You are on page 1of 27

Abstrak

Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil. Tujuan praktikum ini adalah mempelajari reaksi amina dengan turunan asam karboksilat, yaitu asam asetat anhidrat. Anilin 2,9 ml dan 5 ml asetat anhidrat dimasukkan ke dalam labu didih dasar datar. Kemudian tambahkan 3 ml asetat glasial lakukan dalam lemari asam. Dari hasil percobaan tersebut didapat berat kristal asetanilida setelah dioven sebanyak 1,276 gram, % rendemen 23,28%, dan % kadar air sebesar 77, 93%. Rekristalisasi adalah proses pengkristalan kembali, guna mendapatkan kristal yang lebih murni dan bentuk kristalnya bagus. Kata kunci : asetanilida, rendemen, kadar air, rekristalisasi

Abstract
Acetanilyde represent the compound of generation of asetil of amine aromatic classified as amida primary, where one hydrogen atom at replaced aniline with one bunch acetil. this target practice is learn the making of amida aromatic, learning amine reaction with the sour generation of carbosilate, that is sour anhidrida. 2,9 ml enhanced by 5 ml of acetate anhidrat included into gourd boiled by a base level off. Then enhance 3 ml of acetate glasial include in sour cupboard. Swirl till perfect the above basin contain the water. Enhancing aquadest 75 ml, swirl is till crystalized. From the attempt result got weight of crystal acetanilyde after in oven as much 1,276 gram % rendemen 23,28%, and % rate of water equal to 77, 93%. Recristalisation is crystal process return, utilize to get the purer crystal and crystalize its nicely. Keyword : acetanilyde, rendement, rate of water, recristalisation

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Asetanilida ditemukan oleh Friedel Kraft dengan mereaksikan asetofenon

dengan NH2OH dengan menggunakan katalis membentuk asetanilida. Backmad pun menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Asetanilida merupakan senyawa amida aromatis atau senyawa turunan asam karboksilat yang dapat dibuat dengan mereaksikan asam karboksilat atau turunannya dengan aniline. Pada saat ini, asetanilida sudah banyak digunakan dalam pembuatan obat-obatan, bahan pembantu dalam industri cat, karet, dan bahan intermidiet pada sulfon dan asetanil klorida karena kebutuhan akan asetanilida yang cukup diperlukan sekarang ini, maka diperlukan pembelajaran mengenai reaksi subsitusi nukleofil pada gugus karbonil dan mempraktikan metode pemurnian senyawa organik padat sebagai cara untuk melakukan sintesis asetanilida. Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil. Asetanilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat (Damtith, 1994). 1.2 Tujuan Mempelajari reaksi amina dengan turunan asam karboksilat, yaitu asam asetat anhidrat.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Asetanilida Asetanilida (C6H5NHCOCH3) merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer dimana satu atom hidrogen pada aniline digantikan dengan satu gugus asetil. Asetanilida memiliki berat molekul 135,16 g/mol. Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara mereaksikan asetofenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang kemudian dengan menggunakan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun 1899, Bacmand menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Pada tahun 1905 Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetat. Asetanilida mempunyai formasi sebagai berikut :

Gambar 2.1 Rumus Bangun Asetanilida

Cincin aromatik dari anilin C6H5NH2 sangat kaya dengan elektron. Pasangan elektron sunyi dari N, bisa melakukan delokalisasi dengan system dari inti benzene. Akibatnya aniline sangat mudah mengalami reaksi substitusi elektrofilik. Interkonversi gugus amina jadi amida dapat dilakukan dengan mereaksikan amina dengan asetat anhidrat, suatu senyawa turunan asam karboksilat,. Anilin, suatu amina primer aromatik mengalami interkonversi gugus fungsi jadi acetanilide, suatu zat antipiretik (zat penurun panas), dengan anhidrida asetat (Irdoni & Nirwana, 2012).

2.2 Proses Pembuatan dan Kegunaan Asetanilida 1. Pembuatan asetanilida dari asam asetat anhidrat dan anilin Larutan benzen dalam satu bagian anilin dan 1,4 bagian asam asetat anhidrat direfluk dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan jaket sampai tidak ada anilin yang tersisa.

