You are on page 1of 62

BAB I Pendahuluan A.

Latar belakang masalah

Etika keperawatan di masarakat sangatlah penting bagi seorang perawat karena dengan etika yang baik akan menentukan bagaimana perawat itu akan dihargai dan di percaya oleh masyarakat oleh karena itu di makalah ini menjabarkan tentang bagaimana penerapan etika keperawatan dimasyarakat Menurut Leenen Gozondeid Sethick, adalah etika khusus dengan menerapkan nilai nilai dalam bidang pemeliharaan / pelayanan kesehatan yang dilandasi oleh nilai nilai individu dan masyarakat. Menurut Soeyono Soekamto (1986), Etika kesehatan mencakup penilaian terhadap gejala kesehatan baik yang disetujui maupun tidak disetujui, serta mencakup rekomendasi bagaimana bersikap/ bertindak secara pantas dalam bidang kesehatan.

B.

Tujuan

Makalah ini selain dibuat untuk meyelesaikan tugas mata kuliah etika Keperawatan juga diharapkan mampu memberikan pengertian kepada pembaca tentang etika keperawatan yang ada didalam masyarakat. Dan semoga makalah ini mampu di manfaatkan sebaik mungkin dan ilmunya bermanfaat.

BAB II Penerapan Etika Profesi Bagi Perawat Di Masyarakat 1. Etika Kesehatan :

Menurut Leenen Gozondeid Sethick, adalah etika khusus dengan menerapkan nilai nilai dalam bidang pemeliharaan / pelayanan kesehatan yang dilandasi oleh nilai nilai individu dan masyarakat. Menurut Soeyono Soekamto (1986), Etika kesehatan mencakup penilaian terhadap gejala kesehatan baik yang disetujui maupun tidak disetujui, serta mencakup rekomendasi bagaimana bersikap/ bertindak secara pantas dalam bidang kesehatan. Etika Kesehatan mencakup ruang lingkup minimalal :

a)

tritmen pada pasien yang menghadapi ajal

b) Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri,pembatasan perilaku, dan infomrmed consent. c) d) Bioetika Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran.

Contoh penerapan : Tritmen pada pasien yang menghadapi ajal : - Pemberian O2 -> diteruskan / di stop. - Program pengobatan diteruskan /tidak - Suport terapi ( RJP ) sampai kapan. - dalam kondisi MBO.

2.

ETIKA PROFESI KEPERAWATAN

Etika khusus yang mengatur tanggung jawab moral para perawat. a. Kesepakatan moralitas para perawat.

Disusun oleh Organisasi profesi, berdasarkan suatu sumber yang ada dilingkungan; baik lingkungan kesehatan, lingkungan konsumen dan lingkungan Komunitas Keperawatan. b. Sumber Etika Profesi keperawatan :

o Etika Kesehatan. o Etika umum yang berlaku di masyarakat, o Etika Profesi keperawatan dunia -> ICN.

c.

Etika Kesehatan :

Menurut Leenen Gozondeid Sethick, adalah etika khusus dengan menerapkan nilai nilai dalam bidang pemeliharaan / pelayanan kesehatan yang dilandasi oleh nilai nilai individu dan masyarakat.

Menurut Soeyono Soekamto (1986), Etika kesehatan mencakup penilaian terhadap gejala kesehatan baik yang disetujui maupun tidak disetujui, serta mencakup rekomendasi bagaimana bersikap/ bertindak secara pantas dalam bidang kesehatan. Etika Kesehatan mencakup ruang lingkup minimalal : tritmen pada pasien yang menghadapi ajal a. Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri,pembatasan perilaku, dan infomrmed consent. b. c. Bioetika Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran.

Contoh penerapan : 1 Tritmen pada pasien yang menghadapi ajal : - Pemberian O2 -> diteruskan / di stop. - Program pengobatan diteruskan / tidak - Suport terapi ( RJP ) sampai kapan. - dalam kondisi MBO.

2. Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri,pembatasan perilaku, dan infomrmed consent. - Pasien teriminal - Status vegetatif - pasien HIV /AID - pasien mendapat terapi diet - pasien menghadapi tindakan medik -operasi, pemakaian obat yangharganya mahal dll.

3 Bioetika : - aborsi, pembatasan kelahiran,sterilisasi, bayi tabung, tranplantasi organ dll.

4 Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran. - permintaan informasi data pasien, - Catatan medik, - Pembicaraan kasus pasien.

d.

Etika umum yang berlaku di masyarakat :

- Privasi pasien, - Menghargai harkat martabat pasien - Sopan santun dalam pergaulan - saling menghormati, - saling membantu. - peduli terhadap lingkungan

e.

Etika Profesi keperawatan dunia ICN.

Etika Keperawatan terkandung adanya nilai nilai dan prinsip prinsip yang berfokus bagi praktik Perawat. Praktik perawat bermuara pada interaksi profesional dengan pasien serta menunjukan kepedulian perawat terhadap hubungan yang telah dilakukannya.

8 prinsip utama dalam Etika Keperawatan ICN : 1. Respek 2. Otonomi 3. Beneficence ( kemurahan hati) 4. Non-maleficence,

5. Veracity ( kejujuran ) 6. Kridensialitas ( kerahasiaan ) 7. Fidelity ( kesetiaan ) 8. Justice ( keadilan )

1 Respek :

perilaku perawat yang menghormati / menghargai pasien /klien. hak hak pasien,penerapan inforned consent Perilaku perawat menghormati sejawat Tindakan eksplisit maupun implisit simpatik, empati kepada orang lain.

.2 Otonomi :

hak untuk mengatur dan membuat keputusannya sendiri. Tetapi tidak sebebas bebasnya ada keterbatasan dalam hukum,kompetensi dan kewenangan. perlu pemahaman tindakan kolaborasi.

3 Beneficence ( kemurahan hati) : berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan hal yang baik dan tidak membahayakan orang lain. lanjutan :Pada dasarnya seseorang diharapkan dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri , kecuali bagi mereka yang tidak dapat melakukannya.seperti:bayi dan anak pasien koma,keterbelakangan mental / kelainan kejiwaan.

4 Non-maleficence: Prinsip berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian / cidera pasien. - Jangan membunuh - jangan menyebabkan nyeri/penderitaan lain. - jangan membuat orang lain tidakberdaya. - Jangan melukai perasaan

5 Veracity ( kejujuran ) : Kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran. Tidak bohong tidak menipu. Terutama dalam proses informed consent.Perawat membatu pasien untuk memahami informasi dokter tentang rencana tindakan medik / pengobatan dengan jujur.

6 Kridensialitas ( kerahasiaan ) : Prinsip ini berkaitan dengan kepercayaan pasien terhadap perawat. Perawat tidak akan menyampaikan informasi tentang kesehatan pasien kepada orang yang tidak berhak. Prinsip Info diagnose medik diberikan oleh dokter. Perawat memberi onfo kondisi kesehatan umum . 7 Fidelity ( kesetiaan ) : Ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk selalu setia pada kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Tanggung jawab perawat dalam tim -asuhan keperawatan kepada individu, pemberi kerja , pemerintah dan masyarakat.

8 Justice ( keadilan ) :

Berkenaan dengan kewajiban perawat untuk adil kepada semua orang . Adil tidak memihak salah satu orang. Semua pasien harus mendapatkan pelayanan yang sama sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan pasien klas Utama berbeda dengan kebutuhan pasien klas III.

Etika Profesi keperawatan disususun oleh Oragnisasi secara tertulis KODE ETIK KEPERAWATAN

A.

Fungsi Kode Etik :

Umum : digunakan untuk mengontrol perilaku perawat dalam praktik dan dalam kehidupan berprofesi, sehingga konsumen mendapatkan kepercayaan dari pelayanan keperawatan Fungsi khusus untuk : 1. Mengatur tanggung jawab moral perawat didalam praktik. 2. Pedoman perawat dalam berperilaku dalam praktik dan dalam kehidupan berprofesi. 3. Mengontrol / menentukan keputusan dalam sengketa praktik, oleh Oraganisasi profesi, termasuk dalam memberikan sanksinya.

KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA - disusun dan diputuskan dalam Munas I tahun 1976. - Diadakan revisi dalam Munas PPNI VI di Bandung tahun 2000. - Berisi tanggung jawab Perawat terhadap ; Klien / pasien, perawat dan praktik, perawat dan masyarakat,Perawat dan teman sejawat dan perawat dengan profesi

Teks Kode Etik Keperawatan Indonesia tahu 2000. Bab I Perawat dan klien : 1. Perawat dalam memberikan perawatan thd klien, dan tidak terpengaruh kedudukan sosial politik dan agama yang dianut serta warna kulit.umur,jenis kelamin, aliran pertimbangan kebangsaan, kesukuan. 2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidupberagama dari klien 3. .Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang memebutuhkan asuhan keperawatan. 4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan 5. kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Bab II Perawat dan Praktik 1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus. 2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. 3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangakan kemampuan serta kualifikasi seseorang dalam melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain. 4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukan perilaku profesional.

Bab III Perawat dan masyarakat : Perawat mengemban tugas tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan memdukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

Bab IV Perawat dan Teman sejawat : 1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dalam memelihar keserasian suasana lingkungan kerja maupun tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. 2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.

BAB III

A.

