadikan SDM berkualitas adalah mendapatkan Pendidikan dan Pelatihan untuk memperoleh keterampilan dan keahlian. Pendidikan bagi sebagian besar masyarakat di pedesaan khususnya adalah sesuatu yang sangat mahal, kalimat ini tentu tidak salah. Realitanya memang seperti itu, pendidikan di Indonesia cukup Mahal. Meski saat ini sudah ada program Sekolah Gratis, namun hal itu tetap saja tidak menjadikan Sekolah itu benar-benar tidak berbayar. Sekolah gratis yang ada saat ini hanya sampai jenjang SMP/SLTP atau yang sederajat. Satu hal lagi yang tak kalah penting dibandingkan dengan Infrastruktur dan Pendidikan adalah Sektor Kesehatan, Sarana kesehatan bagi masyarakat di pedesaan selama ini masih sekedar wacana dan mimpi. Sarana yang diberikan pemerintah sangatlah kurang, bahkan bisa dikatakan tidaak ada. Sektor keseshatan merupakan salah satu sektor yang sangat krusial bagi pembangunan masyarakat desa, karena pada dasarnya

kesehatan adalah modal awal bagi tiap-tiap individu untuk bisa beraktivitas dan menjalankan kegiatan-kegiatan lainnya. Pembangunan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, namun tanggung jawab kita sebagai generasi muda, tanggung jawab putra daerah untuk memajukan kampung halamannya, tanggung jawab anak bangsa untuk membangun negeri. Diperlukan sinergi yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah di desa agar pembangunan yang akan dilakukan tepat sasaran dan tidak sia-sia belaka.

2.3 Kemiskinan Masyarakat Desa Kemiskinan pedesaan dewasa ini telah menjadi isu sentral dalam setiap perencanaan pembangunan daerah. Hal ini didasarkan pada kondisi kemiskinan yang telah mengkanker pada masyarakat pedesaan. Karena itu perlu dilakukan pengkajian secara ilmiah untuk menemukan berbagai faktor penyebabnya. Untuk memberikan gambaran tentang pilar-pilar kemiskinan pada rumah tangga miskin digunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan analisis secara interpretatif, komprehensif, holistik, dan mendalam. Hasil penelitian ditemukan dua pilar utama sebagai faktor penyebab kemiskinan pedesaan, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksudkan yaitu penyebab kemiskinan yang berasal dari Rumah Tangga Miskin itu sendiri yang meliputi empat faktor, yakni keterbatasan pengetahuan, keterbatasan modal usaha, kurang potensialnya jenis pekerjaan yang dimiliki, dan pola hidup konsumtif. Sedangkan faktor eksternal yang dimaksudkan yaitu faktor atau penyebab kemiskinan bukan berasal dari dalam diri rumah tangga miskin, melainkan berasal dari luar yang tidak mampu diintervensinya, atau sebuah kondisi pemiskinan di luar kendali

rumah tangga miskin yang meliputi dua faktor yakni kurangnya perhatian pemerintah dan ketergantungan pada alam.
Indikator Kemiskinan

Indikator kemiskinan pada satu Rumah Tangga Miskin ( PSE BPS) memiliki ciri-ciri, sebagai berikut. 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal < 20 m2 per orang 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu murahan 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa plester 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain 5. Sumber Penerangan Rumah Tangga tidak menggunakan listrik 6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai /air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah 8. Hanya mengkomsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas/ poliklinik 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0.5 ha, buruh tani, nelayan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp.600.000 (enam ratus ribu rupiah) per bulan 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ hanya SD 14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.500.000.-(lima ratus ribu rupiah), seperti: Sepeda motor (kredit/ non kredit), emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Teori, Data, Fakta, Analisis Provinsi Yogyakarta dan Jawa Timur

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (Berdasarkan hasil Susenas Kor Juli 2010)

Jumlah Penduduk Hasil Sensus Penduduk 2010 menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta Number of Population of 2010 Population Census by Sex and District in D.I. Yogyakarta Province (orang/people) 2010

Kabupaten/Kota

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Sex Ratio (%)

Laju Pertum-buhan (%)

Kepadatan Penduduk (Orang/Km2)

(1) 01. Kulonprogo 02. Bantul 03. Gunungkidul 04. Sleman 71. Yogyakarta

(2) 190 694 454 491 326 703 547 885 189 137

(3) 198 175 457 012 348 679 545 225 199 490

(4) 388 869 911 503 675 382 1 093 110 388 627

(5) 96,23 99,45 93,70 100,49 94,81

(6) 0,47 1,55 0,06 1,92 -0,22

(7) 663,29 1 798,37 454,69 1 901,66 11 957,75

34. D.I.Yogyakarta

1 708 910

1 748 581

3 457 491

97,73

1,02

1 085,28

Sumber : Sensus Penduduk 2010, BPS provinsi D.I.Yogyakarta Source : 2010 Population Census, BPS Statistics of D.I. Yogyakarta Province

Ket.Note :

Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2009 Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan - Bantul, Telp. : (0274) 4342234 -Hunting, Fax. : (0274) 4342230 E-mail : bps3400@bps.go.id Homepage : http://yogyakarta.bps.go.id

Jumlah Penduduk Miskin menurut Kota/Desa di Provinsi D.I. Yogyakarta Number of Poor People by Urban/Rural in D.I. Yogyakarta Province 2002 2011 Kota/Urban % Jumlah Total (1.000) Desa/Rural % Jumlah %

Tahun/Year

(1) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

terhadap terhadap Jumlah Jumlah terhadap Penduduk Penduduk Penduduk Total Total Provinsi Provinsi Provinsi (1.000) (1.000) from from from Sumber : Susenas, Badan Pusat Statistik ProvinsiPopulation D.I. Yogyakarta Population Population of Province of D.I. Yogyakarta Province Source : National of Province Socio-Economics Survey, BPS-Statistics of Province Ket./Note : (2) (3) (4) (5) (6) (7) 303,75 16,17 331,91 25,96 635,66 20,14 303,30 16,44 333,50 24,48 636,80 19,86 301,40 15,96 314,80 23,65 616,20 19,14 340,30 16,02 285,50 24,23 625,80 18,95 346,00 17,85 302,70 27,64 648,70 19,15 335,30 15,63 298,20 25,03 633,50 18,99 324,16 14,99 292,12 24,32 616,28 18,32 311,47 14,25 274,31 22,60 585,78 17,23 308,36 13,98 268,94 21,95 577,30 16,83 304,34 13,16 256,55 21,82 560,88 16,08

PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

You might also like