2 C6H5NH2 + CH3COOH

2C6H5NHCOCH3 + H2O

Gambar 2.2 Pembuatan Asetanilida dari asam asetat anhidrat dan anilin Campuran reaksi disaring, kemudian kristal dipisahkan dari air panasnya dngan pendinginan, sdan filtratnya recycle kembali. Pemakaian asam asetat anhidrat dapat diganti dengan asetil klorida. 2. Pembuatan asetanilida dari asam asetat dan aniline Metode ini merupakan metode awal yang masih digunakan karena lebih ekonomis. Anilin dan asam asetat berlebih 100 % direaksikan dalam sebuah tangki yang dilengkapi dengan pengaduk.

C6H5NH2 + CH3COOH

C6H5NHCOCH3 + H2O

Gambar 2.3 Pembuatan asetanilida dari asam asetat dan anilin Reaksi berlangsung selama 6 jam pada suhu 150oC 160oC. Produk dalam keadaan panas dikristalisasi dengan menggunakan kristalizer. 3. Pembuatan asetanilida dari ketene dan aniline Ketene (gas) dicampur kedalam anilin di bawah kondisi yang diperkenankan akan menghasilkan asetanilida.

C6H5NH2 + H2C=C=O

C6H5NHCOCH3

Gambar 2.4 Pembuatan asetanilida dari ketene dan aniline

4. Pembuatan asetanilida dari asam thioasetat dan anilin Asam thioasetat direaksikan dengan anilin dalam keadaan dingin akan menghasilkan asetanilida dengan membebaskan H2S. C6H5NH2 + CH3COSH C6H5NHCOCH3 + H2S ( Kirk & Othmer, 1981 ) Dalam perancangan pabrik, asetanilida digunakan proses antara asam asetat dengan anilin. Pertimbangan dari pemilihan proses ini adalah: 1. Reaksinya sederhana 2. Tidak menggunakan katalis sehingga tidak memerlukan alat untuk regenerasi katalis dan tidak perlu menambah biaya yang digunakan untuk membeli katalis sehingga biaya produksi lebih murah. Kegunaan produk asetanilida banyak digunakan dalam industri kimia, antara lain;

Gambar 2.5 Pembuatan asetanilida dari asam thioasetat dan anilin

Sebagai bahan baku pembuatan obat obatan Sebagai zat awal pembuatan penicilium Bahan pembantu dalam industri cat dan karet Bahan intermediet pada sulfon dan asetilklorida (Kusuma, 2003)

2.3 Rekristalisasi Rekristalisasi merupakan proses pengkristalan kembali, guna mendapatkan kristal yang lebih murni dan bentuk kristalnya bagus. Suatu syarat untuk melarutkan kristal tersebut lebih kurang 10 kali lebih banyak dalam keadaan panas dibanding dalam keadaan dingin (suhu kamar). Adapun tahaptahap yang dilakukan pada proses rekristalisasi pada umumnya, yaitu : Memilih pelarut yang cocok Pelarut yang umum digunakan jika diurutkan sesuai dengan kenaikan kepolarannya adalah petroleum eter (n-heksan, toluene,

kloroform, aseton, etil asetat, etanol, methanol dan air). Pelarut yang cocok untuk merekristalisasi suatu sampel zat tertentu adalah pelarut yang dapat melarutkan secara baik zat tersebut dalam keadaan panas, tetapi sedikit melarutkan dalam keadaan dingin. Melarutkan senyawa ke dalam pelarut panas sedikit mungkin Zat yang akan dilarutkan hendaknya dilarutkan dalam pelarut panas dengan volume sedikit mungkin, sehingga diperkirakan tepat sekitar titik jenuhnya. Jika terlalu encer, uapkan pelarutnya sehingga tepat jenuh. Apabila digunakan kombinasi dua pelarut, mula mula zat itu dilarutkan dalam pelarut yang baik dalam keadaan panas sampai larut, kemudian ditambahkan pelarut yang kurang baik tetes demi tetes sampai timbul kekeruhan. Tambahkan beberapa tetes pelarut yang baik agar

kekeruhannya hilang kemudian disaring. Penyaringan Larutan disaring dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor yang tidak larut. Penyaringan larutan dalam keadaan panas dimaksudkan untuk memisahkan zat zat pengotor yang tidak larut atau tersuspensi dalam larutan, seperti debu, pasir, dan lainnya.Agar penyaringan berjalan cepat, biasanya digunakan corong Buchner. Jika larutannya mengandung zat warna pengotor, maka sebelum disaring ditambahkan sedikit ( 2 % berat ) arang aktif untuk mengadsorbsi zat warna tersebut. Penambahan arang aktif tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengadsorbsi senyawa yang dimurnikan. Pendinginan filtrat Filtrat didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kadang kadang pendinginan ini dilakukan dalam air es. Penambahan umpan yang berupa kristal murni ke dalam larutan atau penggoresan dinding wadah dengan batang pengaduk dapat mempercepat rekristalisasi.