Kesimpulan

Etika keperawatan Menurut Leenen Gozondeid Sethick, adalah etika khusus dengan menerapkan nilai nilai dalam bidang pemeliharaan / pelayanan kesehatan yang dilandasi oleh nilai nilai individu dan masyarakat. dalam etika profesi keperawatan hal yang harus diperhatikan adalah kesepakatan moralitas para perawat sumber etika profesi keperawatan etika kesehatan etika umum yang berlaku di masyarakat etika profesi keperawatan dunia icn.

Daftar pustaka

1.

Buku Kode Etik Keperawatan Indonesia (PPNI).

2. Aiken, T.D. (2004). Legal, Ethical, and Political Issues in Nursing. 2nd Ed.Philadelphia: F.A. Davis Company.

Makalah Etika dan Hukum Keperawatan BAB I PENDAHULUAN

1.

LATAR BELAKANG

Perawat merupakan aspek penting dalam pembangunan kesehatan Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang diatur dalam PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Bahkan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, tenaga perawat merupakan jenis tenaga kesehatan terbesar yang dalam kesehariannya selalu berhubungan langsung dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Namun di dalam menjalankan tugasnya tak jarang perawat bersinggungan dengan masalah hukum. Bahkan profesi perawat sangat rentan dengan kasus hukum seperti gugatan malpraktik sebagai akibat kesalahan yang dilakukannya dalam pelayanan kesehatan. Terlebih lagi bahwa perawat bukan lagi sekedar tenaga kesehatan yang pasif.

Dalam lingkup modern dan pandangan baru itu, selain adanya perubahan status yuridis dari perpanjangan tangan menjadi kemitraan atau kemandirian, seorang perawat juga telah dianggap bertanggung jawab hukum untuk malpraktik keperawatan yang dilakukannya, berdasarkan standar profesi yang berlaku. Dalam hal ini dibedakan tanggung jawab untuk masingmasing kesalahan atau kelalaian, yakni dalam bentuk malpraktik medik (yang dilakukan oleh dokter) dan malpraktik keperawatan. Dalam praktik keperawatan, fungsi perawat terdiri dari tiga yakni, pertama; fungsi independent, adalah those activities that are considered to be within nursings scope of diagnosos and treatment. Dalam fungsi ini tindakan perawat tidak membutuhkan perintah dokter, kedua; fungsi interdependen adalah carried out in conjunction with other health team members. Tindakan perawat yang berdasarkan pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan. Kewenangan yang dimiliki dalam menjalankan fungsi ini disebut sebagai kewenangan delegasi karena diperoleh karena adanya suatu pendelegasian tugas dari dokter kepada perawat, ketiga; fungsi dependen adalah the activities performed based on the physicians order. Di sini perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan pelayanan medik, memberikan pelayanan pengobatan, dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter yang seharusnya dilakukan oleh dokter seperti pemasangan infus, pemberian obat, melakukan suntukan dan sebagainya.

Dilihat dari peran perawat, maka secara garis besar perawat mempunyai peran

sebagai berikut peran perawatan (caring role/independent), peran koordinatif (coordinative role/interdependent), dan peran terapeutik (therapeutik role/dependent) Tugas pokok perawat apabila bekerja di RS adalah memberikan pelayanan berbagai perawatan paripurna. Oleh karena itu tanggung jawab perawat harus dilihat dari peran perawat di atas. Dalam peran perawatan dan koordinatif, perawat mempunyai tanggung jawab yang mandiri. Sementara peran terapeutik bahwa dalam keadaan tertentu beberapa kegiatan diagnostik dan tindakan medik dapat dilimpahkan untuk dilaksanakan oleh perawat.

2.

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang saya tampilkan disini adalah bagaimana kinerja seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga medis atau kesehatan dalam menangani klien atau pasiennya?

BAB II ISI

PEMBAHASAN The New York Supreme Court mendiskusikan perbedaan antara kelalaian biasa dan malpraktik yang melibatkan profesional perawatan kesehatan dalam kasus Borrillov. Beekman Downtown Hospital (1989). Perbedaan bergantung pada tindakan atau pengabaian yang terlibat pada masalah tentang ilmu atau seni kedokteran yang memerlukan keterampilan khusus yang tidak dimiliki orang biasa, atau bahkan dapat dpahami berdasarkan pengalaman individu setiap hari pada juri. Jika diperlukan opini profesional dari seorang ahli dengan keterampilan dan pengetahuan khusus, teori tentang malpraktik lebih berlaku daripada kelalaian biasa. Kelalaian adalah perilaku yang tidak sesuai standar perawatan. Malpraktik terjadi ketika asujhan keperawatan yang tidak sesuai yang menuntut praktik keperawatan yang aman. Tidak perlu ada kesengajaan, suatu kelalaian dapat

terjadi. Kelalaian ditetapkan oleh hukum untuk perlindungan orang lain terhadap risiko bahaya yang tidak seharusnya. Ini dikarakterisasikan oleh ketidakperhatian, keprihatinan, atau kurang perhatian. Kelalaian atau malpraktik bisa mencakup kecerobohan, seperti tidak memeriksa balutan lengan yang memungkinkan pemberian medikasi salah. Bagaimanapun kecerobohan tidak selalu sebagai penyebab. Jika perawat melakukan prosedur di mana mereka telah terlatih dan melakukan dengan hati-hati,tetapi masih membahayakan klien, dapat membuat tuntutan kelalaian atau malpraktik. Jika perawat memberikan perawatan yang tidak memenuhi standar mereka dapat dianggap lalai. Karena tindakan ini dilakukan oleh seorang profesional, kelalaian perawat disebut sebagai malpraktik.

Contoh kasus malpraktik adalah sebagai berikut : Seorang bayi berumur 15 hari meninggal dunia dalam perawatan medis di Balai Layanan Umum Rumah Sakit Umum Daerah (BLU-RSUD) dr Fauziah Bireuen, Jumat (5/9) pagi. Kasus itu diduga akibat kelalaian perawat yang sebelumnya sempat diminta melanjutkan arahan dokter dari UGD untuk segera dikonsultasikan ke dokter spesialis anak. Informasi yang diperoleh Analisa di rumah sakit itu menyebutkan, bayi berusia 15 hari yang diberi nama Fadila Albayhaki merupakan bayi pasangan warga Gampong Raya Tambo, Peusangan, diterima petugas UGD pada Kamis (4/9) malam pukul 20.10 WIB dengan keluhan sesak nafas. Dijelaskan, seharusnya pasien pada kondisi kritis wajib segera dikonsultasi kepada dokter spesialis, akan tetapi hal itu tidak dilakukan oleh perawat. Itu adalah sebuah bentuk pelanggaran yang mengakibatkan pasien meninggal dunia.

Dalam kasus di atas dapat kita simpulkann bahwa perawat tersebut masih belum melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga ia lalai dan terjadi malpraktik yang mengakibatkan pasien meninggal dunia. Perawat profesional harus memahami batasan legal yang mempengaruhi praktik sehari-hari mereka. Hal ini dikaitkan dengan penilaian yang baik dan menyarankan pembuatan keputusan yang menjamin asuhan keperawatan yang aman dan sesuai. Perawat harus melakukan semua prosedur secara benar. Mereka juga harus menggunakan penilaian profesional saat mereka juga harus menggunakan penilaian profesional saat mereka menjalankan program dokter dan juga terapi keperawatan mandiri di mana mereka berwenang. Setiap perawat yang tidak memenuhi standar praktik atau perawatan yang dapat diterima atau melakukan tugasnya dengan ceroboh berisiko dianggap lalai.

Karena malpraktik adalah kelalaian yang berhubungan dengan praktik profesional, kriteria berikut harus ditegakkan dalam gugatan hukum malpraktik terhadap seorang perawat: 1. Perawat (terdakwa) berhutang tugas kepada klien (penggugat)

2. Perawat tidak melakukan tugas tersebut atau melanggar tugas perawatan 3. Klien cedera

4. Baik penyebab aktual dan kemungkinan mencederai klien adalah akibat dari kegagalan perawat untuk melakukan tugas. Pertanggungjawaban perawat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat dilihat berdasarkan tiga (3) bentuk pembidangan hukum yakni pertanggungjawaban secara hukum keperdataan, hukum pidana dan hukum administrasi. Gugatan keperdataan terhadap perawat bersumber pada dua bentuk yakni perbuatan melanggar hukum (onrechtmatigedaad) sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata dan perbuatan wanprestasi (contractual liability) sesuai dengan ketentuan Pasal 1239 KUHPerdata. Dan Pertanggungjawaban perawat bila dilihat dari ketentuan dalam KUHPerdata maka dapat dikatagorikan ke dalam 4 (empat) prinsip sebagai berkut: (a). Pertanggungjawaban langsung dan mandiri (personal liability) berdasarkan Pasal 1365 BW dan Pasal 1366 BW. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut maka seorang perawat yang melakukan kesalahan dalam menjalankan fungsi independennya yang mengakibatkan kerugian pada pasien maka ia wajib memikul tanggungjawabnya secara mandiri. (b). Pertanggungjawaban dengan asas respondeat superior atau vicarious liability atau let's the master answer maupun khusus di ruang bedah dengan asas the captain of ship melalui Pasal 1367 BW. Bila dikaitkan dengan pelaksanaan fungsi perawat maka kesalahan yang terjadi dalam menjalankan fungsi interdependen perawat akan melahirkan bentuk pertanggungjawaban di atas. Sebagai bagian dari tim maupun orang yang bekerja di bawah perintah dokter/rumah sakit, maka perawat akan bersama-sama bertanggung gugat kepada kerugian yang menimpa pasien. (c). Pertanggungjawaban dengan asas zaakwarneming berdasarkan Pasal 1354 BW. (d). Dalam hal ini konsep pertanggungjawaban terjadi seketika bagi seorang perawat yang berada dalam kondisi tertentu harus melakukan pertolongan darurat dimana tidak ada orang lain yang berkompeten untuk itu. Perlindungan hukum dalam tindakan zaarwarneming perawat tersebut tertuang dalam Pasal 10 Permenkes No. 148 Tahun 2010. Perawat justru akan dimintai pertanggungjawaban hukum apabila tidak mengerjakan apa yang

