You are on page 1of 12

problem solving

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga menyatakan bahwa tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan dengan suatu prosedur rutin yang sudah diketahui si pelaku. Sedangkan menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Maka dari itu, metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik. Salah satunya adalah menggunakan metode pemecahan masalah (problem solving). Kalau seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru. Maka dari itu, pemecahan masalah memegang peranan penting baik dalam pelajaran sains maupun dalam banyak disiplin ilmu lainnya, terutama agar pembelajaran berjalan dengan fleksibel. 1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. Apakah pengertian dari problem solving ? Bagaimanakah ciri-ciri pembelajaran pemecahan masalah? Mengapa harus menggunakan pembelajaran pemecahan masalah? Apakah tujuan dan manfaat penggunaan problem solving? Apa kekurangan dan kelebihan dari problem solving? Bagaimanakah langkah-langkah umum dalam problem solving?

1.3 Tujuan 1. 2. 3. 4. Untuk memahami pengertian problem solving dan mengetahui ciri-cirinya. Agar menyadari benar, tujuan dan manfaat penggunaan problem solving. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran problem solving. Agar dapat mengetahui secara umum langkah-langkah dalam model pembelajaran problem solving.

BAB II

ISI 2.1 Pengertian Secara umum orang memahami masalah (problem) sebagai kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Namun dalam matematika, istilah problem memiliki makna yang lebih khusus. Kata Problem terkait erat dengan suatu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan problem solving. Metode Problem Solving adalah suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan. Metode ini menuntut kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobservasi problem, mencari hubungan antara berbagai data yang terkumpul kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran problem solving adalah suatu metode atau cara penyajian pelajaran dengan cara siswa dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan atau diselesaikan, baik secara individual atau secara kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dengan menggunakan langkah langkah sampai pada suatu jawab. 1.2 Ciri-ciri Problem Solving Karakteristik khusus pendekatan pemecahan masalah menurut Taplin adalah sebagai berikut: 1. Adanya interaksi antar siswa dan interaksi antara guru dan siswa. 2. Adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa. 3. Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaiannya. 4. Guru menerima jawaban ya atau tidak dan bukan untuk mengevaluasi. 5. Guru membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan berwawasan dan berbagi dalam proses pemecahan masalah. 6. Sebaiknya guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur membiarkan siswa menggunakan caranya sendiri. 7. Karakteristik lanjutan adalah bahwa pendekatan problem solving dapat menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi aturan dan konsep, sebuah proses sentral dalam matematika. 1.3 Alasan Penggunaan Problem Solving 1. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja. 2. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, hal ini merupakan kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia. 3. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif danmenyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan proses

runtut dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencapai pemecahannya. 1.4 Tujuan Penggunaan Secara umum tujuan penggunaan metode problem solving (pemecahan masalah) adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mencari jalan keluar dalam menghadapi masalahmasalah secara rasional. Memecahkan masalah secara individual maupun secara bersama-sama. Mencari cara pemecahan masalah untuk meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri. Untuk pembenaran pengajaran matematika. Untuk menarik minat siswa akan nilai matematika, dengan isi yang berkaitan dengan masalah kehidupan nyata. Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik atau prosedur khusus dalam matematika dengan menyediakan kegunaan kontekstualnya (dalam kehidupan nyata). Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang memecah suasana belajar rutin. Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah diajarkan secara langsung (mungkin ini peran yang paling banyak dilakukan oleh kita selama ini). Memberi kemampuan dan kecakapan praktis kepada siswa sehingga tak takut menghadapi hidup yang penuh problem serta mempunyai rasa optimisme yang tinggi.

7. 8. 9.

1.5 Manfaaat Penggunaan Manfaat yang diperoleh dari penggunaan metode problem solving (pemecahan masalah) antara lain: 1. Mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah-masalah serta mengambil keputusan secara obyektif dan rasional. 2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis dan analitis. 3. Mengembangkan sikap toleransi terhadap orang lain serta sikap hati-hati dalam mengemukakan pendapat. 4. Memberikan pengalaman proses dalam menarik kesimpulan bagi siswa. 1.6 Kelebihan dan Kekurangan 1. Kelebihan dari penggunaan problem solving ini antara lain:

Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. Berpikir dan bertindak kreatif. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.

Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi. Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek. Mendidik siswa percaya diri sendiri.