Penyaringan dan pendinginan Kristal Apabila proses kristalisasi telah berlangsung sempurna, Kristal yang

diperoleh perlu disaring dengan cepat menggunakan corong Buchner. Kemudian kristal yang diperoleh dikeringkan dalam desikator (Fessenden, 1987).

2.4 Bahan Baku 2.4.1 Asetat Anhidrat Asetat anhidrat merupakan anhidrat dari asam asetat yang struktur antar molekulnya simetris. Asetat anhidrat memiliki berbagai macam kegunaan antara lain sebagai fungisida dan bakterisida, pelarut senyawa organik, berperan dalam proses asetilasi, pembuatan aspirin, dan dapat digunakan untuk membuat acetylmorphine. Asam asetat anhidrat paling banyak digunakan dalam industri selulosa asetat untuk menghasilkan serat asetat, plastik, serat kain dan lapisan kain. a. Sifat fisika asetat anhidrat %Unsur Penyusun : C= 1(16,67%), H= 4 (66,67%), O= 1 (16,67%) Rumus molekul Berat molekul Titik didih Titik beku Panas pembakaran Tekanan kritis Suhu kritis Densitas pada 20C : (CH3CO)2O : 102,09 gr/mol : 139,060C : -730C : 431,9 kkal/mol : 46.81 atm : 2960C : 1.08 g/ml

Viskositas pada 25C : 0.843 mPa.s a. Sifat kimia asetat anhidrat Sifat Lainnya : Mudah menguap, mudah terbakar,disimpan Di lemari asam
(Faradillah, 2012)

2.4.2. Anilin a. Sifat sifat fisis: Rumus molekul : C6H5NH2 Berat molekul : 93,12 g/gmol Titik didih normal : 184,4 oC Suhu kritis : 426 oC Tekanan kritis : 54,4 atm Wujud : cair Warna : jernih Spesifik gravity : 1,024 g/cm3 b. Sifat-sifat kimia: Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer menghasilkan endapan 2, 4, 6 tribromo anilin. Pemanasan anilin hipoklorid dengan senyawa anilin sedikit berlebih pada tekanan sampai 6 atm menghasilkan senyawa diphenilamine. Hidrogenasi katalitik pada fase cair pada suhu 135 170oC dan tekanan 50500 atm menghasilkan 80% cyclohexamine (C6H11NH2 ). Sedangkan hidrogenasi anilin pada fase uap dengan menggunakan katalis nikel menghasilkan 95% cyclohexamine. Nitrasi anilin dengan asam nitrat pada suhu -20oC menghasilkan mononitroanilin, dan nitrasi anilin dengan nitrogen oksida cair pada suhu 0oC menghasilkan 2, 4 dinitrophenol. (Kimiadotcoms Weblog, 2012)

2.4.3

Asam Asetat Glasial Asam asetat murni (asam asetat glasial) adalah cairan

higroskopis tak berwarna. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat yang larut dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati. a. Sifat fisika asam asetat % Unsur Penyusun : C = 7 (43,75 %), H= 6 (37,5 %), O= 3 (18,75%) Rumus Molekul Bobot Molekul Titik leleh Densitas Titik lebur Titik didih : C2H4O2 : 60,05 gr/mol : 170oC : 1,049 g/ml : 16,5oC : 1180C

b. Sifat kimia asam asetat Kelarutan Sifat Lainnya : Larut dalam air dan dalam pelarut organik : Di dalam air bertindak sebagai asam lemah (Kimiadotcoms Weblog, 2012)

2.5 Reaksi dan Mekanisme Reaksi Asetanilida dibuat dari reaksi antara anilin dengan asam asetat. Produknya berupa kristal yang dimurnikan dengan kristalisasi. Gambar 2.6 merupakan reaksi pembentukan asetanilida dari asam asetat dan anilin. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

C6H5NH2 + CH3COOH

C6H5NHCOCH3 + HOH

Gambar 2.6 Reaksi pembuatan Asetanilida Sedangkan gambar 2.7 merupakan reaksi pembentukan asetanilida dari anilin dan asam asetat anhidrat.