seharusnya dikerjakan dalam Pasal 10 tersebut. Gugatan berdasarkan wanprestasi seorang perawat akan dimintai pertanggungjawaban apabila terpenuhi unsur-unsur wanprestasi yaitu: (a). Tidak mengerjakan kewajibannya sama sekali; dalam konteks ini apabila seorang perawat tidak mengerjakan semua tugas dan kewenangan sesuai dengan fungsinya, peran maupun tindakan keperawatan. (b). Mengerjakan kewajiban tetapi terlambat; dalam hal ini apabila kewajiban sesuai fungsi tersebut dilakukan terlambat yang mengakibatkan kerugian pada pasien. Contoh kasus seorang perawat yang tidak membuang kantong urine pasien dengan kateter secara rutin setiap hari. Melainkan 2 hari sekali dengan ditunggu sampai penuh. Tindakan tersebut megakibatkan pasien mengalami infeksi saluran urine dari kuman yang berasal dari urine yang tidak dibuang. (c). Mengerjakan kewajiban tetapi tidak sesuai dengan yang seharusnya; suatu tugas yang dikerjakan asal-asalan. Sebagai contoh seorang perawat yang mengecilkan aliran air infus pasien di malam hari hanya karena tidak mau terganggu istirahatnya. (d). Mengerjakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan; dalam hal ini apabila seorang perawat melakukan tindakan medis yang tidak mendapat delegasi dari dokter, seperti menyuntik pasien tanpa perintah, melakukan infus padahal dirinya belum terlatih. Apabila seorang perawat terbukti memenuhi unsur wanprestasi, maka pertanggungjawaban itu akan dipikul langsung oleh perawat yang bersangkutan sesuai personal liability.

Sementara dari aspek pertanggungjawaban secara hukum pidana seorang perawat baru dapat dimintai pertanggungjawaban apabila terdapat unsurunsur sebagai berikut; pertama; suatu perbuatan yang bersifat melawan hukum ; dalam hal ini apabila perawat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang tertuang dalam Pasal 8 Permenkes No. 148/2010, kedua; mampu bertanggung jawab, dalam hal ini seorang perawat yang memahami konsekuensi dan resiko dari setiap tindakannya dan secara kemampuan, telah mendapat pelatihan dan pendidikan untuk itu. Artinya seorang perawat yang menyadari bahwa tindakannya dapat merugikan pasien, ketiga; adanya kesalahan (schuld) berupa kesengajaan (dolus) atau karena kealpaan (culpa), ketiga; tidak adanya alasan pembenar atau alasan pemaaf; dalam hal ini tidak ada alasan pemaaf seperti tidak adanya aturan yang mengijinkannya melakukan suatu tindakan, ataupun tidak ada alasan pembenar. Secara prinsip, pertanggungjawaban hukum administrasi lahir karena adanya pelanggaran terhadap ketentuan hukum administrasi terhadap penyelenggaraan praktik perawat berdasarkan ketentuan yang berlaku. Permenkes No. 148/2010 telah memberikan ketentuan administrasi yang wajib

ditaati perawat yakni: (a). Surat Izin Praktik Perawat bagi perawat yang melakukan praktik mandiri. (b). Penyelengaraan pelayanan kesehatan berdasarkan kewenangan yang telah diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 9 dengan pengecualian Pasal 10. (c).Kewajiban untuk bekerja sesuai standar profesi Ketiadaan persyaratan administrasi di atas akan membuat perawat rentan terhadap gugatan malpraktik. Ketiadaan SIPP dalam menjalankan penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan sebuah administrative malpractice yang dapat dikenai sanksi hukum. Ada dua ketentuan tentang kewajiban izin tersebut untuk perawat yang bekerja di sebuah RS. Pada UU Kesehatan dan UU RS disebutkan bahwa RS dilarang mempekerjakan karyawan/tenaga profesi yang tidak mempunyai surat izin praktik. Sementara dalam Permenkes No, 148/2010 SIPP bagi perawat yang bekerja di RS (disebutkan dengan istilah fasilitas yankes di luar praktik mandiri) tidak diperlukan. Kerancuan norma ini akan membingungkan penyelenggara yan bersangkutan dala menjalankan profesinya. Namun apabila dilihat dari pembentukan perundang-undangan maka kekuatan mengikat undang-undang akan lebih kuat dibandingkan senuah peraturan menteri yang di dalam UU NO, 10 Tahun 2004 tidak termasuk sebagai bagian dari perundang-undangan.

Bentuk sanksi administrasi yang diancamkan pada pelanggaran hukum adminitarsi ini adalah teguran lisan, teguran tertulis, dan pencabutan izin. Dalam praktek pelaksanaannya, banyak perawat yang melakukan praktik pelayanan kesehatan yang meliputi pengobatan dan penegakan diagnosa tanpa SIPP dan pengawasan dokter. Khusus untuk Kota Jambi, pelanggaran ini masih banyak terjadi namun tidak pernah dilakukan pengawasan dan penerapan sanksi represif sebagai upaya pemerintah memberikan perlindungan pada masyarakat.

BAB III PENUTUP

1.

KESIMPULAN

Menjadi seorang perawat merupakan suatu pilihan hidup bahkan merupakan suatu cita-cita bagi sebagian orang. Namun, adapula orang yang menjadi perawat karena suatu keterpaksaan atau kebetulan, bahkan menjadikan profesi perawat sebagai alternatif terakhir dalam menentukan pilihan hidupnya. Terlepas dari semua itu, perawat merupakan suatu profesi yang mulia. Seorang perawat mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat klien tanpa membeda-bedakan mereka dari segi apapun. Setiap tindakan dan intervensi yang tepat yang dilakukan oleh seorang perawat, akan sangat berharga bagi nyawa orang lain. Seorang perawat juga mengemban fungsi dan peran yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan secara

holistik kepada klien. Namun, sudahkah perawat di Indonesia melakukan tugas mulianya tersebut dengan baik? Bagaimanakah citra perawat ideal di mata masyarakat? Pelayanan keperawatan didefinisikan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, keluarga, kelompok khusus, individu, dan sebagainya, pada setiap tingkat, sepanjang siklus kehidupan pasien. Mengikuti perkembangan keperawatan dunia, para perawat menginginkan perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Kalau tadinya hanya membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan. Jika dulu hanya menjalankan perintah dokter, sekarang ingin diberi wewenang memutuskan berdasarkan ilmu keperawatan dan bekerja sama dengan dokter untuk menetapkan apa yang terbaik bagi pasien. Pedoman legal yang harus diikuti perawat diambil dari undang-undang, hukum pengaturan dan hukum adat. Hukum statuta dibuat oleh badan legislatif elektif seperti legislatur negara dan kongres Amerika. Contoh dari undang-undang negara adalah undang-undang praktik keperawatan yang ditemukan di 50 negara bagian. Undang-undang praktik keperawatan ini menjelaskan dan mendefinisikan batasan legal dari praktik di negara bagian masing-masing. Contohnya, undang-undang praktik keperawatan mendefinisikan tanggung jawab perawat untuk administrasi dan pemberian resep medikasi.

2.

SARAN

Sebagai seorang tenaga medis / kesehatan ( perawat pada khususnya ) haruslah memiliki etik keperawatan yang tidak hanya dimiliki tetapi dihayati dan diterapkan dalam menjalankan tugas-tugas untuk melakssanakan asuhan keperawatan terhadap klien / pasien. Pasien tidak hanya dijadikan klien namun juga dijadikan parner aktif dalam pemberian / peningkatan derajat kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Kelalaian perawat. Internet. Di update 17 Juni 2011. Anonim. No date. Ismani, N. 2001. Etika keperawatan. Jakarta: Widya Medika.

Kode Etik Keperawatan

PENDAHULUAN Sebagai perawat/ners selalu dihadapkan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan etik. Oleh karena itu etik menjadi sangat penting untuk dipahami oleh individu perawat sendiri. Etik merupakan perilaku dan dalam skala yang lebih luas, etik merupakan sikap yang menuntun perawat dalam bertindak sebagai anggota profesi.

Etika keperawatan sebagai tuntunan bagi profesi bersumber dari pernyataan Florence Nightingale dalam ikrarnya (Nightingale Pledge) yang merupakan ikrar profesi keperawatan kepada masyarakat yaitu profesi keperawatan berkewajiban:

a) membantu yang sakit untuk mencapai keadaan sehat.

b) membantu yang sehat mempertahankan kesehatannya.

c) membantu mereka yang tidak dapat disembuhkan untuk menyadari potensinya.

d) membantu seseorang yang menghadapi kematian untuk hdup seoptimal mungkin sampai menjelang ajal (De Young, 1985). Keperawatan adalah suatu profesi yang mempunyai pohon pengetahuan (Body of Knowledge) dan keterampilan khusus yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan berkelnjutan. Pelayanannya dilakukan berasarkan ilmu dan kiat keperawatan demi kepentingan pasien / klien serta masyarakat. Profesi keperawatan mempunyai otonomi dalam mengatur dirinya sendiri, dan salah satu ciri khasnya adalah patuh terhadap kode etik.