1. Kekurangan dari penggunaan problem solving ini antara lain:


Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain. Kalau di dalam kelompok itu kemampuan anggotanya heterogen, maka siswa yang pandai akan mendominasi dalam diskusi sedang siswa yang kurang pandai menjadi pasif sebagai pendengar saja.

1.7 Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving John Dewey dalam bukunya How We Think, menyebutkan lima langkah dasar untuk problem solving (pemecahan masalah) adalah sebagai berikut : 1. Menyadari bahwa masalah itu ada 2. Identifikasi masalah 3. Penggunaan pengalaman sebelumnya atau informasi yang relevan untuk penyusunan hipotesis 4. Pengujian hipotesis untuk beberapa solusi yang mungkin 5. Evaluasi terhadap solusi dan penyusun kesimpulan berdasarkan bukti yang ada. Sementara itu terkait dengan pembelajaran matematika, langkah-langkah dan peran guru pada model pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut : Fase ke 1 Indikator Orientasi siswa pada maaslah Peran Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan peralatan yang dibutuhkan,memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Mengorganisasikan Guru membantu siswa mendefinisikan siswa untuk belajar dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Membimbing Guru mendorong siswa untuk penyelidikan mengumpulkan informasi yang sesuai, individual maupun melaksanakan eksperimen untuk kelompok mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Mengembangkan Guru membantu siswa dalam dan menyajikan merencanakan dan menyiapkan karya hasil karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan

mengevaluasi refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan penyelidikan mereka dan proses yang masalah mereka gunakan. Pada saat memecahkan masalah, ada beberapa cara atau langkah yang sering digunakan. Cara yang sering digunakan dan sering berhasil pada proses pemecahan masalah inilah yang dissebut dengan kiat/strategi pemecahan masalah. Setiap manusia akan menemui masalah, karenanya strategi ini akan sangat bermanfaat jika dipelajari paar siswa agar dapat digunakan dalam kehidupan nyata mereka. Beberapa strategi yang sering digunakan dalam pemecahan masalah matematika adalah : 1. Membuat gambar atau diagram. Strategi ini terkait dengan pembuatan sketsa atau gambar coret-coret guna mempermudah dalam memahami masalah dan mendapatkan penyelesaiannya. 1. Bergerak dari belakang Dengan strategi ini, kita mulai dengan menganalisa bagaimana cara mendapatkan tujuan yang hendak dicapai. Dengan strategi ini, kita bergerak dari yang diinginkan lalu menyesuaikan dengan yang diketahui. 1. Memperhitungkan setiap kemungkinan Strategi ini terkait dengan penggunaan aturan-aturan yang dibuat sendiri oleh si pelaku selama proses pemecahan masalah sehingga tidak akan ada satupun alternative yang terabaikan. 1. Mencobakan pada soal yang lebih sederhana Strategi ini terkait dengan penggunaan contoh khusus tertentu pada masalah tersebut agar lebih mudah dipelajari, sehingga gambaran umum penyelesaian yang sebenarnya dapat ditentukan. 1. Membuat tabel Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran kita, sehingga segala sesuatunya tidak dibayangkan hanya oleh otak yang kemampuannya sangat terbatas. f. Menemukan pola

Strategi ini terkait dengan pencapaian keteraturan-keteraturan pola. Keteraturan tersebut akan memudahkan kita menemukan penyelesaiannya. 1. Memecah tujuan