Gambar 2.7 Reaksi Asetanilida Proses pembuatan asetanilida pada intinya adalah mereaksikan anilin dengan asam asetat berlebih yang berlangsung sesuai dengan reaksi. Mekanisme reaksi pembuatan Asetanilida disebut juga dengan reaksi asilasi amida yang diberikan oleh Fessenden.

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-alat Labu didih dasar datar Gelas ukur 100ml 1 buah Gelas piala 100ml 2 buah Erlenmeyer 100ml 2 buah Corong Oven Batang Pengaduk Kertas Saring

3.2 Bahan-bahan Aniline Anhidrat asetat Asam asetat glacial Aquadest Etanol

3.3 Prosedur Percobaan a. Tambahkan asetat anhidrat sebanyak 5 ml ke dalam labu didih dasar datar kemudian diikuti dengan2,9 ml anilin. b. Kemudian masukkan 3 ml asam asetat glasial. Hati-hati, reaksi

eksoterm lakukan dalam lemari asam. c. Aduk campuran dengan sempurna, biarkan larutan pada suhu kamar selama 5 menit. d. Encerkan larutan dengan 75 ml akuades,sehingga terbentuk kristal dari produk. e. Timbang kertas saring sebanyak 3 buah

f. Jika pembentukan kristal telah sempurna, saring kristal dengan saringan vakum menggunakan kertas saring yang telah ditimbang g. Timbang hasil yang didapat. h. Lakukan rekristalisasi dengan etanol-air panas masing-masing sebanyak 25 ml. i. Kemudian diaduk hingga tercampur sempurna lalu didinginkan dalam wadah berisi batu es selama 1 jam. j. Kristal yang terbentuk disaring lagi dengan kertas saring dan corong buchner, lalu keringkan dalam oven selama 30 menit dalam waktu 10 menit sebanyak 3 kali. k. Timbang hasil yang didapat. l. Hitung rendemen dan kadar airnya

3.4 Rangkaian Alat


Pompa Vakum Corong Biuchner

3 1
1

Gambar 3.1 Pompa Vacum Keterangan gambar : 1. Pompa Penghisap/Vakum 2. Selang Pembuangan Gas 3. Corong Buchner 4. Erlenmeyer

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pembuatan Asetanilida Anilin = 2,9 ml Asetat anhidrat = 5 ml Asam asetat glasial = 3 ml Berat kertas saring I = 0,657 gram Berat kertas saring II = 0,743 gram Berat kertas saring III = 0,685 gram Etanol panas = 25 ml Akuades = 75 ml Akuades panas = 25 ml Berat asetanilida + kertas saring I = 6,138 gram Berat kristal asetanilida yang didapat = 5,481 gram Rekristalisasi Berat kertas saring II = 0,743 gram Berat asetanilida + kertas saring II = 6,526 gram Berat kristal asetanilida yang didapat = 5,783 gram Berat kertas saring II + sampel setelah dioven : 1. 10 menit I = 4,449 gram 2. 10 menit II = 2,588 gram 3. 10 menit III = 2,019 gram Berat kertas saring II = 0,743 gram Berat asetanilida setelah diovenkan = 1,276 gram % rendemen = 23,28 % % kadar air = 77,93 %

Secara teori Menghitung volume Asetat Anhidrat asetat anhidrat Mr asetat anhidrat Mol asetat anhidrat Massa = Mol . Mr = 0,05 . 102,09 = 5,145 gram Menghitung volume Asam Asetat Glasial asetat glasial Mr asetat glasial Mol asetat glasial Massa = Mol . Mr = 0,05 . 60,05 = 3,0025 gram Menghitung volume anilin anilin Mr anilin Mol anilin Massa = Mol . Mr = 0,05 . 93,13 = 4,6565 gram Menghitung massa asetanilida asetanilida Mr astanilida Mol asetanilida = 1,21 gram/ml = 135,16 gram/mol = 0,05 mol v = massa / = 6,758 / 1,21 = 5,585 ml = 1,58 gram/ml = 93,13gram/mol = 0,1 mol v = massa / =4,6565 / 1,58 = 2,94 ml = 1,049 gram/ml = 60,05 gram/mol = 0,1 mol v = massa / =3,0025 / 1,049 = 2,86 ml = 1,08 gram/ml = 102,09 gram/mol = 0,05 mol v = massa / =5,145/ 1,08 = 4,76 ml