Di Indonesia melalui perjuangan yang cukup panjang, maka pada tahun 1976 telah disepakati dan diterima kode etik perawat Indonesia yang merupakan salah satu langkah maju demi pertumbuhan keperawatan profesional. Tujuan keperawatn adalah memberikan asuhan keperawatn baik secara individu maupun berkelompok yang titik sentralnya adalah manuysia dengan memperhatikan harkat, martabat dan penghargaan terhadap keluhuran insani.

Sebagai seorang profesional, perawat menerima tanggung jawab dan mengemban tanggung jawab untuk memnbuat keputusan dan mengambil langkah-langkah tentang asuhan keperawat yang diberikan. Perawat juga bekerja di berbagai tatanan dan mengemban berbagai peran yang membutuhkan interaksi bukan saja dengan klien/pasien, keluarga dan masyarakat tetapi juga dengan tim kesehatan lain.

Dalam melaksanakan tugasnya perawat akan sering mengalami konflik, baik dengan klien/pasien beserta keluarganya maupun dengan tim kesehatan lain. Disamping itu perawat harus mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya dalam praktek sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatan dan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan perpanjangan hidup yang sering menimbulkan dilema etik. Etik keperawatan berkaitan dengan hak, tanggung jawab dan kewajiban dari tenaga keperawatan profesional dan institusi pelaanan dimana klien/pasien dirawat. Pernyataan kode etik perawat dibuat untuk membantu dalam pembuatan standar dan merupakan pedoman dalam pelaksanaan tugas, kewajiban dan tanggung jawab perawat profesional. Kode etik merupakan ciri mutlak dari suatu profesi yang memberi makna bagi pengaturan profesi tiu sendiri meliputi bentuk pertanggung jawaban dan kepercayaan yang dilakukan oleh masyarakat.

Saat seseorang mulai memasuki profesi keperawatan, maka ia sceara langsung akan menerima tanggung jawab, kepercayaan dan kewajiban yang melekat pada kode etik itu sendiri. Telaah tentang maslaah etik dan isu/konflik yang mungkin timbul dalam praktek keperawatan dapat dipakai sebagai landasan kerja bagi perawat dalam pendekatan yang sistematik terhadap perilaku etis. Hal ini juga akan memberikan peningkatan kesadaran tentang bergam masalah etik dan pengambilan keputusan dalam asuhan keperawatan.

Perawat dapat menjaga perspektif etis dengan jalan menyadari bahwa semua keputusan yang diambil dalam praktek mempunyai dimensi etis. Hal ini disebabkan karena perawat bekerja dengan berbagai urusan manusia yang berbeda dan membuat pertimbangan-pertimbangan tentang apa yang perlu dilakukan untuk mereka. Regulasi menjadi penting karena regulasi merupakan kebijakan/ketentuan yang menagtur profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas sprofesinya dan tekait kewajiban dan hak.Pada saat ini regulasi dilakukan dengan mengacu pad akeputusan Menteri Kesehatan no. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktek keperawatan yang dibuat oleh konsil keperawatan. Dengan adanya registrasi, lisensi dan sertifikasi, maka mutu pelayanan dan tingkat kepuasan klien meningkat dan malpraktek dapat dicegah. Buku pedoman kode etik perawat ini disusun dengan maksud dan tujuan untuk memberikan landasan tentang mengapa perawat harus mempelajari dan menghayati tentang etika profesi keperawatan.

2.

MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEPERAWATAN (MKEK)

2.1.

Landasan Hukum.

Berdasarkan UU no. 18 / 2002 tentang IPTEK sebagai berikut:Organisasi profesi adalah wadah masyarakat ilmiah dalam suatu cabang atau lintas disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi atau suatu bidang kegiatan profesi, yang dijamin oleh negara untuk mengembangkan profesinalisme dan etika profesi dalam masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (pasal 1 butir 14 UU No. 18/2002 tentang IPTEK).

Dewan Kehormatan Kode Etik dibentuk oleh Organisasi Profesi untuk menegakkan etika, pelaksanaan kegiatan profesi serta menilai pelanggaran profesi yang dapat merugikan masyarakat atau kehidupan profesinalisme di

lingkungannnya.

2.2.

Visi dan Misi.

2.2.1.

Visi.

MKEKep. Merupakan suatu lembaga yang memiliki kewenangan otonom terhadap pembinaan perawat dan komunitas keperawatn untuk menegakkan etika profesi dan ikut kontribusi dalam kebijakan kesehatan nasional yang berkaitan dengan masalah etik.

2.2.2.

Misi

MKEKep, mempunyai misi sebagai berikut :

2.2.2.1. Proaktif untuk memberdayakan diri dalam pengendalian dan pemberlakuan standar etik profesi.

2.2.2.2. Mengkaji kebutuhan untuk merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan komitmen moral dasar.

2.2.2.3. Menyiapkan peoman etik keperawatan sebagai acuan dalam melaksanakan praktek keperawatan.

2.2.2.4. Menyusun alur dan mekanisme penyelesaian masalah etik sebagai pedoman dalam pelaksanaan praktek keperawatan.

2.2.2.5.

Membina komunitas keperwatan dalam penyelesaian masalah etika.

2.2.2.6. Mengendalikan pendidikan dan praktek keperawatan dalam pelaksanaan etik untuk melindungi serta menjamin keamanan dan keselamatan masyarakat.

2.3.

Kedudukan Majelis Kehormatan Etik Keperawatan.

Kedudukan MKEKep., ditetapkan sebagai berikut :

2.3.1. MKEKep adalah badan otonom PPNI yang bertanggung jawab kepada musyawarah nasional, musywarah propinsi, musyawarah kabupaten/kota dan rapat anggota sesuai dengan tingkat kepengurusan majelis.

2.3.2. MKEKep dibentuk pada tingkat pusat dan propinsi. Apabila diperlukan pada tingkat kabupaten / kota dapat dibentuk atas pertimbangan dan persetujuan dari pengurus MKEKep.

2.3.3. MKEKep mengadakan koordinasi dengan pengurus pusat, propinsi, kabupaten/kota serta komisariat PPNI sesuai dengan tingkat keperngurusan.

2.4.

Kewenangan dan Tugas Pokok MKEKep.

Kewenangan dan tugas pokok MKEKep, dapat dirinci sebagai berikut :

2.4.1. Melakukan tugas bimbingan, pengawsan dan penilaian dalam pelaksanaan etika keperawatan.

2.4.2. Memperjuangkan agar etika keperawatan dapat diteapkan dengan baik di Indonesia.

2.4.3.

Memberikan usul dan saran kepada pengurus sesuai dengan tingkat

kepengurusan majelis.

2.4.4. Membina hubungan baik dengan aparat etik yang ada, baik Pemerintah ataupun organisasi profesi lain.

2.4.5. Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada musyawarah nasional, propinsi, kabupaten / kota dan rapat anggota.

KEWAJIBAN PERAWAT

* Perawat wajib mematuhi semua peraturan rumah sakit dengan hubungan hukum antara perawat dengan pihak rumah sakit. * Perawat wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit. * Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati dengan pihak rumah sakit. * Perawat wajib memberikan pelayanan / asuhan keperawatan sesuai standar profesi dan batas kewenangannnya /otonom profesi. * Perawat wajib menghormati hak-hak pasien. * Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien / pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarganya dan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan agama / keyakinannya sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan pelayanan kesehatan. * Perawat wajib bekerja sama dengan tenaga medis / tenaga kesehatan lain yang terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien / pasien. * Perawat wajib memberikan informasi yang adekuat tentang tindakan keperawatan kepada klien / pasien dan atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya. * Perawat wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas kewenangannya. * Perawat wajib memelihara pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

* Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang diperlukan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

HAK PERAWAT

* Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. * Menolak keinginan klien / pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangan serta standar profesi dan kode etik profesi. * Mendapatkan informasi lengkap dari klien / pasien yang tidak puas terhadap pelayanannya. * Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus. * Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien / pasien dan atau keluarganya. * Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya. * Diperhatikan privasinya dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh klien/ pasien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lain. * Menolak pihak lain yang memberi anjuran / permintaan tertulis untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan perundang-undangan, standra profesi dan kode etik. * Mendapatkan penghargaan imbalan yang layak dari jasa profesinya sesuai peraturan / ketentuan yang berlaku di rumah sakit.

8.4.Perawat dan Profesi.

Praktisi dan Manager

- Menetapkan standar untuk praktek keperawatan, riset, pendidikan dan manajemen.

- Membantu pengembangan tempat kerja yang mendukung dilakukannya, disebarluaskannya dan digunakannya penelitian yang terkait dengan keperawatan dan kesehatan.

- Meningkatkan peran serta dalam perhimpunan perawat nasional sehingga dapat tercipta kondisi sosial ekonomi yang menguntungkan bagi perawat.

Pendidik dan Peneliti

- Memberi kesempatan belajar mengajar dalam menetapkan standar untuk praktek keperawatan, penelitian, pendidikan dan manajemen.

- Melakukan dan menyebarluaskan serta memanfaatkan penelitian untuk memajukan profesi keperawatan.