Strategi ini berkaitan dengan pemecahan tujuan umum yang hendak kita capai menjadi satu atau beberapa tujuan bagian. Tujuan bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya. 1. Berpikir logis Strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran maupun penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi atau dat yang ada. 1. Mengabaikan hal yang tak mungkin Dari berbagai alternative yang mungkin, alternative yang sudah jelas-jelas tidak mungkin agar dicoret atau diabaikan, sehingga perhatian dapat tercurah sepenuhnya untuk hal-hal yang tersisa dan masih mungkin saja. 1. Mencoba-coba Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umu pemecahan ,asalahnya dengan mencoba-coba dari yang diketahui. BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Metode pemecahan masalah juga dikenal Metode Brainstorming, metode ini merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pedapat yang disampaikan oleh siswa. Guru disarankan tidak berorientasi pada metode tersebut, akan tetapi guru hanya melihat jalan fikiran yang disampaikan oleh siswa, pendapat siswa, serta memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat mereka, dan sekali-kali guru tidak boleh tidak menghargai pendepat siswa, sekalipun pendapat siswa tersebut salah menurut guru. Metode ini dapat dilaksanakan apabila siswa telah berada pada tingkat yang lebih tinggi dengan prestasi yang tinggi pula, tetapi metode ini perlu diwaspadai karena akan menimbulkan prustasi di kalangan siswa, lantaran masing-masing mereka belum dapat menemui solusinya dari proses yang kita lakukan. Akan tetapi guru dapat mengambarkan bahwa yang diminta adalah buah fikiran dengan alasan-alasan rasional. 3.2 Saran Penulis menyarankan agar pembaca lebih mencermati lagi materi-materi pada makalah ini dan membaca buku-buku panduan tentang metode pembelajaran yang lebih lengkap. DAFTAR PUSTAKA Alipande, Imansjah. 1985. Diktatik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Umum. Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda.

Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta. Yamin, Martinis. 2008. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Pengertian Problem Solving Istilah Problem Solving sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan memiliki pengertian yang berbeda-beda pula. Tetapi Problem Solving dalam matematika memiliki kekhasan tersendiri. Secara garis besar terdapat tiga macam interpretasi istilah Problem Solving dalam pembelajaran matematika, yaitu: (1) Problem Solving sebagai tujuan (as a goal), (2) Problem Solving sebagai proses (as a process), dan (3) Problem Solving sebagai keterampilan dasar (as a basic skill). 1. Problem Solving sebagai tujuan Para pendidik, matematikawan, dan pihak yang menaruh perhatian pada pendidikan matematika seringkali menetapkan Problem Solving sebagai salah satu tujuan pembelajaran matematika. Bila Problem Solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi matematika. Anggapan yang penting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah (solve Problems) merupakan alasan utama (primary reason) belajar matematika. 2. Problem Solving sebagai proses Pengertian lain tentang Problem Solving adalah sebagai sebuah proses yang dinamis. Dalam aspek ini, Problem Solving dapat diartikan sebagai proses mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Masalah proses ini sangat penting dalam belajar matematika dan yang demikian ini sering menjadi fokus dalam kurikulum matematika. Sebenarnya, bagaimana seseorang melakukan proses Problem Solving dan bagaimana seseorang mengajarkannya tidak sepenuhnya dapat dimengerti. Tetapi usaha untuk membuat dan menguji beberapa teori tentang pemrosesan informasi atau proses Problem Solving telah banyak dilakukan. Dan semua ini memberikan beberapa prinsip dasar atau petunjuk dalam belajar Problem Solving dan aplikasi dalam pengajaran. 3. Problem Solving sebagai keterampilan dasar Terakhir, Problem Solving sebagai keterampilan dasar (basic skill). Pengertian Problem Solving sebagai keterampilan dasar lebih dari sekedar menjawab tentang pertanyaan: apa itu Problem Solving? Ada banyak anggapan tentang apa keterampilan dasar dalam matematika. Beberapa yang dikemukakan antara lain keterampilan berhitung, keterampilan aritmetika, keterampilan logika, keterampilan matematika, dan lainnya. Satu lagi yang baik secara