Massa = Mol . Mr = 0,05 . 135,16 = 6,758 gram

4.2 Pembahasan Pembuatan awal acetanilida yaitu dengan pencampuran asetat anhidrat 5 ml asam + anilin 2,9 ml + asetat glasial 3 ml di dalam labu didih dasar datar. Anilin dan asetat anhidrida berfungsi sebagai reaktan (pereaksi), sedangkan asam asetat glasial berfungsi sebagai pelarut yang bersifat asam (melepas ion H+/H3O+) yang juga sangat mempengaruhi reaksi agar terbentuk suatu garam amina, selain itu asam asetat berfungsi untuk menetralkan muatan oksida dari asetat anhidrida sehingga asetanilida asetanilida yang terbentuk tidak terhidrolisis kembali, karena pengaruh air. Proses ini dilakukan di lemari asam karena bahan yang digunakan sangat berbahaya dan di dalam waterbatch karena reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm. Pada saat campuran telah tercampur sempurna ditambahkan 75 ml akuades sehingga dihasilkan kristalkristal asetanilida yang masih kotor. Rekristalisasi perlu dilakukan untuk mendapatkan kristal murni dan menghilangkan zat pengotor yang ada pada kristal tersebut. Jika kristal telah terbentuk sempurna dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring dan corong buchner agar didapatkan kristal yang murni . Akan tetapi, semakin lama waktu pendinginan dalam batu es maka kristal yang terbentuk akan lebih murni yakni akan terbentuk kristal warna putih. Tetapi pada praktikum tersebut didapat kristal warna coklat kekuningan. Mengapa pada proses rekristalisasi menggunakan etanol? Karena kepolaran etanol lebih polar dari alkohol yang lainnya, mudah didapat, harganya relatif murah, kelarutannya melarutkan kristal lebih kurang 10 kali lebih banyak dalam keadaan panas dibanding dalam keadaan dingin (suhu kamar). Hal ini dapat disebabkan karena adanya zat pengotor yang tidak sepenuhnya hilang, juga waktu pendinginan di dalam batu es yang kurang lama . kemudian kristal tersebut dioven sehingga dihasilkan kristal-kristal asetanilida murni yang kering. Berat kristal yang dihasilkan 1,276 gram. Rendemen asetanilida sebanyak 23,28 % dan % kadar airnya sebanyak 77,93 %. Hal ini dapat disebabkan karena adanya zat pengotor yang tidak sepenuhnya hilang, juga waktu pendinginan di dalam batu es yang kurang lama.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 1. Berat kristal yang dihasilkan pada percobaan tersebut 1,276 gram sedangkan secara teori . 2. Persentase rendemen asetanilida yang didapat adalah 23,28%, dan kadar airnya sebesar 77,93%

5.2 Saran 1. Hati-hati dalam pencampuran asam asetat glasial, asetat anhidrat, anilin karena akan dihasilkan reaksi eksoterm maka sebaiknya dilakukan di dalam waterbatch juga di lemari asam 2. Larutan anilin bersifat karsinogenik yang dapat membahayakan tubuh maka sebaiknya pada saat melakukan praktikum gunakan alat

perlindungan diri yang dibutuhkan

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tahun. Asetanilida.

http://kimiadotcom.wordpress.com/2008/08/22/asetanilida/, (11 Oktober 2012 ) Anonim. Tahun. Asetat

Anhidrat.http://id.wikipedia.org/wiki/Asetat_anhidrida(`11 Oktober 2012) Damtith, John, 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga : Jakarta Faradillah. 2010. Sintesis Asetanilida. http://chemistryroom.(11 Oktober 2012 ) Fessenden, J Ralp. 1987. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga: Jakarta Irdoni dan Nirwana. 2012. Modul Kimia Organik . Pekanbaru : Fakultas Teknik Universitas Riau. Kusuma, Ersanghono. 2003. Asetanilida. Erlangga : Jakarta Kirk-Othmer. 1981. Encyclopedia of Chemical Technology. University of California

LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN

anilin = 1,58 asetat anhidrat = 1,08 asam asetat glasial = 1,038 Mr anilin = 93 Mr asetat anhidrat = 102 Mr asetat glasial = 66 n yang digunakan = 0,05 mol V= V asetat = V asetat = Vanilin =

Perhitungan rendemen % rendemen = = = = 23,28 %

Perhitungan kadar air % kadar air = = = 77, 93 % Secara teori Menghitung volume Asetat Anhidrat asetat anhidrat Mr asetat anhidrat Mol asetat anhidrat Mol = Massa / Mr = 1,08 gram/ml = 102,09 gram/mol = 0,05 mol Massa v = .v = massa /