- Meningkatkan kepekaan para peserta didik tentang pentingnya perhimpunan profesi keperawatan.

Perhimpunan Perawat Nasional

- Berkolaborasi dengan pihak lain untuk menetapkan standar bagi pendidikan keperawatan, praktek, penelitian dan manajemen.

- Menyusun kebijakan, pedoman dan standar yang terkait denagn penelitian keperawatan.

Melakukan lobby demi teciptanya kondisi kerja sosial dan ekonomi yang

adil dalam keperawatan.

Menyusun kebijakan dan pedoman tentang berbagai isu tempat kerja.

8.5.Perawat dan Sejawat.

Praktisi dan Manajer

- Membangun kesadaran tentang fungsi-fyngsi khusus dan yang tumpang tindih serta potensi terjadinya ketegangan interdisiplin.

- Membangun sister tenpat kerja yang mendukung nilai-nilai umum etika dan perilaku profesional.

- Mengambangkan mekanisme untuk menjaga individu, keluarga atau komuniti apabila asuhan mereka terancam oleh petugas pelayanan kesehatan.

Pendidik dan Peneliti

Mengembangkan pemahaman tentang peran dari karyawan.

Mengkomunikasikan etika keperawatan kepada profesi lain.

- Menanamkan dalam diri peserta didik kebutuhan untuk menjaga individu, keluarga atau komunikasi apabila asuhan terancam oleh petugas pelayanan kesehatan.

Perhimpunan Perawat Nasional

Mendorong kerjasama dengan disiplin lain yang terkait.

Membangun kesadran tentang berbagi isu etik dari profesi lain.

- Menyediakan peoman, kebijakan dan berbagi forum diskusi dalam rangka mengamankan masyarakat apabila asuhan mereka terancam oleh petugas pelayanan kesehatan.

9.

Kode Perilaku Profesional.

Setiap perawat senantiasa berperilaku sebagai berikut :

1. Melindungi dan mempromosikan kepentingan pasien/klien secara individu. 2. Melayani kepentingan amsyarakat. 3. Memelihara kepercayaan publik. 4. Menegakkan dan meningkatkan kedudukan dan reputasi profesi tetap baik.

Sebagai perawat, secara pribadi bertanggung jawab dalam melaksanakan praktek dan dalam menajlankan tanggung jawab profesionalnya :

1. Senantiasa bertindak sedemikian untuk mempromisikan dan melindungi kepentingan dan kesejahteraan pasien/klien. 2. Tidak melakukan atau menghindar dari tanggung jawab perawat, yang merugikan kepentingan atau keamanan pasien/klien. 3. Mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan profesionalnya. 4. Mengakui adanya keterbatasan pengetahuan dan kemampuannya serta bisa menolak setiap tugas dan tanggung jawabnya jika tidak mampu, kecuali

apabila ia dapat melakukannya. 5. Bekerjasama dengan klien dan keluarganya dalam suasana keterbukaan. Membantu perkembangan kemandirian klien dan keluarganya serta mengakui dan menghormati keterlibatan mereka dalam perencanaan dan pemberian asuhan. 6. Berkolaborasi dan bekerjasama dengan profesional kesehatan lain yng terlibat dalam pemberian asuhan dan mengakui serta menghormati kontribusinya didalam tim asuhan. 7. Mengakui dan menghormati martabat dari tiap pasien / klien serta berespons kepada kebutuhan asuhan keperawatan mereka. 8. melapor sedini mungkin kepada orang yng tepat/penanggung jawab tentang keberatan hati nurani yang relevan terhadap praktek profesionalnya. 9. Menghindari penyalahgunaan hubungan dan akses istimewa dengan pasien/klien dan keluarganya. 10. Melindungi semua informasi tentang pasien/klien yang bersifat rahasia yang dipeoleh selama praktek dan melakukan penyingkapan bila diperlukan dengan persetujuan atau mempertimbangkan untuk kepentingan publik yang lebih luas. 11. Melapor kepada orang yang tepat atau penanggung jawab, berkenaan dengan pengaruh fisik, psikologik dan sosial terhadap pasien/klien, setiap keadaan di lingkungan asuhan keperawatan yang bisa melanggar standar profesi. 12. Melapor kepada orang yang tepat atau penanggung jawab setiap keadaan dimana asuhan keperawatan kepada pasien/klien yang aman dan tepat tidak dapat dilakukan. 13. Melapor kepada orang yang tepat atau penanggung jawab apabila tampak kesehatan atau keamanan rekan kerja beresiko seperti keadaan yang mungkin melanggar standar prakltek dan standar asuhan.Membantu reken kerja profesional dalam konteks pengetahuan, pengalaman, dan suasana tanggung jawab untuk mengembangkan kompetensi profesional mereka dan membantu yang lain dalam tium asuhan termasuk pelaku asuhan informal untuk membantu kontribusi secara aman dan sesuai tingkat peran yang tepat. 14. menolak pemberian hadiah, keramahtamahan atau kebaikan dari pasien/klien dan keluarganya yang saat ini berada dalam asuhan, yang mungkin dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk menggunakan pengaruh agar diperlakukan secara istimewa.

15. Memastikan bahwa status registrasi tidak digunakan dalam promosi produk atau jasa komersial, mengumumkan setiap kepentingan keuangan atau kepentingan lain yang relevan dengan organisasi produk/jasa dan memastikan bahwa pertimbangan tidak dipengaruhi oleh pertimbangan komersial apapun.

10.

Hak Pasien.

Hak adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien.

1. Pasien berhak memperoleh infromasi menganai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit. 2. Pasien berhak memperoleh infromasi mengani tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit. 3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai standar profesi kedokteran/kedokteran gigi tanpa diskriminasi. 4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai standar profesi keperawatan. 5. Pasien berhak memeilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit. 6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar 7. Pasien berhak meminta konsultasi kepad adokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya sepengetahuan dokter yang merawat 8. Pasien berhak atas privacy dan kerhasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya. 9. Pasien berhak mandapat informasi yang meliputi : penyakit yang diderita tindakan medik yang hendak dilakukan, kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya, alternatif terapi lainnya prognosanya dan perkiraan biaya pengobatan. 10. Pasien berhak menyetujui/memberikan ijin atas tindakan yang akan dilakukan oleh Dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya. 11. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya

dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawabnya sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya. 12. Pasien yang dalam keadaan kritis berhak didampingi oleh keluarganya. 13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama / kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak menganggu pasien lainnya. 14. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit. 15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya. 16. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.

Kewajiban perawat.

11.1. Perawat wajib mematuhi semua peraturan rumah sakit dengan hubungan hukum antara perawat dengan pihak rumah sakit.

11.2. sakit.

Perawat wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah

11.3. Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati dengan pihak rumah sakit.

11.4. Perawat wajib memberikan pelayanan/asuhan keperawatan sesuai standar profesi dan batas kewenangannnya /otonom profesi.

11.5.

Perawat wajib menghormati hak-hak pasien.

11.6. Perawat wajib merujuk klien/pasien kepad perawat lain/tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlian / kemampuan yang lebih baik.

11.7. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien/pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarganya dan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan agama/keyakinannya sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan pelayanan kesehatan.

11.8. Perawat wajib bekerja sama dengan tenaga medis/tenaga kesehatan lain yang terkait dalam meberikan pelayanan kesehatan kepada klien/pasien.

11.9. Perawat wajib memberikan informasi yang adekuat tentang tindakan keperawatan kepada klien/pasien dan atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.

11.10. Perawat wajib mendokumentasikan asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambuangan.

11.12. Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan secara terus menerus.

11.13. Perawat wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas kewenangannya.

11.14. Perawat wajib merahasiakan sehala sesuatu yang diketahuinya tentang klien/perawat bahkan juga setelah klien/pasien meninggal kecuali jika diminta keterangannya oleh yang berwenang.

12.Hak Perawat.

Perawat berhak :

12.1. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

12.2. Mengembangkan diri melalui kemampuan spsialisasi sesuai latar belakang pendidikannya.

12.3. Menolak keinginan klien/pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangan serta standar profesi dan kode etik profesi.

12.4. Mendapatkan informasi lengkap dari klien / pasien yang tidak puas terhadap pelayanannya.

12.5. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus.

12.6. Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien / pasien dan atau keluarganya.

12.7. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya.

12.8. Diikutsertakan dalam penyusunan/penetapan kebijakan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

12.9. Diperhatikan privasinya dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh klien/ pasien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lain.

12.10. Menolak pihak lain yang memberi anjuran / permintaan tertulis untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan perundang-undangan, standra profesi dan kode etik.

12.11.

Mendapatkan penghargaan imbalan yang layak dari jasa profesinya

sesuai peraturan / ketentuan yang berlaku di rumah sakit.

12.12. Memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan bidang profesinya.

(Sumber : SK Dirjen Yan. Med. No. YM. 03.2.6.956 tanggal 19 Oktober 1998).