implisit maupun eksplisit sering diungkapkan adalah keterampilan Problem Solving. Beberapa prinsip penting dalam Problem Solving berkenaan dengan keterampilan ini haruslah dipelajari oleh semua siswa, seperti yang dikemukakan oleh George Polya tahun 1945. Problem Solving dalam Pengajaran Kelas Ada sejumlah alasan kuat mengapa Problem Solving perlu ditekankan sebagai aspek penting dan sangat berarti dalam menciptakan pengajaran matematika yang efektif. Alasan pertama adalah harapan untuk membuat matematika lebih dapat diterapkan (more applicable) dalam kehidupan murid diluar pengajaran kelas atau dalam situasi baru yang belum familiar. Alasan yang kedua adalah Problem Solving memberikan kesempatan (opportunities) dan dapat mendorong siswa berdiskusi tentang dengan siswa yang lainnya, yaitu pada proses menemukan jawab dari permasalahan. Alasan lebih lanjut mengapa pendekatan Problem Solving sangat berharga (valuable) adalah karena Problem Solving dapat mendorong murid untuk menyusun teorinya sendiri (their own theories), mengujinya, menguji teori temannya, membuangnya jika teori tersebut tidak konsisten dan mencoba yang lainya. Implementasi Problem Solving Dalam diskusi kemungkinan implementasi matematika Problem Solving, saya yakin bahwa sekurang-kurangnya ada tiga faktor penting yang harus difikirkan. Pertama, merubah peranan guru (changing the role of teacher). Kedua, merubah susunan kelas (changing classroom management) dan, ketiga, menganalisa topik dalam kurikulum matematika Indonesia yang mungkin dapat mengakomodasi dan lebih efektif jika menggunakan pendekatan Problem Solving. Dalam hal merubah peran guru, perlu disadari bahwa strategi pembelajaran Problem Solving telah merubah gaya murid belajar (students style learning) dari sebagai murid pasif belajar menjadi murid yang aktif belajar (construct their own concepts). Sebagai konsekuensi menuntut berubahnya peran guru. Dalam hal berubahnya peran guru, Groves menyatakan bahwa peranan guru adalah sesuatu yang crusial, guru perlu benar-benar terlibat dalam menstimulasi murid untuk aktif berfikir (stimulating children to think), menjaga semangat belajar siswa (maintaining interest), menjaga rasa percaya anak (confidence) dan mengelolanya (organizing) jika diperlukan. Lebih jauh lagi, Stacey and Groves menambahkan bahwa peranan guru adalah: 1. Membawa murid pada suasana siap menerima tantangan atau permasalahan, sebab sebuah masalah bukanlah masalah sampai murid menyadari dan ingin memecahkannya.

2. Membangun atmosper kelas yang mendukung, dimana murid disiapkan untuk memecahkan permasalahan yang asing dan tidak merasa tertekan ketika mereka menghadapi kebuntuan (stuck). 3. Mempersilahkan anak untuk mengikuti cara mereka dalam menemukan solusi dan membantu mereka ketika memerlukan, tanpa memberikan jawaban. Merubah susunan tempat duduk di kelas. Yang maksudkan di sini adalah bagaimana mengorganisasi murid sesuai dengan aktivitas yang ada pada Problem Solving. Berdasarkan pengalaman pada pengajaran matematika di sekolah, murid-murid di kebanyakan sekolah duduk secara berbaris (sit in a row) dan hal itu kemungkinan membuat sulit untuk melakukan diskusi dengan teman yang lainnya dalam mengeksplorasi gagasan dan konsep yang tersembunyi di balik (beyond) permasalahan yang diberikan dan ini sering disebut sebagai salah satu karakteristik (key feature) dari Problem Solving. Hodgson menyarankan bahwa kelompok kerja (group work) adalah sesuatu yang esensi dalam pengajaran Problem Solving. Lebih lanjut, Burns menyatakan bahwa belajar bersama dalam group kecil (small group) memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan konsep dibanding dengan apabila murid diskusi kelas besar (class discussion). Keuntungan lain dari grup kecil ini, dintaranya murid memiliki kesempatan untuk bisa berbicara banyak, lebih nyaman untuk ambil resiko (taking the risks) dalam menguji coba pemikirannya selama aktivitas Problem Solving. Oleh karena itu, perlu merubah posisi tempat duduk siswa agar memungkinkan mereka aktif berpartisipasi dalam diskusi. Kesulitan yang Mungkin Dihadapi Beberapa kesulitan yang berarti mungkin ditemukan ketika mengasimilasikan Problem Solving matematika ke dalam praktek pengajaran di kelas. 1. Kurangnya pengetahuan dan keahlian guru dalam menerapkan Problem Solving (teachers lack of the Problem Solving and modelling skills). 2. Isi dari kurikulum sangat padat dan tidak ada celah untuk Problem Solving (the curriculum content is very full and there is no room for Problem Solving). 3. Sistem pengujian (assessment system) masih disentralkan dan ini tidak relevan dengan gagasan Problem Solving dikarenakan jenis tesnya cenderung dan dominan berbentuk pilihan ganda (multiple choice form). Jenis tes ini tidak memberikan kesempatan pada anak untuk berfikir sebagaimana yang mereka lakukan pada proses Problem Solving.