Massa = Mol . Mr

= 0,05 . 102,09 = 5,145 gram Menghitung volume Asam Asetat Glasial asetat glasial Mr asetat glasial Mol asetat glasial Mol = Massa / Mr = 1,049 gram/ml

=5,145/ 1,08 = 4,76 ml

= 60,05 gram/mol = 0,1 mol Massa v = .v = massa / =3,0025 / 1,049 = 2,86 ml

Massa = Mol . Mr = 0,05 . 60,05 = 3,0025 gram Menghitung volume anilin anilin Mr anilin Mol anilin Mol = Massa / Mr

= 1,58 gram/ml = 93,13gram/mol = 0,1 mol Massa v = .v = massa / =4,6565 / 1,58 = 2,94 ml

Massa = Mol . Mr = 0,05 . 93,13 = 4,6565 gram Menghitung massa asetanilida Mol asetanilida Mr astanilida Mol asetanilida = Massa / Mr

= 1,21 gram/ml = 135,16 gram/mol = 0,05 mol Massa v = .v = massa / = 6,758 / 1,21 = 5,585 ml

Massa = Mol . Mr = 0,05 . 135,16 = 6,758 gram

LAMPIRAN C BAHAYA DAN CARA PENANGGULANGANNYA


1. Asetanilida

Bahaya Asetanilida Potensi Efek Kesehatan Akut : (iritan), menelan, inhalasi. Sedikit berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan). Potensi Efek Kesehatan kronis : Berbahaya dalam kasus kontak

mata (iritan), menelan, inhalasi. Sedikit berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan). Penanggulangannya : a. Tindakan Pertolongan Pertama Kontak Mata : Periksa dan lepaskan lensa kontak. Dalam kasus kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Air dingin dapat digunakan. Air hangat harus digunakan. Dapatkan perawatan medis. Kontak pada Kulit : Cuci dengan sabun dan air. Tutupi kulit yang teriritasi dengan melunakkan. Dapatkan pertolongan medis jika iritasi berkembang. Kontak Kulit Serius : Tidak tersedia. Penghirupan : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan medis perhatian. Tertelan : Jangan memaksakan muntah kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh tenaga medis. Dilarang memberikan apapun melalui mulut kepada sadar orang. Jika sejumlah besar bahan ini tertelan, segera hubungi dokter. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau pinggang.

b. Tindakan terhadap tumpahan Tumpahan Kecil : Gunakan alat yang tepat untuk menempatkan tumpah padat dalam wadah pembuangan limbah yang nyaman. Selesai membersihkan dengan menyebarkan air yang terkontaminasi

permukaan dan membuang sesuai dengan persyaratan otoritas lokal dan regional. Besar Tumpahan : Gunakan sekop untuk menempatkan bahan ke dalam wadah pembuangan limbah yang nyaman. Selesai membersihkan dengan menyebarkan air di daerah yang terkontaminasi permukaan dan memungkinkan untuk mengevakuasi melalui sistem sanitasi. c. Penanganan dan Penyimpanan Kewaspadaan : Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api. Kontainer kosong menimbulkan resiko kebakaran, menguapkan residu di bawah lemari asam. Tanah semua peralatan material yang mengandung. Jangan menelan. Jangan menghirup debu. Hindari kontak dengan mata. Memakai pakaian pelindung yang sesuai. Dalam hal ventilasi cukup, pakai peralatan pernapasan yang sesuai. Jika tertelan, bantuan medis saran segera dan tunjukkan wadah atau label. Penyimpanan : Simpan wadah tertutup rapat. Simpan wadah di tempat yang sejuk berventilasi. 2. Anilin Bahaya Anilin : Mungkin fatal jika terhirup, tertelan atau diserap melalui kulit Hindari semua kontak. Gunakan dengan ventilasi yang memadai. Cuci sampai bersih setelah digunakan. Simpan wadah tertutup. Penanggulangannya : a. Tindakan Pertolongan Pertama Mungkin fatal jika terhirup, tertelan atau diserap melalui kulit Hindari semua kontak. Gunakan dengan ventilasi yang memadai. Cuci sampai bersih setelah digunakan. Simpan wadah tertutup. Kulit : lepaskan pakaian yang terkontaminasi. Cuci bagian yang terbuka dengan sabun dan air. Mata : cuci mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, angkat tutup sesekali. Mencari bantuan medis. Terhisap: hapus untuk udara

segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Tertelan : Jika tertelan, menginduksi muntah segera setelah

memberikan dua gelas air. Dilarang memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang pingsan. b. Penanganan dan Penyimpanan Simpan di tempat gelap sejuk dan kering. Jangan sampai mata, kulit, pakaian. Cuci sampai bersih setelah menangani . 3. Etanol Bahaya Etanol : Penampilan: cairan bening tidak berwarna. Titik Nyala: 16,6 deg C. Cairan yang mudah terbakar dan uap. Dapat menyebabkan saraf pusat sistem depresi. Menyebabkan gangguan mata berat. Menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Menyebabkan gangguan pada kulit moderat. Zat ini menyebabkan efek reproduksi dan janin yang merugikan pada manusia. Peringatan! Dapat menyebabkan hati, ginjal dan kerusakan jantung. Organ Sasaran : Ginjal, jantung, sistem saraf pusat, hati. Potensi Efek Kesehatan Mata : Menyebabkan gangguan mata berat. Dapat menyebabkan sensitisasi menyakitkan terhadap cahaya. Dapat menyebabkan konjungtivitis kimia dan kornea kerusakan. Kulit : Menyebabkan gangguan pada kulit moderat. Dapat menyebabkan sianosis pada ekstremitas. Tertelan : Dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan dengan mual, muntah dan diare. Dapat menyebabkan keracunan sistemik dengan asidosis. Dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat, yang ditandai dengan kegembiraan, diikuti oleh sakit kepala, pusing, mengantuk, dan mual. Stadium lanjut dapat menyebabkan kolaps, tidak sadar, koma dan kematian dimungkinkan karena pernapasan. kegagalan

Inhalasi : Inhalasi konsentrasi tinggi dapat menyebabkan efek sistem saraf pusat ditandai dengan mual, sakit kepala, pusing, pingsan dan koma. Menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Dapat menyebabkan efek narkotika di tinggi konsentrasi. Uap dapat menyebabkan pusing atau sesak napas.

Kronis : Dapat menyebabkan efek reproduksi dan janin. Percobaan laboratorium telah mengakibatkan efek mutagenik. Hewan studi telah melaporkan perkembangan tumor. Kontak yang terlalu lama dapat menyebabkan hati, ginjal, dan kerusakan hati. Penanggulangannya : a. Tindakan Pertolongan Pertama Mata : Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis. Lembut mengangkat kelopak mata dan bilas dengan air terus menerus. Kulit : Dapatkan bantuan medis. Basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit saat mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Basuh kulit dengan banyak sabun dan air. Tertelan : JANGAN memancing muntah. Jika korban sadar dan waspada, beri 2-4 cupfuls susu atau air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Dapatkan bantuan medis. Inhalasi : Hapus dari paparan dan pindah ke udara segar segera. Jika sulit bernafas,

tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika

berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. JANGAN menggunakan mulut-ke-mulut resusitasi sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. JANGAN menggunakan mulut-ke-mulut resusitasi. Catatan untuk Dokter: Perlakukan berdasar gejala dan penuh dukungan. Orang dengan gangguan kulit atau mata atau hati, ginjal,

kronis penyakit pernapasan, atau pusat dan perifer penyakit saraf Sytem mungkin pada peningkatan risiko dari paparan ini substansi. Antidote : Ganti cairan dan elektrolit. b. Tindakan pencegahan kebakaran Informasi Umum Media Pemadam c. Tindakan terhadap tumpahan Informasi Umum : Gunakan peralatan perlindungan pribadi yang tepat seperti yang ditunjukkan dalam Bagian e. Tumpahan / Kebocoran : Menyerap tumpahan dengan bahan lembam (misalnya vermiculite, pasir atau tanah), maka ke dalam wadah yang sesuai. Hapus semua sumber api. Gunakan alat percikan-bukti.