DAFTAR RUJUKAN

1. Bandman E.L. & Bandman B. (1990). Nursing Ethnics Through The Life Span. 2nd Ed. Prentice Hall-Int. Edition. 2. Black, J.M. & Jacobs, E.M (1997). Medical Surgical Nursing, Philadelphia : W.B. Sauders. 3. Buxhaum B.S. et al. (1994). Illustrated Manual of Nursing Practice. 2nd Ed. Springhpouse. 4. Canadian Nurses Association. Everyday Rthics-Putting teh code into practice. 5. Depkes. (1997). Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit. Surat Edaran Direktur jenderal Pelayanan Medik Nomor : YM.02.04.3.5.2504 tanggal 10 Juni 1997. 6. Depkes (1998). Hak dan Kewajiban Perawat dan Bidan di Rumah Sakit. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor : YM.00.03.2.6.956 tanggal 19 Oktober 1998. 7. Ellis J.R & Hartley C.L (1998). Nursing in Todays World-Challenges Issues and Trends. 3nd Edition. Philadelpphia. JB. Lippincott Co. 8. Guido G.W. Concept and Issues in Nursing Practise. 2nd Ed. 9. ICN (2000). Code of Ethics for Nurses. 10. Koltz, C.J. (1979). Private in Nursing Development and Management. Aspen Publ. 11. Kozier B & ErbG. (1998). Concept and Issues Nursing Practise. California : Addison Wesley Publ. Co. 12. Kozier B & Erb G. Blais K. (1997). Profesional Nurisng Practise-Concepts and

Perspectives, 3nd Edition-Wesley. 13. Notter L.E & Spalding E.G. (1976). Profesional Nursing : Foundation, Prespectives, Relationship. 9th Ed. Philadelphia : J.B. Lippincott Co. 14. PPNI (2000). Kode Etik Keperawatan Indonesia. Keputusan Munas VI. 15. ThompsonJ.B & Thopson H.O (1981). Ethics in Nursing. Macmillan Publ. Co.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu ROSSYANA SEPTYASIH selaku pembimbing mata kuliah etika keperawatan. 2. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat menyebutkan satu persatu. Tidak ada gading yang tak retak, tidak ada tulisan yang sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik, saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini memberi manfaat bagi para pembaca.

Malang, 18 Juni 2003

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan

Pendahuluaan : :

1.3 Batasan Masalah :

BAB II

Tinjauan Teori

BAB III

Tinjauan Kasus

BAB IV

Pembahasan

BAB V

Penutub : :

5.1 Kesimpulan 5.2 Saran

Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang.

Munculnya berbagai berita dari media masa, salah satunya berkaitan dengan etika dalam kesehatan khususnya etika keperawatan. Dari berita-berita tersebut sangatlah penting untuk ditanggapi secara etika, meskipun dalam kehidupan manusia etika bukanlah bukanlah hal yang sangat mutlak.

Etika membahas tentang berbagai kebiasaan yang banyak dilakukan oleh manusia, dan menyangkut kelakuan atau perbuatan yang ditimbang menurut baik dan buruknya. Sehingga para pembaca (khususnya para perawat) haruslah dapat menanggapi dan menyikapi dari masalah-masalah yang telah diuraikan oleh sebuah media massa baik dari segi etika keperawatan maupun dari segi yang lainnya. 1.2 Tujuan.

Tujuan umum: Memenuhi salah satu tugas etika keperawatan. Tujuan kusus: 1. Perawat dapat mengetahui dengan pasti masalah-masalah yang berhubungan dengan etika keperawatan. 2. Perawat dapat menyingkapi masalah-masalah yang berhubungan dengan etika keperawatan. 3. Perawat dapat mengidentifikasi tindakan apa yang harus dia lakukan jika dia menemui masalah-masalah yang berkaitan dengan Etika Keperawatan. 1.3 Batasan Masalah.

Dalam masalah ini penulis hanya membahas masalah-masalah yang sesuai dengan kasus nyata yang telah penulis ambil dari media massa dan penulis sertakan pada BAB III.

BAB II. TINJAUAN TEORI.

Etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat. Jenis-jenis etika; h Ethics Algendinsic : Etika yang memperbincangkan masalah kesenangan dan penderitaan (pleasure and pain). h Ethics Business : Etika yang berlaku dalam hubungan dagang.

h Ethics Educational : Etika yang hanya mempersoalkan masalah kesenangan dengan cabang-cabangnya. h Ethics Humanistic : Etika kemanusiaan, mempersoalkan masalah normanorma hubungan antar manusia atau antar bangsa. h Ethics Idealistic : Etika yang membicarakan sejumlah teori-teori etik yang pada umumnya berdasar pada psikologis dan filosofis. h Ethics Materealistic : Etika yang mempelajari segi-segi etik ditinjau dari segi yang materialistic lawan dari etik idealistic. h Ethics Epicurianism etik materialis. : Etika aliran epicurean, hamper sama ajaranya dengan

Moral adalah ajaran tentang baik atau buruk perbuatan dan kelakuan sedangkan etika adalah ilmu pengetahuan asas-asas ahklak (moral) kamus unair bahasa Indonesia, Poerwadarminto. Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi dari uterus sebelum janin variable (kamus saku kedoktera Dorland, 1998). Secara umum ada tiga pandangan tentang aborsi, yaitu: 1. Pandangan Konservatif : Abortus tidak boleh dilakukan.

2. Pandangan Moderat : Abortus hanya merupakan hanya suatu prima facia kesalahan moral dan hambatan penentangan abortus dapat diabaikan dengan pertimbangan moral yang kuat. 3. Pandangan Liberal permintaan. : Abortus secara moral diperbolehkan atas dasar

Fetus hanyalah sekelompok sel-sel yang menempel dinding rahim wanita, di Indonesia abortus dilarang sjak tahun 1918 menurut KUHP pasal 346 sampai 349. Pasien adalah orang yangsedang menderita penyakit atau gangguan badaniyah atau rohaniyah yang perlu ditolong agar lekas sembuh dan berfungsi kembali melakukan kegiatanya sebagai salah satu anggota masyarakat. Beberapa hak yang dimiliki pasien selama dia berada dirumah sakit atau selama dia pada massa perawatan, menurut The American Hospital Association (1973), adalah: 1. Pasien berhak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan keperawatan yang akan diterimanya.

2. Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang pemeriksaannya berkairtan dengan diagnosa, pengobatan dan prognosis dalam arti pasien layak untuk mengerti masalah yang dihadapinya. 3. Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan suatu persetujuan tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan serta resiko penting yang kemungkinan akan dialaminya, kecuali dalam situasi darurat. 4. Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh hukum dan diinformasikan tentang konsekuensi tindakan yang akan diterimanya. 5. Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang menyangkut program asuhan medis, konsultasi dan pengobatan yang dilakukan dengan cermat dan dirahasiakan. 6. Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepadanya. 7. Pasien berhak mengerti tentang perlunya dilakukan rujukan, alasannya dan rumah sakit yang ditunjuk. 8. Pasien berhak mengerti tentang hubungan rumah sakit dengan instansi lain misalnya dengan instansi pendidikan. 9. Pasien berhak untuk memberi pendapat atau menolak dalam suatu eksperimen yang berhubungan dengan asuhan keperawatan. 10. Pasien berhak memperoleh informasi pendelegasian kepada tenaga kesehatan yang lain. 11. Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang biaya yang diperlukan untuk asuhan keperawatannya. 12. Pasien berhak megetahui peraturan atau ketentuan rumah sakit yang harus dipatuhinya sebagai pasien selama dia dirawat. Kewajiban pasien selama dirawat di rumah sakit antara lain: 1. Pasien atau keluarganya wajib menaati segala peraturan dan tata tertib rumah sakit. 2. Pasien diwajibkan menaati segala kebijakan yang ada.

3. Pasien atau keluarganya berkewajiban untuk memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter atau perawat yang merawatnya. 4. Pasien dan keluarga berkewajiban untuk menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan pemeriksaan yang diperlukan selama

perawatannya. 5. Pasien dan keluarga berkewajiban untuk memenuhi segala sesuatu yang diperlukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

BAB III. TINJAUAN KASUS.

Cloud Callout: LIHAT TEMPELAN KORAN YACH

BAB IV PEMBAHASAN.

MENINGGAL SETELAH TIGA KALI OPERASI

Dari kasus yang telah dikemukakan pada BAB II tentang meninggalnya pasien setelah diopersi tiga kali oleh dokter, maka ada beberapa hak pasien yang tidak terpenuhi didalamnya yaitu: 1. Hak pasien untuk memperoleh informasi lengkap dari dokter yang memeriksanya berkaitan dengan diagnosa, pengobatan dan prognisis dalam arti pasien layak untuk mengerti masalah yang dihadapinya. (sesuai dengan pernyataan dalam berita pada paragraph 4, kalimat ke 4 dan ke 5). 2. Hak pasien untuk memperoleh informasi penting dan memberikan suatu persetujuan tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan serta resiko penting yang kemungkinan akan dialaminya, kecuali dalam situasi darurat. (sesuai pernyataan paragraph ke 5). Disini adalah perawat berpean sebagai communicator yang merupakan suatu tugas perawat adalah menjembatani antara pasien dan dokter. Perawat harus bisa memberi informasi tetang keadaan pasien dan masalah yang dialami pasien dengan dokternya, mencari jalan yang terbaik untuk memberi tahu

pasien kalau mungkin keadaan pasien sedang gawat dan juga perawat harus memberi informasi yang jelas terhadap keluarga pasien. Kalau pada kejadian tersebut peran perawat benar dilaksanakan, kemungkinan tidak akan terjadi kasus seperti pada kasus tersebut yaitu keluarga akan menggugat perkara ke pengadilan, seperti tertera pada paragraph 8 kalimat terahir.