4. Besarnya jumlah siswa (the large number of students) dalam setiap kelas juga merupakan salah satu hambatan yang cukup berarti. Karena ini bisa menyebabkan sulitnya bagi guru untuk berinteraksi dengan muridnya ketika Problem Solving matematika diimplementasikan. 5. Perlu waktu yang lebih (need more time) baik dalam pencarian atau pendesainan Problem (sebab setiap Problem perlu disusun dengan hati-hati untuk mencapai hasil belajar siswa) maupun berlangsungnya aktivitas Problem Solving (Problem Solving progress) di kelas. Dari penjelasan tersebut di atas, memang tidak ada keraguan bahwa ada sejumlah kesulitan dalam asimilasi Problem Solving ke dalam pengajaran matematika, tapi keuntungan yang ada jauh melebihi dari pada hambatan yang ditemukan. Pentingnya Problem Solving Menurut Polya, pekerjaan pertama seorang guru matematika adalah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membangun kemampuan siswa dalam menyelesaikanmasalah. Mengapa hal ini menjadi penting? Alasan pertama adalah karena siswa (bahkan guru, kepala sekolah, orang tua, dan setiap orang) setiap harinya selalu dihadapkan pada suatu masalah, disadari atau tidak. Karena itu pembelajaran pemecahan masalah sejak dini diperlukan agar siswa dapat menyelesaikan Problematika kehidupannya dalam arti yang luas maupun sempit. Dalam pembelajaran matematika ini aspek pemecahan masalah menjadi semakin penting. Mengapa? Ini dikarenakan matematika merupakan pengetahuan yang logis, sistematis, berpola, artifisial, abstrak, dan yang tak kalah penting menghendaki justifikasi atau pembuktian. Sifat-sifat matematika ini menuntut pembelajar menggunakan kemampuankemampuan dasar dalam pemecahan masalah, seperti berpikir logis, berpikir strategik. Selain itu secara timbal balik maka dengan mempelajari matematika, siswa terasah kemampuan dalam memecahkan masalah. Hal ini dikarenakan strategi dalam pemecahan masalah matematika bersifat universal sesuai sifat matematika sebagai bahasa yang universal (artifisial, simbolik). Selain itu, McIntosh, R. & Jarret, D. (2000:6) menyatakan The thinking and skills required for mathematical Problem Solving transfer to other areas of life.Secara sistematis, Taplin menegaskan pentingnya Problem Solving melalui tiga nilai yaitu fungsional, logikal, dan aestetikal. Secara fungsional, Problem Solving penting karena melalui Problem Solving maka nilai matematika sebagai disiplin ilmu yang esensial dapat dikembangkan. It has already been pointed out that mathematics is an essential discipline because of its practical

role to the individual and society. Through a Problem-Solving approach, this aspect of mathematics can be developed., demikian ditegaskan Taplin (2007). Dengan fokus pada Problem Solving maka matematika sebagai alat dalam memecahkan masalah dapat diadaptasi pada berbagai konteks dan masalah sehari-hari. Selain sebagai alat untuk meningkatkan pengetahuan matematika dan membantu memahami masalah sehari-hari, maka Problem Solving juga merupakan cara berpikir (way of thinking). Dalam perspektif terakhir ini maka Problem Solving membantu kita meningkatkan kemampuan penalaran logis. Terakhir, Problem Solving juga memiliki nilai aestetik. Problem Solving melibatkan emosi/afeksi siswa selama proses pemecahan masalah. Masalah Problem Solving juga dapat menantang pikiran dan bernuansa teka-teki bagi siswa sehingga dapat meningkatkan rasa penasaran, motivasi dan kegigihan untuk selalu terlibat dalam matematika. Lebih lanjut pentingnya Problem Solving juga dapat dilihat pada perannya dalam pembelajaran. Stanic & Kilpatrick seperti dikutip McIntosh, R. & Jarret, D. (2000:8). membagi peran Problem Solving sebagai konteks menjadi beberapa hal: 1. Untuk pembenaran pengajaran matematika. 2. Untuk menarik minat siswa akan nilai matematika, dengan isi yang berkaitan dengan masalah kehidupan nyata. 3. Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik atau prosedur khusus dalam matematika dengan menyediakan kegunaan kontekstualnya (dalam kehidupan nyata). 4. Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang memecah suasana belajar rutin. 5. Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah diajarkan secara langsung (mungkin ini peran yang paling banyak dilakukan oleh kita selama ini).

You might also like