Sediakan ventilasi. Sebuah busa uap menekan dapat digunakan untuk mengurangi uap. d. Penanganan dan Penyimpanan Penanganan : Cuci bersih setelah menangani. Gunakan hanya di daerah yang berventilasi baik. Ground dan kontainer obligasi saat mentransfer materi. Gunakan percikan-bukti alat dan peralatan ledakan bukti. Hindari kontak dengan mata, kulit dan pakaian. Kontainer kosong mempertahankan residu produk, (cairan dan / atau uap), dan bisa berbahaya. Simpan wadah tertutup rapat. Hindari

kontak dengan panas, percikan api dan api. Hindari konsumsi dan inhalasi. Jangan menekan, potong, las, mengeraskan, solder, bor,

menggiling, atau mengekspos kontainer kosong untuk panas, percikan atau nyala api terbuka. Penyimpanan : Jauhkan dari panas, percikan api, dan api. Jauhkan dari sumber api. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Jauhkan dari kontak dengan bahan oksidasi. Simpan di, daerah yang sejuk dan kering, berventilasi baik jauh dari zat yang tidak kompatibel. Mudah

terbakar-daerah. Jangan simpan di dekat perchlorates, peroksida, asam kromat atau asam nitrat.

4.

Asam Asetat Bahaya Asam Asetat : Potensi Efek Kesehatan Akut : Sangat berbahaya jika terjadi kontak kulit (iritan), kontak mata (iritan), menelan, inhalasi. Berbahaya dalam kasus kulithubungi (korosif, permeator), kontak mata (korosif). Cair atau kabut semprotan dapat menghasilkan kerusakan jaringan terutama pada Selaput lendir mata, mulut dan saluran pernapasan. Kontak kulit dapat menghasilkan luka bakar. Menghirup kabut semprotan mungkin menghasilkan iritasi parah saluran pernapasan, yang ditandai dengan batuk, tersedak, atau sesak napas. Radang mata ditandai dengan kemerahan, penyiraman, dan gatal. Radang kulit yang ditandai dengan gatal, kemerahan scaling. Potensi Efek Kesehatan kronis : Berbahaya jika terjadi kontak kulit (iritan), menelan, inhalasi. Efek karsinogenik : Tidak tersedia. Efek mutagenic : mutagenik untuk sel somatik mamalia. Mutagenik untuk bakteri dan / atau ragi. Teratogenik Efek: Tidak Tersedia. Pembangunan Toksisitas : Tidak Tersedia. Substansi mungkin beracun untuk ginjal, mukosa selaput, kulit, gigi. Paparan berulang atau berkepanjangan untuk zat dapat menghasilkan kerusakan target organ. Ulang atau kontak yang lama dengan semprotan kabut dapat menghasilkan iritasi mata kronis dan iritasi kulit yang parah. Berulang atau berlangsung lama paparan kabut semprotan dapat menghasilkan iritasi saluran pernapasan menyebabkan serangan sering infeksi bronkus.

Penanggulangannya : a. Tindakan Pertolongan Pertama Kontak Mata : Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang-

kurangnya 15 menit. Air dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan segera. Kulit Hubungi : Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit saat mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu. Tutup kulit yang teriritasi dengan yg melunakkan. Air dingin mungkin pakaian used.Wash sebelum digunakan kembali. Benar-benar bersih sepatu sebelum digunakan kembali. Dapatkan perawatan medis dengan segera. Kulit Serius Hubungi : Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Mencari medis segera perhatian. Inhalasi : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan medis perhatian segera. Serius Terhirup : Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Jika sulit bernapas, mengelola oksigen. Jika korban tidak bernafas, melakukan mulut ke mulut resusitasi. PERINGATAN : Ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan untuk memberikan mulut ke mulut resusitasi bila bahan dihirup adalah racun, infeksi atau korosif. Cari bantuan medis segera. Tertelan : Jangan mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat demikian oleh personel medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada bawah sadar orang. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul. Serius tertelan : Tidak tersedia. b. Penanganan dan Penyimpanan Tindakan pencegahan : Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api. Ground semua bahan peralatan yang berisi. Jangan menelan. Tidak

bernapas gas / asap / uap / semprotan. Jangan pernah menambahkan air pada produk ini. Dalam hal ventilasi cukup, pakai pernapasan yang sesuai peralatan. Jika tertelan, segera dapatkan saran medis dan tunjukkan wadah atau label. Hindari kontak dengan kulit dan mata. Jauhkan dari incompatibles seperti agen oksidasi, mengurangi agen, logam, asam, alkali. Penyimpanan : Simpan dalam area terpisah dan disetujui. Simpan wadah di tempat yang sejuk dan berventilasi cukup. Simpan wadah tertutup rapat dan disegel sampai siap untuk digunakan. Hindari semua sumber-sumber pengapian (percikan atau api). (MSDS, 2012)

You might also like