LINGKUNGAN MENDORONG SIKAP PRO ABORSI

Setiap tindakan atau perbuatan manusia hendaklah didasari atas moral dan etika, karena kedua komponen diatas sangat menentukan baik dan buruknya tindakan yang kita lakukan. Dari kasus diatas kami dapat mengambil beberapa permasalahan etika yang terkait dengan penyebab terjadinya sikap proaborsi antara lain: 1. Penilaian individu terhadap aborsi.

Setiap individu yang berselisih paham sering mempunyai pandangan ilmiah yang berbeda sehingga perbedan penilaian moral tentang aborsi timbul karena aborsi dipandang secara berbeda pula. Cara pandabg tersebut ada yang berdampak positif dan negative, dampak negatiflah yang tidak diharapkan seperti aborsi. 2. Peniruan dari pengalaman orang lain sehingga terjadi pembentukan sikap. Dalam pembentukan sikap, kita tak dapat mengandalkan diri sendiri saja. Kita perlu nasehat dari orang lain dan suatu saat kita pasti mengambil hikmah dari pengalaman orang lain juga. Tapi kita harus bisa membedakan mana yang pantas untuk ditiru dan mana yang tidak pantas untuk ditiru. 3. Informasi dan pengetahuan yang kurang ade kuat.

Informasi yang tidak jelas sumbernya mengakibatkan terjadi kesalah fahaman di masarakat. Untuk mengantisipasi informasi yang simpang siur membutuhkan pengetahuan sebagai landasan atau pedomannya, pengetahuan yang demikian harus berdasarkan sumber-sumber yang ade kuat. 4. Lingkungan masyarakat sekitar yang menganggab bahwa aborsi dianggab lazim. Biasanya lingkungan seperti ini banyak terjadi disebuah lokalisasi, disana banyak kehamilan-kehamilan yang tidak diharapkan sehingga sering melakukan aborsi untuk mencegah agar bayinya tidak lahir. 5. Adanya klinik-klinik yang mudah dijangkau dan mempunyai perlengkapan peralatan yang layak untuk dilakukan aborsi. Klinik atau tempat praktek untuk aborsi yang illegal biasanya tersembunyi didalam kampung, baik itu yang dilakukan oleh dukun bayi ataupun tenaga medis yang tidak menjiwai standart praktek yang telah ditentukan. Memang sulit untuk menghapus tempat praktek seperti ini, untuk itu diperlukan hukum yang cukup tegas untuk mengatur praktek keokteran atau keperawatan atau kebidanan agar tidak terjadi perbuatan yang illegal. 6. Tidak adanya control social yang kuat. Control social memerlukan bantuan dari pihak manapun, antara lain individu, keluarga dan masyarakat ataupun pihak-pihak yang berwenang (pemerintah).

DITELANTARKAN IBUNYA, BAYI ITU TEWAS DI RS

Berdasarkan kasus diatas nyonya Ny.Mdn telah menyalahi etik, sebagai seorang ibu dengan meninggalkan anaknya di rumah sakit. Sebagai seorang ibu yang merasa telah melahirkan seorang bayi, seharusnya ia mengetahui kondisi sepenuhnya dari sibayi dan tidak menyerahkan semuanya pada pihak rumah sakit. Walaupun pada akhirnya sibayi dinyatakan telah meninggal dunia, sebagai tindakan pertanggung jawaban sebagai ibu,diharapkan ibu tersebut memenuhi kewajiban-kewajibannya terhadap sang bayi. Jika dipandang dari segi sikap dan etik maka dapat inyatakan ibu tersebut telah menyalahi kewajiban-kewajibannya antara lain: 1. 2. Terhadap kondisi bayi yang belum pasti kehidupannya. Merawat bayi, walaupun pada akhirnya si bayi telah meninggal.

3. Perawatan bayi yang seharusnya tidak diserahkan sepenuhnya terhadap pihak rumah sakit. 4. Ganti biaya terhadap rumah sakit selama sibayi dan ibu mendapat perawatan medis selama di rumah sakit.

TEKANAN MEMAKSA SIKAP YANG BERLAWANAN

Dari uraian dan penjelasan diatas dan ditambah penelitian, jelas sekali terlihat bahwa sebagian besar tindakan aborsi telah dilakukan oleh para kaum wanita yang justru telah meikah. Hal itu dipacu oleh beberapa factor antara lain: 1. Usia yang sudah tidak ideal mempunyai anak.

2. Kegagalan kontrasepsi yang mengakibatkan jarak antar anak dipandang terlampau dekat. 3. dan tidak kalah pentingnya dipacu oleh factor ekonomi.

Walaupun pada sebenarnya kaum wanita yang telah menikah mempunyai sikap anti aborsi, akan tetapi tekanan yang selama ini telah memaksa mereka untuk bersikap berlawanan. Dan hal tersebut telah menggambarkan bahwa antara hubungan sikap dan perilaku menusia tampak tidak harmonis. Pada dasarnya seorang anak merupakan hal yang sangat penting, sekalipun dipandang daari segi dan sudut manapun, lebih-lebih dari segi etik tindakan aborsi sangatlah tidak diperkenankan. Karena setiap anak mempunyai hak untuk tumbuh menjadi dewasa dan untuk hidup.

PROBLEMATIKA ABORSI BELUM TUNTAS

Dari artikel yang berjudul Problematiaka Aborsi Belum Tuntas, jika ditinjau dari segi etis dan yuridis dapat kita simpulkan bahwa: 1. Aborsi tidak boleh kita lakukan dengan alasan apapun kecuali jika bertujuan untuk menyelamatkan nyawa sang ibu yang terancam atau jika tiada harapan bagi kelangsungan hidup janin. Hal ini sesuai dengan hak-hak azasi yang ada yaitu : hak untuk hidup (bagi janin) dan hak untuk terus meneruskan keturunan bagi ibu. 2. Aborsi yang dilakukan tanpa alasan yang logis merupakan perbuata yang tidak bermoral. Manusia hidup dengan aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar, dan mempunyai kewajiban untuk mematuhi aturan-aturan tersebut. Manusia yang bermoral dan manusia yang melaksanakan aturan-aturan yang ada karena sadar bahwa aturan-aturan tersebut merupaka sarana pengendalian diri yang baik dalam pengendalian hidup. 3. Aborsi terjadi, sebagian besar karena kehamilan diluar nikah. Sehingga pendidikan sex yang terarah dan pendidikan agama sangat dibutuhkan untuk menghindari resiko kehamilan diluar nikah terutama bagi para remaja. 4. Aborsi merupakan tindakan yang melanggar hokum. Hukum di Indonesia

melarang tegas tindakan aborsi yang dilakukan tanpa alasan yang logis. Karena Indonesia adalah Negara yang menjunjung tinggi aturan atau normanorma yang ada di masyarakat. Bagi seorang yang melakukan tindakan aborsi, tentu saja dia akan mendapat sangsi baik secara moril maupun secara hokum, dan kita sebagai perawat sepatutnya memberikan pendidikan tentang kerugian yang ditimbulkan dari tindakan aborsi dan tidak melakukan kegiatan mal praktek (mengaborsi) sehingga mengakibatkan terancamnya nyawa klien. Selain itu kita juga harus menjaga nama baik profesi, sehingga peran kita sebagai perawat dapat berjalan dengan baik.

YANG DIISOLASI DI RSUD GAMBIRAN PROTES

Dalam kasus yang ditampilakan diatas dapat diambil berbagai rumusan tentang hal-hal sebagai berikut: a. Masalah-masalah yang muncul. h Kurangnya ketegasan diagnosa penyakit yang diderita klien. h Kurang adanya komunikasi dengan klien dan keluarga klien. h Klien kurang memperhatikan nasihat dari tim medis untuk memeriksakan diri secepatnya kerumah sakit. b. Hak dan kewajiban klien yang belum terpenuhi meliputi hak-hak klien:

h Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang pemeriksaannya berkairtan dengan diagnosa, pengobatan dan prognosis dalam arti pasien layak untuk mengerti masalah yang dihadapinya. h Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh hukum dan diinformasikan tentang konsekuensi tindakan yang akan diterimanya. h Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepadanya. h Pasien berhak untuk memberi pendapat atau menolak dalam suatu eksperimen yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.

h Pasien atau keluarganya wajib menaati segala peraturan dan tata tertib rumah sakit. Dalam penyelesaian kasus tersebut, pihak rumah sakit seharusnya tidak Cuma memberikan pengertian terhadap klien saja, tetapi juga harus kepada semua anggota keluarga dan masyarakat, karena klien merasa takut dikucilkan oleh masarakat yang menganggab klien telah melakukan perbuatan yang tidak benar selama diluar negri.

BAB V PENUTUB

5.1 Kesimpulan. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan: h Perawat memiliki tugas melakukan perubahan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik. h Perawat memiliki peran yang tidak kalah penting dengan tenaga kesehatan lain. h Ketidaktanggapan pihak RS terhadap permasalahan yang timbul dalam bidang pelayanan kesehatan yang pada akhirnya akan menurunkan kompetensi RS tersebut. h Dilihat dari segi apapun aborsi tidak diperbolehkan. 5.2 Saran. h Bahwa sebagai seorang perawat dalam melakukan suatu tindakan keperawatan harus mengutamakan keselamatan klien dan dirinya serta berfikir kritis. h Seorang perawat harus mempunyai sifat kemandirian, dan kepedulian

terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan dilingkungan kerjanya, tidak selalu tunduk kepada kebijakan yang kurang tepat dan berani mengemukakan pendapat.

DAFTAR PUSTAKA

Gaffer, La Ode Jumedi. 1999. Pengantar keperawatan provisional. EGC : Jakarta.

Ismail, Nila Hj, SKTA .2001. Etika keperawatan Provesional. Widya Medika : Jakarta.

Salam, Burhanuddin , Drs, H. 1997. Etika social asas moral dalam kehidupan manusia . Rineka Cipta : Jakarta .

Salam , Burhanuddin, Drs, H. 2000. Etika Individual pola dasar filsafat moral. Rineka Cipta : Jakarta.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertundak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien. dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling menghormati dan menghargai di antara keduanya. Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan perawatan. Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Sejalan dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama baik rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat/kesan dari masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai-pegawai kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala jabatan, termasuk jabatan perawat.

1.2. Tujuan

Setelah membaca makalah ini, diharapkan mampu memahami :

Pengertian Perawat Tugas Perawat Fungsi Perawat Etika Perawat Hak Perawat Kewajiban Perawat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.

Pengertian Perawat

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam batas-batas kewenangan yang dimilikinya. (PPNI, 1999 ; Chitty, 1997). Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat pada pasal 1 ayat 1)

2.2.

Tugas Perawat

1)

Care Giver

Perawat harus :

a) Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan significant dari klien.

b) Perawat menggunakan Nursing Process untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah-nasalah psikologis

c) Peran utamanya adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosa masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks.

2)

Client Advocate

Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.

Selain itu perawat harus mempertahankan dan melindungi hak-hak klien. Hal ini harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, leh karena itu perawat harus membela hak-hak klien.

3)

Conselor

a) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. b) Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan Dasar dalam merencanakan metoda untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. c) Konseling diberikan kepada idividu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu. d) Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi)

4)

Educator

a) Peran ini dapat dilakukan kepada klien, keluarga, team kesehatan lain, baik secara spontan (sat interaksi) maupun formal (disiapkan).

b) Tugas perawat adalah membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik.

c) Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam NCP.

5)

Coordinator

Peran perawat adalah mengarahkan, merencanakan, mengorganisasikan pelayanan dari semua anggota team kesehatan. Karena klien menerima pelayanan dari banyak profesioanl, misal; pemenuhan nutrisi. Aspek yang harus diperhatikan adalah; jenisnya, jumlah, komposisi, persiapan, pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi, dedukasi dan sebagainya.

6)

Collaborator

Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang dipelukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan keterampilan dari bebagai profesional pemberi pelayanan kesehatan.

7)

Consultan

Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan perawatan adalah sumber informasi ang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.

8)

Change Agent

Element ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan denan klien dan cara pemberian keperawatan kepada klien.

Menurut Lokakarya Nasional tentang keperawatan tahun 1983, peran perawat untuk di Indonesia disepakati sebagai :

1)

Pelaksana Keperawatan

Perawat bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang sederhana sampai yang kompleks kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Ini adalah merupakan peran utama dari perawat, dimana perawat dapat memberikan asuha keperawatan yang profesional, menerapkan ilmu/teori, prinsip, konsep dan menguji kebenarannya dalam situasi yang nyata, apakah krieria profesi dapat ditampilkan dan sesuai dengan harapan penerima jasa keperawatan.

2)

Pengelola (Administrator)

Sebagai administrator bukan berarti perawat harus berperan dalam kegiatan administratif secara umum. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan kesekatan tetap bersatu dengan profesi lain dalam pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompoknya dan dapat mengatur, merancanankan,melaksanakan dan menilai tindakan yang diberikan , mengingat perawat merupakan anggota profesional yang paling lama bertemu dengan klien, maka perawat harus merencanakan, melaksanakan, dan mengatur berbagai alternatif terapi yang harus diterima oleh klien. Tugas ini menuntut adanya kemampuan managerial yang handal dari perawat.

3)

Pendidik

Perawat bertanggungjawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawt harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompo dan masyarakat.

4)

Peneliti

Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (inovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreatifitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap ragsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan.

Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu perawat

dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan, memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka; mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.

2.3.

Fungsi Perawat

Ada tiga jenis fungsi perawat dalam melaksanaan perannya, yaitu;

1)

Fungsi Independent

Dimana perawat melaksanakan perannya secara mandiri, tidak tergantung pada orang lain.

Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap aanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuahn dasar manusia (bio-psiko-sosial/kultural dan spiritual), mulai dari tingkat indiovidu utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan, sampai pada tingkat masyarakat, yang jua tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan daar p[ada tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler.

Kegiatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat, dan perawat bertangungjawab serta beranggung gugat ats rencana dan keputusan tindakannya.

2)

Fungsi Dependent

Kegiatan ini dilaksanakan atas pesan atau intruksi dari orang lain.

3)

Fungsi Interdependent

Fungsi ini berupa kerja tim, sifatnya saling ketergantungan baik dalam keperawatan maupun kesehatan.

2.4. Etika Perawat

Etika Perawat Indonesia tersebut terdiri dari 5 bab dan 16 pasal.

Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat. Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap tugasnya. Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain. Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan. Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.

Dengan penjabarannya sebagai berikut:

Tanggung jawab Perawat terhadap klein untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut : Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan terhadap keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat. Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan

masyarakat. Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan. Perawat, menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.

Tanggung jawab Perawat terhadap tugas Perawat, memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat. Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perawat, tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan. Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan sosial. Perawat, mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam melaksanakan tugas keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan. Tanggung jawab Perawat terhadap Sejawat Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain sebagai berikut : Perawat, memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluru. Perawat, menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan

pengalaman dari profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan. Tanggung jawab Perawat terhadap Profesi Perawat, berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan. Perawat, menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur. Perawat, berperan dalammenentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan, serta menerapkannya dalam kagiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan. Perawat, secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

Tanggung jawab Perawat terhadap Negara Perawat, melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijsanaan yang telah digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan. Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.

2.5. Hak Perawat 1. Perawat berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. 2. Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan sosialisasi sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 3. Perawat berhak untuk menolak keinginan klien yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan serta standard dan kode etik profesi 4. Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari klien atau keluarganya tentang keluhan kesehatan dan ketidak puasan terhadap pelayanan yang diberikan.

5. Perawat berhak untuk mendapatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan atau kesehatan secara terus menerus. 6. Perawat berhak untuk diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan maupun klien. 7. Perawat berhak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat menimbulkan bahaya baik secara fisik maupun stres emosional 8. Perawat berhak di ikut sertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan pelayanan kesehatan. 9. Perawat berhak atas privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh klien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainnya. 10. Perawat berhak untuk menolak di pindahkan ketempat tugas yang lain, baik melalui anjuran maupun pengumuman tertulis karna diperlukan, untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar profesi atau kode etik keperawatan atau aturan perundang-undangan lainnya. 11. Perawat berhak untuk mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa profesi yang diberikannya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di institusi pelayanan yang bersangkutan. 12. Perawat berhak untuk memperoleh kesempatan untuk mengembangkan klien sesuai dengan bidang profesinya. Hak Perawat menurut clare fagin (1975) 1. Hak untuk memperoleh martabat dalam rangka mengekspresikan dan meningkatkan dirinya melalui penggunaan kemampuan khusus dan latar belakang pendidikannya. 2. Hak untuk memperoleh pengakuan sehubungan dengan kontribusinya melalui ketetapan yang diberikan lingkungan untuk praktik yang dijalankan, serta imbalan ekonomi sehubungan dengan profesinya. 3. Hak untuk mendapatkan lingkungan kerja dengan stres fisik dan emosional, serta resiko kerja yang seminimal mungkin. 4. Hak untuk praktek profesi dalam batas-batas hokum yang berlaku. 5. Hak untuk menetapkan standar yang bermutu dalam perawatan yang dilakukan. 6. Hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan yang berpengaruh

terhadap keperawatan. 7. Hak berpartisipasi dalam organisasi sosial dan politik yang mewakili perawat dalam meningkatkan asuhan kesehatan.

2.7. Kewajiban Perawat 1. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.

2. Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan batas kegunaannya. 3. Perawat wajib menghormati hak klien.

4. Perawat wajib merujukkan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik bila yang bersangkutan tidak dapat mengatasinya. 5. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk berhubungan dengan keluarganya, selama tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada. 6. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing selama tidak mengganggu klien yang lainnya. 7. Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada klien. 8. Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien atau keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya. 9. Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan bersinambungan. 10. Perawat wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus 11. Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tangan kemanusiaan sesuai dengan batas kewenangannya. 12. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien, kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang.

13. Perawat wajib mematuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perawat adalah salah satu tenaga medis yang paling banyak berinteraksi dengan pasien secara langsung walaupun secara tidak langsung hingga saat ini masih banyak pasien atau bahkan keluarga pasien yang mengesampingkan atau bahkan memandang rendah profesi perawat ini. Padahal sebagai profesi yang paling banyak berhubungan dengan pasien, perawat memegang kunci penting dalam memberikan informasi mengenai kondisi kesehatan pasien kepada dokter untuk diambil langkah penanganan yang lebih lanjut.

3.2 Saran

Semoga makalah dari kelompok kami dapat berguna bagi rekan-rekan dan semoga makalah kami dapat menjadi suatu acuan untuk kedepanya, untuk kritik dan saran akan kami terima untuk membentuk makalah yang lebih baik untuk kedepannya.

You might also like